Anda di halaman 1dari 14

1. A. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia.

Sehubungan dengan
itu, jawablah pertanyaan berikut ini dengan lengkap dan rinci:
a) Apa makna dan tujuan pendidikan menurut Islam dan apa perbedaannya dengan
konsep pendidikan Barat?

Tujuan menuntut ilmu di dalam Islam ialah untuk menanamkan nilai-nilai


kebaikan ke dalam diri seseorang dan kepribadiannya. Dengan demikian, hasil dari
penanaman kebaikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk jiwa (psikologis).
Sehingga tujuan akhir dari menuntut ilmu adalah untuk menghasilkan manusia yang baik
(to produce a good man).
Adapun dalam perspektif Barat, tujuan menuntut ilmu ialah untuk menghasilkan
warga negara yang baik (to produce a good citizen). Dari sini dapat diketahui bahwa
menghasilkan warga negara yang baik, berarti sama juga dengan menghasilkan rakyat
yang baik. Baik untuk sistem pemerintahan demokrasi, oligarki, maupun monarki.
Setelah mengamati kedua perspektif di atas, tentu keduanya mempunyai
perbedaan yang sangat jelas. Kata ‘good man’ yang terdapat pada konsep Islam,
sebenarnya sudah mencakup aspek kehidupan spiritual dan material manusia secara
bersamaan (The Concept of Education In Islam, 22). Sementara kata ‘good citizen’ yang
terdapat pada konsep Barat, sebenarnya berlaku pada aspek fisikal (luaran) atau material
saja. Jadi ilmu yang sangat ditekankan oleh Barat adalah merujuk kepada aspek material
saja, mereka menafikan aspek dalaman (kerohanian ataupun keagamaan).
Berkenaan dengan kedua tujuan di atas, Wan Mohd Nor Wan Daud menjelaskan,
“Hal terpenting yang ditanamkan dalam menuntut ilmu adalah nilai kebaikan dan
keadilan dalam diri manusia berdasarkan individu, bukan berdasarkan warga negara
ataupun anggota masyarakat. Dan yang perlu ditekankan dalam pendidikan juga adalah
nilai manusianya sebagai manusia yang sejati, sebagai warga negara dan sesuatu yang
bersifat spiritual. Bukan pada nilai manusia sebagai entitas fisikal yang diukur dalam
konteks pragmatis dan bermanfaat untuk negara, masyarakat maupun dunia”
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa warga negara yang baik (good
citizen) tentunya tidak sama dengan manusia yang baik (good man). Karena warga negara
yang baik, belum tentu ia baik terhadap dirinya (spiritual). Sebab boleh jadi, ilmu yang
didapatkannya pun tidak melekat ke dalam dirinya sehingga membuat ilmu tersebut dapat
disalahgunakan dan dikaburkan kepada sesuatu yang negatif bagi manusia maupun alam.
Akan tetapi, manusia yang baik (good man) sudah pasti ia mencakup keduanya, menjadi
warga negara yang baik dan baik juga terhadap dirinya.

b) Bagaimana Langkah-langkah mendidik anak menurut Islam agar agar menjadi


anak yang sholeh di masa yang akan dating?
Dalam sebuah buku yang berjudul “Tarbiyatul aulad fil Islam” yang di tulis oleh Dr.
Abdullah Nasih Ulwan, beliau menyebutkan lima metode yang perlu dilakukan orang tua
dalam mendidik anak-anaknya agar sang anak kelak menjadi anak yang shaleh dan
shalehah. Metode tersebut adalah
- Pertama, mendidik anak dengan keteladanan yang baik. Orang tua harus memberikan
contoh-contoh yang baik setiap harinya kepada anaknya dalam semua tindakannya. Ini
berarti kalau orang tua ingin memiliki anak yang shaleh maka yang shaleh terlebih
dahulu adalah dirinya sendiri, karena bagaimana mungkin ia akan membentuk pribadi
seorang anak menjadi shaleh jika ia sendiri tidak berprilaku shaleh.
- Kedua, mendidik anak dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik. Berarti segala hal
yang baik di dalam Islam sudah harus diaksanakan oleh sang anak meskipun dia masih
kecil, dan itu pula sebabnya mengapa sang anak sudah harus melaksanakan shalat pada
saat sang anak berumur tujuh tahun, padahal anak yang berumur tujuh tahun itu masih
belum wajib hukumnya mengerjakan shalat. Ini tentu maksudnya agar anak terbiasa
melaksanakan ajaran Islam. Pembiasaan-pembiasaan yang baik harus ditanamkan kepada
anak sejak kecil.
- Ketiga, mendidik dengan pengajaran dan dialog. Hal ini berarti setelah anak mendapat
keteladanan dari orang tuanya lalu dibiasakan juga untuk melakukan sesuatu, maka ketika
diberi pengajaran tentang sesuatu yang harus dilaksanakannya itu, sang anak akan mudah
memahami dan menerima pengajaran. Apalagi pengajaran tersebut diajarkan dengan cara
dialog antara orang tua dengan anaknya, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim
pada saat ia diperintahkan untuk menyembelih Ismail As.
- Keempat, mendidik dengan cara memberi hukuman atau sanksi bila anak tidak
mau melaksanakan sesuatu yang diperintahkan agama, sementara ajakan dengan
cara lemah lembut sudah dilakukan namun tidak membuat sang anak mau
berubah ke arah yang lebih baik. Isyarat memberi sanksi atau hukuman kepada
sang anak ini dapat dipahami dari hadith yang Artinya: “Suruhlah anak-anakmu
shalat bila berumur tujuh tahun dan pukullah jika mereka sudah berumur sepuluh
tahun”(H.R. Abu Daud).Dari hadith di atas dapat dipahami bahwa mendidik anak
harus ada disiplin dan ketegasan di dalamnya sehingga anak menjadi tahu dan
sadar mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkannya.
Sementara itu, kata pukul dalam hadith tersebut di atas bisa saja dimaknai dengan
sanksi dan orang tualah yang paling tahu sanksi yang paling tepat untuk
diberlakukan kepada anak-anaknya.
- Kelima, metode dengan pengawasan dan nasehat. Berarti orang tua harus
mengawasi atau mengontrol aktivitas anaknya. Jika ia menjumpai anaknya
melakukan hal yang kurang baik maka tugas orang tua untuk memberi nasehat-
nasehat dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang.

2. a) Apakah makna, tujuan dan kedudukan da’wah menurut ajaran Islam


- makna: makna dakwah yang berarti mengajak, berdoa, mengadu, memanggil,
meminta dan mengundang.
Doa sendiri berarti permohonan dari bawahan kepada atasan, dari hamba kepada Tuhannya.
Dengan makna-makna ini, kita juga memahami bahwa dakwah tidak menekankan hasil, tetapi
mementingkan tugas dan proses. Penelusuran makna dakwah juga menunjukkan bahwa masing-
masing makna tersebut menunjuk kata yang membutuhkan objek. Hal ini menunjukkan
membandingkan, memetakan, dan menelusuri perkembangan definisi dakwah. Umumnya para
ahli membuat definisi dakwah berangkat dari pengertian dakwah menurut bahasa. Kata-kata
seruan, anjuran, ajakan, dan panggilan selalu ada dalam definisi dakwah.
Ini menunjukkan mereka sepakat bahwa dakwah bersifat persuasif, bukan represif. Mereka
setuju dengan dakwah informatif, bukan manipulatif. Bukanlah termasuk dakwah, jika ada
tindakan yang memaksa orang lain untuk memilih antara hidup sebagai muslim ataukah mati
terbunuh.
- tujuan: Sebenernya tujuan dakwah adalah tujuan di turunkan agama Islam bagi ummat
manusia itu sendiri , yaitu untuk membuat manusia yang memiliki kualitas aqidah, ibadah
serta akhlak yang tinggi.
Drs. Bisri Affandi, MA mengatakan bahwa yang di harafkan oleh dakwah adalah terjadinya
perubehan dalam diri manusia, baik kelakuan idiil maupun aktuil, baik pribadi maupun keluarga
dan masyarakat , way of thinking atau cara berpikirnya berubah, way of life atau caran hidupnya
berubah menjadi lebih baik di tinjau dari segi kwalitas. Yang di maksud kwalitas adalah nilai-
nilai agama sedangka kwalitas adlah bahwa kebaikan yang bernilai agama itu semakin di miliki
banyak orang dan banyak dalam segala situasi dan kondusi. (Bisri Affandi, 1984 : 3)
Ketika merumuskan pengertian dakwah, Drs. Amrullah Achmad menyinggung tujuan dakwah
adalah untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran
kenyataan individual dan sosio kutural dalam rangka terwujudnya ajaran islam dan semua segi
kehidupan. (Amrullah Achmad (ed), 1983 : 2 ).
- kedudukan: Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, secara hukum dakwah
menjadi kewajiban yang harus di emban oleh setiap muslim. Ada banyak dalil yang bisa
dijadikan rujukan untuk mendukung pernyataan wajibnya melaksanakan tugas dakwah,
baik dari Al Quran maupun Hadis Nabi, diantaranya adalah dalil berikut ini, surat An
Nahl 125 :
 “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

b)Bagaimanakah metode dan Langkah-langkah dalam berda’wah agar berhasl


dengan baik, khususnya dalam membentuk masyarakat yang beriman dan
bertaqwa
Terdapat beberapa metode dakwah. Pertama, dakwah Fardiah merupakan metode dakwah yang
dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang) atau kepada beberapa orang dalam jumlah
yang kecil dan terbatas.
Kedua, dakwah Ammah yang dilakukan oleh seseorang dengan media lisan yang ditujukan
kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh kepada mereka. Mereka biasanya
menyampaikan khotbah (pidato).
Ketiga, dakwah bil-Lisan, yakni penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan
(ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah).
Keempat, dakwah bil-Haal, dengan mengedepankan perbuatan nyata.
Yang kelima, dakwah bit-Tadwin, atau pola dakwah melalui tulisan, baik dengan menerbitkan
kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah.
Keenam adalah dakwah bil Hikmah, yang berdakwah dengan cara arif bijaksana, semisal
melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan
dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik.

langkah-langkah berdakwah
1. Berdakwah Dengan Hikmah
Didalam kata hikmah juga terkandung makna bijak (wisdom). Dakwah yang bijak
menurut Ustadz Sayyid Qhutub adalah memperhatikan situasi dan kondisi dari para
mad’u (objek dakwah). Sejauh mana kemampuan daya serap yang mereka miliki. Jangan
sampai tugas-tugas yang diberikan diluar kemampuan si mad’u. sebab, kesiapan jiwa
masing-masing mad’u berbeda-beda. 
2. Berdakwah Dengan Mau’idzah Hasanah
Ketika di gabung dengan sifat hasanah, maka makna mau’idzah hasanah menjadi
pelajaran atau nasihat yang baik. Nasihat yang menyentuh hati dan melembutkannya.
Seorang aktivis dakwah yang cerdas selslu menyampaikan apa yang ada di hatinya. Tidak
dibuat-buat, dan tidak pula mebuat orang-orang semakin bingung dan ketakutan.
3. Berdialog Dengan Cara Yang Lebih baik
Langkah berikutnya adalah wajaadlhum bilatii hiya ahsan. Kata wajadihum (bantahlah)
menunjukkan agar seorang aktivitas dakwah senantiasa meluruskan pandangan yang 
salah, dan menolak setiap pendapat yang tidak sejalan dengan Al Qur’an dan Sunnah.
Tetapi cara menolaknya harus dengan cara yang cerdas, dalam arti lebih baik dari cara
mereka billati hiya ahsan. Sebab jika tidak penolakan itu akan menjadi tidak berguna.
Bahkan, tidak mustahil akan menyebabkan mereka semakin kokoh dengan kabatilan yang
mereka tawarkan.

3. a) Bagaimanakah pandangan Islam tentang ilmu pengetahuan


Islam memandang bahwa ilmu pengetahuan merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban
manusia sebagai mahluk Allah SWT. yang berakal. Islam adalah agama universal yang berlaku
sepanjang zaman, Islam bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang dilakukan ilmu
pengetahuan, tetapi juga mendorong dicapainya kemajuan tersebut. Dengan demikian melalui
penelitian ilmiah manusia dapat menyusun teori-teori yang merupakan deskripsi dari fenomena
alam.
b) Jelaskanlah perkembangan IPTEK di dunia Islam dari masa ke masa mulai dari
dinasti Mu’awiyah, Abasiah sampai sekarang!

Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam
menjadi pusat sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan
umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan
pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-
Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif,
Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia
mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan,
etika, dan ajaran agama. Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa
kejayaan Islam, telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat
untuk belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.
Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir
menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi
Eropa selama lima atau enam abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain, bahwa Islam
pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya umat Islam memiliki
tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang
Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam telah datang ke Spanyol memperkenalkan
berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan,
filsafat dan masih banyak cabang ilmu yang lain lagi. Kekhilafahan Abbasiyah tercatat
dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M / 132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu
al-’Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-
1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini
mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah lahir
ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut
saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan
dalam cabang ilmu.
Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya
merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai
Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum
dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu
yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan
pengembangannya berdampak cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan umat pada
masa itu. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan
sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel;
atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-
Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah
Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Masa
kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi, terjadi pada masa
pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa
pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu
pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal
saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam
Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahayul.
Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat,  jika ada orang gila, mereka akan
menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka
akan menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut berteriak kesakitan, orang Barat
percaya bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang Barat
percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan, Ilmu pengetahuan
dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga.
Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-
luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah
adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga.
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal
dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat leluasa
mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah
dan sebagainya.
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan
sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel.
atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-
Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah
Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Saat itu
“kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan
modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di
Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata
bernama ‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan
bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib
akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat
Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya
menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat
bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.
Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh
terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih
digunakan.
1) Al khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar di dalam
matematika.
2) ibnu sina ia adalah: membuat buku tentang kedoteran
3) jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4) albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan
dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak antropologi,
idiologi
5) Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk
menyembuhkan luka pada saat oprasi
6) ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yang mengurai bagai mana mata
bekerja
7) Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan juga
alergi asma dan demam sebagai daya mekanisme tubuh.

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa
Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi
pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak
hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang
dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci,
Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari
Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia.
Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan
Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang
sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya,
perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku.
Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku,
termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan
lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar
ketika mereka menyerang Islam.

4. A) Apakah jinayat itu? Jelaskanlah macam-macam hukum yang terkait dengan


jinayat
Hukum pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah jinayah atau jarimah.
Jinayah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana. Secara etimologi jana
berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan perbuatan dosa atau
perbuatan salah. Seperti dalam kalimat jana'ala qaumihi jinayatan artinya ia telah
melakukan kesalahan terhadap kaumnya. Kata Jana juga berarti "memetik", seperti dalam
kalimat jana as-samarat, artinya "memetik buah dari pohonnya". Orang yang berbuat
jahat disebut jani dan orang yang dikenai perbuatan disebut mujna alaih. Demikian pula
menurut Imam al-San'any bahwa al- jinayah itu jamak dari kata "jinayah" masdar dari
“jana” (dia mengerjakan kejahatan kriminal)

1. Jarimah gisâs dan diyat


Jarimah qisâs dan diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman gisâs atau diyat.
Baik qisâs maupun diyat keduanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara'.
Perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa had merupakan hak Allah (hak
masyarakat), sedangkan qisās dan diyat adalah hak manusia (individu), 107 Adapun yang
dimaksud dengan hak manusia sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud Syaltut adalah
yang ada hubungannya dengan kepentingan pribadi seseorang dan dinamakan begitu
karena kepentingannya khusus untuk mereka. Dalam hubungannya dengan hukuman
qisâs dan diyat maka pengertian hak manusia di sini adalah bahwa hukuman tersebut bisa
dihapuskan atau dimaafkan oleh korban atau keluarganya. Dengan demikian maka ciri
khas dari jarimah qisâs dan diyat itu adalah a Hukumannya sudah tertentu dan terbatas,
dalam arti sudah ditentukan oleh syara' dan tidak ada batas minimal atau maksimal; b.
Hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti bahwa korban atau
keluarganya berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku. Jarimah qisâs dan diyat
ini hanya ada dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila
diperluas maka ada lima macam, yaitu: 1) Pembunuhan Sengaja 2) Pembunuhan
Menyerupai Sengaja 3) Penganiayaan Sengaja 4) Penganiayaan Tidak Sengaja 

3. Jarimah Hudud
Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had, Pengertian hukuman
had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara' dan menjadi hak Allah (hak
masyarakat)."" Dengan demikian ciri khas jarimah hudud itu sebagai berikut. a
Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukumannya telah ditentukan oleh
syara' dan tidak ada batas minimal dan maksimal. b Hukuman tersebut merupakan hak
Allah semata-mata, atau kalau ada hak manusia di samping hak Allah maka hak Allah
yang lebih menonjol. Pengertian hak Allah sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud
Syaltut sebagai berikut: hak Allah adalah sekitar yang bersangkut dengan kepentingan
umum kemaslahatan bersama, tidak tertentu mengenai orang dan seorang. Demikian hak
Allah, sedangkan Allah tidak mengharapkan apa-apa melainkan semata- mata untuk
membesar hak itu di mata manusia dan menyatakan kepentingannya terhadap
masyarakat. Dengan kata lain, hak Allah adalah suatu hak yang manfaatnya kembali
kepada masyarakat dan tidak tertentu bagi seseorang.

2. Jarimah Ta'zir
Jarimah ta'zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta'zir. Pengertian taʼzir
menurut bahasa ialah ta'dib atau memberi pelajaran. Taʼzir juga diartikan ar rad wa al
man'u, artinya menolak dan mencegah. Akan tetapi menurut istilah, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam Al Mawardi. Ta'zir itu adalah hukuman atas tindakan
pelanggaran dan kriminalitas yang tidak diatur secara pasti dalam hukum had. Hukuman
ini berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan kasus dan pelakunya. Dari satu segi, ta'zir ini
sejalan dengan hukum had; yakni ia adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki
perilaku manusia, dan untuk mencegah orang lain agar tidak melakukan tindakan yang
sama seperti itu. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa hukuman ta'zir itu adalah
hukuman yang belum ditetapkan oleh syara', melainkan diserahkan kepada ulil amri, baik
114 pelaksanaannya. Dalam penentuannya menentukan hukuman tersebut, penguasa
hanya menetapkan hukuman secara global saja. Artinya pembuat undang-undang tidak
menetapkan hukuman untuk masing-masing jarimah ta'zir, melainkan hanya menetapkan
sekumpulan hukuman, dari yang seringan- ringannya sampai yang seberat-beratnya. 
b) Apakah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hukum jinayat di
Indonesia, dan bagaimanakah solusi mengatasinya?

Jinayat (Tindakan Pidana) merupakan salah satu kata dari Bahasa arab, yang
diambil kosakatanya dari jana-yajnu-jinayatan, yang memiliki arti secara bahasa adalah
perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang diusahakan. Sedangkan dari segi
pengertian secara istilah adalah suatu perbuatan yang dilarang syara' (syariat) baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta, atau lainnya.
Perbedaan antara jinayat dari hukum Islam dan Hukum Positif adalah:
1) Jinayah dari segi Hukum Islam mengarah pada pembentukan akhlak dan
budi pekerti seseorang, sehingga setiap perbuatan yang bertentangan
dengan akhlak akan selalu dicela dan diancam dengan hukum Islam.
Sedangkan hukum positif (Undang-undang) hanya berorientasi kepada apa
yang menyebabkan kerugian secara langsung bagi perseorangan atau
ketentraman masyarakat, dan tidak mengarah kepada budi pekerti.
Sehingga daripada itu jika tidak menimbulkan kerugian secara langsung,
bagi pihak lain, walaiupun bertentangan dengan akhlak, tidak dianggap
tindak pidana.
2) Jinayat dari segi Hukum Positif, merupakan produk nalar manusia,
sedangkan hukum jinayat Islam (khususnya hudud dan jarimah)
bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits. Selain itu, ada ketentuan
hukum yang diserahkan kepada pemerintah (ulil amri), yaitu jarimah
ta'zir yang dalam pelaksanaannya tetap mengacu kepada nash Al-Qur'an
dan Hadits.

Jinayat secara garis besar dibedakan menjadi 2 kategori:


1) Jinayat terhadap jiwa, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan
menghilangkan nyawa, baik disengaja maupun tidak disengaja.
2) Jinayat terhadap oragn tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang
dengan meruka salah satu organ tubuh, atau melukai salah satu badannya,
baik disengaja maupun tidak disengaja.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi


Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Naggroe Aceh Darussalam serta UndangUndang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh semakin menegaskan bahwa eksistensi
hukum Islam di Aceh sudah menjadi hukum Nasional, baik dari sisi materi hukum, aparat
penegak hukum, maupun peningkatan kesadaran masyarakat di Aceh akan syariat Islam.
Qanun Jinayat di Provinsi Aceh merupakan pembaruan hukum pidana di Indonesia,
karena hukum yang baik harus mencerminkan hukum yang hidup dalam masyarakat itu
sendiri, sehingga hukum yang berlaku di Aceh sekarang ini bisa dijadikan model
pembangunan hukum di Indonesia yang majemuk, namun tetap dalam bingkai Negara
hukum Indonesia.
Pelanggaran atau kendala yang terjadi adalah adanya kontroversi mengenai
hukum jinayat itu sendiri, yakni melanggar HAM. Hal tersebut berbuntut panjang hingga
saat ini, bahkan tidak akan terselesaikan kecuali ada solusi yang merupakan interseksi
antara hukum nasional dan hukum Islam. Solusinya adalaha, perlu adanya konsolidasi
antara pihak pemerintah pusat maupun daerah, para tokoh masyarakat, tokoh agama, ahli
hukum islam, dsb. untuk membicarakan hukum tersebut, sehingga ditemukan titik
terangnya dan permasalahan yang ada pun terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Agama RI, Al-Qur,an Dan Terjemahnya, (Bandung :PT.Syaamil Cipta Media :
2005), h. 421

Fathiyah Wardah. (2016). Qanun Jinayat di Aceh Melanggar Hak Asasi Manusia. Diakses pada
tanggal 8 April 2021, dari https://www.voaindonesia.com/a/qanun-jinayat-di-aceh-melanggar-
hak-asasi-manusia/3570054.

M Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana : 2009), h. 10

Marsaid. (2020). Hukum Pidana Islam.CV Amanah, Palembang, Indonesia.

Poeradisastra. (1986). Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern. Jakarta.

Rahmat Hidayat Zakaria. (2012). Ilmu dan Pendidikan: Perspektif antara Islam dan Barat.
Diakses pada tanggal 8 April 2021, dari https://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-
pembaca/ilmu-dan-pendidikan-perspektif-antara-islam-dan-barat.

RI, D. B. (1981-1982). Sejarah Dan Kebudayaan Islam. Makassar: IAIN Alaudin.

Salabi, A. (1983). Sejarah Kebudayaan Islam (Vol. 1) (M. Yahya, Trans.) Jakarta: Pustaka al-
Husna.

Sewang, Anwar. (2017). Sejarah Peradaban Islam. Wineka Media, Parepare, Indonesia. ISBN
978 602 092 3 888

Siti Maryam, D. (2002). Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI.

Suwarno. (2019). Kejayaan Peradaban Islam dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan. Islamadina,
20(2), hlm. 169-174.

Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed M. Naquib Al-
Attas, 1998, 131.

Wardatul, Jannah. (2016). Metode Mendidik Anak Menurut Pemikiran Abdullah. Nashih Ulwan.
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai