Anda di halaman 1dari 139

PENGOPERASIAN JTR DAN

SAMBUNGAN PELAYANAN TR
B.1.1.3.01.3

Revisi I
Juni 2014
SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas


Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya materi pembelajaran initelah
berhasil disusun dengan baik dan tepat waktu.

Seiring dengan metamorfosa PLN Pusdiklat sebagai PLN


Corporate University, telah disusun sejumlah materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Korporat.
Program pembelajaran ini bersifat Mandatori bagi setiap
pegawai sesuai tuntutan Kebutuhan Kompetensi Jabatan (KKJ) yang sudah
ditetapkan. Penyusunan materi pembelajaran ini berbasis kepada Direktori
Kompetensi PT. PLN (Persero) dan disusun bersama dengan LSC (Learning Steering
Commitee).

Dengan diimplementasikannya PLN Corporate University, diharapkan pembelajaran ini


tidak hanya menjadi milik PLN Corporate University dan Direktorat SDM, namun juga
memberikan benefit bagi Business Owner sesuai dengan salah satu tata nilai PLN
Corporate University yaitu ”Performing”.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat untuk kemajuan perusahaan.

Jakarta, Juni 2014


Kepala,

OKTO RINALDI .S
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan


rahmat, taufiq serta hidayahNya materi pembelajaran
”Pengoperasian JTR dan Sambungan Pelayanan TR” ini dapat
selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan materi ini dimaksudkan sebagai bahan ajar/handout


pada pembelajaran “Pengoperasian JTR dan Sambungan
Pelayanan TR” yang dilaksanakan oleh Learning Unit Tuntungan
dalam rangka memelihara dan meningkatkan kompetensi tenaga
teknik bidang Distribusi dan Niaga di lingkungan PT PLN (Persero).

Materi pembelajaran ini disusun oleh Tim yang kompeten dan berpengalaman dalam
bidang “Pengoperasian JTR dan Sambungan Pelayanan TR”, sehingga materi ini
akan selaras dengan kebutuhan operasional dalam rangka menunjang kinerja yang
ekselen.

Namun demikian kami menyadari sepenuhnya bahwa materi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan dan sarannya dari semua
pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan materi ini.

Akhir kata, pembelajaran ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kinerja unit
Operasional pada khususnya dan mampu menunjang kinerja ekselen korporat.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan materi pembelajaran
ini kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Tuntungan, Juni 2014


Learning Unit Tuntungan
Manajer,
PENGOPERASIAN JTR DAN SAMBUNGAN PELAYANAN TR
B.1.1.3.01.3

TUJUAN PELAJARAN :
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan pengoperasian JTR dan
SPTR dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku di
PT PLN (Persero).

Durasi : 40 JP / 5 Hari Efektif

TIM REVISI :

1. Ismael Simamora (PLN Wil Sumut)


2. Parsaoran Siahaan (PLN Wil Sumut)
3. Dicky Hiwardi (PLN Wil Sumut)
4. Tigor MP Lubis (PLN Wil Sumut)
5. Peri Edison Gurusinga (PLN Udiklat Tuntungan)

TIM VALIDATOR

1. Susiswo Karno (PLN Udiklat Tuntungan)


2. Piana (PLN Udiklat Tuntungan)
3. Alkifli (PLN Udiklat Tuntungan)
4. Yakub Ginting (PLN Udiklat Tuntungan)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


DAFTAR MATA PELAJARAN

Mata Pelajaran 1

Teori Listrik Terapan

Mata Pelajaran 2
Pengukuran Listrik

Mata Pelajaran 3

Konstruksi JTR dan SPTR

Mata Pelajaran 4
Pengoperasian JTR dan SPTR

Mata Pelajaran 5

SOP dan K3 pada Pengoperasian JTR dan SPTR

Mata Pelajaran 6
Praktek/simulasi Pengoperasian JTR dan SPTR

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal


Mata Pelajaran 1
TEORI LISTRIK TERAPAN
1. TEORI LISTRIK TERAPAN

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta mampu


memahami dan menjelaskan Teknik Listrik Terapan
dengan baik dan benar sesuai Standar Perusahaan.

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : 1. ISMAEL SIMAMORA

2. PARSAORAN SIAHAAN

3. DICKY HIWARDI

4. TIGOR MP. LUBIS

5. PERI EDISON GURUSINGA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................iv
1. TEORI LISTRIK TERAPAN ...................................................................................................1
1.1. Karakteristik Arus Bolak-Balik (AC) ..............................................................................1
1.2. Beban Pada Arus Bolak-Balik ......................................................................................2
1.3. DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK..............................................................................3
1.4. Resistansi Jaringan ......................................................................................................4
1.5. HUKUM KIRCHOFF....................................................................................................6
1.6. Rangkaian Listrik ........................................................................................................7
1.6.1. Rangkaian Tahanan Seri ................................................................................................... 7
1.6.2 Rangkaian Tahanan Paralel .............................................................................................. 9
1.7. Jatuh Tegangan .........................................................................................................10
1.8. PERBAIKAN FAKTOR DAYA ....................................................................................12
1.8.1. Pengaruh Faktor Daya ....................................................................................................... 12
1.8.3. Pemasangan Kapasitor...................................................................................................... 13
1.8.3. Penempatan Kapasitor...................................................................................................... 14
1.9. ARUS BOLAK BALIK 3 FASA ....................................................................................14
1.10. Latihan Soal ...............................................................................................................18

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gelombang Listrik 1 Phasa Sinusoida................................................................... 1


Gambar 2 Impedansi Beban ...................................................................................................... 2
Gambar 3 Segitiga Daya ............................................................................................................ 3
Gambar 4 Rangkaian Tahanan Seri ......................................................................................... 7
Gambar 5 Rangkaian Pengganti Saluran Distribusi ........................................................... 10
Gambar 6 Diagram Phasor Saluran ...................................................................................... 11

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Table 1 Harga koefisien temperatur (T0 dan α) ..................................................................... 6


Table 2 Resistivitas ( bahan konduktor standard ). ................................................................ 6

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


1. TEORI LISTRIK TERAPAN

1.1. Karakteristik Arus Bolak-Balik (AC)

Tidak seperti arus searah (DC) dimana besar dan polaritas dari arus/tegangan selalu tetap
sepanjang waktu maka pada arus bolak-balik, besar dan polaritas dari arus/tegangan berubah-
rubah terhadap waktu mengikuti bentuk fungsi sinusiodal.

Gambar 1 Gelombang Listrik 1 Phasa Sinusoida

Dari karakteristik tersebut maka kita kenal :

a. Tegangan / arus sesaat

b. Tegangan / arus puncak / maksimum

c. Tegangan / arus efektif

Tegangan Arus

Nilai sesaat : e = V sin t I = sin t

Nilai maks : V = V I =I

Nilai effektif : Veff = V / √2 Ieff = I / √2

Nilai efektif adalah nilai yang terukur pada alat ukur (Volt meter /Amper meter)

Misalnya tegangan dirumah : 220 volt atau 380 volt.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


1.2. Beban Pada Arus Bolak-Balik

Pada sistem arus searah hanya mengenal beban resistive (R), tetapi pada sistem arus bolak
balik beban merupakan “Impedansi” (Z) yang biasa dibentuk dari unsur : R, L, C.

Contoh beban :

R (hambatan murni) : Lampu pijar, setrika listrik, heater


L ( hambatan induktif) : Reaktor, kumparan
C (hambatan kapasitif) : Kapasitor
Sifat hambatan L (XL) dengan C (XC) saling bertentangan /meniadakan.

XL = 2π.f.L, dan XC = 1/(2π.f.C)

XL dan XC merupakan bagian imajiner dari impedansi Z

Hubungan dari tiga beban / hambatan digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2 Impedansi Beban

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


1.3. DAYA PADA ARUS BOLAK-BALIK

Karena beban Z mempunyai/membentuk pergeseran sudut terhadap V (sebagai referensi)


maka arus beban Ib yang mengalirpun membentuk sudut yang sama searah dengan sudut dari
Z sebesar φ.

Hal ini berakibat timbulnya 3 macam daya.

a. Daya aktif : P (watt)

b. Daya reaktif : Q (VAR)

c. Daya semu : S (VA)

Hubungan dari ketiga macam daya tersebut kita kenal sebagai “segitiga daya”.

Beban bersifat induktif Beban bersifat kapasitif

Gambar 3 Segitiga Daya

Penjumlahan Vektor P dan Q


p pp
S=
P + JQ
Rumus Dasar Arus Bolak Balik 1 Phasa

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


Rumus-rumus Daya :

1 Phasa :

S = VxI (VA)
P = V x I x cos θ (Watt)
Q = V x I x sin θ (VAR)
V = Tegangan Phasa-netral (Volt)
I = Arus Phasa (Amp)

3 Phasa :

S = V x I x √3 (VA)
P = V x I x √3 x cos θ (Watt)
Q = V x I x √3 x sin θ (VAR)
V = Tegangan Phasa-phasa (Volt)
I = Arus Phasa (Amp)

1.4. Resistansi Jaringan

Tahanan Resistan (Tahanan Murni)

Tahanan dari suatu konduktor (kawat penghantar) dinyatakan oleh :

Dimana : ρ = Resistivitas
L = Panjang kawat
A = Luas penampang dalam kawat

Dalam tabel-tabel yang tersedia sering kita jumpai penampang kawat diberikan dalam satuan
“Circular Mil” disingkat CM.

Definisi dari CM ialah penampang kawat yang mempunyai diameter 1 mil (0,001 inch).

CM = 1973 x 10-4 x (dalam CM)

Atau

mm2 = 5,067 x 10-4 x (dalam CM)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


Dalam satuan MKS :

ρ = Ohm Meter
L = Meter
A = m2

Dalam satuan CGS :

ρ = Mikro Ohm - Centimeter


L = Cm
A = Cm2

Karena pada umumnya kawat-kawat penghantar terdiri dari kawat pilin (stranded conductors).

Maka sebagai factor koreksi untuk memperhitungkan pengaruh dari pilin, panjang kawat
dikalikan dengan 1,02 - 1,05 (2% - 5 % factor koreksi).

Dalam batas temperatur 100 C sampai dengan 1000 C, untuk kawat tembaga (Cu) dan
aluminium (Al) berlaku rumus :

Rt2 = Rt1 { l + αt1 (t2 – t1) }

Dimana :

Rt2 = Tahanan pada temperatur t2


Rt1 = Tahanan pada temperatur t1
αt1 = Koefisien temperatur dari tahanan pada temperatur l1

Jika :

Maka : Rt2 = Rt1 { l + αt1 (t2 – t1) }

T0 adalah temperatur dimana tahanan kawat akan menjadi nol.

Untuk kawat :

Cu (100%) : α 20 = 0,00393
T0 = 234,5 oC

Cu (97,5%) : α 20 = 0,00383
T0 = 241,5 oC

Al (61%) : α 20 = 0,00403
T0 = 228,1 oC

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


Tabel dibawah ini harga-harga T0 dan α untuk bahan-bahan konduktor standard.

Table 1 Harga koefisien temperatur (T0 dan α)

Table 2 Resistivitas ( bahan konduktor standard ).

Tahanan arus searah (DC) yang diperoleh dari perhitungan diatas harus dikalikan dengan
factor :

1,0 untuk konduktor padat (solid)


1,01 untuk konduktor pilin yang terdiri dari 2 lapis
1,02 untuk konduktor pilin yang lebih dari 2 lapis

Biasanya tahanan konduktor standard diberikan oleh pabrik yang diukur pada temperature
20oC, sehingga untuk pemakaian dilapangan harga R harus dikoreksi sesuai temperature rata-
rata diluar (t2) dan dinyatakan dalam Ohm/Km.

1.5. HUKUM KIRCHOFF

Hukum Kirchoff I

Pada setiap rangkaian listrik, jumlah aljabar dari arus-arus yang bertemu disatu titik adalah nol.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Notasi : ∑I=0

Jadi :

Jumlah arus yang masuk = jumlah Arus yang keluar atau jumlah arus yang bertemu
disatu titik adalah Nol.

Hukum Kirchoff II

Jumlah aljabar dari hasil kali arus dan tahanan pada setiap konduktor dalam suatu rangkaian
tertutup (mesh), sama dengan jumlah aljabar dari ggl.

1.6. Rangkaian Listrik

1.6.1. Rangkaian Tahanan Seri

R1
Sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari 3 buah tahanan yang
disambung seri, arus yang mengalir pada setiap tahanan sama
besarnya karena rangkaian seri.
E R2
I

R3

Gambar 4 Rangkaian Tahanan Seri

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


 Menurut hukum Kirchoff II :

E = I.R1 + I.R2 + I.R3

= I ( R1 + R2 + R3 )

= I x R tot

Apabila diketahui harga masing masing tahanan (R1, R2, R3) dan tegangan pada
sumber ( E ) juga diketahui maka kita dapat menghitung besar arus yang mengalir pada
penghantar maupun masing masing tahanan tersebut, oleh karena ke tiga tahanan
tersambung seri maka besar arus yang mengalir sama besarnya yaitu :

I = E : (R1 + R2 + R3)

Contoh Soal :

Diketahui : Seperti pada gambar diatas

R1 = 45 Ω
R2 = 40 Ω
R3 = 25 Ω
E = 220 V
Tentukan : besarnya

- Arus (I)

- Tahanan total (Rtot).

Jawab :

Rtot = R1 + R2 + R3

= 45 + 40 + 25 = 110 Ω
I = E : Rtot
= 220 : 110
= 2 Ampere

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


Tegangan masing-masing Impedansi :
E1 = I . R1
= 2 . 45 = 90 Volt.
E2 = I . R2
= 2 . 40 = 80 Volt.
E3 = I . R3
= 2 . 25 = 50 Volt.
1.6.2 Rangkaian Tahanan Paralel

Suatu rangkaian listrik yang terdiri dari dua buah Impedansi yang disambung Paralel Tegangan
yang kita pilih sebagai referensi :

Hukum Kirchoff I

I I2
I1
E R1 R2

Contoh Soal :

Diketahui suatu rangkaian listrik seperti gambar diatas dengan :

R1 = 60 Ω
R2 = 40 Ω
E = 240 Volt.
Tentukan :

Arus Itot, I1, I2

Resistansi total (Rtot)


Jawab :

Rtotal = 24 Ω

Tegangan E sebagai referensi karena hubungan paralel sehingga :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


E = I . Rtot
E = I . R1
E = I . R2
Jadi arus sumber maupun arus masing beban diperoleh sebagai berikut :

I = E : Rtot = 240 : 24 = 10 A
I1 = E : R1 = 240 : 60 = 4 A
I2 = E : R2 = 240 : 40 = 6 A

1.7. Jatuh Tegangan

Dalam penyediaan tenaga listrik disyaratkan suatu level standard tertentu untuk menentukan
kwalitas tegangan pelayanan.

Secara umum ada tiga hal yang perlu dijaga kwalitasnya :

 Frekwensi (50 Hz)


 Tegangan SPLN.No.1; 1985 (220/380 Volt : + 5%; - 10%)
 Kehandalan

Jatuh Tegangan (Voltage Drop = ∆ V)

Akibat terjadinya rugi tegangan pada saluran maka tegangan khususnya ditempat
pelanggan paling jauh dari sumber (gardu distribusi) akan lebih kecil dari tegangan
nominal.

Rugi tegangan pada saluran yang menyebabkan adanya jatuh tegangan (∆V) dapat
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

∆ V = Vs - Vr

Dimana :

Vs = tegangan pengiriman dari sumber

Vr = tegangan penerimaan disisi beban

Dalam gambar-5 diberikan rangkaian pengganti dari saluran distribusi.

Gambar 5 Rangkaian Pengganti Saluran Distribusi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


IS = Ir = I = arus pada saluran

Z = R + JX = impedansi saluran

Gambar 6 Diagram Phasor Saluran

Dengan rumus pendekatan :

Vs = Vs1 maka

∆ V = Vs1 – Vr

∆ V = I R cos θ + I jX sin θ

∆ V = I (R cos θ + jX sin θ)

Dimana :

I = arus penghantar phasa (ampere)

R = resistansi/tahanan penghantar phasa (Ω/km)

jX = reaktansi saluran (Ω/km)

L = Panjang kawat (km)

θ = sudut daya (beda sudut antara I dan E)

Maka :

∆ V = I . L (R cos θ + jX sin θ)

Untuk saluran 3 phasa

∆ V = √ 3 . I . L (R cos θ + jX sin θ)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


Bila beban terpusat diujung

∆ V = √ 3 . I . L (R cos θ + jX sin θ)

Sesuai SPLN No. 72 ; tahun 1987 ∆ V max sebagai berikut :

JTM = 5% Trafo = 3%

JTR = 4% Saluran Pelayanan = 1%

Nilai ∆ V biasa berubah-ubah tergantung fluktuasi beban

Untuk optimasi jaringan nilai untuk dapat diambil nilai maksimum sesuai SPLN
No. 72;1987

Regulasi Tegangan (VR)

Regulasi tegangan dapat dinyatakan sebagai berikut :

VR (%) = (Variasi turun naik tegangan) x 100%

Biasanya VR dibatasi sebesar maksimal (-10%, + 5%) .

1.8. PERBAIKAN FAKTOR DAYA

1.8.1. Pengaruh Faktor Daya

Faktor daya (cos θ) adalah perbandingan antara daya nyata P (watt) dengan daya semu S (VA)
yang biasa dinyatakan dalam angka decimal atau persentasi.

Contoh :

P = 80 KW ; S = 100 KVA

Pengaruh daya nyata dari peningkatan PF pada suatu sirkuit adalah untuk mengurangi
arus yang mengalir lewat sirkuit tersebut sehingga memperoleh beberapa keuntungan
antara lain :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


1. Daya semu S lebih kecil untuk P yang tetap

P.F 60% 70% 80% 90% 100%

P (KW) 600 600 600 600 600

Q (KVAR) 800 612 450 291 0

S (KVA) 1000 857 750 667 600

2. Daya nyata P lebih besar untuk S yang tetap

P.F 60% 70% 80% 90% 100%


P (KW) 360 42 480 540 600
Q (KVAR) 480 428 360 262 0
S (KVA) 600 600 600 600 600

3. Mengurangi rugi tegangan.

4. Mengurangi ukuran kemampuan transformator, kabel, peralatan hubung sehingga


biaya investasi awal lebih rendah.

1.8.3. Pemasangan Kapasitor

Daya yang dipakai oleh motor-motor dalam industri mempunyai dua komponen :

 Daya nyata (P) yang menghasilkan kerja.

 Daya reaktip (Q) yang diperlukan untuk membangkitkan medan magnet agar
motor-motor dapat berputar.

Dengan diperlukannya daya reaktip tersebut maka peralatan seperti motor-motor,


transformator (peralatan induktif) memerlukan daya yang lebih besar dari sumber.

Fungsi penggunaan kapasitor adalah untuk meningkatkan P.F dengan cara mensuplai
daya reaktip bila dipasang pada atau dekat peralatan induktip.

Keperluan besarnya daya reaktif dari kapasitor dapat dilihat dari segi tiga daya sebagai
berikut :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


Q = P x tg θo
Q1 = P x tg θ1
Q(C) = P x (tg θo – tg θ1) kVAR

1.8.3. Penempatan Kapasitor

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemasangan kapasitor maka perlu
penempatan yang tepat.

Kapasitor TR :

a. Pada terminal motor-motor ukuran besar

b. Untuk kumpulan beberapa motor-motor kecil atau motor-motor yang tidak bekerja
terus menerus kapasitor ditempatkan pada ujung instalasi

c. Penempatan didaerah pusat beban apabila sulit untuk menempatkan dilokasi (a)
atau (b) ditempatkan pada sisi beban dari APP jika hanya bertujuan untuk
menghindari tagihan kelebihan VAR.

1.9. ARUS BOLAK BALIK 3 FASA

Pada arus bolak balik 3 fasa secara teknis adalah identik dengan tiga buah karakter
listrik mono phase yang diformasikan secara simetris antara satu dengan yang lainnya.

Karakter arus bolak balik 3 fasa dapat berubah ubah kondisinya sangat tergantung
kepada kondisi pembebanan masing masing fasanya, bila pada masing masing fasa
terdapat beban yang sama besarnya maka hal tersabut biasa dinamakan arus bolak
balik beban seimbang.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


1.9.1 Arus Bolak Balik 3 Fasa Hubungan Bintang dan Hubungan Segi Tiga

Disebut arus bolak balik 3 fasa beban seimbang apabila besar arus Ir = Is = It dan pada
saat itu arus pada kawat netral (In) = nol, hal ini dikarenakan jumlah vektoris dari ketiga
fasa = nol

Hal ini dapat dilihat pada rangkaian arus bolak balik 3 fasa berikut ini :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


VR

Ir Beban tak seimbang :


In’ ( Ir + Is )
Ir ≠ Is ≠ It
I total = In’ Ir + Is + It ≠ In ≠ 0

VT Is
VS

VR
Vektor V dan I pada beban tak sefase :
Ir
r r ≠ s ≠ t
It t
s
VS
R
VT Is

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


VR P3 = PR + PS + PT
DAYA 3 ф

Ir PR = Vr . Ir Cos  Vr . Ir
r
PS = Vr . Is Cos  Vs . Is
PT = Vt . It Cos  Vt . It
It
t Ir = Is = It = If (IN = 0)
s
VS VR = VS = VT = Vf(teg.ph-N)
R
VT
Is

P3 = VR.Ir Cos  VR.Ir + VS. Is Cos  VS.Is + VT.It Cos  VT.It
P3 = VR.Ir Cos r + VS.Is Cos s  VT.It Cos t
P3 = ( VR.Ir + VS. Is + VT.It ) Cos 

P3 = 3 Vf. If Cos 


P3 = VL. IL Cos  ₃
Ket.  = sudut diantara V dan I

Daya pada beban seimbang dan tak seimbang

Ir = Is = It dan Vrn = Vsn = Vtn maka jaringan tersebut adalah arus bolak balik 3 fasa
beban seimbang .

Untuk menghitung daya semu pada beban seimbang adalah sebagai berikut :

S3 = Sr + Ss + St
S3 = Ir . Vrn + Is . Vsn + It . Vtn (beban seimbang & teg. simetris)
S3 = 3. (I . Vfn) (I . V masing masing fasa sama)
S3 = 3 . I .Vff / √3 (Vff = Vfn. √3)
S3 = 3 . I . Vff / √3 . √3/√3 (√3/√3 = 1)
S3 = I . Vff . √3

Jadi : S3 = I . Vff . √3

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Sehingga rumus daya untuk beban seimbang adalah :

S3 = I . Vff . √3 (VA)

P3 = I . Vff . √3 . Cos  (W)

Q3 = I . Vff . √3 . Sin  (VAr)

Daya untuk beban tak seimbang adalah :

S3 = I/3 . Vff . √3 (VA)

P3 = I/3 . Vff . √3 . Cos  (W)

Q3 = I/3 . Vff . √3 . Sin  (VAr

1.10. Latihan Soal

1. Gambarkan bentuk gelombang listrik yang diproduksi PLN ?

2. Sebutkan macam-macam beban AC!

3. Gambarkan dan jelaskan segitiga daya!

4. Bagaimana menghitung resistansi jaringan listrik ?

5. Jelaskan Hukum kirchoff I dan II ?

6. Bagaimana menghitung tahanan total rangkaian seri ?

7. Bagaimana menghitung Rangkaian tahanan total pararel ?

8. Bagaimana menghitung Drop Tegangan pada JTR?

9. Apa yang dimaksud dengan jatuh tegangan ?

10. Berapa standar tegangan pelayanan PLN ?

11. Bagaimana cara untuk memperbaiki faktor daya ?

12. Bagaimana menghitung besar capasitor untuk perbaikan faktor daya ?

13. Jelaskan perbedaan rangkaian hubungan delta dan hubungan bintang?

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


Mata Pelajaran 2
PENGUKURAN LISTRIK
2. PENGUKURAN LISTRIK

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta


mampu memahami dan menjelaskan Pengukuran
Listrik dengan baik dan benar sesuai Standar
Perusahaan

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : 1. ISMAEL SIMAMORA


2. PARSAORAN SIAHAAN

3. DICKY HIWARDI

4. TIGOR MP. LUBIS

5. PERI EDISON GURUSINGA

.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................iv
2.1. Pendahuluan ...................................................................................................................1
2.1.1. Definisi Alat Ukur ............................................................................................................ 1
2.1.2. Prinsip Kerja Alat Ukur.................................................................................................... 1
2.2. Klasifikasi Alat Ukur .........................................................................................................4
2.3. Kode Dan Simbol Alat Ukur .............................................................................................6
2.4. Pengenalan Alat Ukur Dan Fungsinya .............................................................................7
2.4.1. Jenis Alat ukur dan Besaran listrik ................................................................................ 7
2.4.2. Fungsi Alat Ukur .............................................................................................................. 7
2.5. Gambar Alat Ukur ...........................................................................................................8
2.5.1. Amper Meter ..................................................................................................................... 8
2.5.2. Volt Meter.......................................................................................................................... 8
2.5.3. Watt Meter ..........................................................................................................9
2.5.4. Cos  Meter ...................................................................................................................... 9
2.5.5. Ohm Meter ........................................................................................................................ 9
2.5.7. Frequensi Meter ............................................................................................................. 10
2.5.8. Earth Tester .................................................................................................................... 10
2.5.9. kWh Meter 1 Fasa ......................................................................................................... 11
2.5.10. kWh meter 3 fasa........................................................................................................... 11
2.6. Cara Mengukur ..............................................................................................................12
2.6.1. Rangkaian Pengukuran ................................................................................................ 12
2.6.2. Tabel Hasil Pengukuran ............................................................................................... 16
2.7. Latihan Soal ..................................................................................................................19

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gerakan kawat panas ....................................................................................1


Gambar 2 Gerakan Kumparan Putar ..............................................................................2
Gambar 3 Gerakan Elektro Dinamis ...............................................................................2
Gambar 4 Gerakan elektromagnit ...................................................................................3
Gambar 5 Azas alat ukur ferraris atau induksi ................................................................4
Gambar 6 Ampere meter ................................................................................................8
Gambar 7 Voltmeter ........................................................................................................8
Gambar 8 Watt meter......................................................................................................9
Gambar 9 Cos  meter ...................................................................................................9
Gambar 10 Ohm meter ...................................................................................................9
Gambar 11 Insulation tester .......................................................................................... 10
Gambar 12 Frequency meter ........................................................................................ 10
Gambar 13 Earth tester ................................................................................................. 10
Gambar 14 kWh meter 1 fasa ....................................................................................... 11
Gambar 15 kWh meter 3 fasa ....................................................................................... 11
Gambar 16 Rangkaian amper meter ............................................................................. 12
Gambar 17 Rangkaian Volt meter ................................................................................. 12
Gambar 18 Rangkaian insulation tester ........................................................................ 13
Gambar 19 Rangkaian Earth tester............................................................................... 13
Gambar 20 Rangkaian Watt meter................................................................................ 14
Gambar 21 Rangkaian kWh 1 fasa ............................................................................... 14
Gambar 22 Rangkaian kWh meter 3 fasa ..................................................................... 15
Gambar 23 Kwh Meter 3 Fasa 4 Kawat St Pasangan Tidak Langsung ........................ 15
Gambar 24 kWh Meter 3 Fasa 4 Kawat Dt Pasangan Tidak Langsung ........................ 16

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tingkat ketelitian alat ukur ........................................................................................... 5


Tabel 2 Kode dan Simbol alat ukur ........................................................................................... 6
Tabel 3 Jenis alat ukur dan besaran listrik .............................................................................. 7
Tabel 4 Hasil pengukuran arus dengan amper meter dipasang seri................................. 16
Tabel 5 Hasil pengukuran tegangan dengan voltmeter dipasang pararel ........................ 17
Tabel 6 Hasil pengukuran Tahanan isolasi (ohm) ................................................................ 17
Tabel 7 Hasil pengukuran earth tester ................................................................................... 17
Tabel 8 Hasil pengukuran daya aktif dengan menggunakan wattmeter ........................... 18

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


2.1. Pendahuluan

2.1.1. Definisi Alat Ukur

Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagai tidak dapat secara langsung kita tanggapi
dengan panca indra kita. Untuk memungkinkan pengukuran maka besaran listrik tsb ditransformasikan
melalui suatu phenomena fisis ke dalam besaran mekanis / elektris.

Alat ukur adalah peralatan ukur yang memenuhi standart kalibrasi untuk mengukur besaran-besaran
listrik.

Fungsi alat ukur untuk membandingkan atau mnegetahui besaran listrik dengan besaran standart
satuan yang digunakan.

2.1.2. Prinsip Kerja Alat Ukur

a. Gerakan Kawat Panas

I I

Gambar 1 Gerakan kawat panas

Prinsip kerja gerakan kawat panas ialah bila media kawat panas dilalui arus akan
memuai maka tali pengikat yang terlilit pada roller akan menarik kawat oleh kekuatan
pegas dan memutar roller sehingga jarus bergerak

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


b. Gerakan kumparan putar

+
U+ . S

- Gambar 2 Gerakan Kumparan Putar

Prinsip kerja kumparan putar ialah pada saat arus melalui kumparan magnit dan
kumparan putar maka kedua kumparan menjadi magnit dan terjadi saling tarik atau
tolak anatara kutub-kutubnya sehingga jarum penunjuk bergerak sesuai arah dan
besaran listrik yang diukurnya.

c. Gerakan elektro dinamis

+ U
I
- S . S +U

Gambar 3 Gerakan Elektro Dinamis

Prinsip kerja gerakan elektro dinamis ialah pada saat arus melalui kumparan dan
kumparan putar maka kedua kumparan menjadi magnit dan terjadi saling tarik atau
tolak anatara kutub-kutubnya sehingga jarum penunjuk bergerak sesuai arah dan
besaran listrik yang diukur.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


d. Gerakan elektro magnit

I I
+ -
U U
U

0 m
ax

Gambar 4 Gerakan elektromagnit

Prinsip kerja elektro magnit ialah dua batang besi yang diletakkan didalam tabung
kumparan akan menjadi magnit dengan kutub senama pada saat kumparan dialiri arus,
oleh karena salah satu batang besi terpasang permanen maka besi yang terpasang
pada jarum akan bertolak sehingga jarum ikut bergerak ke arah skala maksimum
sesuai besaran listriknya.

e. Alat ukur sistem induksi (kWh)

Alat ukur dengan sistem induksi atau dikenal juga dengan sistem ferraris ini mempunyai
prinsip kerja sebgagai berikut :

Bila didalam medan magnit dengan garis gaya magnit arah yang berputar,
dipasangsebuah tromol berentuk silinder, tromol tersebut akan berputar menurut arah

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


putaran garis gaya magnit tadi, medan magnit ini dinamakan alaut ukur medan putar
atau induksi bsiasa disebut alat ukur ferraris.

I2

B Trom
ol
I1 A Q1 C

Q2
Q

Gambar 5 Azas alat ukur ferraris atau induksi

2.2. Klasifikasi Alat Ukur

Menurut kecermatannya alat ukur dibedakan menjadi tiga golongan :

a. Alat ukur dengan tingkat ketelitian tinggi (presisi)

b. Alat ukur dengan tingkat ketelitian menengah

c. Alat ukur dengan tingkat ketelitian rendah

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


Tabel 1 Tingkat ketelitian alat ukur

Kelas Tingkat ketelitian Penggunaan

0.1 Presisi tinggi Laboratorium

0.2 Presisi tinggi Laboratorium

0.5 Menegah Laboratorium

1.0 Menegah Industri

1.5 Menegah Industri

2.0 Menegah Industri

2.5 Menegah Industri

3.0 Rendah Untuk pengecekan

5.0 Rendah Untuk pengecekan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


2.3. Kode Dan Simbol Alat Ukur

Tabel 2 Kode dan Simbol alat ukur

NO SYMBOL KETERANGAN

Posisi tegak lurus

1 Posisi mendatar

Posisi miring 60°


60°

0.5

2 kelas ketelitian alat ukur

1.5

Tanpa tegangan test

3 0 Tegangan test 500 V

2 Tegangan test 2000 V

Gerakan kawat panas

Gerakan kumparan putar

Gerakan elektro dinamis

Gerakan elektro magnetis

Sistem induksi

5 Sistem Getar

Perhatikan instruksi operasi


!

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


2.4. Pengenalan Alat Ukur Dan Fungsinya

2.4.1. Jenis Alat ukur dan Besaran listrik

Tabel 3 Jenis alat ukur dan besaran listrik

No Nama alat ukur Besaran listrik Satuan

1. Ampere meter Arus Ampere

2. Volt meter Tegangan Volt

3. Watt meter Daya Aktif Watt

4. VAr meter Daya reaktif Var

5. Cos  meter Faktor daya -

6. Frequensi meter Geteran Hz

7. Ohm meter Tahanan listrik Ohm

8. Megger Tahanan isolasi Mega. Ohm

9. Earth tester Tahanan tanah Ohm

10. kWh meter Energi aktif kWh

11. kVAr meter Energi reaktif kVAr

2.4.2. Fungsi Alat Ukur

 Amper meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya arus
listrik dalam satuan ampere.

 Volt meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya
tegangan listrik dalam satuan volt

 Watt meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya daya
aktif dalam satuan watt

 VAr meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya daya
reaktif dalam satuan VAr

 Cos  meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya faktor
(daya aktif dibagi dengan daya semu)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


 Frequensi meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya
getaran listrik (Frekuensi) dalam satuan periode per detik atau Hertz ( Hz )

 Ohm meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya
tahanan listrik dalam satuan ohm

 Megger adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya tahanan
isolasi dalam satuan mega ohm

 Eart tester adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya tahanan
tanah dalam satuan ohm

 kWh meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya energi
aktif dalam satuan kWh

 kVAr meter adalah alat ukur listrik yang berfungsi untuk mengukur besarnya energi
reaktif dalam satuan kVAr

2.5. Gambar Alat Ukur


2.5.1. Amper Meter

Gambar 6 Ampere meter

2.5.2. Volt Meter

Gambar 7 Voltmeter

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


2.5.3. Watt Meter

Gambar 8 Watt meter

2.5.4. Cos  Meter

Gambar 9 Cos  meter

2.5.5. Ohm Meter

Gambar 10 Ohm meter

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


2.5.6. Insulation Tester

Gambar 11 Insulation tester

2.5.7. Frequensi Meter

Gambar 12 Frequency meter

2.5.8. Earth Tester

Gambar 13 Earth tester

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


2.5.9. kWh Meter 1 Fasa

Gambar 14 kWh meter 1 fasa

2.5.10. kWh meter 3 fasa

Gambar 15 kWh meter 3 fasa

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


2.6. Cara Mengukur
2.6.1. Rangkaian Pengukuran

 Rangkaian amper meter

F A
Rangkaian serie

Gambar 16 Rangkaian amper meter

 Rangkian volt meter

V
N

Gambar 17 Rangkaian Volt meter

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


 Rangkaian Insulation tester

M

Transformator

Gambar 18 Rangkaian insulation tester

 Rangkaian earth tester

5 meter 5 meter

Gambar 19 Rangkaian Earth tester

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


 Rangkaian watt meter

F W

N
Gambar 20 Rangkaian Watt meter

 Rangkaian kWh 1 fasa

1 3 4 6 B
E
F B
A
N N
Gambar 21 Rangkaian kWh 1 fasa

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


 Rangkaian kWh 3 fasa

1 3 4 6 7 9 10 12

R B
E
S B
T
A
N
N

Gambar 22 Rangkaian kWh meter 3 fasa

KWH METER 3 FASA 4 KAWAT ST PASANGAN TIDAK LANGSUNG

... ... . ...


. . . . . .
1
2 3 4 5 6 7 8 9 12

k
. . l k
1 . . . . l k l

K L K L K L NH FUSE
B
R
S

T E

N B

Gambar 23 Kwh Meter 3 Fasa 4 Kawat St Pasangan Tidak Langsung A

N
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15
KWH METER 3 FASA 4 KAWAT DT PASANGAN TIDAK LANGSUNG

. .
.

. . . . . . . . . . . . .. . .
M

1 2 3 4 5 6 7 8 9 12

. . . . . .
13 15 1 2 3 4

. . . . . .
k l k l k l
1
K L K L
K L NH FUSE
B
R
S E
T
N B

Gambar 24 kWh Meter 3 Fasa 4 Kawat Dt Pasangan Tidak Langsung A

N
2.6.2. Tabel Hasil Pengukuran
Tabel 4 Hasil pengukuran arus dengan amper meter dipasang seri

No Tegangan (V) Arus (A) Beban

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


Tabel 5 Hasil pengukuran tegangan dengan voltmeter dipasang pararel

No Tegangan (V) Arus (A) Beban

Tabel 6 Hasil pengukuran Tahanan isolasi (ohm)

No. Yang diukur Hasil pengukuran

Tabel 7 Hasil pengukuran earth tester

No. Yang diukur Hasil pengukuran

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Tabel 8 Hasil pengukuran daya aktif dengan menggunakan wattmeter

Beban Penunjukkan Harga sebenarnya

U (V) I (A) P (W) U (V) I (A) P (W)

R (Resistive)

L (Induktor)

Capasitor

TL

TL//Capasitor

Lampu

Tabel hasil pengukuran Energi aktif dengan menggunakan kWh 1 fasa

Yang Konstanta Putaran Hasil pengukuran


diukur

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


Tabel hasil pengukuran Energi aktif dengan menggunakan kWh 3 Fasa

Yang Konstanta Putaran Hasil pengukuran


diukur

2.7. Latihan Soal


1. Jelaskan klasifikasi alat ukur listrik ?

2. Gambarkan simbol gerakan elektro magnetis ?

3. Jelaskan nama-nama alat ukur listrik dan jelaskan fungsi serta besaran dan satuan
yang diukur ?

4. Gambarkan diagram satu garis cara mengukur alat ukur listrik ?

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


Mata Pelajaran 3
KRITERIA DISAIN
JARINGAN DISTRIBUSI
TEGANGAN RENDAH
Dan
SAMBUNGAN
PELAYANAN TEGANGAN
RENDAH
KRITERIA DESAIN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH DAN
SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta dapat


menjelaskan Konsep Jaringan Tegangan Rendah dan
Sambungan Pelayanan Tenaga istrik Tegangan Rendah
dengan baik dan benar sesuai standar perusahaan

DURASI : 8 JP

PENYUSUN : 1. ISMAEL SIMAMORA

2. PARSAORAN SIAHAAN

3. DICKY HIWARDI

4. TIGOR MP. LUBIS

5. PERI EDISON GURUSINGA


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... iv
3.1. PENDAHULUAN .....................................................................................................1
3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) ................................................2
3.2.1 Desain Konstruksi Fasa‐3 dengan kabel Pilin (twisted cable) ................................. 3
3.2.2 Fungsi Konstruksi Fixed Dead End (FDE) dan Adjestable adead end (ADE) .......... 4
3.2.3 Fungsi Konstruksi Suspension (SS) ........................................................................ 4
3.2.4 Jenis Penghantar .................................................................................................... 4
3.2.5 Penghantar Netral dan Titik Netral Transformator ................................................... 5
3.2.6 Sambungan dan Sadapan ...................................................................................... 5
3.2.7 Jarak antar Tiang atau Gawang (span) dan Andongan (sag) .................................. 6
3.2.8 Jarak Aman (Safety Distance)................................................................................. 6
3.2.9 Jaring distribusi Tegangan Rendah Sistem Fasa ‐2 ................................................ 7
3.3. SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN RENDAH ...............................................7
3.3.1 Jenis Kabel ............................................................................................................. 8
3.3.2 Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah – PHB TR ..................................... 8
3.3.3 Kabel Utama Jaringan Tegangan Rendah (JTR) .................................................... 9
3.4. KRITERIA DESAIN KONSTRUKSI SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK ...................9
3.5. SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH ...................................10
3.5.1 Jenis Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah .......................... 10
3.5.2 Jenis Kabel ........................................................................................................... 12
3.5.3 Area Pelayanan Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah ........................... 12
3.5.4 Jarak Aman........................................................................................................... 12
3.5.5 Konstruksi Sambungan Kabel Udara .................................................................... 13
3.5.6 Konstruksi Sambungan Kabel Tanah .................................................................... 13
3.5.7 Pemasangan kotak APP dan lemari APP .............................................................. 15
3.5.8 Instalasi APP ........................................................................................................ 15
3.6. LATIHAN SOAL ....................................................................................................17

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel pilin (twisted
cable) fasa‐3............................................................................................................2
Gambar 2 Monogram saluran kabel Tegangan Rendah – SKTR .............................................7
Gambar 3 PHB‐TR ..................................................................................................................9
Gambar 4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah .....................................................14
Gambar 5 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabel tanah ..............14
Gambar 6 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko .................15

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi Tegangan Rendah 4


Tabel 2 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko 6
Tabel 3 Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah 10

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


KRITERIA DESAIN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH DAN
SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

3.1. PENDAHULUAN
PT PLN (Persero) memandang perlu peningkatan kualitas sistim kelistrikan di semua wilayah
pelayanannya, dengan tetap memberikan penekanan pada pelaksanaan empat program
strategis PLN yaitu :

a. Program peningkatan penjualan


b. Program peningkatan pelayanan
c. Program peningkatan Pendapatan
d. Program penurunan Rugi‐rugi (losses)

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistim kelistrikan adalah kondisi dari konstruksi ,
pemeliharaan dan pengoperasian. Jaringan distribusi tenaga listrik yang meliputi Jaringan
Tegangan Menengah (JTM), Gardu Distribusi, Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan
Sambungan Tenaga Lisrik (Rumah/Pelayanan).

Jaringan distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian dari sistem distribusi tenaga listrik
yang paling dekat dengan pemanfaat.

Terdapat 2 (dua) macam konstruksi jaringan distribusi Tegangan Rendah :

1. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)


2. Saluran Kabel Bawah Tanah Tegangan Rendah (SKTR)

Konfigurasi jaringan secara umum adalah radial, hanya pada kasus khusus dipergunakan
sistem tertutup (loop). Saluran Udara Tegangan Rendah memakai penghantar jenis kabel pilin
(NFAAX‐T) dengan penampang berukuran luas penampang 35 mm2, 50 mm2 dan 70 mm2
serta penghantar tak berisolasi AAC, AAAC, BCC dengan penampang 25 mm 2, 35 mm2 dan 50
mm2.

Penghantar tak berisolasi secara umum tidak dikembangkan lagi.

Saluran kabel bawah tanah memakai kabel tanah dengan pelindung metal, berisolasi PVC,
berinti Tembaga atau Alumunium NYFGbY atau NYAFGbY dengan penampang berukuran
luas 25 mm2, 35 mm2, 50 mm2 , 70 mm2 dan 95 mm2.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR)

Monogram jaringan distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel twisted fasa ‐3 dapat
dilihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1 Monogram Jaringan Distribusi Tegangan Rendah saluran udara kabel pilin (twisted cable) fasa‐3

Keterangan Gambar :

GD = Gardu Distribusi = Konstruksi FDE (Fixed Dead


Dead End) atau ADE (Adjustable
= Penghantar Dead End)
1 = Kabel bawah tanah

2 = Tiang Awal
Penghantar = End)
Konstruksi
atau Suspension (SS)
ADE (Adjustable
3 = Penghantar

4 = Tiang Penumpu = Konstruksi Tiang Seksi

5 = Pembumian (section pole) untuk

6 = Tiang Sudut kecil (≤ 300) sambungan 2 (dua)


7 = Tiang peregang penghantar yang berbeda

8 = Tiang Tee–Off ukurannya

9 = Tiang Ujung = Titik pembumian

11 = Guy Wire

12 =
= Tiang Seksi
10 Tiang Sudut besar (>30o)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


Terdapat 2 jenis konstruksi jaringan distribusi Tegangan Rendah sesuai dengan
sistemnya.

1. Konfigurasi fasa‐3 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 3 penghantar fasa + 1
netral.
2. Konfigurasi fasa‐2 menggunakan kabel Pilin (twisted cable) dengan 2 penghantar fasa + 1
netral atau penghantar BC atau AAAC.

Kedua sistem tersebut berdiri pada tiang sendiri atau di bawah Saluran Udara Tegangan
menengah (underbuilt).

Radius pelayanan jaringan lebih kurang 300 meter dan tingkat tegangan pelayanan dibatasi
+5% dan – 10 %.

Jenis tiang yang digunakan adalah tiang beton berukuran panjang 9 m dengan 1/6
kedalaman penanaman kali panjang tiang.

Untuk Jaringan Tegangan Rendah, Beban Kerja (working load) tiang yang dipakai adalah 160
daN, 200 daN, 350 daN dan 500 daN (1 daN = 1,01 kg.gaya)

3.2.1 Desain Konstruksi Fasa‐3 dengan kabel Pilin (twisted cable)

Penghantar kabel twisted ditumpu pada tiang dengan konstruksi dead end (DE), Adjustable
Dead End (ADE) dan suspension (SS) yang penggunaannya disesuaikan dengan bentuk
lintasan jaringan. Kedua konstruksi tersebut dipasang di atas tiang, dikenal dengan istilah
konstruksi atas tiang (pole top construction).

Bentuk lintasan jaringan adalah lurus, sudut, dan akhir, sehingga tiang pada lintasan
tersebut diberi nama sesuai fungsinya :

 Tiang awal / akhir


 Tiang tengah / penumpu
 Tiang sudut dengan sudut kecil (α < 300) dan sudut besar α > 300.
 Tiang Peregang
 Tiang seksi

Pemakaian DE dan SS disesuaikan dengan fungsi tiang pada jaringan tersebut.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


3.2.2 Fungsi Konstruksi Fixed Dead End (FDE) dan Adjestable adead end (ADE)

Konstruksi Fixed Dead End mengikat penghantar netral. Kabel Pilin dengan komponen
pokok klem jepit (strain clamp) dan klem tarik (tension bracket). Beban Kerja (Working load)
untuk strain clamp tidak kurang dari 1500 daN dan untuk tension bracket tidak kurang dari 2200
daN gaya horizontal.
3.2.3 Fungsi Konstruksi Suspension (SS)

Konstruksi suspension dipakai untuk menggantung penghantar netral kabel twisted dan
dengan kemampuan sudut lintasan ≤ 300. Komponen utama konstruksi suspension
adalah suspension bracket dengan sanggup memikul Beban Kerja (working load) tidak
kurang dari 800 daN gaya vertical dan suspension clamp sebagai penggantung atau penjepit
kabel penggantung (messenger).
3.2.4 Jenis Penghantar

Penghantar yang dipergunakan adalah jenis penghantar kabel pilin (NFAAX–T) dengan
penghantar inti/fasa Alumunium murni dan Almelec sebagai penghantar netral yang sekaligus
sebagai penggantung (messenger).

Ukuran kabel untuk kabel Fasa : 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2 (Alumunium murni), dan untuk
Netral : 54,6 mm2 (Almelec = Allumunium Alloy) Penghantar netral mempunyai breaking load
maksimal 1755 daN.

Tabel 1 Jenis konstruksi pada tiang jaringan distribusi Tegangan Rendah

Sudut Jenis
Lintasan Konstruksi Komponen
.No. Fungsi tiang
tambahan
FD SS

1. Tiang Awal ‐ X ‐

2. Tiang Penumpu/Tiang Tengah 00 ‐ 300 ‐ X

3. Tiang Sudut besar 300 ‐ 900 2X X


Pipa PVC 3 inci
4. Tiang Ujung ‐ X untuk pelindung
ujung kabel
Turn buckle

5. Tiang Pencabangan (Tee‐Off) X

6. Tiang seksi 2X

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


3.2.5 Penghantar Netral dan Titik Netral Transformator

Penghantar Netral dibumikan pada tiap‐tiap 200 meter atau 5 gawang (jarak antar gawang
rata‐rata 40 meter). Titik Pembumian dapat berupa :

• Pembumian pertama pada tiang kedua setelah tiang awal (pada gardu portal & gardu
cantol).
• Pembumian pertama pada tiang pertama pada gardu tembok/beton (dapat berfungsi
sebagai pembumian titik netral transformator).
• Pembumian terakhir pada 1(satu) tiang sebelum tiang ujung.

Ikatan atau sadapan penghantar pembumian memakai tap konektor jenis kompresi,
penghantar pembumian ini adalah penghantar Alumunium. Untuk ikatan dengan terminal
pembumian harus memakai sepatu kabel jenis bimetal. Penghantar diberi lapisan timah
sebelum pengencangan sepatu kabel dengan terminal pembumian pada tiang.

Jika fasilitas konstruksi pembumian tidak terdapat pada tiang, maka dipakai penghantar
pembumian tersendiri dari tembaga ukuran 35 mm2, 3 meter di atas tanah dilindungi dengan
pipa galvanis 3/4 inchi. Ikatan dengan penghantar netral harus menggunakan ikatan bimetal.

Elektroda pembumian ditanam minimal 20 cm di bawah tanah dan berjarak 30 cm dari tiang.
Ikatan penghantar pembumian dengan elektroda pembumian wajib memakai sepatu kabel dan
dilapisi bahan anti karat. Nilai tahanan pembumian tidak melebihi 10 Ohm, jika tidak
terpenuhi harus dilakukan penggandaan elektroda pembumian dengan jarak antar elektroda
minimal 2,5 meter.

3.2.6 Sambungan dan Sadapan

Sambungan antar penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press joint sleeve.
Sambungan tidak boleh menahan beban mekanis. Sadapan atau pencabangan memakai
Konektor jenis hydraulic press yang kokoh atau jenis piercing.

Sambungan langsung penghantar harus dilakukan dengan hydraulic press joint sleeve
berisolasi. .

Semua pembungkus sadapan dan sambungan di lapisi greese (gemuk) dan kedap air.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


3.2.7 Jarak antar Tiang atau Gawang (span) dan Andongan (sag)

Jarak Gawang (span) rata‐rata adalah 40 meter, atau tidak melebihi 50 meter. Tinggi
Andongan atau lenduran (sag) minimal 60 cm pada suhu 200C tanpa angin, atau 1(satu) meter
pada suhu penghantar 90o.

Perhitungan harus dilakukan agar pada suhu rendah (200C) tiang tidak menerima beban
horizontal lain kecuali akibat berat beban penghantar itu sendiri.

Dalam kondisi khusus (listrik desa)jarak gawang dapat mencapai 60 meter.

3.2.8 Jarak Aman (Safety Distance)

Jarak aman saluran udara adalah jarak dimana saluran tersebut aman terhadap lingkungan
dan terhadap manusia. Tabel 2 berikut memberikan jarak aman saluran kabel pilin
terhadap lingkungan.

Tabel 2 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko

Uraian Batas Jarak Aman

1. Permukaan jalan raya Tidak kurang dari 6 meter

2. Terhadap atap rumah Tidak kurang dari 1 meter bagi atap yang tidak
dinaiki manusia

3. Terhadap balkon Tidak kurang dari 2,5 meter (di luar jangkauan
tangan)

4. Terhadap saluran telekomunikasi Tidak kurang dari 2,5 meter

5. Terhadap saluran udara tegangan Tidak kurang dari 1,0 meter


menengah (under build)

6. Terhadap bangunan /tower /papan Tidak kurang dari 3,5 meter


reklame

7. Lintasan kereta api Tidak dianjurkan, diperlukan konstruksi khusus


(kabel tanah)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


3.2.9 Jaring distribusi Tegangan Rendah Sistem Fasa ‐2

Sistem fasa‐2 pada jaring distribusi Tegangan Rendah bersumber pada


transformator :

1. Transformator fasa ‐2 dipakai pada sistem jaringan fasa ‐2


2. Transformator fasa ‐1 dipakai pada sistem jaringan fasa‐3, 4 kawat (hanya dipakai di PLN
Jawa Tengah dengan multi ground Common Neutral).

Kedua macam transformator tersebut adalah dari jenis transformator Completely Self Protected
(CSP). Kriteria konstruksi jaringan Tegangan Rendah untuk transformator fasa‐2 sama dengan
sistem fasa‐3. Demikian pula pada transformator fasa‐1 dengan jaringan Tegangan Rendah
memakai kabel pilin. Untuk pemakaian penghantar BC, maka penghantar Netral berada diatas
penghantar Fasa namun berada dibawah penghantar TM. Penghantar netral
dihubungkan pada massa tiang, selanjutnya dibumikan.

3.3. SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN RENDAH

Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah (SKTR) secara umum tidak banyak dipakai sebagai
jaringan distribusi Tegangan Rendah, kecuali hanya dipakai dalam hal :

1. Kabel utama dari Gardu ke jaringan Tegangan Rendah (Opstik kabel/kabel naik)
2. Pada lintasan yang tidak dapat memakai Saluran Udara
3. Pada daerah‐daerah eksklusif atas dasar permintaan, seperti :
 Perumahan real estate
 Daerah komersil khusus

Kriteria konstruksi pada SKTR ini sama dengan kriteria konstruksi saluran kabel TM.

Gambar 2 Monogram saluran kabel Tegangan Rendah – SKTR

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


Keterangan Gambar :

PHB = Perlengkapan Hubung Bagi

GD = Gardu Distribusi

1 = SKTR sirkuit utama

2 = SKTR pencabangan – sirkuit cabang

3 = Sambungan pelayanan

= Pembumian

3.3.1 Jenis Kabel

Saluran kabel tanah memakai jenis kabel dengan pelindung metal, berisolasi PVC berinti
tembaga atau alumunium, misalnya NYFGbY / NAYFGbY.

Pelindung metal (metal shield) dipergunakan sebagai penghantar‐penghantar pembumian


dengan karakteristik sebagai berikut :

 Rated Voltage : 1 kV
 Short Withstand Current 0,5 detik : 16 kA
 Basic Impulse : 6 KV
 Insulation Withstand Voltage : sekurang‐ kurangnya 1 Mega Ohm / KV.

3.3.2 Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah – PHB TR

Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB‐TR) adalah PHB dengan


pemisah/saklar pada sisi masuk dan pengaman lebur pada sisi luar.

PHB‐TR mempunyai karakteristik :

 Jenis pasangan : Pasangan Luar


 Impulse withstand Voltage : 20 kV selama 1 menit
 Short withstand current 0,5 detik : 8 kA, 16 kA, 32 kA
 Voltage phase to phase : 3 kV selama 1 menit
 Maksimum Outlet : 6 jurusan
 Incoming switch jenis No Fused Breaker : 3 Pole switch
 Outgoing : NH–fuse
 Indeks IP : Sekurang‐kurangnya IP 44

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


Gambar 3 . PHB‐TR

PHB‐TR dipasang pada tempat yang terlindung dari gangguan mekanis dan banjir dan
dipasang pada pondasi atau dudukan khusus yang kokoh.

Semua terminasi kabel pada PHB‐TR harus memakai sepatu kabel yang dilapisi bahan anti
karat (timah).

3.3.3 Kabel Utama Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Kabel Utama JTR atau kabel opstik atau kabel jurusan dari Gardu Distribusi
menggunakan :

1. Jenis kabel NYFGbY dari Gardu Beton atau Kios


2. Jenis kabel NYY atau NYFGbY dari Gardu Portal
3. Langsung dengan kabel Pilin (twisted cable) pada Gardu Cantol

Penggunaan kabel Pilin langsung ke rak PHB‐TR sebaiknya harus dihindari, mengingat kabel
Pilin adalah dari jenis kabel udara dan hanya berisolasi satu lapis, demi faktor keamanan maka
tidak dianjurkan untuk konstruksi yang bersinggungan dengan bangunan (sesuai SNI
04‐0225‐2000)

3.4. KRITERIA DESAIN KONSTRUKSI SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK

Sambungan Tenaga Listrik pelanggan merupakan bagian paling hilir dari sistem distribusi
tenaga listrik, yaitu penghantar baik diatas maupun dibawah tanah termasuk peralatannya
sebagai bagian Instalasi PLN yang merupakan sambungan antara jaringan tenaga listrik

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


milik PLN dengan Instalasi milik Pelanggan untuk menyalurkan Tenaga Listrik. Konstruksi
sambungannya langsung pada titik pemanfaat.

Berdasarkan jenis Tegangannya dibagi atas :

 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah (SLTM)


 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR)

Berdasarkan sistem Fasanya dibagi atas :

- Sambungan fasa‐1
- Sambungan fasa‐3

Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah adalah sambungan sistem fasa–3; untuk
Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah adalah sistem fasa‐1 dan fasa‐3. PT PLN
(Persero) mengatur batas beban sambungan Tegangan Menengah dan Tegangan
Rendah.

3.5. SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah dimulai dari titik sambung di
Jaringan Tegangan Rendah sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP) pada
bangunan pelanggan baik melalui Saluran Udara maupun Bawah Tanah. Batas tingkat mutu
pelayanan adalah + 5 % sampai ‐ 10 % dari tegangan pelayanan secara keseluruhan. Jatuh
tegangan pada Sambungan Tenaga Listrik dibatasi 1 % dan untuk listrik pedesaan 2%.

3.5.1 Jenis Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah

Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah secara umum dibatasi atas 2 bentuk konstruksi
sambungan sebagaimana pada tabel 9.1 berikut ini :

Tabel 3 Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah

Jenis sambungan Gambar Penggunaan


1. Sambungan Rumah pelanggan
No.
langsung tanpa secara umum
tiang atap

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


2. Sambungan Rumah pelanggan
dengan tiang atap secara umum

3. Sambungan Jarak rumah dengan

mendatar tanpa tiang dekat, kurang


tiang atap dari 3 meter

4. Sambungan Sekelompok pelanggan


Terpusat – maksimum 9
pelanggan, disambung
dengan keadaan lemari
APP terpusat

5. Sambungan Seri Rumah‐rumah petak,


rumah kopel ruko, kabel di tempel
di dinding (clipped –
on the wall)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


6. Sambungan - Daerah‐daerah
dengan Kabel khusus
tanah - Perumahan‐
erumahan eksklusif
a. Melalui
Saluran Udara

b. Melalui
Saluran Kabel
Bawah Tanah

3.5.2 Jenis Kabel

Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pasangan luar memakai jenis kabel pilin
(NFAAX–T) dengan inti Alumunium. Pada bagian yang memasuki rumah pelanggan, kabel
harus dilindungi dengan pipa PVC atau flexibel conduit. Luas penampang penghantar yang
dipakai 10mm2, 35 mm2, 50 mm2, 70 mm2

Sambungan pelayanan yang memakai kabel tanah berisolasi dan berselubung termoplastik
dengan perisai kawat baja (NYFGbY) dengan ukuran penampang kabel 16 mm2, 35 mm2,
50 mm2, 70 mm2, dan 95 mm2.

3.5.3 Area Pelayanan Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah

Jauh jangkauan kabel dibatasi oleh tegangan jatuh (ΔV) sebesar 1 %. Jarak kabel adalah jarak
antara titik sambung pada JTR dengan papan meter. Panjang kabel tidak melebihi 30 meter,
sedangkan untuk listrik pedesaan diperbolehkan sampai dengan 60 meter. Kabel untuk
pelayanan ini tidak dibenarkan menyebrang (crossing) jalan raya.

3.5.4 Jarak Aman

Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah tidak boleh terjangkau oleh tangan,
menghalangi lalu lalang kendaraan, kabel tidak boleh menyentuh bangunan dan pohon.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


3.5.5 Konstruksi Sambungan Kabel Udara

Sambungan/sadapan langsung pada jaringan sebaiknya menggunakan Hydraulic Compression


Connector atau Piersing Connector dengan catatan harus dipilih kualitas produk konektor yang
baik.

Tiap‐tiap penghantar Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah tersambung tidak


digabung dengan penghantar sambungan pelayanan lainnya.

Ikatan/sadapan pada penghantar netral harus berdiri sendiri. Tidak boleh ada sambungan
pada kabel sambungan pelayanan. Penggunaan belalai/kumis untuk tempat sadapan
sebaiknya dihindari. Terminasi pada papan APP dilakukan dengan bimetal joint sleeve yang
kemudian dibungkus dengan heatshrink cover.

Kabel Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah harus diikat sedekat mungkin dengan titik
sadapan pada jaringan Tegangan Rendah. Klem jepit dipakai sebagai tegangan kabel pada
tiang dan anjungan rumah. Kabel harus dilindungi dengan pipa atau sejenis pada bagian yang
ada di bangunan rumah sebelum APP. Bentuk kabel diatur sehingga tidak ada air yang dapat
masuk ke APP.

3.5.6 Konstruksi Sambungan Kabel Tanah

Untuk Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah dengan Kabel tanah, diberlakukan
ketentuan – ketentuan konstruksi saluran kabel tanah Tegangan Rendah.

Sambungan dengan beban kecil fasa ‐1 tidak boleh disambung langsung pada PHB sistem
fasa ‐3 pada saluran utama.

Besarnya beban penghantar, sebesar ‐ besarnya sama dengan arus pengenal gawai
proteksinya, namun tidak boleh melebihi Kemampuan Hantar Arus penghantarnya.
Penyambungan pelanggan kecil harus dilakukan pada PHB cabang

- Sambungan fasa ‐1 dari PHB khusus untuk sambungan fasa ‐1


- Sambungan fasa ‐3 dari PHB khusus untuk sambungan fasa ‐3
- Sambungan beban motor‐motor listrik dari PHB khusus untuk sambungan instalasi
tenaga.

Penampang penghantar Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (STLTR) sekurang–


kurangnya 10 mm2, dan sedapat mungkin tidak menyebrang jalan raya. Panggunaan
penghantar dengan ukuran yang seimbang sesuai dengan besarnya beban pelanggan.
Pelanggan dengan daya kecil dipasok dari PHB cabang.Penghantar sirkit masuk dilengkapi
saklar sekurang‐kurangnya jenis No Fused Breaker (NFB) Penghantar keluar dari PHB cabang
ke pelanggan diproteksi dengan pengaman lebur.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


Gambar 4 Papan Hubung Bagi (PHB) Tegangan Rendah

Gambar 5 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah Sambungan Kabel tanah

: Gardu distribusi

: PHB utama

: PHB cabang

Jaringan utama memakai kabel NYFGbY 4 x 95 mm2, sirkit cabang memakai kabel NYFGbY 4
x 50 mm2 dan 4 x 25 mm2, sirkit akhir memakai kabel NYY yang dilindungi dengan plastik
conduit atau NYFGbY.

Instalasi distribusi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada ruko memakai kabel
NYY atau NYFGby, sementara pada kompleks perumahan memakai kabel NYFGbY.

Setiap PHB‐TR maksimum 6 sirkit keluar.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


3.5.7 Pemasangan kotak APP dan lemari APP

Kotak APP yang dipasang di luar bangunan adalah dari jenis pasangan luar dengan indeks
proteksi keamanan sekurang‐kurangnya IP 45 dan dipasang di tempat yang mudah dijangkau
untuk pencatatan meter serta berjarak tidak lebih dari 7 meter dari rumah pemanfaat.

Lemari APP dipergunakan untuk sejumlah APP pada rumah susun, pertokoan.

1(satu) lemari APP dipergunakan untuk tidak lebih dari 16 APP.

Lemari APP terpisah dari PHB nya. Semua lemari panel APP dan PHB harus dibumikan

Gambar 6 Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah pada Rusun atau Ruko

3.5.8 Instalasi APP

Instalasi APP di sisi pelanggan terpasang dengan cara:

a. Dipasang per pelanggan secara terpisah sesuai ketentuan SPLN 55 Alat ukur, Pembatas
dan Perlengkapannya dan 57‐1 Meter kWh Arus Bola‐balik kelas 0,5,1 dan 2 Bagian‐1:
Pasangan Dalam;
b. Dipasang per pelanggan dengan menggabungkan meter dan alat pembatas secara
terpadu (diatur dalam SPLN D3.003 APP Terpadu)
c. Menyatukan beberapa pelanggan dalam kotak meter terpusat khusus untuk meter
energi elektromekanik (diatur dalam SPLN D3.001‐1 Kotak kWH Meter Elektromekanik
Terpusat, Bagian 1: kWh Meter Fase Tunggal)
d. Khusus pelanggan dengan daya mulai 33 kVA keatas , instalasi APP sebaiknya
menggunakan meter elektronik dengan sekurang‐kurangnya kelas 0,5.
e. Dan harus dipastikan aman dan tersegel sesuai ketentuan perusahaan.

3.6. Pembumian Pada Jaring Distribusi Tegangan Rendah

a. Pembumian proteksi pada jaringan Tegangan Rendah memakai pola TN‐C.


penghantar netral jaringan dibumikan setiap 5 tiang (+/‐ 200 meter) dengan titik
pembumian pertama pada tiang kedua dari tiang awal dan 1 (satu) tiang sebelum
tiang akhir.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


b. Besar nilai pembumian satu elektroda maksimal 10 Ohm. Tahanan total pada
gardu dan JTR maksimal 5 Ohm

c. Pada sistem multi grounded common netral, penghantar netral sistem Tegangan
Rendah juga menjadi penghantar netral sistem Tegangan Menengahnya. Ketentuan
pada standar konstruksi di PLN Distribusi Jawa Tengah pada setiap tiang,
penghantar tersebut dihubungkan dengan terminal pembumian tiang, namun
hubungan dengan elektroda pembumian dilakukan pada tiap 5(lima) tiang.

3.7. Prosedur Penyelenggaraan Komisioning

3.7.1. Verifikasi Perencanaan

Verifikasi perencanaan merupakan review dokumen perencanaan dan dengan keadaan yang
telah terpasang meliputi :

 Sistem instalasi yang telah terpasang terhadap gambar perencanaan.

 Spesifikasi teknik material dan spesifikasi material yang di dukung oleh dokumen teknis
manufaktur.

3.7.2. Review Desain

 Sistem pembumian
 Sistem proteksi arus lebih dan beban lebih (overload dan overcurrent))
 Sistem pengaman elektrikal dan mekanikal
 Sistem pengukuran
 Jarak aman (savety distance) dan Ruang Bebas lintasan jaringan.

3.7.3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik konstruksi jaringan dibandingkan dengan standard konstruksi atau rujukan
gambar konstruksi yang dipakai meliputi :

 Konstruksi atas tiang (pole top construction)


 Konstruksi pembumian
 Konstruksi penanaman/pendirian tiang
 Kebersihan Ruang Bebas lintasan(Right of Way)
 Batas Jarak Aman (savety distance) terhadap utilitas lain (Listrik, PAM, Telkom) dan
lingkungan (bangunan, menara, jaringan tegangan menengah)

 Ketentuan melintasi jalan raya, sungai, jalan kerata api.


 Posisi perletakan Perlengkapan Hubung Bagi dan jumlah outlet/jurusannya.
 Kedalaman galian kabel.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


 Kode tanda atau warna, urutan fasa.

3.7.4. Pengujian

Pengujian instalasi jaringan dilaksanakan untuk hal yang tidak dapat diperiksa secara visual
dan dibandingkan dengan rujukan yang berlaku :

 Pengukuran tahanan pembumian


 Pengukuran tahanan isolasi
 Pengukuran kontinuitas sambungan
 Pengujian individu peralatan proteksi (elektrikal dan mekanikal)
 Pengujian individu peralatan utama (elektrikal dan mekanikal)

3.7.5. Laporan Hasil Pemeriksaan dan pengujian

Laporan hasil pemeriksaan dan pengujian dalam bentuk check list dengan rekomendasi laik
operasi atau tidak laik operasi.

3.8. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan 4 program strategis PLN ?

2. Gambarkan monogram SKUTR mulai dari gardu distribusi sampai ujung jaringan
lengkap dengan keterangannya ?

3. Jelasakan penggunaan konstruksi dead end (DE), Adjustable Dead End (ADE) dan
suspension (SS) pada SKUTR ?

4. Jelaskan Titik pembumian penghantar Netral pada SKUTR ?

5. Jelaskan pekerjaan pada sambungan dan sadapan pada SKUTR ?

6. Jelaskan span dan sag ?

7. Jelaskan jarak aman pada JTR ?

8. Sebutkan karakteristik Kabel tanah TR ?

9. Kabel Opstic pada gardu distribusi menggunakan jenis kabel ?

10. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis konstruksi Sambungn tenaga listrik tegangan
rendah ?

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Mata Pelajaran 4
PENGOPERASIAN
JARINGAN TEGANGAN
RENDAH
dan
SAMBUNGAN
PELAYANAN
TEGANGAN RENDAH
4. PENGOPERASIAN JARINGAN
TEGANGAN RENDAH DAN
SAMBUNGAN PELAYANAN
TEGANGAN RENDAH

TUJUAN PELAJARAN :

DURASI : 8 JP

PENYUSUN : 1. ISMAEL SIMAMORA


2. PARSAORAN SIAHAAN

3. DICKY HIWARDI

4. TIGOR MP. LUBIS

5. PERI EDISON GURUSINGA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................v
4.1. Pendahuluan...........................................................................................................1
4.2. Pengertian Operasi Jaringan Distribusi ...................................................................1
4.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kelangsungan Penyaluran ............................1
4.3.1. Pembebanan ................................................................................................ 2
4.3.2. Pengendalian Tegangan ............................................................................... 2
4.3.3. Pengendalian beban ..................................................................................... 2
4.4. Syarat Pengoperasian Jaringan ..............................................................................3
4.5. Bentuk Jaringan .....................................................................................................3
4.6. Parameter Jaringan ...............................................................................................4
4.6.1. Tegangan ..................................................................................................... 4
4.6.2. Frekwensi ..................................................................................................... 4
4.6.3. Faktor Daya ................................................................................................. 4
4.6.4. Beban ........................................................................................................... 4
4.6.5. Keandalan .................................................................................................... 5
4.7. Pengaman Sistem Distribusi ...................................................................................5
4.8. Prosedur Pengoperasian Jaringan Distribusi ........................................................6
4.8.1. Alasan Jaring Distribusi Dioperasikan ........................................................... 6
4.8.2. Prosedur Pengoperasian Jaringan Distribusi Baru : ...................................... 6
4.8.3. Prosedur Pengoperasikan Kembali Jaring Distribusi .................................... 7
4.9. Gangguan pada JTR...............................................................................................7
4.9.1. Gangguan Netral Putus ................................................................................ 8
4.9.2. Gangguan Satu Fasa Ke Tanah.................................................................... 9
4.9.3. Hubungan Singkat Tiga Fasa ........................................................................ 9
4.9.4. Cara Mengatasi Gangguan ........................................................................... 9
4.10. Pengoperasian Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah ..................................11
4.11. Pelaporan Pengoperasian.....................................................................................12

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


4.12. Analisis Dan Evaluasi Keandalan Penyediaan Tenaga Llstrik Serta Perhitungan
SAIDI-SAIFI .........................................................................................................................13
4.12.1. Tujuan......................................................................................................... 13
4.12.2. Metode Analisis Gangguan ......................................................................... 13
4.12.3. Kerangka Pikir Analisis Padam Sistem Distribusi ................................. 14
4.12.4. Informasi Pembentuk Laporan SAIDI-SAIFI. ............................................... 15
4.12.5. Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi . 15
4.13. DUPON CHART SUSUT DISTRIBUSI ..................................................................17
4.14. LATIHAN SOAL ....................................................................................................19

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Single line Diagram JTR ........................................................................................... 3
Gambar 2 Kerangka pikir Laporan dan Analisa Evaluasi Padam Sistem Ketenagalistrikan ..... 14
Gambar 3 Dupon Chart Susut Distribusi .................................................................................. 18

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi ..... 15

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal v


PENGOPERASIAN JARINGAN TEGANGAN RENDAH DAN
SAMBUNGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH

4.1. Pendahuluan

Peningkatan mutu pelayanan secara terus menerus merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari upaya PT PLN (Persero) menuju perusahaan yang modern, efisien dan mandiri dengan
menciptakan pola pelayanan yang cepat, mudah dan praktis. Salah satu cara untuk itu adalah
pengoperasian jaringan distribusi dengan mutu yang memadai.

4.2. Pengertian Operasi Jaringan Distribusi

Operasi distribusi dimaksudkan untuk memberikan tenaga listrik pada konsumen dengan
setepat mungkin menjamin kelangsungan penyalur/pelayanan dengan tegangan dan frequensi
yang stabil, serta aman bagi konsumen dan masyarakat pada umummya.

4.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kelangsungan Penyaluran

a. Adanya pekerjaan jaringan dan gangguan jaringan, dalam keadaan demikian diusahakan
pengaturan dan pengoperasian jaringan yang tepat sehingga daerah yang mengalami
pemadaman sekecil mungkin.

b. Kecepatan mengisolasi gangguan dan melakukan pengalihan beban. Bila terjadi gangguan
hendaknya secepat mungkin dikirim petugas kelapangan untuk mengisolir gangguan dan
mengadakan manuver jaringan, sehingga daerah-daerah yang mengalami pemadaman
sekecil mungkin, kemudian dicari letak gangguan untuk segera diperbaiki.

Untuk dapat menjamin kelangsungan penyaluran maka peralatan pada sistem operasi harus
mempunyai ketahanan terhadap :

 Tegangan lebih

 Hubungan singkat

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


4.3.1. Pembebanan

Operasi penyaluran tenaga listrik dikatakan normal apabila kebutuhan daya beban terpenuhi
serta tidak adanya pemadaman, tegangan dan/atau frekwensi berada diluar dari batas-batas
yang diijinkan. Dengan situasi seperti ini berarti daya listrik akan mengalir dengan lancar dari
sumber ke beban tanpa mengalami gangguan

Kondisi ini harus tetap dipertahankan guna tercapainya “Kepuasaan Pelanggan”. Upaya
mempertahankan kondisi ini dilaksanakan dengan pengendalian operasi. Jadi sebelum adanya
kendala yang dilanggar, sistem kendala telah melakukan sesuatu agar kondisi operasi normal
tetap dipenuhi. Ada dua jenis kegiatan pengendalian yang umum dilakukan untuk mencapai
maksud diatas yaitu :

4.3.2. Pengendalian Tegangan

Pada operasi JTR harus diamati secara periodik beban (arus) pada setiap fasa dan harus
dijaga agar selalu seimbang. Apabila beban tidak seimbang maka harus dilakukan
pemindahan-pemindahan yaitu dengan memindahkan SR dan dibagi-bagi antara ketiga fasa
agar dicapai keseimbangan beban.

Jika pada JTR tidak terdapat instalasi pengukuran tegangan dan arus maka pengukuran
tegangan dan arus perlu dilakukan secara periodik pada titik-titik tertentu dalam jaringan untuk
mengetahui tegangan yang tersedia bagi para pelanggan masih cukup baik atau tidak dalam
kebesarannya maupun keseimbangannya khususnya bagi pelanggan dengan sambungan tiga
fasa. Sedangkan pengukuran arus diperlukan untuk mengetahui keseimbangn beban antara
fasa-fasa mengetahui apakah saluran telah terbeban lebih atau tidak. Pengendalian tegangan
harus mendapat perhatian utama bagi operasi JTR. Tegangan yang terlalu rendah membuat
lampu-lampu menghasilkan cahaya yang kurang, motor akan menarik arus yang lebih besar
untuk daya keluar yang sama. Sehingga pemanasan didalam motor naik. Sementara itu
tegangan yang terlalu tinggi akan memperpendek umur lampu dan akan menaikan arus
magnetisasi pada motor dan atau trafo-trafo yang terdapat pada peralatan listrik. Agar
tegangan tidak jauh dari nilai nominalnya makan perlu dioperasikan pengubah sadapan pada
trafo distribusi (tap changer) dan pemasangan kapasitor di pusat-pusat beban.

4.3.3. Pengendalian beban


Agak janggal sebenarnya mendengar istilah beban dikendalikan, karena sebenarnya
pelanggan setelah mendapat sambungan listrik berhak menggunakan peralatan listriknya
kapan saja tanpa dikekang oleh perintah-perintah dari pihak penyedia daya. Pengendalian

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


baban disini adalah pengaturan penggunaan peralatan (beban) untuk hal-hal yang tertentu saja
(urgen) oleh pelanggan

4.4. Syarat Pengoperasian Jaringan

Seperti telah dijelaskan diatas bahwa operasi jaringan ditujukan agar sedapat mungkin
diusahakan tidak adanya pemutusan pelanggan dan kestabilan tegangan dan frekwensi. Untuk
mencapai tujuan tersebut agar dilakukan hal-hal sebagai berikut :

 Agar diketahui keseluruhan sistem yang terpasang dan diusahakan agar mudah
memanipulasi jaringan ini agar diperhatikan benar kemampuan pengahantarnya dan
peralatan lainnya.

 Peralatan pemisah hanya boleh masuk/ keluarkan bila tidak ada beban

 Dalam keadaan terbeban memutus/memasukkan dikerjakan dengan peralatan pemutus.

 Diketahui benar-benar peralatan yang terpasang dijaringan meliputi : nama peralatan,


kemampuan, buatan mana, kondisi/keadaan saat ini, agar dicatat peralatan saat ini, agar
dicatat pula peralatan-peralatan mana/apa yang sering terjadi gangguan.

 Pemasangan peralatan-peralatan pengaman agar benar-benar diperhatikan karena bila


pengaman yang terpasang tidak bekerja sesuai dengan yang diharapkan, maka hal ini akan
menimbulkan kerusakan pada yang diamankan bila terjadi gangguan.

4.5. Bentuk Jaringan

Bentuk jaringan tegangan rendah yang ada di PLN hanya radial seperti pada gambar.

Rel TR
Sekring TR Tiang
SUTR 1

Trafo Distribusi SUTR 2

SUTR 3
Saklar TM Saklar TR
SUTR 4

SUTR 5

Pelanggan Pelanggan

Gambar 1 Single line Diagram JTR

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


SUTR dapat berupa saluran udara dengan hantaran terbuka atau dengan hantaran berisolasi.

Saluran udara dengan hantaran terbuka menggunakan tembaga (Cu) sedangkan untuk
hantaran berisolasi adalah adalah alumunium (AI).

4.6. Parameter Jaringan

Persyaratan mutu pelayanan yang dituntut konsumen dan kondisi jaringan yang dapat
disediakan PLN ditentukan bermacam-macam parameter, misalnya :

4.6.1. Tegangan

Bagi PLN penyimpangan tegangan akibat naiknya rugi-rugi jaringan adalah tidak
menguntungkan, sedangkan bagi konsumen hal itu merupakan pelayanan yang sangat
mengganggu.

4.6.2. Frekwensi

Sistem frekwensi yang digunakan di Indonesia ditetapkan 50 Hz dengan penyimpanan yang


diperkenankan adalah lebih kurang 1% (berarti 40,50 – 50,5 Hz) diusahakan stabilitas harus
dipertahankan.

4.6.3. Faktor Daya

Konsumen listrik yang menggunakan peralatan listrik yang menyimpang dari syarat-syarat
penyambungan dapat berakibat rendahnya faktor daya dan ketidakseimbangan beban. Nilai
faktor daya dipertahankan tidak kurang dari 0,8 dengan cara menetapkan agar konsumen
harus melengkapi peralatan dengan kapasitas (bagi peralatan yang harus dipasang)

4.6.4. Beban

Ketidakseimbangan beban akan mengakibatkan menurunnya fungsi jaringan, maka harus


diusahakan agar :

 Peralatan 3 fasa dipasang secara simetris

 Beban jaringan harus dibagi secara merata pada ketiga hantaran fasanya masing-masing

 Arus pada hantaran netral harus sedapat mungkin ditiadakan terutama pada waktu beban
puncak

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


4.6.5. Keandalan

Tugas bidang operasi adalah memberikan umpan balik berupa data-data guna perbaikan
keandalan berikutnya. Tingkat keandalan perbandingan lamanya gangguan terhadap waktu
total operasi. Untuk PLN dirasakan tidak melebihi 0,5 hari/tahun.

4.7. Pengaman Sistem Distribusi

Sistem pengaman bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan
beserta peralatannya, dan keselamatan umum yang disebabkan karena gangguan dan
meningkatkan kelangsungan pelayanan pada konsumen.

Cara macam dan tingkat pengamanan yang diterapkan tergantung pada banyak faktor (antara
lain : sistem yang ada termasuk cara pentanahan, peralatan, kondisi dan peraturan setempat
dan macam beban).

Macam dan karakteristik beban sangat mempengaruhi perencanaan pengamanan, dan macam
dan karakteristik beban pulalah yang banyak menentukan perencanaan sesuatu sistem
distribusi.

Untuk daerah padat beban di pusat pertokoan misalnya, jaringan yang dibutuhkan adalah kabel
tanah dengan sistem tertutup; dan dengan demikian layak untuk dipergunakan pengamanan
yang lebih tinggi tingkatnya dan lebih mahal sebaiknya untuk daerah luar kota pada umumnya
yang kepadatan bebannya rendah, jaringan yang diperlukan cukup saluran udara radial,
dengan pengamanan yang lebih sederhana dan murah, sesuai tingkat keandalannya yang
masih dapat diterima pemakainya.

Jadi perencanaan atau sistem pengaman pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan, melainkan
harus sudah terpadu (integrated) dalam perencanaan sistem distribusinya.

Ada beberapa jenis pengaman yang umum dipakai di JTR :

a. Pengaman thermis (MCB)

b. Pengaman Buis patroom

c. Pengaman NH Fuse (HRC)

d. Pertanahan netral pengaman

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


MCB biasanya digunakan mengamankan instalasi, kalau PLN dipasang di APP. Untuk Buis
patroon maupun NH Fuse biasa digunakan di gardu distribusi yang dipasang pada PHB
tegangan rendah. Pertanahan netral jaringan tegangan rendah dipasang. Pada hantaran netral
pada tiang No. 2 dari akhir dengan asumsi radius pelayanan jaringan tegangan rendah dari
gardu distribusi adalah 300 m.

Apabila radius pelayanan JTR lebih besar dari 300 meter pertanahan netral pengaman
dipasang setiap jarak 200 m. Ini berguna untuk mengamankan peralatan konsumen apabila
terjadi hantaran netral putus.

4.8. Prosedur Pengoperasian Jaringan Distribusi

4.8.1. Alasan Jaring Distribusi Dioperasikan

Jaringan Distribusi telah selesai dibangun dan siap di energise/dioperasikan untuk melayani
konsumen.

Jaringan Distribusi yang sudah ada mati (off) karena gangguan atau dimatikan karena ada
keperluan.

Jadi ada dua macam Jaringan Distribusi yang dioperasikan yakni :

a. Jaringan baru

b. Jaringan lama yang mati atau dimatikan karena suatu sebab

4.8.2. Prosedur Pengoperasian Jaringan Distribusi Baru :

a. Jaringan tersebut telah dinyatakan baik untuk dioperasikan

b. Feeder atau sumber tenaga sanggup menampung beban yang ada pada jaringan distribusi
yang baru.

c. Telah diketahui dengan pasti daerah yang dilayani

 Jaringan distribusi tersebut aman

 Perkiraan beban Jaring Distribusi tersebut

 Daerah-daerah yang dilayani

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


 Peralatan-peralatan yang utama terpasang pada jaring distribusi tersebut diketahui
kemampuan dan jumlahnya (kwalitas dan kwantitas)

d. Setelah hal yang tersebut pada butir a, b, c, dinyatakan OK (memenuhi syarat) maka
secara manual dilakukan :

 Masukkan / On PMS atau saklar pemisah

 Kemudian masukkan PMA atau saklar yang dapat menampung beban boleh beroperasi
dalam kondisi berbeban (Load Break Switch).

4.8.3. Prosedur Pengoperasikan Kembali Jaring Distribusi

a. Telah diterima laporan resmi/pasti, bahwa jaringan tersebut telah diperbaiki dan siap untuk
dioperasikan.

b. Petugas yang memperbaiki telah selesai dan diketahui dengan pasti sudah aman bila
jaringan tersebut diberi jaringan.

c. Perbaikan yang dilakukan telah di-uji / di-test sesuai prosedur.

d. Bila ada penambahan beban baru, beban tersebut masih dapat ditampung oleh feeder
yang bersangkutan atau oleh sumber (trafo atau mesin pembangkit) atau belum akan
mempengaruhi tegangan, frekwensi dan sebagainya.

e. Selanjutnya pelaksanaan fisiknya (manual) dilakukan seperti biasa

f. Lepaskan jumper, bila ada/ dipasang sewaktu perbaikan

g. Keluarkan pertanahan pengaman dari jaringan bila hal tersebut dipasang sewaktu
perbaikan

h. Masukkan PMS atau saklar pemisah

i. Setelah itu memasukkan PMT atau sakelar beban

4.9. Gangguan pada JTR

JTR adalah jaringan yang terpanjang bila dibandingkan dengan Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dan Jaringan Tegangan Tinggi (JTT). Oleh karena itu masalah utama dalam operasi
sistem distribusi tegangan rendah adalah mengatasi gangguan karena jumlah gangguannya
adalah relatif banyak dibandingkan dengan jumlah gangguan pada subsistem lainnya.
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7
Disamping itu masalah tegangan, bagian-bagian instalasi yang berbeban lebih dan rugi-rugi
dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan perencanaan pengembangan
sistem distribusi dan juga melakukan tindakan-tindakan penyempurnaan pemeliharaan dan
penyempurnaan operasi sistem distribusi.

Untuk peningkatan pelayanan kepada para pemakai listrik khususnya dan masyarakat
umumnya, langkah yang tepat adalah menyusun suatu pola peningkatan pelayanan. Beberapa
rangkaian tersebut antar lain :

 Mengadakan inventarisasi problema serta rekomendasinya

 Memberikan penjelasan kepada masyarakat melalui masa media berupa :

 Menciptakan disiplin para petugas baik fisik maupun mental

 Melaksanakan usaha-usaha peningkatan pelayanan seperti peningkatan pelayanan


gangguan dengan peralatan yang sesuai standar

 Memperbaiki mutu tegangan beberapa

 Mengadakan monitoring hasil-hasil pelaksanaan dan meneruskan hasil monitoring


tersebut dalam peningkatan berikut.

4.9.1. Gangguan Netral Putus


Salah satu gangguan pada JTR adalah gangguan netral putus. Gangguan netral putus ini
menyebabkan tegangan di sebagian pelanggan akan naik. Naiknya tegangan dikonsumen
akan mengakibatkan kerusakan pada peralatan konsumen.

Penyebab gangguan netral putus adalah terjadinya loss kontak pada sambungan di JTR.

Loss Kontak terjadi disambungan disebabkan pada waktu melaksanakan pembangunan


pelaksana kurang memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan atau peralatan
sambungan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, dari segi bahan maupun kemampuannya
menghantar arus.

Hal lain dapat terjadi adalah lepasnya dua atau lebih penghantar netral pelanggan yang
digabungkan dari penghantar utamanya. Bila pelanggan-pelanggan tersebut tersambung pada
fasa yang berbeda, maka kemungkin akan terjadi kenaikan tegangan yang melewati batas
yang diijinkan pada fasa dengan beban yang lebih kecil.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


4.9.2. Gangguan Satu Fasa Ke Tanah

Pada JTR gangguan satu fasa ketanah banyak terjadi di JTR hantaran telanjang (tanpa
isolasi). Biasanya penyebab gangguan adalah penghantar dahan pohon, menyentuh tiang besi
atau hantaranterlepas dari ikatan di isolator. Bahaya terhadap kerusakan peralatan konsumen
tidak ada, tetapi ini sangat membahayakan terhadap keselamatan manusia karena hantaran
yang terhubung ketanah akan menimbulkan tegangan disekitar tanah yang terkena hantaran
fasa tersebut, apabila terjadinya agak jauh dari gardu distribusi, gangguan fasa ke tanah ada
kalanya tidak memutuskan pengaman yang ada di gardu.

Untuk JTR dengan hantaran berisolasi jarang sekali gangguan satu fasa ke tanah, tetapi yang
sering ada adalah gangguan satu fasa ke tanah, tetapi yang sering adalah gangguan satu fasa
putus atau JTR terbakar.

Penyebab gangguan satu fasa putus adalah loss kontak atau oksidasi akibat hantaran JTR
adalah A1, sedangkan sambungan rumah (SR) hantarannya Cu. Untuk JTR terbakar
penyebabnya adalah karena terlalu besarnya fuse pengaman di gardu distribusi.

4.9.3. Hubungan Singkat Tiga Fasa

Bila terjadi hubung singkat tiga fasa sekaligus minimal pasti ada dua fasa yang putus. Namun
bila fuse sampai pada tidak putus maka akan sangat berbahaya karena kemungkinan saluran
akan terbakar karena dialiri arus hubung singkat yang melebihi kapasitas kemampuan
penghantar.

Bial fuse TR tidak putus ada kemungkinan lain fuse pada sisi TM yang putus, jadi penting
sekali ukuran fuse TM harus tetap sesuai dengan trafo distribusi yang dipasang.

4.9.4. Cara Mengatasi Gangguan


a. Menetapkan daerah gangguan

 Periksa fuse yang jatuh

 Periksa besar arus

o Arus sebelum gangguan / normal

o Arus uji coba

 Laporan dari konsumen yang terganggu

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


 Pengalaman petugas

o Rawan gangguan :Petir, pohon tumbang, sabotase, layang-layang, pencurian

o Kondisi Peralatan :

- Trafo beban maksimum

- Los kontak

- Peralatan sudah tua

b. Menetapkan penyebab gangguan

Gangguan pada jaringan :

 Diketahui berdasarkan laporan konsumen

 Diketahui berdasarkan pengukuran (kerjanya peralatan pengaman) lampu indikator,


klakson berbunyi

 Diketahui berdasarkan kerusakan peralatan

 Diketahui berdasarkan pemeliharaan secara visual

c. Mengisolasi daerah gangguan

Setelah diketahui daerah & penyebab gangguannya, maka langkah berikut adalah mengisolasi
gangguan terutama untuk gangguan permanen.

Hal-hal yang perlu diketahui :

 Peta diagram

 One line diagram

 Kemampuan penghantar

 Sistem atau struktur jaringan

 Bila perlu lakukan manuver jaringan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


d. Memperbaiki gangguan

Setelah mengisolir daerah gangguan dan diketahui penyebabnya, maka segera memperbaiki/
melakukan perbaikan gangguan yang ada.

Langkah-langkah perbaikan adalah :

 Mengamankan daerah gangguan untuk melakukan perbaikan dengan memasang :

 Membebaskan jaringan dari tegangan listrik

 Pastikan arus tidak terhubung saat pekerjaan sedang berlangsung

 Pastikan bahwa tidak ada tegangan

 Hubungan singkat (jumper) dan pasang pertanahan pengaman

 Tutup semua bagian-bagian yang berdekatan.

4.10. Pengoperasian Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah


Pada dasarnya Sambungan pelayanan tegangan rendah boleh dioperasikan bila instalasi
konsumen sudah dinyatakan laik untuk dioperasikan.

Pernyataan resmi laik operasi berupa aertfikat laik operasi (SLO) yang dikeluarkan oleh
lembaga independen yang punya kewenangan memeriksa dan menguji instalasi yaitu
KONSUIL (Komisi Nasional untuk Keselamatan Instalasi Listrik).

Bagian-bagian yang diperiksa antara lain :

 Konstruksi pemasangan peralatan listrik

 Ukuran atau kapasitas pengahantar

 Kesinambungan siekit dari pengawatan

 Tahanan Isolasi Instalasi

 Tahanan Pentahanan

Jika persyaratan teknis sudah terpenuhi, maka pemberian tegangan (energize) dilakukan
dimulai dengan memposisikan pembatas pada APP dan saklar utama PHB-TR pada posisi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


OFF, dilanjutkan dengan menyambungkan kabel sambungan pelayanan dengan Jaringan
Tegangan Rendah dimulai dari kabel netral kemudian menyusul kabel fasanya.

Berikutnya memeriksa tegangan masuk pada APP, jika tegangan sudah masuk, maka
Pembatas pada APP dan Saklar Utama pada PHB-TR dimasukkan secara berurutan.

Langkah terakhir adalah mengukur beban instalasi dan memeriksa apakah kWH meter
berputar sesuai dengan beban yang diukurnya.

4.11. Pelaporan Pengoperasian


Setiap kegiatan dan kejadian yang terjadi dalam operasi jaringan harus selalu dibuatkan
laporannya. Laporan ini ada yang merupakan konsumsi dan dibutuhkan oleh unit operasi yang
bersangkutan dan ada juga yang harus disampaikan ke unit yang lebih tinggi untuk diolah
menjadi laporan ke kantor pusat. Dari laporan operasi ini diharapkan akan dapat membantu
manajemen dalam :

 Menilai unjuk kerja suatu jaringan / ranting / rayon / cabang.

 Mengetahui jaringan/gardu yang dalam kondisi kritis dan bertegangan dibawah standart.

 Menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk memperbaiki kwalitas dan keandalan
suatu jaringan.

 Memperkirakan kebutuhan material dan biaya untuk kebutuhan operasi.

Dalam operasi jaringan tegangan rendah, laporan kegiatan dan peristiwa yang perlu dilaporkan
adalah :

 Pemadaman (karena gangguan atau pemadaman yang direncanakan)

 Lama pemadaman

 Jumlah pelanggan yang padam

 Sebab gangguan/pemadaman

 Kwh yang tak tersalurkan

 Pemakaian material untuk mengatasi gangguan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


 Pemantauan tegangan ujung dan arus beban

 Pengoperasian JTR baru

Laporan pemadaman dengan data seperti butir 1a sampai dengan butir 1c merupakan data
dasar untuk bahan laporan ke kantor pusat. Dari laporan ini dapat diketahui lama pada rata-
rata pertahun (SAIDI) dan frekuensi pada rata-rata pertahun (SAIFI).

4.12. Analisis Dan Evaluasi Keandalan Penyediaan Tenaga Llstrik Serta


Perhitungan SAIDI-SAIFI
4.12.1. Tujuan

 Untuk mengetahui penyebab utama gangguan slstern distribusi ketenagalistrikan


sebagai bahan untuk menyusun program perbaikan pelayanan pasokan llstrlk,
perbaikan desain dan konstruksi, serta perbaikan sistem operasi dan pemeliharaan
pada sistern distribusi tenaga listrik,
 Untuk mendapatkan indeks keandalan sistem distribusi tenaga listrik yang akurat.

4.12.2. Metode Analisis Gangguan

Dalam rangka mendukung implementasi Enterprise Asset Management (EAM), konsep


lifecycle aset yang dimulai dari Desain, Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan, Penggantian
dan Penghapusan, mulai digunakan. Tahapan lifecycle aset yang menjadi perhatian
analisa dan evaluasi ini adalah tahapan Operasi dan Pernelinaraan. Hasil analisis dan evaluasi
pada tahapan ini akan digunakan sebagai umpan balik dalam rangka memperbaiki kinerja dan
masa manfaat aset tersebut. Metode analisis dan evaluasi yang digunakan adalah konsep
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) dan Failure Mode and Effects and Criticality
Analysis (FMECA) untuk menganalisis penyebab utama gangguan distribusi.

A. Metoda Analisis Padam FMEA


Metode ini mengidentifikasi semua jenis patensi gangguan (failure mode) dan dampaknya
(effect analysis) terhadap keandalan sistem distribusi tenaga listrik.
Tujuan penerapan FMEA adalah sebagai berikut:
 Mengenali dan mengevaluasi penyebab gangguan potensial dan
dampaknya;
Mengidentifikasi tindakan yang dapat diambil untuk mengeliminasi atau
menurunkan kemungkinan penyebab potensial gangguan;
B. Metoa Analisis Padam FMECA

Metode ini merupakan tindak lanjut dari FMEA dengan menambahkan parameter tingkat
keparahan (severity level) dan kemungkinan terjadinya (Potential Of Failure - POF)

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


gangguan, Mekanisme ini diperoleh melalui sidang enjiner yang selanjutnya akan dipergunakan
sebagai umpan balik terhadap tahapan desain, konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan
sistem distribusi tenaga listrik.

4.12.3. Kerangka Pikir Analisis Padam Sistem Distribusi

Kerangka pikir yang digunakan untuk membuat laporan SAIDI-SAIFI dan analisis serta evaluasi
kejadian padam digambarkan sebagaimana berikut dibawah ini.

Gambar 2 Kerangka pikir Laporan dan Analisa Evaluasi Padam Sistem Ketenagalistrikan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


Kerangka pikir Laporan dan Analisa Evaluasi Padam Sistem Ketenagalistrikan terdiri atas 2
(dua) bagian informasi, yaitu:

1. Bagian informasi pembentuk laporan SAIDI-SAIFI


2. Bagian informasi pembentuk data pendukung analisa dan evaluasi kejadian padam sistem
distribusi.

4.12.4. Informasi Pembentuk Laporan SAIDI-SAIFI.


Untuk membentuk database laporan SAIDI-SAIFI yang lengkap, dilakukan penggabungan
informasi yang diperoleh dari informasi pendukung lainnya seperti :

 Nama unit PLN,


 Jumlah total pelanggan pada unit PLN tersebut,
 Tanggal kejadian padam,
 Lamanya kejadian padam,
 Jumlah pelanggan padam, dan
 Beban yang hilang pada saat padam

4.12.5. Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi
Tabel 1 Data Pendukung Analisa Dan Evaluasi Kejadian Padam Sistem Distribusi

No Event Damage No Event Damage No Event Damage

1 PMT terbakar 26 Gangguan tidak 51 Konektor rusak


diketahui
2 CT terbakar 27 AVR/Kapasitor 52 Tiang patah/roboh
Rusak/Terbakar/Meledak
3 PT terbakar 28 CT/PT kWh meter exim 53 HMA Support rusak
rusak
4 Busbar Coupler terbakar 29 Fuse Tube terbakar 54 Isolator TR rusak
5 Gangguan tidak 30 Mounting CO pecah / 55 Fuse holder NH Fuse rusak
diketahui retak / rusak
6 Terminasi rusak 31 Terminasi MVTIC rusak 56 Terminal LV Saklar terbakar
7 Jointing rusak 32 Kabel MVTIC Rusak 57 Mekanik LV Saklar rusak

8 Kabel rusak 33 Jointing MVTIC Rusak 58 MV Cell Incoming/Outgoing


rusak
9 Rusak/Terbakar/Meledak 34 Terminasi kabel tanah 59 MV Cell Pemutus Beban rusak
rusak

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


10 Konduktor Putus 35 Kabel Tanah Rusak 60 MV Cell Metering rusak
11 Konektor TM Putus 36 Jointing Kabel Tanah 61 Kabel SR rusak
Rusak
12 Ground Steel Wire 37 Terminasi Kabel Laut 62 Konektor Rusak
(GSW) Putus/Lepas Rusak
13 Jumperan Putus 38 Kabel laut rusak 63 Meter terbakar
14 No damage 39 Jointing Kabel Laut Rusak 64 MCB rusak
15 Arrester rusak 40 Arrester rusak 65 CT rusak
16 Tiang patah/roboh 41 Fuse Tube terbakar 66 NH Fuse Holder rusak
17 Arm tie lepas 42 Mounting CO pecah / 67 Instalasi milik pelanggan rusak
retak / rusak
18 Isolator tumpu/tarik 43 Trafo Rusak 68 Perluasan
rusak
19 Bushing DS/LBS rusak 44 LBS terbakar 69 Pemeliharaan
20 Pisau/mekanik rusak 45 PMT terbakar 70 Manuver Jaringan
21 LBS terbakar 46 CT /PT terbakar 71 Bencana Alam
22 Trafo power suply 47 Trafo Rusak 72 Pemasangan Baru
motorized rusak
23 Recloser Rusak 48 Kabel naik/turun rusak 73 Perluasan Jaringan
24 Bushing pecah 49 Konektor kabel 74
naik/turun rusak
25 CT/PT rusak 50 Kabel JTR rusak 75

No Cause No Cause Group No Weather

1 Banjir 1 Cerah
2 Gempa Bumi 2 Mendung
Bencana Alam /
1
3 Longsor Musibah 3 Angin Kencang
4 Kebakaran 4 Petir
5 Pohon 5 Hujan
6 Binatang 6 Hujan Angin
7 Umbul2 / Baliho / Hujan Petir
Penjor / terpal / Tersentuh Benda 7
2
reklame Asing
8 Benda Asing Hujan Angin
8
Petir
9 Layangan / Kawat

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


10 Pekerjaan konstruksi
pihak ketiga
11 Kendaraan
3 Publik
12 Vandalisme

13 Jangkar
14 Lifetime Kesalahan
4
Pemeliharaan
15 Sambungan Kendor 5 Kesalahan
/ loss kontak Operasi
16 Kerusakan sistem 6 Kesalahan
mekanik konstruksi
17 Flashover 7 Kesalahan Desain
18 Media isolasi 8 Mutu material
bocor/gagal tidak standar
19 Kesalahan prosedur
20 Kesalahan
pemasangan
21 Overload
22 Koordinasi proteksi

23 Partial Discharge
24 Kegagalan peralatan
proteksi petir
25 Korosif

4.13. DUPON CHART SUSUT DISTRIBUSI

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 17


Gambar 3 Dupon Chart Susut Distribusi

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 18


4.14. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian dari Operasi Jaringan Distribusi ?

2. Sebutkan Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kelangsungan Penyaluran tenaga


listrik kepada pelanggan ?

3. Sebutkan jenis kegiatan pengendalian pembebanan ?

4. Jelaskan Syarat-syarat Pengoperasian Jaringan Distribusi ?

6. Jelaskan Parameter-parameter operasi JTR ?

7. Jelaskan jenis pengaman yang digunakan pada JTR ?

8. Jelasakan Prosedur Pengoperasian JTR baru ?

9. Jelasakan Prosedur Pengoperasian JTR yang telah diperbaiki akibat gangguan ?

10. Sebutkan jenis gangguan pada JTR dan buat prosedur perbaikan gangguan
tersebut ?

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 19


Mata Pelajaran 5
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
DAN
STANDING OPERATION
PROSEDUR (SOP)
5. KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA DAN STANDING OPERATION
PROSEDUR (SOP)

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta


mampu memahami dan menjelaskan K3 & SOP
Pengoperasian JTR dan SPTR dengan baik dan
benar sesuai Standar Perusahaan

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : 1. ISMAEL SIMAMORA


2. PARSAORAN SIAHAAN

3. DICKY HIWARDI

4. TIGOR MP. LUBIS

5. PERI EDISON GURUSINGA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................iv
5.1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) .............................................................1
5.1.1. Dasar Hukum. ......................................................................................................... 1
5.1.2. Pengertian .............................................................................................................. 2
5.1.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..................................................... 3
5.1.4. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja ........................................................................... 3
5.1.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). ............................................................ 3
5.1.6. Kecelakaan Kerja .................................................................................................... 4
5.1.7. Keselamatan Dalam Bekerja. .................................................................................. 7
5.2. Standing Operation Procedure (SOP) .............................................................................10
5.2.1. Pengertian SOP .................................................................................................... 10
5.2.2. Tujuan SOP .......................................................................................................... 11
5.2.3. Komponen Dalam SOP ......................................................................................... 11
5.3. SOP Sistem Jaringan Distribusi ......................................................................................13
5.3.1. SOP Kondisi Normal ............................................................................................. 13
5.3.2. SOP Kondisi Gangguan ........................................................................................ 13
5.3.3. SOP Kondisi Pemulihan ........................................................................................ 14
5.3.4. SOP Kondisi Darurat ............................................................................................. 14
5.3.5. SOP pengoperasian Instalasi baru ........................................................................ 14
5.4. Keselamatan Kerja dalam Pekerjaan Pengoperasian Sistem Distribusi ..........................14
5.4.1. Memasuki Ruang Kerja Listrik............................................................................... 14
5.4.2. Bekerja pada keadaan tidak bertegangan. ............................................................ 15
5.4.3. Bekerja pada keadaan bertegangan. .................................................................... 15
5.5. Latihan Soal ....................................................................................................................16

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Terjadinya Kecelakaan .................................................................................. 4


Gambar 2 Piramik ...................................................................................................................... 6

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia ...............................9


Tabel 2 Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu. .......................................9
Tabel 3 Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu .......................................... 10

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


5.1. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

5.1.1. Dasar Hukum.

Sumber hukum yang paling mendasar tentang keselamatan kerja di Indonesia ialah Undang-
undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini dibuat dengan
menimbang bahwa :

a. Bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya


dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktivitas nasional.

b. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya

c. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.

d. Bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma-norma perlindungan kerja

e. Bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang


memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi.

Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya yang paling penting dalam kegiatan
usaha. Maka perusahaan harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehataan bagi
manusia yang terkait dengan kegiatan usahanya, maupun orang lain yang terkait dengan
usaha tersebut.

Misalnya PLN sebagai perusahaan yang kegiatan usahanya membangkitkan, menyalurkan,


mendistribusikan, dan melayani pelanggan. Maka setiap manusia yang terlibat dalam kegiatan
usaha tersebut harus dijamin keselamatan dan kesehatannnya. Dan orang lain yang berada di
sekitar kegiatan usaha maupun yang menggunakan produk energi listrik juga harus terjamin
keselamatan dan kesehatannya.

Upaya menegakkan keselamatan dan kesehatan kerja memang bukan kegiatan meningkatkan
keuntungan, tetapi upaya memanusiakan manusia dan membatasi dan atau memperkecil
kerugian dampak kecelakaan.

Yang bertanggungjawab melaksanakan tegaknya keselamatan dan kesehatan kerja ialah :


manajemen, atasan pekerja, dan pekerja itu sendiri.

Dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan, berarti terciptanya safe production , yang
bermuara kepada peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


5.1.2. Pengertian

Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi terjadinya kecelakaan


di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan kerugian, baik jiwa/raga dan atau harta.
Sedangkan kesehatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi sakit akibat
melaksanakan kerja.

Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja ialah segala
tempat dimana :

a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan,

b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam pasal
2;

c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja
seperti diurai pada pasal 3. yakni :

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
n. Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau
barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

5.1.3. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan K3 adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera, sehingga akan tercapai :

a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.


b. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
c. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.
d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.

5.1.4. Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja

Sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 12, dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas dan atau
Ahli Keselamatan Kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja
yang diwajibkan.
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan kerja
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentuakan lain oleh Pegawai Pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

5.1.5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Yang dimaksud dengan jaminan sosial tenaga kerja menurut Undang-undang No. 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ialah :

Suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa
atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin,
hari tua dan meninggal dunia.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


Ruang lingkup program Jamsostek meliputi :

a) Jaminan Kecelakaan Kerja.


b) Jaminan Kematian.
c) Jaminan Hari Tua.
d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Karena PLN sebagai perusahaan mampu memberikan emulemen Jaminan Sosial Tenaga
Kerja sendiri dengan standard  dari ketentuan pemerintah, maka PLN tidak mengasuransikan
pegawainya ke program Jamsostek, baik milik pemerintah / BUMN maupun swasta.

5.1.6. Kecelakaan Kerja

a. Pengertian Kecelakaan Kerja.

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja,
dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.

Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja, baik
karena pekerjaan langsung ataupun dalam perjalanan menuju tempat kerja sampai kembali ke
rumah melalui jalan normal.

b. Proses Kecelakaan.

Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya dan dapat mengakibatkan
kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan ataupun efisiensi perusahaan.

Urutan proses terjadinya kecelakaan :

Kultur Sebab Bahaya Insiden Kerugian


Lingkungan dasar

- Unsafe act -Jiwa/raga


- Unsafe
-Budaya kerja visi dan misi - Kecelakaan - Harta
condi-tion
kurang - Near
- Pola pikir - Miss - Efisiensi
mendukung misses
manaje-
- Manajemen men

Gambar 1 Proses Terjadinya Kecelakaan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


 Kultur Lingkungan.
Kultur lingkungan, dalam hal ini berupa :

 Tingkat kematangan budaya kerja


 Pola pikir lingkunganmasyarakat pada umumnya atau lingkungan tempat kerja
pada khususnya
 Serta perhatian manajemen puncak dan menengah akan membentuk suatu behavior
(paradigma, sikap, dan perilaku) para pekerjanya dalam menegakkan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja.

Lingkungan masarakat / tempat kerja yang secara sadar :

 Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling tinggi nilainya..
 Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya, memiliki paradigma untuk
memikirkan keselamatan bagi manusia maupun bagi proses produksinya.
 Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan KKK, dsb.

Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk tercapainya safe production.

 Bahaya

Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi karena ada bahaya,
baik itu berupa :

 tingkah laku yang tak aman (unsafe act).


 kondisi yang tak aman (unsafe condition).
 manajemen/ prosedur yang tak benar / tak ada (miss manajemen).

Contoh tingkahlaku tak aman :

 Bekerja mengabaikan prosedur.


 Mengerjakan pekerjaan bukan bidangnya.
 Bekerja tanpa kompetensi (rendah).
 Tidak menggunakan alat keselamatan kerja.
 Sikap tubuh yang tidak benar.
 Bekerja dengan bersendau gurau.
 Bekerja dengan kondisi fisik dan atau mental yang labil.
 Bekerja dengan emosional / panik, dll.

Contoh kondisi yang tak aman :

 Peralatan pelindung yang tak memenuhi syarat.


 Bahan, peralatan yang aus atau rusak.
 Kondisi lantai yang licin.
 House keeping yang tidak tertata baik.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


 Kurang sarana pemberi tanda-tanda keselamatan kerja.
 Keadaan udara beracun.
 Bising.

Contoh miss manajemen :

 Tidak tersedianya alat keselamatan kerja.


 Tidak adanya petunjuk/prosedur kerja.
 Tidak melakukan identifikasi bahaya dan cara penanggulangannya.
 Tidak melakukan pembahasan tentang KKK secara terjadwal.

 Insiden.

Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan ataupun near misses yang
dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan
ataupun menurunnya efisiensi produksi.

Contoh kecelakaan : kejatuhan benda, terjepit, terkena listrik, terbakar.

Contoh near miises : tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka maupun
rusaknya benda/barang.

meninggal
1

10 cidera berat atau cacad

cidera ringan
30

insiden : - kecelakaan
600 - near misses

Gambar 2 Piramik

 Kerugian.

Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja mengalami kerugian.

Kerugian bagi korban kecelakaan (bila ia pekerja) meliputi :

 Cidera, cacat tetap, bahkan tewas itu berarti menurun/hilangnya kesempatan


mendapatkan prestasi (penghasilan) karena menurun/hilangnya kemampuan kerja.

 Menurunnya moril dan rasa peran keberadaannya di lingkungan keluarga,


masayarakat, maupun lingkungan tempat kerja.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


Kerugian bagi perusahaan antara lain meliputi :

 Biaya perawatan korban.


 Biaya untuk pemberian santunan-santunan.
 Waktu produksi berkurang.
 Rusaknya peralatan dan atau material, sehingga menurunnya kemampuan produksi.
 Biaya inventasi yang telah dikeluarkan untuk (pembinaan, pendidikan, dll.) mencapai
tingkat kompetensi seperti saat sekarang.
 Menurunnya citra perusahaan.
 Naiknya biaya asuransi.

Untuk mencegah / mengurangikerugian bagi manusia (pekerja dan atau orang lain) dan
kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita harus menghilangkan / mengurangi bahaya
(unsafe act, unsafe condition, dan miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk
mencegah / mengurangi bahaya antara lain :

 Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan miss mana-jemen)
dan tindakan / cara mengatasinya.

 Setiap bekerja selalu berpikir tentang selamat (think safety).


 Dll.

5.1.7. Keselamatan Dalam Bekerja.

a. Tempat Kerja Bertegangan.

Hal penting diperhatikan bila memasuki ruang kerja listrik :

 Mendapat ijin yang berwenang dan diawasi oleh petugas.


 Jangan sendirian (dua orang).
 Sehat jasmani dan rohani.
 Pakaian kering dan bersepatu dengan sol berbahan isolasi.
 Gunakan alat pengaman yang diperlukan sesuai spesifikasinya (missal: tegangan ijin,
daya hantar, dll).
 Perhatikan rambu-rambu peringatan yang ada.
 Berada pada jarak yang aman.

 Bekerja Pada Bebas Tegangan.

 Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :


 Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.
 Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.
 Bila ada sirkuit ganda :

* pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


* masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya .
* tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.

 Harus ada penanggungjawab / pengawas penuh pada sirkuit tersebut.


 Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas telah dipenuhi.

 Bekerja Pada Keadaan Bertegangan.

 Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai kompetensinya.


 Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).
 Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.
 Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.
 Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama yang diwajibkan.
 Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai sesuai petunjuk yang
diberikan.
 Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.
 Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan telanjang.
 Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan bahaya kebakaran,
ruang lembab, ruang sangat panas.

 Bekerja di dekat instalasi bertegangan :

 Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan


 Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau imbas yang
membahayakan, selain harus dibumikan.
 Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam, tangga yang diperkuat
dengan logam.
 Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan isolasi.

b. Batas Aman Arus dan Tegangan.

Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50 V.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


Tabel 1 Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia

Tegangan Sentuh Waktu maksimum Keterangan

( V efektif ) ( detik )

50 5

75 1

90 0,5

110 0,2

150 0,1

220 0,05

280 0,03

Tabel 2 Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu.

Tegangan Sentuh Waktu Maks. Keterangan

(m A efektif ) ( detik )

10  20 10

20  40 2

60  80 0,2

100 0,1

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


Tabel 3 Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu

Besar Arus Akibat arus melalui jantung

( mA ) melalui lintasan tangan ke kaki

0,7 Tidak terlihat sesuatu akibat

0,7  2 Terasa getaran

28 System syaraf terpengaruh, sangat sakit

8  20 System syaraf terpengaruh.

Tidak sanggup melepaskan pegangan, karena


pengerutan atau kontraksi otot-otot

20  50 System syaraf terpengaruh.

Otot kerongkongan dipaksa mengkerut .

Paru-paru kirim udara secara tidak normal.

Tidak mampu melepaskan pegangan

5.2. Standing Operation Procedure (SOP)

5.2.1. Pengertian SOP

Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang
dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.

SOP Pengoperasian kubikel 20 KV berarti ketentuan tentang prosedur / langkah – langkah


kerja untuk mengoperasikan kubikel 20 kv pada pengoperasian instalasi atau jaringan distribusi
20 KV.

SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri
dari :

 SOP Sistem Jaringan Distribusi


 SOP Komunikasi dan
 SOP Lokal Jaringan Distribusi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


5.2.2. Tujuan SOP

Pengoperasian JaringanDistribusi berarti membuat peralatan yang ada di jaringan bekerja atau
tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan dari aliran arus listrik. Dampak dari
pengoperasian tersebut diharapkan manfaat penggunaan energi listrik yang dialirkan dapat
digunakan sesuai keperluannya.

Tetapi bila pengoperasian dilakukan tidak benar, maka listrik dapat menimbulkan bahaya baik
pada peralatan, lingkungan sampai pada personil yang mengoperasikan maupun orang lain.

Penerapan SOP bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, tetapi menghindari
adanya resiko yang negatif.

5.2.3. Komponen Dalam SOP

Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP antara lain :

5.2.3.1. Pihak Yang Terkait

Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat


pengoperasian/pemeliharaanjaringan distribusi. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk
komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun komunikasi langsung / lisan
bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang
aman atau mencegah kerusakan material akibat dioperasikannya jaringan distribusi. Dalam
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang standar untuk mencegah
kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi yang
digunakan selalu pada batas standar agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.

Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi SOP


Komunikasi.

Pihak yang terkait pada pengoperasian jaringan distribusi antara lain :

- Untuk instalasi jaringan distribusi baru beberapa pihak yang terkait antara lain, team
Komisioning , Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, Konsumen. Berkoordinasi dengan
team komisioning adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi jaringan
distribusi yang akan dioperasikan dalam keadaan aman. Berkoordinasi dengan
Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap
dibebani atau dipadamkan maupun aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil
di lokasi pengoperasian jaringan distribusi dimaksud maupun di luar lokasi yang
berhubungan dengan jaringan yang akan dioperasikan. Sedangkan berkoordinasi
dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan adanya listrik di tempat
konsuman dan segera memanfaatkannya. Selain itu agar konsumen mengantisipasi
hal-hal yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan akibat listrik.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


- Untuk instalasi lama beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi /
Piket Pengatur, Pihak Pemeliharaan, Pelayanan Pelanggan dan Konsumen.
Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi dan Konsumen tujuannya adalah sama
dengan pengoperasian Instalasi jaringan distribusi baru. Berkoordinasi dengan pihak
pemeliharaan adalah untuk mengetahui maksud / tujuan pengoperasian termasuk
pemadaman jaringan distribusi, lama waktu dipeliharanya dan kondisi jaringan
distribusi pasca pemeliharaan. Sedangkan berkoordinasi dengan Pihak Pelayanan
Pelanggan adalah berkaitan dengan pemberitahuan formal kepada Pelanggan akan
adanya pemadaman / pengoperasian jaringan .

5.2.3.2. Perlengkapan Kerja

Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian jaringan distribusi dengan baik dan
aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan
seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal
terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara
rutin .

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :

 Perkakas kerja
 Alat bantu kerja
 Alat Ukur
 Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
 Berkas Dokumen Instalasi jaringan distribusi yang akan dioperasikan
 Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

5.2.3.3. Prosedur Komunikasi

Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai persiapan
pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan.

Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky ( HT)
dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan
berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

5.2.3.4. Prosedur Langkah-langkah Kerja

Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian jaringan


distribusi, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan
sampai pelaporan pekerjaan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP. Penyimpangan terhadap
langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan operasi bahkan dapat terjadi
kecelakaan kerja.

Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi jaringan distribusi harus dimintakan
persetujuan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan setelah pelaksanaannya. Hal
tersebut disampaikan langsung dengan menggunakan peralatan komunikasi langsung dan
melaporkannya dalam bentuk tulisan dilengkapi dengan kronologis berdasarkan waktu.

5.2.3.5. Pembuatan SOP

Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

- Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian jaringan distribusi untuk


membuat ketentuan berkoordinasi.

- Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI, Kemampuan Hantar Arus ( KHA )
jaringan, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.

- Struktur jaringan

5.3. SOP Sistem Jaringan Distribusi

SOP Jaringan Distribusi adalah aturan atau pedoman bagi Operator/teknisi untuk melaksanakan
tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian Instalasi Jaringan Distribusi pada
kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan kondisi darurat.

SOP Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan peralatan yang
terpasang dan konfigurasi serta fungsi Jaringan Distribusi.

Adapun didalam SOP Sistem Jaringan Distribusi terdapat panduan pada beberapa kondisi, yaitu
:

5.3.1. SOP Kondisi Normal

Operator/teknisi melakukan pengawasan / mensupervisi Jaringan Distribusi dan melaksanakan


perintah Dispatcher/APD untuk manuver perbaikan sistem maupun pemeliharaan Jaringan
Distribusi serta kebutuhan lainnya.

5.3.2. SOP Kondisi Gangguan

Operator/teknisi melakukan tindakan seperti :

 Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 Volt ( nol )

 Periksa dan yakinkan serta catat jika ada PMT yang trip di GI maupun Gardu Hubung
(GH) dan kelainan-kelainan yang terjadi.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


 Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol, di GI atau GH
kemudian direset.

 Periksa dan catat semua indikator rele yang muncul pada panel proteksi, kemudian
direset.

 Laporkan kepada Dispatcher APD.

 Laporkan kepada Piket APJ/Cabang.

5.3.3. SOP Kondisi Pemulihan

Operator/teknisi melakukan tindakan manuver atas perintah Dispatcher kemudian


melaporkannya.

5.3.4. SOP Kondisi Darurat

Tindakan Operator/teknisi Jaringan Distribusi membebaskan peralatan dari tegangan,


sehubungan dengan kondisi setempat seperti ; banjir, kebakaran, huru-hara, instalasi
membara yang cukup besar dll atau kondisi yang dianggap bahaya oleh Operator/teknisi
Jaringan Distribusi (dapat dipertanggung jawabkan), selanjutnya Operator/teknisi/ Jaringan
Distribusi harus melaporkan kejadian tersebut kepada Dispatcher APD dan Piket
APJ/Cabang.

5.3.5. SOP pengoperasian Instalasi baru

Didalam mengoperasikan Jaringan Distribusi atau Instalasi baru ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :

 Peralatan Jaringan Distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan oleh PLN.

 Buku SOP Sistem Jaringan Distribusi yang berlaku dan telah disepakati.
 Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi wewenang
oleh pejabat terkait.

 Telah terbit pernyataan laik bertegangan / Operasi dari pejabat yang berwenang.

 Telah dinyatakan siap Operasi oleh Manager APJ/Cabang.

 Skenario / Panduan manuver yang telah dibuat.

5.4. Keselamatan Kerja dalam Pekerjaan Pengoperasian Sistem Distribusi


5.4.1. Memasuki Ruang Kerja Listrik.

• Mempunyai kompetensi yang dibutuhkan.


• Mendapat ijin dari yang berwenang.
• Ditemani paling sedikit satu orang.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 14


• Sehat jasmani dan rohani.
• Memakai pakaian kering.
• Waspada terhadap bahaya yang mungkin timbul.
• Memahami dengan pasti apa yang akan dilakukannya.
• Membawa atau memakai perlengkapan pengaman.
• Memperhatikan rambu – rambu.
• Menjaga jarak aman badan / anggota badan terhadap peralatan listrik yang
bertegangan.

• Sedapat mungkin kedua tangan dimasukkan kedalam saku jika tidak melakukan
pekerjaan.

• Ruang kerja harus mendapat penerangan yang cukup.

5.4.2. Bekerja pada keadaan tidak bertegangan.

• Pelaksanaan pekerjaan harus mempunyai kompetensi yang dibutuhkan.


• Perlengkapan listrik yang dipekerjakan harus bebas dari tegangan.
• Sarana pemutusan sirkit dipasang rambu peringatan.
• Melaksanakan pemeriksaan tegangan untuk memastikan keadaan bebas tegangan.

• Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan secara baik.


• Petugas untuk pembebasan tegangan harus mempunyai surat tugas dari atasan yang
berwenang.

• Mengunci peralatan yang mungkin dapat dimasukkan / dikeluarkan.


• Bagian perlengkapan yang telah dibebaskan dari tegangan dan akan dibuang sisa
muatan listriknya, harus diperiksa secara teliti.

5.4.3. Bekerja pada keadaan bertegangan.

• Petugas / pelaksana pekerjaan mempunyai kompetensi yang dibutuhkan.


• Memiliki surat ijin kerja dari yang berwenang.
• Palam keadaan sehat, sadar, tidak mengantuk atau tidak dalam keadaan mabuk.
• Saat bekerja harus berdiri pada tempat atau mempergunakan perkakas yang berisolasi
dan andal.

• Menggunakan perlengkapan badan yang sesuai dan diperiksa setiap dipakai sesuai
petunjuk yang berlaku.

• Keadaan cuaca tidak mendung / hujan.


• Dilarang bekerja di ruang dengan bahaya kebakaran / ledakan, lembab dan sangat
panas.

• Dilarang menyentuh perlengkapan listrik yang bertegangan dengan tangan telanjang

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 15


5.5. Latihan Soal

1. Jelaskan pengertian dari K3 ?

2. Sebutkan syarat-syarat keselamatan kerja ?

3. Jelaskan tujuan dari K3 ?

4. Sebutkan Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja ?

5. Jelaskan Urutan proses terjadinya kecelakaan ?

6. Berikan contoh tingkah laku yang dapat menyebabkan kecelakaan ?

7. Berikan contoh kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan ?

8. Berikan contoh kerugian bagi perusahaan jika terjadi kecelakaan ?

9. Berikan contoh kerugian bagi pekerja jika terjadi kecelakaan ?

10. Buat prosedur keselamatan dalam bekerja jika memasuki tempat kerja
bertegangan?

11. Buat prosedur keselamatan dalam bekerja jika bekerja pada keadaan bertegangan?

12. Jelaskan pengertian SOP ?

13. Berikan contoh SOP pengoperasian jaringan distribusi ?

14. Sebutkan tujuan dari dibuatkannya SOP ?

15. Sebutkan komponen penting yang tertulis dalam SOP ?

16. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat SOP ?

17. Buat SOP pengoperasian jaringan distribusi pada kondisi darurat ?

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 16


Mata Pelajaran 6
PRAKTEK/SIMULASI
PENGOPERASIAN JTR
DAN SPTR
6. PRAKTEK/SIMULASI
PENGOPERASIAN JTR DAN SPTR

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta


mampu memahami dan menjelaskan Praktek
Pengoperasian Jaringan dan Sambungan Pelayanan
Tegangan Rendah dengan baik dan benar sesuai
Standar Perusahaan

DURASI : 16 JP
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii
6. PRAKTEK PENGOPERASIAN JTR DAN SPTR ...................................................................1

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Konstruksi PHB TR .......................................................................................1


Gambar 2 SKUTR ...........................................................................................................5
Gambar 3 Memperbaiki SKUTR......................................................................................8
Gambar 4 Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah ................................................. 11

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


6. PRAKTEK PENGOPERASIAN JTR DAN SPTR

KURSUS : PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN SAMBUNGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH


MATA PELAJARAN Pengoperasian jaringan distribusi TR
POKOK BAHASAN Pengoperasian PHB TR
TUJUAN MATA PELAJARAN Setelah menyelesaikan mata pelajaran peserta mampu melaksanakan
Pengoperasian jaringan distribusi TR
TUJUAN POKOK BAHASAN Setelah menyelesaikan pokok bahasan, peserta mampu melaksanakan
Pengoperasian PHB TR Sesuai SOP yang berlaku.

Gambar 1 Konstruksi PHB TR

2
R

T
3

• Kondisi (isi)
panel Phenomenal
Simple, Inspiring, Performing, ? 1
KEGIAT Perkakas/Peralatan
LANGKAH-LANGKAH GAMBAR
AN NO /APD

I PERSIAPAN

1. Petugas lapangan menerima perintah - Helm


dari ASSMAN terkait untuk melakukan
- Tang kombinasi
- Obeng ( - / + )
pengoperasian PHB-TR baru (LV/LS
- Tool Set
Board Baru) .
- Grounding
2. Siapkan Alat Kerja, Alat Ukur, Material aparat
kerja dan perlengkapan K-3, sesuai - AVO meter
dengan kebutuhan. - Megger
3. Sampai di lokasi pergunakan - Earth Tester
peralatan K3. • Kondisi -
-
Phasesquence
Radio HT
4. Periksa konstruksi PHB-TR (LV/LS (isi) panel ?
Board) meliputi: - Isolator fuse
1
holder
 Buka-tutup Saklar utama
 Lampu kerja dan lampu tes,
2
 Isolator fuse holder, R

 Konduktor pembumian/arde, S

 Kekencangan baut T
3

 Rating NH Fuse sesuai dengan


kapasitas trafo terpasang.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


II PENGOPERASIAN

5. Berikan paselin pada Pisau saklar


utama dan fuse holder (dudukan NT
Fuse)
6. Lakukan pengukuran tahanan isolasi
antara rel – body dan dicatat dalam
BA.
7. Lakukan pengukuran tahanan
pentanahan / titik nol (netral) dan
catat dalam BA.
8. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan
dan bersihkan PBH TR dari alat kerja,
alat ukur, dan material kerja.
9. Lapor Posko bahwa kondisi fisik PHB-
TR (LV/LS Board) dan personil aman,
minta ijin pemasukan tegangan
10. Terima ijin memasukkan tegangan
dari POSKO
11. Masukan Cut Out, lakukan
pengukuran tegangan pada sisi
masuk saklar utama (heefboom) dan
catat dalam BA.
12. Lakukan pengukuran tegangan dan
amati urutan putaran fasa dan catat
dalam BA.
13. Masukan saklar utama (Heef boom).

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


III PELAPORAN

14. Buat Berita Acara pelaksanaan


pengoperasian PHB TR
15. Lapor ke POSKO bahwa pekerjaan
telah selesai dan petugas siap
meninggalkan lokasi
16. Lepaskan K3 yang sudah tidak
dipergunakan
17. Buat laporan penyelesaian pekerjaan
dan penyerahan BA kepada ASSMAN
BUNG

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


KURSUS : PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN SAMBUNGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH
MATA PELAJARAN Pengoperasian Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
POKOK BAHASAN Pengoperasian SKUTR
TUJUAN MATA PELAJARAN Setelah menyelesaikan mata pelajaran peserta mampu melaksanakan
Pengoperasian jaringan distribusi TR
TUJUAN POKOK BAHASAN Setelah menyelesaikan pokok bahasan, peserta mampu melaksanakan
Pengoperasian SKUTR

Gambar 2 SKUTR

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


KEGIAT
LANGKAH-LANGKAH GAMBAR PERKAKAS
AN NO

I PERSIAPAN

1. Petugas lapangan menerima perintah dari - Helm


ASSMAN terkait untuk melakukan - Sabuk
pengoperasian SKUTR baru Pengaman
2. Siapkan Alat Kerja, Alat ukur, Material - Tangga
Kerja dan perlengkapan K-3 - Tool Set
3. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi
- Sarung
kerja
tangan
4. Lakukan pemeriksaan konstruksi SKUTR
isolasi
meliputi:
- Sarung
 Koneksi/sambungan
Tangan
 Kesesuaian gambar dengan SPK, mekanik
 Pemeriksaan rating (kapasitas arus) - Grounding
NT/NH-Fuse aparat
- AVO meter
- Megger
II PENGOPERASIAN 1.000 V
- Earth Tester
5. Lakukan pengukuran : Tahanan isolasi Phasesqu
LVTC dengan meger dan Arde dengan
Earth Tester serta catat hasilnya pd BA.
6. Lakukan pengecekan urutan fasa R,S,T
pada ujung kabel out let PHB-TR,
kemudian sambungkan ke SKUTR
dengan konektor bimetal.
7. Lapor ke POSKO bahwa kondisi fisik
SKUTR siap dioperasikan dan personel
aman, minta ijin pemasukan tegangan
8. Terima ijin pemasukan tegangan dari
POSKO

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


9. Masukan NT/NH fuse
10. Lakukan pengukuran tegangan pada fasa
R - N. Kemudian lakukan kegiatan yang
sama untuk fasa S & T, dan catat
hasilnya pada BA
11. Lakukan pengukuran tegangan antar fasa
R-S, R-T, S-T dan catat hasilnya pada BA
12. Lakukan pengukuran beban fasa R, S,
dan T, dan cata hasilnya pada BA

III PELAPORAN

13. Buat Berita Acara pelaksanaan


pengoperasian
14. Lapor ke POSKO bahwa pekerjaan telah
selesai dan petugas meninggalkan lokasi
15. Lepaskan K3 yang sudah tidak
dipergunakan
16. Laporan penyelesaian pekerjaan dan
penyerahan BA kepada ASSMAN BUNG

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


KURSUS : PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN SAMBUNGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH
MATA PELAJARAN Pengoperasian Jaringan Distribusi TR
POKOK BAHASAN Mencari gangguan, memperbaiki dan mengoperasikan kembali SKUTR
TUJUAN MATA PELAJARAN Setelah menyelesaikan mata pelajaran peserta mampu melaksanakan
Pengoperasian Jaringan Distribusi TR
TUJUAN POKO KBAHASAN Setelah menyelesaikan pokok bahasan, peserta mampu melaksanakan Pencarian gangguan
pada SKUTR

Gambar 3 Memperbaiki SKUTR

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


KEGIAT
LANGKAH-LANGKAH GAMBAR PERKAKAS
AN NO

I PERSIAPAN
- Helm
1. Petugas lapangan menerima perintah - Sabuk
dari POSKO untuk mencari gangguan Pengaman
pada SKUTR - Tangga
2. Siapkan Alat Kerja, Material Kerja, - Tool Set
Alat Ukur dan perlengkapan K3, - Sarung
sesuai kebutuhan. tangan
3. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi isolasi
pekerjaan
- Sarung
4. Lapor ke POSKO bahwa pekerjaan
Tangan
mencari gangguan akan dimulai
mekanik
- Grounding
II PELAKSANAAN aparat
- AVO
5. Periksa fuse pada NT/NH Fuse LV meter
Board untuk menetukan jurusan dan
- Megger
phase yang terganggu
1.000 V
6. Lepas NT/NH Fuse yang putus
- Earth
dengan Fuse Puller
Tester
7. Periksa secara visual disepanjang
Phasesqu
jurusan terganggu, bila gangguan
ditemukan langsung diperbaiki dan
laporkan ke POSKO untuk koordinasi
menormalkan kembali jaringan
SKUTR yang telah diperbaiki.
8. Bila gangguan tidak ditemukan,
lakukan lokalisir dengan pemisahan/
pelepasan jalur pencabangan yang
diperkirakan rawan gangguan.
9. Masukkan NT/NH Fuse untuk
Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9
memastikan titik gangguan. Apabila
NT Fuse tidak putus (kondisi normal),
berarti titik lokasi gangguan pada
percabangan tersebut serta lakukan
pemeriksaan secara visual
disepanjang percabangan yang
terganggu dan langsung dilakukan
perbaikan.
10. Lapor ke POSKO meminta
pemadaman kembali untuk
melakukan penyambungan
pencabangan yang terganggu /
dilepas.
11. Lapor ke POSKO bahwa
penyambungan sudah selesai dan
personil aman, minta ijin pemasukkan
tegangan
12. Terima ijin pemasukan tegangan dari
POSKO
13. Masukkan NT/NH Fuse untuk
menormalkan operasional SKUTR
kembali

III PELAPORAN

14. Lapor ke POSKO bahwa SKUTR


sudah normal dan petugas akan
meninggalkan lokasi pekerjaan
15. Lepaskan K3 yang sudah tidak
dipergunakan
16. Laporan penyelesaian pekerjaan dan
penyerahan BA kepada Assman
terkait

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


KURSUS : PENGOPERASIAN JARINGAN DISTRIBUSI DAN SAMBUNGAN PELAYANAN TEGANGAN RENDAH
MATA PELAJARAN Pengoperasian Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
POKOK BAHASAN Pengoperasian Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah
TUJUAN MATA PELAJARAN Setelah menyelesaikan mata pelajaran peserta mampu melaksanakan
Pengoperasian Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah
TUJUAN POKO KBAHASAN Setelah menyelesaikan pokok bahasan, peserta mampu melaksanakan pengoperasian
Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah

Gambar 4 Sambungan Pelayanan Tegangan Rendah

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


KEGIAT
LANGKAH-LANGKAH GAMBAR PERKAKAS
AN NO

I PERSIAPAN
- Helm
- Sabuk
1. Petugas lapangan menerima perintah dari Pengaman
ASSMAN BUNG untuk melakukan - Tangga
pengoperasian SPTR baru - Tool Set
2. Siapkan Alat Kerja, Alat ukur, Material - Sarung
Kerja dan perlengkapan K-3 tangan
3. Kenakan K3 setelah sampai di lokasi isolasi
kerja - Sarung
4. Lakukan pemeriksaan konstruksi SPTR Tangan
meliputi: mekanik
 Koneksi/sambungan - AVO
 Kesesuaian gambar dengan SPK, meter
 Pemeriksaan rating (kapasitas - Megger
penghantar) 1.000 V
- Earth
Tester
II PENGOPERASIAN - Phasesqu
ence
5. Lakukan pengukuran : Tahanan isolasi
LVTC dengan meger dan Arde dengan
Earth Tester serta catat hasilnya pada
BA.
6. Lakukan pengecekan urutan fasa R,S,T
pada ujung kabel out let PHB-TR,
kemudian sambungkan ke SPTR dengan
konektor bimetal.
7. Lapor ke POSKO bahwa kondisi fisik
SPTR siap dioperasikan dan personel

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12


aman, minta ijin pemasukan tegangan
8. Terima ijin pemasukan tegangan dari
POSKO
9. Masukan NT/NH fuse
10. Lakukan pengukuran tegangan pada fasa
dan netral (Pelanggan 1 fasa) dan fasa
R–N, S-N, T-N serta antara fasa R-S, S-
T, T-R (pelanggan 3 fasa) Kemudian catat
hasilnya pada BA
11. Lakukan pengukuran tegangan antar fasa
R-S, R-T, S-T dan catat hasilnya pada BA
12. Lakukan pengukuran Tegangan dan
beban masing – masing fasa pada
terminal APP di pelanggan dan cata
hasilnya pada BA

III PELAPORAN

13. Buat Berita Acara pelaksanaan


pengoperasian
14. Lapor ke POSKO bahwa pekerjaan telah
selesai dan petugas meninggalkan lokasi
15. Lepaskan K3 yang sudah tidak
dipergunakan
16. Lapo
ran penyelesaian pekerjaan dan
penyerahan BA kepada ASSMAN terkait

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 13


PENGOPERASIAN JTR DAN SAMBUNGAN
B.1.1.3.01.3
PELAYANAN SR
©2014

Anda mungkin juga menyukai