PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pemerintahan daerah di indonesia menurut Undang-Undang Dasar
1945 dibagi dalam daerah provinsi kemudian dibagi lagi dalam wilayah yang
lebih kecil, yaitu kabupaten/kota. Masing-masing dari pembagian wilayah
tersebut mempunyai pemerintahan daerahnya sendiri.1 Tata cara
penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-undang yaitu
Undang-Undang 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, terdapat urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan pemerintah pusat yang dikenal degan istilah urusan
pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan konkuren. Dismping urusan
pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan konkuren, dalam Undang-
Undang 23 tahun 2014 dikenal adanya urusan pemerintahan umum.2
Ruang lingkup berlakunya suatu Perda Kabupaten/Kota ialah di daerah,
yakni Daerah Otonom. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, memberikan rumusannya dalam Pasal 1 Angka 6,
bahwa : “Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Pemerintah daerah, khususnya
daerah kabupaten/kota itulah yang menyelenggarakan jalannya pemerintahan,
pembangunan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat, oleh karena
bukan masyarakat yang secara langsung diberi hak melainkan roda
pemerintahan daerah, khususnya di daerah kabupaten/kota. Hal tersebut sesuai
dengan kedudukan dan pemilihan kepala pemerintahan di daerah melalui
pemilihan umum yang sekaligus adalah representasi dari seluruh
1
Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945
2
Undang-Undang pemerintah daerah (perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23
tahun
2014 tentang pemerintah daerah, penerbit pustaka mahakardika, yogyakarta, hal 299-300
masyarakat/rakyat di daerah tersebut. Perda Kabupaten/Kota menjadi bagian
penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang kedudukannya
ditempatkan sebagai bagian dari peraturan perundangundangan. Pembentukan
suatu Perda Kabupaten/Kota terkait dengan hak, kewenangan dan kewajiban
yang melekat pada setiap daerah otonom yang penting sekali untuk
dianalisis.Bagaimana proses pembentukan Perda Kabupaten/Kota tersebut
adalah suatu keseluruhan rangkaian atau pentahapan yang tidak terpisahkan
dari kemampuan para pihak berkepentingan yaitu pemerintah daerah (unsur
eksekutif) bersama dengan DPRD (unsur legislatif) dalam penyusunannya,
termasuk bagaimana di dalam proses tersebut adanya urgensi dari Naskah
Akademik yang merupakan ketentuan baru dalam proses pembentukan Perda
Kabupaten/Kota
Selama lebih dari dasawarsa Indonesia telah melaksanakan berbagai
upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dimana Depertemen Kesehatan telah meyelenggarakan serangkaian reformasi
di bidang kesehatan, juga meningkatkan pelayanan kesehatan dan
menjadikannya lebih efisien dan efektif serta terjangkau oleh masyarakat.
Berbagai model pembiayaan kesehatan, sejumlah program teknis dibidang
kesehatan serta perbaikan organisasi dan manajemen telah diupayakan.3
Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang tinggi.
Namun, sebagian masyarakat masih mengalami keterbatasan dalassm
memperoleh pelayanan kesehatan sehingga tidak mengherankan jika kondisi
kesehatan masyarakat kurang begitu baik, tidak sesuai dengan yang di
harapkan oleh pemerintah.
Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan upaya
pengembangan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat agar lebih
berkemampuan menangani persolan kesehatan yang dihadapi. Pemberdayaan
masyarakat telah diketahui oleh seluruh puskesmas di Indonesia, namun
3
Ahmad sujuti, perjalanan menuju Indonesia sehat 2010, Deprtemen kesehatan RI,
Jakarta, 2002, hlm.2.
berdasarkan kenyataan bahwa pemberdayaan masyarakat yang menjadi salah
satu fungsi puskesmas dan telah cukup lama diperkenalkan tetapi keadaan
sebenarnya ditingkat pembuat kebijakan didaerah dan masyarakat masih
belum banyak diketahui. Kondisi ini menyebabkan timbulnya kesulitan dalam
penilaian dan pembuatan program untuk meningkatkan kualitas upaya
pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan ini memiliki tujuan dua arah, yaitu melepaskan belenggu
kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat posisi lapisan masyarakat
dalam struktur kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin
dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun
social seperti memiliki kepercayaan diri mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.4
Hasil wawancara kami dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo yaitu Bapak Ronie Sampir, dalam pemberdayaan masyarakat
dibidang kesehatan di Kabupaten Gorontalo itu belum memiliki peraturan
daerah yang khusus, dan mengacuh pada Undang – Undang Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui pengembangan UKBM
(Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat). Tetapi di Kabupaten
Gorontalo memiliki adanya “Perda Kota Layak Anak” yang dimana mengatur
pemberdayaan masyarakat khususnya peremouan dan perlindungan anak.
Selain itu di Kabupaten Gorontalo memiliki “Organisasi Potensial”, yang
dimana artinya sebagai organisasi yang bisa diajak dalam membantu
4
Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development).
Bogor: Institut Pertanian Bogor
pembangunan kesehatan. Contoh organisasi potensial yaitu yang pertama,
PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dalam 10 program PKK salah
satunya terdapat untuk membangun suatu pemberdayaan masyarakat. Kedua,
oragnisasi Pramuka, dalam pramuka terdapat program Saka Bakti Husada.
Ketiga, organisasi Karang Taruna. Keempat, organisasi PMI. Dalam masa
pandemi Covid 19 yang sedang terjadi di masa ini, Dinas Kesehatan banyak
bekerja sama dengan PMI melalui pelaksanaan desinfektan di tempat – tempat
umum, evakuasi ke pemusatan karantina, dan sebagainya.
Pola pemahaman yang berbeda dengan masyarakat daerah, merupakan
salah satu faktor penghambat program pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan di Kabupaten Gorontalo. Pemahaman terkait pelasanaan progran
hanya untuk untung dan rugi dalam bekerja sama dan perbedaan presepsi
dalam pemberdayaan masyarakat dapat menghambat pelaksanaan
pembangunan kesehatan di Kabupaten Gorontalo. Dan untuk mengantisipasi
hal tersebut, upaya yang dilakukan yaitu melakukan MOU (Memorandum of
Understanding) dengan pihak organisasi tersebut. Salah satu contoh upaya
yang telah dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut, dengan melakukan
MOU dengan pihak Dewan Masjid se-Kabupaten Gorontalo terkait dengan
pelaksanaan Siar Germas merupakan salah satu program dinas kesehatan yang
melalui pendekata agama dan budaya.
Selain perbedaan pemahaman, masalah penganggaran merupakan salah
satu faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
Terkadang dalam pola pikir kita dalam setiap kegiatan ada anggarannya,
padahal dalam setiap pemberdayaan itu semakin minim anggaran yang
digunakan maka semakin berhasil pemberdayaan tersebut dilaksanakan,
karena yang diharapkan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu suka rela.
Maka untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan Perda dan
penyelenggaraan ketertiban umum dan kententraman masyarakat khususnya
bidang kesehatan di Kabupaten Gorontalo, perlu adanya rancangan peraturan
perudangan daerah agar untuk mengungkapkan pembentukan Perda
Kabupaten Gorotalo yang ideal, yang baik dan benar sekaligus untuk
memelihara reputasi daerah apabila suatu Perda Kabupaten Gorontalo itu
banyak yang dibatalkan, baik karena bertentangan dengan peraturan
perundangan yang lebih tinggi maupun karena faktor dan/atau sebab yang
lainnya.
maupun secara praktis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan
untuk mengembangkan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
Kabupaten Gorontalo.
Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat
2. Bagi Pemerintah
3. Bagi Mahasiswa
Kabupaten Gorontalo.