Idoc - Pub b113013 Pengoperasian JTR Dan Sambungan Pelayanan TRPDF
Idoc - Pub b113013 Pengoperasian JTR Dan Sambungan Pelayanan TRPDF
SAMBUNGAN PELAYANAN TR
B.1.1.3.01.3
Revisi I
Juni 2014
SAMBUTAN
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk kemajuan perusahaan.
OKTO RINALDI .S
KATA PENGANTAR
Materi pembelajaran ini disusun oleh Tim yang kompeten dan berpengalaman dalam
bidang “Pengoperasian JTR dan Sambungan Pelayanan TR”, sehingga materi ini
akan selaras dengan kebutuhan operasional dalam rangka menunjang kinerja yang
ekselen.
Namun demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa materi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan sarannya dari semua
pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan materi ini.
Akhir kata, pembelajaran ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja unit
Operasional pada khususnya dan mampu menunjang kinerja ekselen korporat.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan materi pembelajaran
ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan pengoperasian JTR dan
SPTR dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku di
PT PLN (Persero).
TIM REVISI :
TIM VALIDATOR
Mata Pelajaran 1
Mata Pelajaran 2
Pengukuran Listrik
Mata Pelajaran 3
Mata Pelajaran 4
Pengoperasian JTR dan SPTR
Mata Pelajaran 5
Mata Pelajaran 6
Praktek/simulasi Pengoperasian JTR dan SPTR
DURASI : 4 JP
2. PARSAORAN SIAHAAN
3. DICKY HIWARDI
Tidak seperti arus searah (DC) dimana besar dan polaritas dari arus/tegangan selalu tetap
sepanjang waktu maka pada arus bolak-balik, besar dan polaritas dari arus/tegangan berubah-
rubah terhadap waktu mengikuti bentuk fungsi sinusiodal.
Tegangan Arus
Nilai maks : V = V I =I
Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)
Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive (R), tetapi pada sistem arus bolak
balik beban merupakan “Impedansi” (Z) yang biasa dibentuk dari unsur : R, L, C.
Contoh beban :
Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita kenal sebagai “segitiga daya”.
1 Phasa :
S = VxI (VA)
P = V x I x cos θ (Watt)
Q = V x I x sin θ (VAR)
V = Tegangan Phasa-netral (Volt)
I = Arus Phasa (Amp)
3 Phasa :
S = V x I x √3 (VA)
P = V x I x √3 x cos θ (Watt)
Q = V x I x √3 x sin θ (VAR)
V = Tegangan Phasa-phasa (Volt)
I = Arus Phasa (Amp)
Dimana : ρ = Resistivitas
L = Panjang kawat
A = Luas penampang dalam kawat
Dalam tabel-tabel yang tersedia sering kita jumpai penampang kawat diberikan dalam satuan
“Circular Mil” disingkat CM.
Definisi dari CM ialah penampang kawat yang mempunyai diameter 1 mil (0,001 inch).
Atau
ρ = Ohm Meter
L = Meter
A = m2
Karena pada umumnya kawat-kawat penghantar terdiri dari kawat pilin (stranded conductors).
Maka sebagai factor koreksi untuk memperhitungkan pengaruh dari pilin, panjang kawat
dikalikan dengan 1,02 - 1,05 (2% - 5 % factor koreksi).
Dalam batas temperatur 100 C sampai dengan 1000 C, untuk kawat tembaga (Cu) dan
aluminium (Al) berlaku rumus :
Dimana :
Jika :
Untuk kawat :
Cu (100%) : α 20 = 0,00393
T0 = 234,5 oC
Cu (97,5%) : α 20 = 0,00383
T0 = 241,5 oC
Al (61%) : α 20 = 0,00403
T0 = 228,1 oC
Tahanan arus searah (DC) yang diperoleh dari perhitungan diatas harus dikalikan dengan
factor :
Biasanya tahanan konduktor standard diberikan oleh pabrik yang diukur pada temperature
20oC, sehingga untuk pemakaian dilapangan harga R harus dikoreksi sesuai temperature rata-
rata diluar (t2) dan dinyatakan dalam Ohm/Km.
Hukum Kirchoff I
Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu disatu titik adalah nol.
Jadi :
Jumlah arus yang masuk = jumlah Arus yang keluar atau jumlah arus yang bertemu
disatu titik adalah Nol.
Hukum Kirchoff II
Jumlah aljabar dari hasil kali arus dan tahanan pada setiap konduktor dalam suatu rangkaian
tertutup (mesh), sama dengan jumlah aljabar dari ggl.
R1
Sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari 3 buah tahanan yang
disambung seri, arus yang mengalir pada setiap tahanan sama
besarnya karena rangkaian seri.
E R2
I
R3
= I ( R1 + R2 + R3 )
= I x R tot
Apabila diketahui harga masing masing tahanan (R1, R2, R3) dan tegangan pada
sumber ( E ) juga diketahui maka kita dapat menghitung besar arus yang mengalir pada
penghantar maupun masing masing tahanan tersebut, oleh karena ke tiga tahanan
tersambung seri maka besar arus yang mengalir sama besarnya yaitu :
I = E : (R1 + R2 + R3)
Contoh Soal :
R1 = 45 Ω
R2 = 40 Ω
R3 = 25 Ω
E = 220 V
Tentukan : besarnya
- Arus (I)
Jawab :
Rtot = R1 + R2 + R3
= 45 + 40 + 25 = 110 Ω
I = E : Rtot
= 220 : 110
= 2 Ampere
Suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua buah Impedansi yang disambung Paralel Tegangan
yang kita pilih sebagai referensi :
Hukum Kirchoff I
I I2
I1
E R1 R2
Contoh Soal :
R1 = 60 Ω
R2 = 40 Ω
E = 240 Volt.
Tentukan :
Rtotal = 24 Ω
I = E : Rtot = 240 : 24 = 10 A
I1 = E : R1 = 240 : 60 = 4 A
I2 = E : R2 = 240 : 40 = 6 A
Dalam penyediaan tenaga listrik disyaratkan suatu level standard tertentu untuk menentukan
kwalitas tegangan pelayanan.
Akibat terjadinya rugi tegangan pada saluran maka tegangan khususnya ditempat
pelanggan paling jauh dari sumber (gardu distribusi) akan lebih kecil dari tegangan
nominal.
Rugi tegangan pada saluran yang menyebabkan adanya jatuh tegangan (∆V) dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
∆ V = Vs - Vr
Dimana :
Z = R + JX = impedansi saluran
Vs = Vs1 maka
∆ V = Vs1 – Vr
∆ V = I R cos θ + I jX sin θ
∆ V = I (R cos θ + jX sin θ)
Dimana :
Maka :
∆ V = I . L (R cos θ + jX sin θ)
∆ V = √ 3 . I . L (R cos θ + jX sin θ)
∆ V = √ 3 . I . L (R cos θ + jX sin θ)
JTM = 5% Trafo = 3%
Untuk optimasi jaringan nilai untuk dapat diambil nilai maksimum sesuai SPLN
No. 72;1987
Faktor daya (cos θ) adalah perbandingan antara daya nyata P (watt) dengan daya semu S (VA)
yang biasa dinyatakan dalam angka decimal atau persentasi.
Contoh :
P = 80 KW ; S = 100 KVA
Pengaruh daya nyata dari peningkatan PF pada suatu sirkuit adalah untuk mengurangi
arus yang mengalir lewat sirkuit tersebut sehingga memperoleh beberapa keuntungan
antara lain :
Daya yang dipakai oleh motor-motor dalam industri mempunyai dua komponen :
Daya reaktip (Q) yang diperlukan untuk membangkitkan medan magnet agar
motor-motor dapat berputar.
Fungsi penggunaan kapasitor adalah untuk meningkatkan P.F dengan cara mensuplai
daya reaktip bila dipasang pada atau dekat peralatan induktip.
Keperluan besarnya daya reaktif dari kapasitor dapat dilihat dari segi tiga daya sebagai
berikut :
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemasangan kapasitor maka perlu
penempatan yang tepat.
Kapasitor TR :
b. Untuk kumpulan beberapa motor-motor kecil atau motor-motor yang tidak bekerja
terus menerus kapasitor ditempatkan pada ujung instalasi
c. Penempatan didaerah pusat beban apabila sulit untuk menempatkan dilokasi (a)
atau (b) ditempatkan pada sisi beban dari APP jika hanya bertujuan untuk
menghindari tagihan kelebihan VAR.
Pada arus bolak balik 3 fasa secara teknis adalah identik dengan tiga buah karakter
listrik mono phase yang diformasikan secara simetris antara satu dengan yang lainnya.
Karakter arus bolak balik 3 fasa dapat berubah ubah kondisinya sangat tergantung
kepada kondisi pembebanan masing masing fasanya, bila pada masing masing fasa
terdapat beban yang sama besarnya maka hal tersabut biasa dinamakan arus bolak
balik beban seimbang.
Disebut arus bolak balik 3 fasa beban seimbang apabila besar arus Ir = Is = It dan pada
saat itu arus pada kawat netral (In) = nol, hal ini dikarenakan jumlah vektoris dari ketiga
fasa = nol
Hal ini dapat dilihat pada rangkaian arus bolak balik 3 fasa berikut ini :
VT Is
VS
VR
Vektor V dan I pada beban tak sefase :
Ir
r r ≠ s ≠ t
It t
s
VS
R
VT Is
Ir PR = Vr . Ir Cos Vr . Ir
r
PS = Vr . Is Cos Vs . Is
PT = Vt . It Cos Vt . It
It
t Ir = Is = It = If (IN = 0)
s
VS VR = VS = VT = Vf(teg.ph-N)
R
VT
Is
P3 = VR.Ir Cos VR.Ir + VS. Is Cos VS.Is + VT.It Cos VT.It
P3 = VR.Ir Cos r + VS.Is Cos s VT.It Cos t
P3 = ( VR.Ir + VS. Is + VT.It ) Cos
Ir = Is = It dan Vrn = Vsn = Vtn maka jaringan tersebut adalah arus bolak balik 3 fasa
beban seimbang .
Untuk menghitung daya semu pada beban seimbang adalah sebagai berikut :
S3 = Sr + Ss + St
S3 = Ir . Vrn + Is . Vsn + It . Vtn (beban seimbang & teg. simetris)
S3 = 3. (I . Vfn) (I . V masing masing fasa sama)
S3 = 3 . I .Vff / √3 (Vff = Vfn. √3)
S3 = 3 . I . Vff / √3 . √3/√3 (√3/√3 = 1)
S3 = I . Vff . √3
DURASI : 4 JP
3. DICKY HIWARDI
.
DAFTAR ISI
Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagai tidak dapat secara langsung kita tanggapi
dengan panca indra kita. Untuk memungkinkan pengukuran maka besaran listrik tsb ditransformasikan
melalui suatu phenomena fisis ke dalam besaran mekanis / elektris.
Alat ukur adalah peralatan ukur yang memenuhi standart kalibrasi untuk mengukur besaran-besaran
listrik.
Fungsi alat ukur untuk membandingkan atau mnegetahui besaran listrik dengan besaran standart
satuan yang digunakan.
I I
Prinsip kerja gerakan kawat panas ialah bila media kawat panas dilalui arus akan
memuai maka tali pengikat yang terlilit pada roller akan menarik kawat oleh kekuatan
pegas dan memutar roller sehingga jarus bergerak
+
U+ . S
Prinsip kerja kumparan putar ialah pada saat arus melalui kumparan magnit dan
kumparan putar maka kedua kumparan menjadi magnit dan terjadi saling tarik atau
tolak anatara kutub-kutubnya sehingga jarum penunjuk bergerak sesuai arah dan
besaran listrik yang diukurnya.
+ U
I
- S . S +U
Prinsip kerja gerakan elektro dinamis ialah pada saat arus melalui kumparan dan
kumparan putar maka kedua kumparan menjadi magnit dan terjadi saling tarik atau
tolak anatara kutub-kutubnya sehingga jarum penunjuk bergerak sesuai arah dan
besaran listrik yang diukur.
I I
+ -
U U
U
0 m
ax
Prinsip kerja elektro magnit ialah dua batang besi yang diletakkan didalam tabung
kumparan akan menjadi magnit dengan kutub senama pada saat kumparan dialiri arus,
oleh karena salah satu batang besi terpasang permanen maka besi yang terpasang
pada jarum akan bertolak sehingga jarum ikut bergerak ke arah skala maksimum
sesuai besaran listriknya.
Alat ukur dengan sistem induksi atau dikenal juga dengan sistem ferraris ini mempunyai
prinsip kerja sebgagai berikut :
Bila didalam medan magnit dengan garis gaya magnit arah yang berputar,
dipasangsebuah tromol berentuk silinder, tromol tersebut akan berputar menurut arah
I2
B Trom
ol
I1 A Q1 C
Q2
Q
NO SYMBOL KETERANGAN
1 Posisi mendatar
0.5
1.5
Sistem induksi
5 Sistem Getar
Amper meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya arus
listrik dalam satuan ampere.
Volt meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya
tegangan listrik dalam satuan volt
Watt meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya daya
aktif dalam satuan watt
VAr meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya daya
reaktif dalam satuan VAr
Cos meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya faktor
(daya aktif dibagi dengan daya semu)
Ohm meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya
tahanan listrik dalam satuan ohm
Megger adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya tahanan
isolasi dalam satuan mega ohm
Eart tester adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya tahanan
tanah dalam satuan ohm
kWh meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya energi
aktif dalam satuan kWh
kVAr meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya energi
reaktif dalam satuan kVAr
Gambar 7 Voltmeter
F A
Rangkaian serie
V
N
M
Transformator
5 meter 5 meter
F W
N
Gambar 20 Rangkaian Watt meter
1 3 4 6 B
E
F B
A
N N
Gambar 21 Rangkaian kWh 1 fasa
1 3 4 6 7 9 10 12
R B
E
S B
T
A
N
N
k
. . l k
1 . . . . l k l
K L K L K L NH FUSE
B
R
S
T E
N B
N
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15
KWH METER 3 FASA 4 KAWAT DT PASANGAN TIDAK LANGSUNG
. .
.
. . . . . . . . . . . . .. . .
M
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12
. . . . . .
13 15 1 2 3 4
. . . . . .
k l k l k l
1
K L K L
K L NH FUSE
B
R
S E
T
N B
N
2.6.2. Tabel Hasil Pengukuran
Tabel 4 Hasil pengukuran arus dengan amper meter dipasang seri
R (Resistive)
L (Induktor)
Capasitor
TL
TL//Capasitor
Lampu
3. Jelaskan nama-nama alat ukur listrik dan jelaskan fungsi serta besaran dan satuan
yang diukur ?
DURASI : 8 JP
2. PARSAORAN SIAHAAN
3. DICKY HIWARDI
Gambar 1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel pilin (twisted
cable) fasa‐3............................................................................................................2
Gambar 2 Monogram saluran kabel Tegangan Rendah – SKTR .............................................7
Gambar 3 PHB‐TR ..................................................................................................................9
Gambar 4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah .....................................................14
Gambar 5 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabel tanah ..............14
Gambar 6 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko .................15
3.1. PENDAHULUAN
PT PLN (Persero) memandang perlu peningkatan kualitas sistim kelistrikan di semua wilayah
pelayanannya, dengan tetap memberikan penekanan pada pelaksanaan empat program
strategis PLN yaitu :
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan adalah kondisi dari konstruksi ,
pemeliharaan dan pengoperasian. Jaringan distribusi tenaga listrik yang meliputi Jaringan
Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan
Sambungan Tenaga Lisrik (Rumah/Pelayanan).
Jaringan distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian dari sistem distribusi tenaga listrik
yang paling dekat dengan pemanfaat.
Konfigurasi jaringan secara umum adalah radial, hanya pada kasus khusus dipergunakan
sistem tertutup (loop). Saluran Udara Tegangan Rendah memakai penghantar jenis kabel pilin
(NFAAX‐T) dengan penampang berukuran luas penampang 35 mm2, 50 mm2 dan 70 mm2
serta penghantar tak berisolasi AAC, AAAC, BCC dengan penampang 25 mm 2, 35 mm2 dan 50
mm2.
Saluran kabel bawah tanah memakai kabel tanah dengan pelindung metal, berisolasi PVC,
berinti Tembaga atau Alumunium NYFGbY atau NYAFGbY dengan penampang berukuran
luas 25 mm2, 35 mm2, 50 mm2 , 70 mm2 dan 95 mm2.
Monogram jaringan distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel twisted fasa ‐3 dapat
dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel pilin (twisted cable) fasa‐3
Keterangan Gambar :
2 = Tiang Awal
Penghantar = End)
Konstruksi
atau Suspension (SS)
ADE (Adjustable
3 = Penghantar
11 = Guy Wire
12 =
= Tiang Seksi
10 Tiang Sudut besar (>30o)
1. Konfigurasi fasa‐3 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 3 penghantar fasa + 1
netral.
2. Konfigurasi fasa‐2 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 2 penghantar fasa + 1
netral atau penghantar BC atau AAAC.
Kedua sistem tersebut berdiri pada tiang sendiri atau di bawah Saluran Udara Tegangan
menengah (underbuilt).
Radius pelayanan jaringan lebih kurang 300 meter dan tingkat tegangan pelayanan dibatasi
+5% dan – 10 %.
Jenis tiang yang digunakan adalah tiang beton berukuran panjang 9 m dengan 1/6
kedalaman penanaman kali panjang tiang.
Untuk Jaringan Tegangan Rendah, Beban Kerja (working load) tiang yang dipakai adalah 160
daN, 200 daN, 350 daN dan 500 daN (1 daN = 1,01 kg.gaya)
Penghantar kabel twisted ditumpu pada tiang dengan konstruksi dead end (DE), Adjustable
Dead End (ADE) dan suspension (SS) yang penggunaannya disesuaikan dengan bentuk
lintasan jaringan. Kedua konstruksi tersebut dipasang di atas tiang, dikenal dengan istilah
konstruksi atas tiang (pole top construction).
Bentuk lintasan jaringan adalah lurus, sudut, dan akhir, sehingga tiang pada lintasan
tersebut diberi nama sesuai fungsinya :
Konstruksi Fixed Dead End mengikat penghantar netral. Kabel Pilin dengan komponen
pokok klem jepit (strain clamp) dan klem tarik (tension bracket). Beban Kerja (Working load)
untuk strain clamp tidak kurang dari 1500 daN dan untuk tension bracket tidak kurang dari 2200
daN gaya horizontal.
3.2.3 Fungsi Konstruksi Suspension (SS)
Konstruksi suspension dipakai untuk menggantung penghantar netral kabel twisted dan
dengan kemampuan sudut lintasan ≤ 300. Komponen utama konstruksi suspension
adalah suspension bracket dengan sanggup memikul Beban Kerja (working load) tidak
kurang dari 800 daN gaya vertical dan suspension clamp sebagai penggantung atau penjepit
kabel penggantung (messenger).
3.2.4 Jenis Penghantar
Penghantar yang dipergunakan adalah jenis penghantar kabel pilin (NFAAX–T) dengan
penghantar inti/fasa Alumunium murni dan Almelec sebagai penghantar netral yang sekaligus
sebagai penggantung (messenger).
Ukuran kabel untuk kabel Fasa : 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2 (Alumunium murni), dan untuk
Netral : 54,6 mm2 (Almelec = Allumunium Alloy) Penghantar netral mempunyai breaking load
maksimal 1755 daN.
Sudut Jenis
Lintasan Konstruksi Komponen
.No. Fungsi tiang
tambahan
FD SS
1. Tiang Awal ‐ X ‐
6. Tiang seksi 2X
Penghantar Netral dibumikan pada tiap‐tiap 200 meter atau 5 gawang (jarak antar gawang
rata‐rata 40 meter). Titik Pembumian dapat berupa :
• Pembumian pertama pada tiang kedua setelah tiang awal (pada gardu portal & gardu
cantol).
• Pembumian pertama pada tiang pertama pada gardu tembok/beton (dapat berfungsi
sebagai pembumian titik netral transformator).
• Pembumian terakhir pada 1(satu) tiang sebelum tiang ujung.
Ikatan atau sadapan penghantar pembumian memakai tap konektor jenis kompresi,
penghantar pembumian ini adalah penghantar Alumunium. Untuk ikatan dengan terminal
pembumian harus memakai sepatu kabel jenis bimetal. Penghantar diberi lapisan timah
sebelum pengencangan sepatu kabel dengan terminal pembumian pada tiang.
Jika fasilitas konstruksi pembumian tidak terdapat pada tiang, maka dipakai penghantar
pembumian tersendiri dari tembaga ukuran 35 mm2, 3 meter di atas tanah dilindungi dengan
pipa galvanis 3/4 inchi. Ikatan dengan penghantar netral harus menggunakan ikatan bimetal.
Elektroda pembumian ditanam minimal 20 cm di bawah tanah dan berjarak 30 cm dari tiang.
Ikatan penghantar pembumian dengan elektroda pembumian wajib memakai sepatu kabel dan
dilapisi bahan anti karat. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm, jika tidak
terpenuhi harus dilakukan penggandaan elektroda pembumian dengan jarak antar elektroda
minimal 2,5 meter.
Sambungan antar penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press joint sleeve.
Sambungan tidak boleh menahan beban mekanis. Sadapan atau pencabangan memakai
Konektor jenis hydraulic press yang kokoh atau jenis piercing.
Sambungan langsung penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press joint sleeve
berisolasi. .
Semua pembungkus sadapan dan sambungan di lapisi greese (gemuk) dan kedap air.
Jarak Gawang (span) rata‐rata adalah 40 meter, atau tidak melebihi 50 meter. Tinggi
Andongan atau lenduran (sag) minimal 60 cm pada suhu 200C tanpa angin, atau 1(satu) meter
pada suhu penghantar 90o.
Perhitungan harus dilakukan agar pada suhu rendah (200C) tiang tidak menerima beban
horizontal lain kecuali akibat berat beban penghantar itu sendiri.
Jarak aman saluran udara adalah jarak dimana saluran tersebut aman terhadap lingkungan
dan terhadap manusia. Tabel 2 berikut memberikan jarak aman saluran kabel pilin
terhadap lingkungan.
Tabel 2 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko
2. Terhadap atap rumah Tidak kurang dari 1 meter bagi atap yang tidak
dinaiki manusia
3. Terhadap balkon Tidak kurang dari 2,5 meter (di luar jangkauan
tangan)
Kedua macam transformator tersebut adalah dari jenis transformator Completely Self Protected
(CSP). Kriteria konstruksi jaringan Tegangan Rendah untuk transformator fasa‐2 sama dengan
sistem fasa‐3. Demikian pula pada transformator fasa‐1 dengan jaringan Tegangan Rendah
memakai kabel pilin. Untuk pemakaian penghantar BC, maka penghantar Netral berada diatas
penghantar Fasa namun berada dibawah penghantar TM. Penghantar netral
dihubungkan pada massa tiang, selanjutnya dibumikan.
Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah (SKTR) secara umum tidak banyak dipakai sebagai
jaringan distribusi Tegangan Rendah, kecuali hanya dipakai dalam hal :
1. Kabel utama dari Gardu ke jaringan Tegangan Rendah (Opstik kabel/kabel naik)
2. Pada lintasan yang tidak dapat memakai Saluran Udara
3. Pada daerah‐daerah eksklusif atas dasar permintaan, seperti :
Perumahan real estate
Daerah komersil khusus
Kriteria konstruksi pada SKTR ini sama dengan kriteria konstruksi saluran kabel TM.
GD = Gardu Distribusi
3 = Sambungan pelayanan
= Pembumian
Saluran kabel tanah memakai jenis kabel dengan pelindung metal, berisolasi PVC berinti
tembaga atau alumunium, misalnya NYFGbY / NAYFGbY.
Rated Voltage : 1 kV
Short Withstand Current 0,5 detik : 16 kA
Basic Impulse : 6 KV
Insulation Withstand Voltage : sekurang‐ kurangnya 1 Mega Ohm / KV.
PHB‐TR dipasang pada tempat yang terlindung dari gangguan mekanis dan banjir dan
dipasang pada pondasi atau dudukan khusus yang kokoh.
Semua terminasi kabel pada PHB‐TR harus memakai sepatu kabel yang dilapisi bahan anti
karat (timah).
Kabel Utama JTR atau kabel opstik atau kabel jurusan dari Gardu Distribusi
menggunakan :
Penggunaan kabel Pilin langsung ke rak PHB‐TR sebaiknya harus dihindari, mengingat kabel
Pilin adalah dari jenis kabel udara dan hanya berisolasi satu lapis, demi faktor keamanan maka
tidak dianjurkan untuk konstruksi yang bersinggungan dengan bangunan (sesuai SNI
04‐0225‐2000)
Sambungan Tenaga Listrik pelanggan merupakan bagian paling hilir dari sistem distribusi
tenaga listrik, yaitu penghantar baik diatas maupun dibawah tanah termasuk peralatannya
sebagai bagian Instalasi PLN yang merupakan sambungan antara jaringan tenaga listrik
- Sambungan fasa‐1
- Sambungan fasa‐3
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah adalah sambungan sistem fasa–3; untuk
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah adalah sistem fasa‐1 dan fasa‐3. PT PLN
(Persero) mengatur batas beban sambungan Tegangan Menengah dan Tegangan
Rendah.
Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah dimulai dari titik sambung di
Jaringan Tegangan Rendah sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP) pada
bangunan pelanggan baik melalui Saluran Udara maupun Bawah Tanah. Batas tingkat mutu
pelayanan adalah + 5 % sampai ‐ 10 % dari tegangan pelayanan secara keseluruhan. Jatuh
tegangan pada Sambungan Tenaga Listrik dibatasi 1 % dan untuk listrik pedesaan 2%.
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah secara umum dibatasi atas 2 bentuk konstruksi
sambungan sebagaimana pada tabel 9.1 berikut ini :
b. Melalui
Saluran Kabel
Bawah Tanah
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pasangan luar memakai jenis kabel pilin
(NFAAX–T) dengan inti Alumunium. Pada bagian yang memasuki rumah pelanggan, kabel
harus dilindungi dengan pipa PVC atau flexibel conduit. Luas penampang penghantar yang
dipakai 10mm2, 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2
Sambungan pelayanan yang memakai kabel tanah berisolasi dan berselubung termoplastik
dengan perisai kawat baja (NYFGbY) dengan ukuran penampang kabel 16 mm2, 35 mm2,
50 mm2, 70 mm2, dan 95 mm2.
Jauh jangkauan kabel dibatasi oleh tegangan jatuh (ΔV) sebesar 1 %. Jarak kabel adalah jarak
antara titik sambung pada JTR dengan papan meter. Panjang kabel tidak melebihi 30 meter,
sedangkan untuk listrik pedesaan diperbolehkan sampai dengan 60 meter. Kabel untuk
pelayanan ini tidak dibenarkan menyebrang (crossing) jalan raya.
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah tidak boleh terjangkau oleh tangan,
menghalangi lalu lalang kendaraan, kabel tidak boleh menyentuh bangunan dan pohon.
Ikatan/sadapan pada penghantar netral harus berdiri sendiri. Tidak boleh ada sambungan
pada kabel sambungan pelayanan. Penggunaan belalai/kumis untuk tempat sadapan
sebaiknya dihindari. Terminasi pada papan APP dilakukan dengan bimetal joint sleeve yang
kemudian dibungkus dengan heatshrink cover.
Kabel Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah harus diikat sedekat mungkin dengan titik
sadapan pada jaringan Tegangan Rendah. Klem jepit dipakai sebagai tegangan kabel pada
tiang dan anjungan rumah. Kabel harus dilindungi dengan pipa atau sejenis pada bagian yang
ada di bangunan rumah sebelum APP. Bentuk kabel diatur sehingga tidak ada air yang dapat
masuk ke APP.
Untuk Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah dengan Kabel tanah, diberlakukan
ketentuan – ketentuan konstruksi saluran kabel tanah Tegangan Rendah.
Sambungan dengan beban kecil fasa ‐1 tidak boleh disambung langsung pada PHB sistem
fasa ‐3 pada saluran utama.
Besarnya beban penghantar, sebesar ‐ besarnya sama dengan arus pengenal gawai
proteksinya, namun tidak boleh melebihi Kemampuan Hantar Arus penghantarnya.
Penyambungan pelanggan kecil harus dilakukan pada PHB cabang
: Gardu distribusi
: PHB utama
: PHB cabang
Jaringan utama memakai kabel NYFGbY 4 x 95 mm2, sirkit cabang memakai kabel NYFGbY 4
x 50 mm2 dan 4 x 25 mm2, sirkit akhir memakai kabel NYY yang dilindungi dengan plastik
conduit atau NYFGbY.
Instalasi distribusi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada ruko memakai kabel
NYY atau NYFGby, sementara pada kompleks perumahan memakai kabel NYFGbY.
Kotak APP yang dipasang di luar bangunan adalah dari jenis pasangan luar dengan indeks
proteksi keamanan sekurang‐kurangnya IP 45 dan dipasang di tempat yang mudah dijangkau
untuk pencatatan meter serta berjarak tidak lebih dari 7 meter dari rumah pemanfaat.
Lemari APP dipergunakan untuk sejumlah APP pada rumah susun, pertokoan.
Lemari APP terpisah dari PHB nya. Semua lemari panel APP dan PHB harus dibumikan
Gambar 6 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko
a. Dipasang per pelanggan secara terpisah sesuai ketentuan SPLN 55 Alat ukur, Pembatas
dan Perlengkapannya dan 57‐1 Meter kWh Arus Bola‐balik kelas 0,5,1 dan 2 Bagian‐1:
Pasangan Dalam;
b. Dipasang per pelanggan dengan menggabungkan meter dan alat pembatas secara
terpadu (diatur dalam SPLN D3.003 APP Terpadu)
c. Menyatukan beberapa pelanggan dalam kotak meter terpusat khusus untuk meter
energi elektromekanik (diatur dalam SPLN D3.001‐1 Kotak kWH Meter Elektromekanik
Terpusat, Bagian 1: kWh Meter Fase Tunggal)
d. Khusus pelanggan dengan daya mulai 33 kVA keatas , instalasi APP sebaiknya
menggunakan meter elektronik dengan sekurang‐kurangnya kelas 0,5.
e. Dan harus dipastikan aman dan tersegel sesuai ketentuan perusahaan.
c. Pada sistem multi grounded common netral, penghantar netral sistem Tegangan
Rendah juga menjadi penghantar netral sistem Tegangan Menengahnya. Ketentuan
pada standar konstruksi di PLN Distribusi Jawa Tengah pada setiap tiang,
penghantar tersebut dihubungkan dengan terminal pembumian tiang, namun
hubungan dengan elektroda pembumian dilakukan pada tiap 5(lima) tiang.
Verifikasi perencanaan merupakan review dokumen perencanaan dan dengan keadaan yang
telah terpasang meliputi :
Spesifikasi teknik material dan spesifikasi material yang di dukung oleh dokumen teknis
manufaktur.
Sistem pembumian
Sistem proteksi arus lebih dan beban lebih (overload dan overcurrent))
Sistem pengaman elektrikal dan mekanikal
Sistem pengukuran
Jarak aman (savety distance) dan Ruang Bebas lintasan jaringan.
Pemeriksaan fisik konstruksi jaringan dibandingkan dengan standard konstruksi atau rujukan
gambar konstruksi yang dipakai meliputi :
3.7.4. Pengujian
Pengujian instalasi jaringan dilaksanakan untuk hal yang tidak dapat diperiksa secara visual
dan dibandingkan dengan rujukan yang berlaku :
Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian dalam bentuk check list dengan rekomendasi laik
operasi atau tidak laik operasi.
2. Gambarkan monogram SKUTR mulai dari gardu distribusi sampai ujung jaringan
lengkap dengan keterangannya ?
3. Jelasakan penggunaan konstruksi dead end (DE), Adjustable Dead End (ADE) dan
suspension (SS) pada SKUTR ?
10. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis konstruksi Sambungn tenaga listrik tegangan
rendah ?
TUJUAN PELAJARAN :
DURASI : 8 JP
3. DICKY HIWARDI
Tabel 1 Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi ..... 15
4.1. Pendahuluan
Peningkatan mutu pelayanan secara terus menerus merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari upaya PT PLN (Persero) menuju perusahaan yang modern, efisien dan mandiri dengan
menciptakan pola pelayanan yang cepat, mudah dan praktis. Salah satu cara untuk itu adalah
pengoperasian jaringan distribusi dengan mutu yang memadai.
Operasi distribusi dimaksudkan untuk memberikan tenaga listrik pada konsumen dengan
setepat mungkin menjamin kelangsungan penyalur/pelayanan dengan tegangan dan frequensi
yang stabil, serta aman bagi konsumen dan masyarakat pada umummya.
a. Adanya pekerjaan jaringan dan gangguan jaringan, dalam keadaan demikian diusahakan
pengaturan dan pengoperasian jaringan yang tepat sehingga daerah yang mengalami
pemadaman sekecil mungkin.
b. Kecepatan mengisolasi gangguan dan melakukan pengalihan beban. Bila terjadi gangguan
hendaknya secepat mungkin dikirim petugas kelapangan untuk mengisolir gangguan dan
mengadakan manuver jaringan, sehingga daerah-daerah yang mengalami pemadaman
sekecil mungkin, kemudian dicari letak gangguan untuk segera diperbaiki.
Untuk dapat menjamin kelangsungan penyaluran maka peralatan pada sistem operasi harus
mempunyai ketahanan terhadap :
Tegangan lebih
Hubungan singkat
Operasi penyaluran tenaga listrik dikatakan normal apabila kebutuhan daya beban terpenuhi
serta tidak adanya pemadaman, tegangan dan/atau frekwensi berada diluar dari batas-batas
yang diijinkan. Dengan situasi seperti ini berarti daya listrik akan mengalir dengan lancar dari
sumber ke beban tanpa mengalami gangguan
Kondisi ini harus tetap dipertahankan guna tercapainya “Kepuasaan Pelanggan”. Upaya
mempertahankan kondisi ini dilaksanakan dengan pengendalian operasi. Jadi sebelum adanya
kendala yang dilanggar, sistem kendala telah melakukan sesuatu agar kondisi operasi normal
tetap dipenuhi. Ada dua jenis kegiatan pengendalian yang umum dilakukan untuk mencapai
maksud diatas yaitu :
Pada operasi JTR harus diamati secara periodik beban (arus) pada setiap fasa dan harus
dijaga agar selalu seimbang. Apabila beban tidak seimbang maka harus dilakukan
pemindahan-pemindahan yaitu dengan memindahkan SR dan dibagi-bagi antara ketiga fasa
agar dicapai keseimbangan beban.
Jika pada JTR tidak terdapat instalasi pengukuran tegangan dan arus maka pengukuran
tegangan dan arus perlu dilakukan secara periodik pada titik-titik tertentu dalam jaringan untuk
mengetahui tegangan yang tersedia bagi para pelanggan masih cukup baik atau tidak dalam
kebesarannya maupun keseimbangannya khususnya bagi pelanggan dengan sambungan tiga
fasa. Sedangkan pengukuran arus diperlukan untuk mengetahui keseimbangn beban antara
fasa-fasa mengetahui apakah saluran telah terbeban lebih atau tidak. Pengendalian tegangan
harus mendapat perhatian utama bagi operasi JTR. Tegangan yang terlalu rendah membuat
lampu-lampu menghasilkan cahaya yang kurang, motor akan menarik arus yang lebih besar
untuk daya keluar yang sama. Sehingga pemanasan didalam motor naik. Sementara itu
tegangan yang terlalu tinggi akan memperpendek umur lampu dan akan menaikan arus
magnetisasi pada motor dan atau trafo-trafo yang terdapat pada peralatan listrik. Agar
tegangan tidak jauh dari nilai nominalnya makan perlu dioperasikan pengubah sadapan pada
trafo distribusi (tap changer) dan pemasangan kapasitor di pusat-pusat beban.
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa operasi jaringan ditujukan agar sedapat mungkin
diusahakan tidak adanya pemutusan pelanggan dan kestabilan tegangan dan frekwensi. Untuk
mencapai tujuan tersebut agar dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Agar diketahui keseluruhan sistem yang terpasang dan diusahakan agar mudah
memanipulasi jaringan ini agar diperhatikan benar kemampuan pengahantarnya dan
peralatan lainnya.
Peralatan pemisah hanya boleh masuk/ keluarkan bila tidak ada beban
Bentuk jaringan tegangan rendah yang ada di PLN hanya radial seperti pada gambar.
Rel TR
Sekring TR Tiang
SUTR 1
SUTR 3
Saklar TM Saklar TR
SUTR 4
SUTR 5
Pelanggan Pelanggan
Saluran udara dengan hantaran terbuka menggunakan tembaga (Cu) sedangkan untuk
hantaran berisolasi adalah adalah alumunium (AI).
Persyaratan mutu pelayanan yang dituntut konsumen dan kondisi jaringan yang dapat
disediakan PLN ditentukan bermacam-macam parameter, misalnya :
4.6.1. Tegangan
Bagi PLN penyimpangan tegangan akibat naiknya rugi-rugi jaringan adalah tidak
menguntungkan, sedangkan bagi konsumen hal itu merupakan pelayanan yang sangat
mengganggu.
4.6.2. Frekwensi
Konsumen listrik yang menggunakan peralatan listrik yang menyimpang dari syarat-syarat
penyambungan dapat berakibat rendahnya faktor daya dan ketidakseimbangan beban. Nilai
faktor daya dipertahankan tidak kurang dari 0,8 dengan cara menetapkan agar konsumen
harus melengkapi peralatan dengan kapasitas (bagi peralatan yang harus dipasang)
4.6.4. Beban
Beban jaringan harus dibagi secara merata pada ketiga hantaran fasanya masing-masing
Arus pada hantaran netral harus sedapat mungkin ditiadakan terutama pada waktu beban
puncak
Tugas bidang operasi adalah memberikan umpan balik berupa data-data guna perbaikan
keandalan berikutnya. Tingkat keandalan perbandingan lamanya gangguan terhadap waktu
total operasi. Untuk PLN dirasakan tidak melebihi 0,5 hari/tahun.
Sistem pengaman bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan
beserta peralatannya, dan keselamatan umum yang disebabkan karena gangguan dan
meningkatkan kelangsungan pelayanan pada konsumen.
Cara macam dan tingkat pengamanan yang diterapkan tergantung pada banyak faktor (antara
lain : sistem yang ada termasuk cara pentanahan, peralatan, kondisi dan peraturan setempat
dan macam beban).
Macam dan karakteristik beban sangat mempengaruhi perencanaan pengamanan, dan macam
dan karakteristik beban pulalah yang banyak menentukan perencanaan sesuatu sistem
distribusi.
Untuk daerah padat beban di pusat pertokoan misalnya, jaringan yang dibutuhkan adalah kabel
tanah dengan sistem tertutup; dan dengan demikian layak untuk dipergunakan pengamanan
yang lebih tinggi tingkatnya dan lebih mahal sebaiknya untuk daerah luar kota pada umumnya
yang kepadatan bebannya rendah, jaringan yang diperlukan cukup saluran udara radial,
dengan pengamanan yang lebih sederhana dan murah, sesuai tingkat keandalannya yang
masih dapat diterima pemakainya.
Jadi perencanaan atau sistem pengaman pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan, melainkan
harus sudah terpadu (integrated) dalam perencanaan sistem distribusinya.
Apabila radius pelayanan JTR lebih besar dari 300 meter pertanahan netral pengaman
dipasang setiap jarak 200 m. Ini berguna untuk mengamankan peralatan konsumen apabila
terjadi hantaran netral putus.
Jaringan Distribusi telah selesai dibangun dan siap di energise/dioperasikan untuk melayani
konsumen.
Jaringan Distribusi yang sudah ada mati (off) karena gangguan atau dimatikan karena ada
keperluan.
a. Jaringan baru
b. Feeder atau sumber tenaga sanggup menampung beban yang ada pada jaringan distribusi
yang baru.
d. Setelah hal yang tersebut pada butir a, b, c, dinyatakan OK (memenuhi syarat) maka
secara manual dilakukan :
Kemudian masukkan PMA atau saklar yang dapat menampung beban boleh beroperasi
dalam kondisi berbeban (Load Break Switch).
a. Telah diterima laporan resmi/pasti, bahwa jaringan tersebut telah diperbaiki dan siap untuk
dioperasikan.
b. Petugas yang memperbaiki telah selesai dan diketahui dengan pasti sudah aman bila
jaringan tersebut diberi jaringan.
d. Bila ada penambahan beban baru, beban tersebut masih dapat ditampung oleh feeder
yang bersangkutan atau oleh sumber (trafo atau mesin pembangkit) atau belum akan
mempengaruhi tegangan, frekwensi dan sebagainya.
g. Keluarkan pertanahan pengaman dari jaringan bila hal tersebut dipasang sewaktu
perbaikan
JTR adalah jaringan yang terpanjang bila dibandingkan dengan Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dan Jaringan Tegangan Tinggi (JTT). Oleh karena itu masalah utama dalam operasi
sistem distribusi tegangan rendah adalah mengatasi gangguan karena jumlah gangguannya
adalah relatif banyak dibandingkan dengan jumlah gangguan pada subsistem lainnya.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7
Disamping itu masalah tegangan, bagian-bagian instalasi yang berbeban lebih dan rugi-rugi
dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan perencanaan pengembangan
sistem distribusi dan juga melakukan tindakan-tindakan penyempurnaan pemeliharaan dan
penyempurnaan operasi sistem distribusi.
Untuk peningkatan pelayanan kepada para pemakai listrik khususnya dan masyarakat
umumnya, langkah yang tepat adalah menyusun suatu pola peningkatan pelayanan. Beberapa
rangkaian tersebut antar lain :
Penyebab gangguan netral putus adalah terjadinya loss kontak pada sambungan di JTR.
Hal lain dapat terjadi adalah lepasnya dua atau lebih penghantar netral pelanggan yang
digabungkan dari penghantar utamanya. Bila pelanggan-pelanggan tersebut tersambung pada
fasa yang berbeda, maka kemungkin akan terjadi kenaikan tegangan yang melewati batas
yang diijinkan pada fasa dengan beban yang lebih kecil.
Pada JTR gangguan satu fasa ketanah banyak terjadi di JTR hantaran telanjang (tanpa
isolasi). Biasanya penyebab gangguan adalah penghantar dahan pohon, menyentuh tiang besi
atau hantaranterlepas dari ikatan di isolator. Bahaya terhadap kerusakan peralatan konsumen
tidak ada, tetapi ini sangat membahayakan terhadap keselamatan manusia karena hantaran
yang terhubung ketanah akan menimbulkan tegangan disekitar tanah yang terkena hantaran
fasa tersebut, apabila terjadinya agak jauh dari gardu distribusi, gangguan fasa ke tanah ada
kalanya tidak memutuskan pengaman yang ada di gardu.
Untuk JTR dengan hantaran berisolasi jarang sekali gangguan satu fasa ke tanah, tetapi yang
sering ada adalah gangguan satu fasa ke tanah, tetapi yang sering adalah gangguan satu fasa
putus atau JTR terbakar.
Penyebab gangguan satu fasa putus adalah loss kontak atau oksidasi akibat hantaran JTR
adalah A1, sedangkan sambungan rumah (SR) hantarannya Cu. Untuk JTR terbakar
penyebabnya adalah karena terlalu besarnya fuse pengaman di gardu distribusi.
Bila terjadi hubung singkat tiga fasa sekaligus minimal pasti ada dua fasa yang putus. Namun
bila fuse sampai pada tidak putus maka akan sangat berbahaya karena kemungkinan saluran
akan terbakar karena dialiri arus hubung singkat yang melebihi kapasitas kemampuan
penghantar.
Bial fuse TR tidak putus ada kemungkinan lain fuse pada sisi TM yang putus, jadi penting
sekali ukuran fuse TM harus tetap sesuai dengan trafo distribusi yang dipasang.
o Kondisi Peralatan :
- Los kontak
Setelah diketahui daerah & penyebab gangguannya, maka langkah berikut adalah mengisolasi
gangguan terutama untuk gangguan permanen.
Peta diagram
Kemampuan penghantar
Setelah mengisolir daerah gangguan dan diketahui penyebabnya, maka segera memperbaiki/
melakukan perbaikan gangguan yang ada.
Pernyataan resmi laik operasi berupa aertfikat laik operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh
lembaga independen yang punya kewenangan memeriksa dan menguji instalasi yaitu
KONSUIL (Komisi Nasional untuk Keselamatan Instalasi Listrik).
Tahanan Pentahanan
Jika persyaratan teknis sudah terpenuhi, maka pemberian tegangan (energize) dilakukan
dimulai dengan memposisikan pembatas pada APP dan saklar utama PHB-TR pada posisi
Berikutnya memeriksa tegangan masuk pada APP, jika tegangan sudah masuk, maka
Pembatas pada APP dan Saklar Utama pada PHB-TR dimasukkan secara berurutan.
Langkah terakhir adalah mengukur beban instalasi dan memeriksa apakah kWH meter
berputar sesuai dengan beban yang diukurnya.
Mengetahui jaringan/gardu yang dalam kondisi kritis dan bertegangan dibawah standart.
Menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki kwalitas dan keandalan
suatu jaringan.
Dalam operasi jaringan tegangan rendah, laporan kegiatan dan peristiwa yang perlu dilaporkan
adalah :
Lama pemadaman
Sebab gangguan/pemadaman
Laporan pemadaman dengan data seperti butir 1a sampai dengan butir 1c merupakan data
dasar untuk bahan laporan ke kantor pusat. Dari laporan ini dapat diketahui lama pada rata-
rata pertahun (SAIDI) dan frekuensi pada rata-rata pertahun (SAIFI).
Metode ini merupakan tindak lanjut dari FMEA dengan menambahkan parameter tingkat
keparahan (severity level) dan kemungkinan terjadinya (Potential Of Failure - POF)
Kerangka pikir yang digunakan untuk membuat laporan SAIDI-SAIFI dan analisis serta evaluasi
kejadian padam digambarkan sebagaimana berikut dibawah ini.
Gambar 2 Kerangka pikir Laporan dan Analisa Evaluasi Padam Sistem Ketenagalistrikan
4.12.5. Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi
Tabel 1 Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi
1 Banjir 1 Cerah
2 Gempa Bumi 2 Mendung
Bencana Alam /
1
3 Longsor Musibah 3 Angin Kencang
4 Kebakaran 4 Petir
5 Pohon 5 Hujan
6 Binatang 6 Hujan Angin
7 Umbul2 / Baliho / Hujan Petir
Penjor / terpal / Tersentuh Benda 7
2
reklame Asing
8 Benda Asing Hujan Angin
8
Petir
9 Layangan / Kawat
13 Jangkar
14 Lifetime Kesalahan
4
Pemeliharaan
15 Sambungan Kendor 5 Kesalahan
/ loss kontak Operasi
16 Kerusakan sistem 6 Kesalahan
mekanik konstruksi
17 Flashover 7 Kesalahan Desain
18 Media isolasi 8 Mutu material
bocor/gagal tidak standar
19 Kesalahan prosedur
20 Kesalahan
pemasangan
21 Overload
22 Koordinasi proteksi
23 Partial Discharge
24 Kegagalan peralatan
proteksi petir
25 Korosif
10. Sebutkan jenis gangguan pada JTR dan buat prosedur perbaikan gangguan
tersebut ?
DURASI : 4 JP
3. DICKY HIWARDI
Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia ialah Undang-
undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini dibuat dengan
menimbang bahwa :
b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya
c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja
Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya yang paling penting dalam kegiatan
usaha. Maka perusahaan harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehataan bagi
manusia yang terkait dengan kegiatan usahanya, maupun orang lain yang terkait dengan
usaha tersebut.
Upaya menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja memang bukan kegiatan meningkatkan
keuntungan, tetapi upaya memanusiakan manusia dan membatasi dan atau memperkecil
kerugian dampak kecelakaan.
Dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan, berarti terciptanya safe production , yang
bermuara kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja ialah segala
tempat dimana :
a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan,
b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam pasal
2;
c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja
seperti diurai pada pasal 3. yakni :
Tujuan K3 adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera, sehingga akan tercapai :
Sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 12, dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas dan atau
Ahli Keselamatan Kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja
yang diwajibkan.
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan kerja
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentuakan lain oleh Pegawai Pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.
Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-undang No. 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ialah :
Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
hari tua dan meninggal dunia.
Karena PLN sebagai perusahaan mampu memberikan emulemen Jaminan Sosial Tenaga
Kerja sendiri dengan standard dari ketentuan pemerintah, maka PLN tidak mengasuransikan
pegawainya ke program Jamsostek, baik milik pemerintah / BUMN maupun swasta.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja,
dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja, baik
karena pekerjaan langsung ataupun dalam perjalanan menuju tempat kerja sampai kembali ke
rumah melalui jalan normal.
b. Proses Kecelakaan.
Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya dan dapat mengakibatkan
kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan ataupun efisiensi perusahaan.
Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling tinggi nilainya..
Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya, memiliki paradigma untuk
memikirkan keselamatan bagi manusia maupun bagi proses produksinya.
Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan KKK, dsb.
Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk tercapainya safe production.
Bahaya
Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi karena ada bahaya,
baik itu berupa :
Insiden.
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan ataupun near misses yang
dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan
ataupun menurunnya efisiensi produksi.
Contoh near miises : tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka maupun
rusaknya benda/barang.
meninggal
1
cidera ringan
30
insiden : - kecelakaan
600 - near misses
Gambar 2 Piramik
Kerugian.
Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja mengalami kerugian.
Untuk mencegah / mengurangikerugian bagi manusia (pekerja dan atau orang lain) dan
kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita harus menghilangkan / mengurangi bahaya
(unsafe act, unsafe condition, dan miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk
mencegah / mengurangi bahaya antara lain :
Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan miss mana-jemen)
dan tindakan / cara mengatasinya.
Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50 V.
( V efektif ) ( detik )
50 5
75 1
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03
(m A efektif ) ( detik )
10 20 10
20 40 2
60 80 0,2
100 0,1
Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang
dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.
SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri
dari :
Pengoperasian JaringanDistribusi berarti membuat peralatan yang ada di jaringan bekerja atau
tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan dari aliran arus listrik. Dampak dari
pengoperasian tersebut diharapkan manfaat penggunaan energi listrik yang dialirkan dapat
digunakan sesuai keperluannya.
Tetapi bila pengoperasian dilakukan tidak benar, maka listrik dapat menimbulkan bahaya baik
pada peralatan, lingkungan sampai pada personil yang mengoperasikan maupun orang lain.
Penerapan SOP bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, tetapi menghindari
adanya resiko yang negatif.
- Untuk instalasi jaringan distribusi baru beberapa pihak yang terkait antara lain, team
Komisioning , Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, Konsumen. Berkoordinasi dengan
team komisioning adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi jaringan
distribusi yang akan dioperasikan dalam keadaan aman. Berkoordinasi dengan
Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap
dibebani atau dipadamkan maupun aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil
di lokasi pengoperasian jaringan distribusi dimaksud maupun di luar lokasi yang
berhubungan dengan jaringan yang akan dioperasikan. Sedangkan berkoordinasi
dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan adanya listrik di tempat
konsuman dan segera memanfaatkannya. Selain itu agar konsumen mengantisipasi
hal-hal yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan akibat listrik.
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian jaringan distribusi dengan baik dan
aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan
seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal
terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara
rutin .
Perkakas kerja
Alat bantu kerja
Alat Ukur
Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
Berkas Dokumen Instalasi jaringan distribusi yang akan dioperasikan
Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai persiapan
pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky ( HT)
dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan
berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.
Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi jaringan distribusi harus dimintakan
persetujuan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan setelah pelaksanaannya. Hal
tersebut disampaikan langsung dengan menggunakan peralatan komunikasi langsung dan
melaporkannya dalam bentuk tulisan dilengkapi dengan kronologis berdasarkan waktu.
- Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI, Kemampuan Hantar Arus ( KHA )
jaringan, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.
- Struktur jaringan
SOP Jaringan Distribusi adalah aturan atau pedoman bagi Operator/teknisi untuk melaksanakan
tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian Instalasi Jaringan Distribusi pada
kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi darurat.
SOP Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan peralatan yang
terpasang dan konfigurasi serta fungsi Jaringan Distribusi.
Adapun didalam SOP Sistem Jaringan Distribusi terdapat panduan pada beberapa kondisi, yaitu
:
Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 Volt ( nol )
Periksa dan yakinkan serta catat jika ada PMT yang trip di GI maupun Gardu Hubung
(GH) dan kelainan-kelainan yang terjadi.
Periksa dan catat semua indikator rele yang muncul pada panel proteksi, kemudian
direset.
Didalam mengoperasikan Jaringan Distribusi atau Instalasi baru ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
Peralatan Jaringan Distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan oleh PLN.
Buku SOP Sistem Jaringan Distribusi yang berlaku dan telah disepakati.
Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi wewenang
oleh pejabat terkait.
Telah terbit pernyataan laik bertegangan / Operasi dari pejabat yang berwenang.
• Sedapat mungkin kedua tangan dimasukkan kedalam saku jika tidak melakukan
pekerjaan.
• Menggunakan perlengkapan badan yang sesuai dan diperiksa setiap dipakai sesuai
petunjuk yang berlaku.
10. Buat prosedur keselamatan dalam bekerja jika memasuki tempat kerja
bertegangan?
11. Buat prosedur keselamatan dalam bekerja jika bekerja pada keadaan bertegangan?
DURASI : 16 JP
DAFTAR ISI
2
R
T
3
• Kondisi (isi)
panel Phenomenal
Simple, Inspiring, Performing, ? 1
KEGIAT Perkakas/Peralatan
LANGKAH-LANGKAH GAMBAR
AN NO /APD
I PERSIAPAN
Konduktor pembumian/arde, S
Kekencangan baut T
3
Gambar 2 SKUTR
I PERSIAPAN
III PELAPORAN
I PERSIAPAN
- Helm
1. Petugas lapangan menerima perintah - Sabuk
dari POSKO untuk mencari gangguan Pengaman
pada SKUTR - Tangga
2. Siapkan Alat Kerja, Material Kerja, - Tool Set
Alat Ukur dan perlengkapan K3, - Sarung
sesuai kebutuhan. tangan
3. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi isolasi
pekerjaan
- Sarung
4. Lapor ke POSKO bahwa pekerjaan
Tangan
mencari gangguan akan dimulai
mekanik
- Grounding
II PELAKSANAAN aparat
- AVO
5. Periksa fuse pada NT/NH Fuse LV meter
Board untuk menetukan jurusan dan
- Megger
phase yang terganggu
1.000 V
6. Lepas NT/NH Fuse yang putus
- Earth
dengan Fuse Puller
Tester
7. Periksa secara visual disepanjang
Phasesqu
jurusan terganggu, bila gangguan
ditemukan langsung diperbaiki dan
laporkan ke POSKO untuk koordinasi
menormalkan kembali jaringan
SKUTR yang telah diperbaiki.
8. Bila gangguan tidak ditemukan,
lakukan lokalisir dengan pemisahan/
pelepasan jalur pencabangan yang
diperkirakan rawan gangguan.
9. Masukkan NT/NH Fuse untuk
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9
memastikan titik gangguan. Apabila
NT Fuse tidak putus (kondisi normal),
berarti titik lokasi gangguan pada
percabangan tersebut serta lakukan
pemeriksaan secara visual
disepanjang percabangan yang
terganggu dan langsung dilakukan
perbaikan.
10. Lapor ke POSKO meminta
pemadaman kembali untuk
melakukan penyambungan
pencabangan yang terganggu /
dilepas.
11. Lapor ke POSKO bahwa
penyambungan sudah selesai dan
personil aman, minta ijin pemasukkan
tegangan
12. Terima ijin pemasukan tegangan dari
POSKO
13. Masukkan NT/NH Fuse untuk
menormalkan operasional SKUTR
kembali
III PELAPORAN
I PERSIAPAN
- Helm
- Sabuk
1. Petugas lapangan menerima perintah dari Pengaman
ASSMAN BUNG untuk melakukan - Tangga
pengoperasian SPTR baru - Tool Set
2. Siapkan Alat Kerja, Alat ukur, Material - Sarung
Kerja dan perlengkapan K-3 tangan
3. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi isolasi
kerja - Sarung
4. Lakukan pemeriksaan konstruksi SPTR Tangan
meliputi: mekanik
Koneksi/sambungan - AVO
Kesesuaian gambar dengan SPK, meter
Pemeriksaan rating (kapasitas - Megger
penghantar) 1.000 V
- Earth
Tester
II PENGOPERASIAN - Phasesqu
ence
5. Lakukan pengukuran : Tahanan isolasi
LVTC dengan meger dan Arde dengan
Earth Tester serta catat hasilnya pada
BA.
6. Lakukan pengecekan urutan fasa R,S,T
pada ujung kabel out let PHB-TR,
kemudian sambungkan ke SPTR dengan
konektor bimetal.
7. Lapor ke POSKO bahwa kondisi fisik
SPTR siap dioperasikan dan personel
III PELAPORAN