Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2019;7(2):134–8]
 Laporan kasus
Laporan Kasus: Anestesi Blok Peribulbar pada Pasien dengan Gagal Jantung
Kongestif yang Dilakukan Enukleasi
Muhamad Adli, Caroline Wullur
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo

Abstrak

Seorang pria berusia 73 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata
Cicendo pada bulan November 2018 dengan keluhan nyeri mata yang mengeluarkan darah dan disertai
dengan keluhan sesak. Pemeriksaan mata menunjukkan prolaps okuli dan direncanakan untuk dilakukan
enukleasi. Ahli kardiologi mendiagnosis dengan hypertensive heart disease, congestive heart failure
functional class IV, moderate mitral regurgitation, moderate aortic regurgitation. Laporan kasus ini bertujuan
memaparkan keberhasilan tatalaksana anestesi pada pasien usia lanjut dengan gagal jantung kongestif yang
dilakukan enukleasi dalam blok peribulbar. Teknik blok peribulbar dipilih agar tidak memperberat masalah
kardiovaskular serta untuk meminimalisir depresi kardiak. Teknik ini dilakukan dengan menyuntikkan
obat anestesi lokal levobupivakain 0,5% pada inferotemporal, medial kantus, dan superonasal. Operasi
berlangsung tanpa keluhan nyeri dan fluktuasi hemodinamik yang signifikan. Paskaoperasi pasien sadar
penuh dengan skala nyeri NRS 60 menit paska operasi 0. Hal ini menunjukkan bahwa teknik anestesi blok
peribulbar memberikan hasil memuaskan pada tindakan enukleasi.

Kata kunci: Blok peribulbar, enukleasi, gagal jantung kongestif, prolaps okuli

Enucleation under Peribulbar Block Anesthesia in Patients with Congestive


Heart Failure: A Case Report
Abstract

A 73-year-old male patient was presented to the emergency department of the National Eye Center Cicendo
Hospital with a painful and bloody eye as well as shortness of breath. Eye examination revealed ocular
prolapse and patient was scheduled for enucleation. The cardiologist diagnosed the patient with hypertensive
heart disease, congestive heart failure functional class IV, moderate mitral regurgitation, and moderate
aortic regurgitation. Patient then underwent treatment for six days. This case report aimed to describe
the successful management of anesthesia in elderly patients with congestive heart failure who underwent
peribulbar block for enucleation procedure. To prevent further cardiac problems and to minimize the risk of
cardiac depression in this patient, the anesthetic technique chosen was peribulbar block with the injection
of local anesthetic drug levobupivacaine 0.5% at the inferotemporal, medial canthus, and superonasal.
The surgary took place without complaints of intraoperative pain and without significant hemodynamic
fluctuations. Postoperatively, the patient was fully conscious and sixty minutes postoperative pain scale
(Numeric Rating Scale) in this patient was 0. This shows that the peribulbar block anesthesia technique can
provide satisfactory results for enucleation procedure.

Key words: Congestive heart failure, enucleation, ocular prolapse, peribulbar block

Korepondensi: Muhamad Adli, dr., SpAn. M. Kes, Departemen Anestesi Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo,
Bandung, Jl. Cicendo No. 4 Bandung, Tlpn (022) 43212380, Email muhamad.adli.b@gmail.com

134 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http://dx.doi.org/10.15851/jap.v6n2.1424


doi.org/10.15851/jap.v7n2.1775
Muhamad Adli, Caroline Wullur; Laporan Kasus: Anestesi Blok Peribulbar pada Pasien dengan 135
Gagal Jantung Kongestif yang Dilakukan Enukleasi

Pendahuluan pasien tersebut dengan hypertensive heart


disease, congestive heart failure functional
Prosedur enukleasi pada umumnya dilakukan class IV, moderate mitral regurgitation ec.
dalam anestesi umum dengan pemberian mitral prolapse, moderate aortic regurgitation,
pelemas otot, hal ini dikarenakan enukleasi dan dilakukan perawatan selama 6 hari.
merupakan suatu tindakan operasi amputasi Pasien diberikan terapi ramipril, bisoprolol,
bola mata yang akan melibatkan manipulasi furosemid, atorvastatin, dan parasetamol.
ekstensif pada otot mata sehingga berisiko Setelah keadaan umum membaik, pasien
menyebabkan refleks okulokardiak. dijadwalkan untuk dilakukan enukleasi. Pasien
Refleks okulokardiak memiliki potensi dipersiapkan untuk dilakukan enukleasi dalam
morbiditas dan mortalitas yang signifikan.1 anestesi blok peribulbar. Pasien dipersiapkan
Refleks okulokardiak pada tindakan enukleasi dalam posisi head up 30°, tanda vital pasien
dapat bermanifestasi sebagai aritmia termasuk menunjukkan tekanan darah 120/45 mmHg,
bigemini, bradikardia, hingga asistol.1 Oleh laju nadi 60 kali/menit reguler, laju napas 17–
karena itu, tindakan enukleasi merupakan 19 kali/menit, SpO2 92%–94% dengan udara
tindakan yang berisiko tinggi pada pasien usia bebas, dan 97%–99% dengan O2 3 L/m via
lanjut dengan permasalahan kardiovaskular nasal kanul dengan skala nyeri NRS 3.
berat. Untuk memberikan kenyamanan, pasien
Tindakan anestesi yang dilakukan pada diberikan fentanil 25 µg intravena dan propofol
pasien dengan permasalahan tersebut di atas 20 mg intravena. Kondisi isi bola mata yang
sebaiknya tidak memperberat masalah jantung prolaps tidak memungkinkan untuk dilakukan
yang ada, yaitu tindakan yang memiliki efek penekanan setelah tindakan anestesi blok
depresi kardiovaskular dan pulmonal yang peribulbar. Oleh karena itu, dilakukan draping
minimal seperti anestesi regional. Kelebihan dan pemasangan spekulum untuk membantu
tindakan anestesi regional jika dibanding penekanan area sekitar bola mata serta
dengan anestesi umum meliputi efek anti- dilakukan penyuntikan pada tiga titik dengan
inflamasi yang lebih baik (respons stres yang harapan obat anestesi lokal dapat menyebar
lebih rendah) dan terutama efek depresi dengan rata hingga ke ruang intakonal. Anestesi
kardiopulmonal yang lebih rendah.2 Oleh blok peribulbar dilakukan dalam keadaan
karena itu, jika operasi dapat dilakukan dalam aseptik dengan menyuntikkan levobupivakain
anestesi regional, maka anestesi regional 0,5% 3 mL pada inferotemporal, 3 mL pada
menjadi pilihan utama pada pasien dengan medial kantus, dan 3 mL pada superonasal
penyakit jantung.3 menggunakan jarum ukuran 23 Ga 32 mm.
Laporan pada kasus ini memaparkan Diseksi dan reseksi otot ekstraokular dapat
keberhasilan tata laksana anestesi pada pasien dilakukan dengan baik tanpa rasa nyeri dan
usia lanjut dengan gagal jantung kongestif yang perubahan hemodinamik yang bermakna.
dilakukan enukleasi dalam blok peribulbar Namun, kemudian pada saat dilaksanakan
sebagai tindakan anestesi yang dipilih. pemasangan klem pada area nervus optikus,
kepala pasien bergerak menandakan rasa
Laporan Kasus tidak nyaman atau nyeri sehingga klem
dilepas dan dilakukan penambahan infiltrasi
Seorang laki-laki berusia 73 tahun datang anestesi lokal pada jarigan adiposa di sekitar
ke Instalasi Gawat Darurat Pusat Mata nervus optikus dengan lidokain 2%, serta
Nasional RS Mata Cicendo Bandung pada ditambahkan propofol 30 mg, kemudian
bulan November 2018 dengan prolaps isi dilakukan kembali pemasangan klem pada
bola mata disertai keluhan sesak berat. nervus optikus. Pemotongan nervus optikus
Pasien tersebut diberikan analgetik dan dilakukan tanpa keluhan nyeri dan perubahan
dirujuk ke Departemen Kardiologi RSUP Dr. hemodinamik yang bermakna. Operasi selesai
Hasan Sadikin. Ahli Kardiologi mendiagnosis dalam 40 menit. Kondisi pasien pascaoperasi

JAP, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019


136 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http://doi.org/10.15851/jap.v7n2.1775

sadar penuh dengan dengan skor Aldrette depresi kardiak yang minimal serta pemulihan
satu jam paskaoperasi 10, NRS 0, serta tidak yang cepat (fast track), misalnya dengan teknik
terdapat mual muntah pascaoperasi. Pasien anestesi blok.
diberikan kombinasi analgetik pascaoperasi Anestesi fast-track merupakan metode
parasetamol dan ibuprofen per oral. Pada yang relatif lebih aman pada prosedur operasi
pasien ini tidak didapatkan phantom eye pain. mata bagi pasien usia lanjut.8 Obat-obatan
kerja singkat seperti propofol, alfentanil,
Diskusi Kasus remifentanil, dan fentanil telah dipergunakan
dengan hasil yang baik.8 Kombinasi propofol
Enukleasi merupakan suatu tindakan operasi dan opioid telah terbukti efektif dalam
yang melibatkan pengangkatan seluruh bola memberikan analgesia dengan tingkat sedasi
mata dan sebagian dari nervus optikus.4 moderat bagi teknik anestesi blok regional
Enukleasi dilakukan pada pasien dengan mata pada mata.8
buta yang sangat nyeri atau pasien dengan Teknik anestesi blok dan anestesi lokal
tumor intraokuler (misal: retinoblastoma, mempunyai efek samping pada kardiovaskular
melanoma).4,5 Prosedur ini pada umumnya atau pulmonal yang relatif lebih ringan
dilaksanakan dalam anestesi umum dengan bilamana dibanding dengan anestesi umum.2
pemberian pelemas otot. Hal ini dikarenakan Keuntungan tindakan anestesi regional jika
enukleasi adalah suatu tindakan operasi dibanding dengan anestesi umum meliputi efek
amputasi bola mata yang akan melibatkan anti-inflamasi yang lebih baik (respons stres
manipulasi pada otot mata sehingga berisiko yang lebih rendah) dan efek kardiopulmonal
menyebabkan refleks okulokardiak. Refleks yang lebih rendah.2 Oleh karena itu, jika operasi
okulokardiak itu memiliki potensi morbiditas dapat dilakukan dalam anestesi regional, maka
dan mortalitas yang signifikan.1 Refleks anestesi regional menjadi pilihan utama pada
okulokardiak pada tindakan enukleasi dapat pasien dengan penyakit jantung.3 Pada pasien
bermanifestasi sebagai aritmia termasuk ini diputuskan untuk dilakukan tindakan
bigemini, bradikardia, hingga asistol.1 Skala enukleasi dalam anestesi blok regional dan
nyeri yang ditimbulkan pascaoperasi pada sedasi ringan dengan pemberian propofol 20
tindakan enukleasi, yaitu 3–4.5 mg dan fentanil 25 mcg.
Pada pasien ini didapatkan dua hal Teknik anestesi secara lokal/regional pada
permasalahan, yaitu pasien usia lanjut operasi mata saat ini semakin populer. Teknik
dengan gagal jantung kongestif (CHF) ini terutama dilakukan oleh ahli anestesi
sehingga tindakan enukleasi pada pasien dengan teknik yang bervariasi mulai injeksi
ini memiliki risiko yang sangat tinggi. Gagal akinetik hingga teknik topikal non-akinetik.9
jantung kongestif adalah sindrom klinis Setiap teknik memiliki profil risiko dan
kompleks yang ditandai dengan gangguan keuntungannya masing-masing, serta terbukti
kinerja ventrikel, keterbatasan aktivitas fisik, memberikan hasil yang baik jika dilakukan
insidensi aritmia ventrikel yang tinggi, dan dengan benar.9 Pemilihan teknik anestesi
harapan hidup yang lebih pendek.6 Gagal regional pada operasi mata disesuaikan
jantung kongestif merupakan salah satu dengan jenis operasi, pilihan pasien, dan
penyakit yang umumnya terjadi pada pasien keadaan pasien.9,10 Teknik regional anestesi
usia lanjut.7 Patofisiologi yang mendasarinya pada mata meliputi blok peribulbar, blok
sangat bervariasi. Sekitar 50% dari pasien retrobulbar, dan blok subtenon.
yang menderita CHF didapatkan fraksi ejeksi Tantangan teknik blok pada luka mata
ventrikel kiri menurun.7 Mortalitas pada terbuka seperti prolaps okuli pada pasien ini
periode perioperatif meningkat pada pasien adalah sulitnya penatalaksanaan komplikasi
dengan CHF, ini berlaku bagi operasi minor perdarahan (bola mata tidak intak) karena
maupun mayor.7 Oleh karena itu, prosedur pada prosedur tata laksana komplikasi
anestesi yang dipilih harus memiliki efek tersebut diperlukan kompresi atau penekanan

JAP, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019


Muhamad Adli, Caroline Wullur; Laporan Kasus: Anestesi Blok Peribulbar pada Pasien dengan 137
Gagal Jantung Kongestif yang Dilakukan Enukleasi

untuk menghentikan perdarahan. Komplikasi operasi dapat mencegah timbul phantom eye
ini menjadi lebih sulit ditangani terutama jika pain paskaoperasi.13 Pada pasien ini tidak
perdarahan terjadi pada ruang intrakonal didapatkan phantom eye pain.
(retrobulbar). Oleh karena itu, pada pasien ini Teknik blok peribulbar terhadap pasien
dipilih tindakan anestesi blok peribulbar untuk ternyata berhasil mempertahankan stabilitas
mengurangi risiko komplikasi perdarahan hemodinamik selama operasi, menandakan
retrobulbar yang dapat mengakibatkan depresi kardiovaskular yang minimal serta efek
kegagalan anestesi blok tersebut. analgesi yang adekuat. Keberhasilan teknik ini
Teknik blok peribulbar dilakukan dengan juga ditandai dengan skala nyeri paskaoperasi
menyuntikkan obat anestesi lokal pada ruang yang rendah, tidak terjadi phantom eye
ekstrakonal. Diperlukan volume obat anestesi syndrome, serta meminimalisir efek samping
lokal yang cukup besar agar distribusi obat yang sering muncul pascaanestesi umum
dapat mencapai seluruh jaringan adiposa dan pada operasi mata seperti mual dan muntah
juga ruang intrakonal.11 Terdapat struktur paskaoperasi.
utama (pembuluh darah dan nervus optikus)
yang terletak di dalam ruang intrakonal, Simpulan
sehingga rentan terhadap risiko cedera
jarum, termasuk nervus optikus dengan Teknik anestesi blok regional pada operasi
selaput meningeal, sebagian besar arteri, dan enukleasi dapat menjadi pilihan yang lebih
persarafan autonom, sensorik, dan motorik aman untuk dilakukan pada pasien dengan
bola mata.11 Beberapa penulis mengusulkan permasalahan sistemik yang berat. Teknik
untuk menghindari penempatan jarum ini memungkinkan prosedur anestesi dengan
pada ruang intrakonal (retrobulbar) dan tingkat depresi kardiopulmonal yang minimal
lebih memilih untuk menempatkan jarum serta pemulihan yang lebih cepat sehingga
pada ruang ekstrakonal (peribulbar), teknik relatif lebih aman bagi pasien dan lebih efisien
ini secara teori memiliki risiko yang lebih dari sisi biaya. Kombinasi anestesi regional
rendah.11 dengan pemberian sedatif akan memberikan
Pada pasien ini dilakukan penyuntikan obat kenyamanan pada pasien sehingga dapat
anestesi lokal levobupivakain 0,5% pada tiga memberikan hasil yang memuaskan.
titik, yaitu inferotemporal, medial kantus, dan
superonasal dengan volume masing-masing 3 Daftar Pustaka
mL. Namun demikian, diduga penyebaran obat
anestesi lokal ke ruang intakonal tidak tercapai 1. Ryder S, Lelli G. Factors influencing the
sempurna ditandai dengan gerakan kepala oculocardiac reflex during enucleation.
pasien pada saat pemasangan klem pada area Investigative Ophthalmol Visual Sci.
nevus optikus. Oleh karena itu, diberikan 2013;54(15):737.
suplementasi injeksi 1,5 mL lidokain 2% pada 2. Kettner S, Willschke H, Marhofer
jaringan adiposa di sekitar nervus optikus. P. Does regional anaesthesia really
Salah satu komplikasi yang dapat terjadi improve outcome? Br J Anaesth.
paskaenukleasi, yaitu phantom eye syndrome. 2011;107(S1):i90–5.
Phantom eye syndome adalah sensasi nyeri 3. Kaul TK, Tayal G. Anaesthetic
pada daerah mata meskipun sebenarnya mata considerations in cardiac patients
yang sakit tersebut telah diamputasi. Sindroma undergoing non-cardiac surgery. Indian J
ini serupa dengan phantom limb pada kasus Anaesth. 2007;51(4):280–6.
amputasi ektremitas.12, 13 Nyeri pada Phantom 4. Jordan DR, Mawn L. Enucleation,
eye syndrom dapat menghambat pemulihan Evisceration, and Exenteration. Dalam:
pasien dan berpotensi menimbulkan nyeri Dunn JP, Langer PD, penyunting. Basic
kronis. Sama halnya dengan phantom limb, techniques of ophthalmic surgery. Edisi
teknik anestesi regional sebelum tindakan

JAP, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019


138 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http://doi.org/10.15851/jap.v7n2.1775

ke-1. San Francisco: American Academy of 9. Jaichandran V. Ophthalmic regional


Ophthalmology; 2009. hlm. 305. anaesthesia: a review and update. Indian J
5. Callaway NF, Moshfeghi DM, Jaffe RA. Anaesth. 2013;57(1):7–13.
Ophthalmic surgery. Dalam: Jaffe RA, 10. Anker R, Kaur N. Regional anaesthesia
penyunting. Anesthesiologist’s manual for ophthalmic surgery. BJA Educat
of surgical procedures. Edisi ke-5. 2017;17(7):221–7.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 11. Ripart J, Nouvellon E, Chaumeron A.
2014. hlm. 247. Regional anesthesia for eye surgery. Reg
6. Magner J, Royston D. Heart failure. Br J Anesth Pain Med. 2005;30(1):72–82.
Anaesth. 2004;93(1):74–85. 12. Andreotti AM, Goiato MC, Pellizzer EP,
7. Smit-Fun V, Buhre W. The patient with Pesqueira AA, Guiotti AM, Gennari-
chronic heart failure undergoing surgery. Filho H, dkk. Phantom eye syndrome: a
Curr Opin Anesthesiol. 2016;29(3):391–6. review of the literature. Scient World J.
8. Fang ZT. Anesthesia management of 2014;2014:1–6.
ophthalmic surgery in geriatric patients. 13. Eker E, Macachor JD. Chronic ophthalmic
California: American Academy of pain and pain syndromes: causes and
Ophthalmology Tersedia dari: https:// treatment. Dalam: Jaichandran VV,
w w w. a a o . o r g / A s s e t s / 0 9 8 5 a b 3 9 - Chandra MK, Jagadeesh V, penyunting.
20ce-4779-9322-e718972edd86 Principles and practices of ophthalmic
/635711977904770000/anesthesia- anesthesia. Edisi ke-1. New Delhi: Joypee
management-of-ophthalmic-surgery-in- Brothers; 2017. hlm. 359.
geriatric-patients.pdf.

JAP, Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai