Anda di halaman 1dari 19

BAB I

A. Latar Belakang

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
bangsa indonesia sejak dulu, sedangkan sejarah merupakan deretan peristiwa yang
berhubungan. Peristiwa peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadia
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini dapat di
bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan
sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan yang masa sebelumnya

Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan
memberikan kekuatan atas berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun berda
pada suatu landasan atau piajakan yang dikenal pancasila. Pancasila dalam fungsinya
dasar negara, merupakan sumber faedah hukum yang mengatur negara republik ind
bermaksud didalamnya seluruh unsurnya yakni : pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pa
dalam kedudukannya merupakan dasar pijakkan penyelenggaraan negara dan
kehidupan Negara Republik Indonesia.
A. Latar Belakang
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa indonesia sejak dulu, sedangkan sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bermuara pada masa yang akan datang. Hal ini dapat dimaknai
bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa
sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan yang masa sebelumnya.
Dasar negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu
memberikan kekuatan atas berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun berdasarkan
pada suatu landasan atau piajakan yang dikenal pancasila. Pancasila dalam fungsinya sebagai
dasar negara, merupakan sumber faedah hukum yang mengatur negara republik indonesia,
bermaksud didalamnya seluruh unsurnya yakni : pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila
dalam kedudukannya merupakan dasar pijakkan penyelenggaraan negara dan seluruh
kehidupan Negara Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana periode pengusulan pancasila?
2. Bagaimana perumusan pancasila?
3. Bagaimana periode pengesahan pancasila?
4. Apa saja yang ada didalam kajian sejarah?
5. Apa saja sumber historis, sosiologis, politik pancasila?
6. Apa dinamika tantangan pancasila dalam kajian sejarah bangsa indonesia?
7. Apa itu Piagam Jakarta, Zaman Orde Baru dan Era Reformasi?
8. Bagaimana argumen tentang tantangan terhadap pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
9. Apa itu esensi dan urgensi pancasila dalam kajian sejarah

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui bagaiaman periode pengusulan pancasila?
2. Mengetahui bagaimana perumusan pancasila?
3. Mengetahui bagaimana periode pengesahan pancasila?
4. Mengetahui apa saja yang terdapat didalam kajian sejarah?
5. Mengetahui apa saja sumber sumber pancasila?
6. Mengetahui apa itu dinamika tantangan pancasila?
7. Mengetahui apa itu piagam jakarta, zaman orde baru, dan era reformasi?
8. Mengetahui argumen tentang tantangan terhadap pancasila?
9. Mengetahui apa itu esensi dan urgensi pancasila?

BAB II
A. Periode Pengusulan Pancasila
Awal munculnya ideologi bangsa itu bermula dengan lahirnya rasa
nasionalisme yang menjadi awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Dan adanya rasa
nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam Perhimpoenan Indonesia. Perhimpoen
Indonesia bertujuan agar bangsa Indonesia bersatu teguh menghadapi penjajahan dan
keterjajahan. Gerakan nasional lainnya lahir Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928
merupakan momen perumusan diri bagi bangsa Indonesia. Kesemuanya itu
merupakan modal politik awal yang sudah dimiliki tokoh tokoh pergerakan.
Awal perumusan Pancasila dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang
dilaksanakan pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh
Pemerintah Penduduk Jepang pada 29 April 1945.
Adapun tokoh-tokoh yang mengusulkan isi dasar negara yaitu sebagai berikut:
1) Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
1. Peri kebangsaan;
2. Peri kemanusiaan;
3. Peri ketuhanan;
4. Peri kerakyatan; dan
5. Kesejahteraan rakyat.
2) Prof. Dr. Soepomo (31 Mei 1945)
1. Persatuann;
2. Kekeluargaan;
3. Keseimbangan lahir dan batin;
4. Musyawarah; dan
5. Keadila rakyat.
3) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
1. Kabangsaan / nasionalisme;
2. Kemanusiaan / internasionalisme;
3. Mufakat atau demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial; dan
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.

B. Periode Perumusan Pancasila


Pada akhir persidangan pertama BPUPKI, rumusan dasar negara Indonesia
Belum ada kata sepakat. Oleh karena itu, BPUPKI membentuk Panitia Kecil
Perancang Undang-Undang Dasar (Panitia Sembilan) yang dibentuk pada tanggal 22
Juni 1945. Susunan panitia Sembilan adalah sebagai berikut :
Ketua : Dr. Soepomo
Anggota :
1. Ir. Soekarno
2. Moh. Hatta
3. A.A. Maramis
4. Wachid Hasyim
5. Abi Kusumo Cokrosuyoso
6. H. Agus Salim
7. Abdul Kahar Muzakir
8. Muh. Yamin
9. Ahmad Subardjo
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta atau Jakarta Charter”.      
Pembentukan Panitia Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)       
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan di Jepang. Untuk menindaklanjuti
hasil kerja dari BPUPKI, maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsi Junbi Inkai. Anggota PPKI terdiri dari 21 orang
untuk seluruh masyarakat Indonesia, 12 orang wakil dari jawa, 3 wakil dari sumatera,
2 orang wakil sulawesi, dan seorang wakil Sunda Kecil, Maluku serta penduduk cina.
Tanggal 18 Agustus 1945, ketua PPKI menambah 6 anggota lagi sehingga anggota
PPKI berjumlah 27 orang.         

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang


berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut
adalah sebagai berikut:
 Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
 Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
 I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
 Latu Harhary, wakil dari Maluku
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat
dalam rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila
sebelumnya, yang berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”.
Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan
mengubah tujuh kata tersebut menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pengubahan
kalimat ini telah dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam,
yaitu Kasman Singodimejo, Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M.
Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut demi persatuan dan kesatuan
bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan batang
tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila pun
ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.

Rumusan Akhir Yang Ditetapkan Tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI


adalah sebagai berikut:  
1. Ketuhanan Yang Maha Esa    
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab  
3. Persatuan Indonesia    
4. Kerakyatan yang dimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan      
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
C. Periode Pengesahan Pancasila
Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945,
telah mewujudkanNegara Republik Indonesia.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dalam sidang selanjutnya, pada tanggal 18
Agustus 1945, telah  menyempurnakan dan mengesahkan rancangan Undang-Undang
Dasar  Negara Indonesia, atau yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia Tahun 1945, atau secara singkat disebut sebagai : Undang-Undang
Dasar 1945.
Beberapa penyempurnaan yang dilakukan dalam pengesahan Undang-Undang Dasar
Negara tersebut, yang sebelumnya merupakan Rancangan Pembukaan yang termuat di
dalam Piagam Jakarta, sebagai hasil kesepakatan yang telah diterima oleh
sidang  BPUPKI pada sidang ke dua-nya sebelum masa Proklamasi Kemerdekaan,
yang isi penyempurnaannya antara lain :

 Dalam Rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia pada


Alinea ke-4, yang memuat sebutan : “Allah“, kemudian dirubah menjadi “
Tuhan “, sesuai dengan permintaan anggota utusan dari Bali, Mr. I Gusti Ktut
Pudja ( Naskah k. 406 )
   Penggunaan “ Hukum Dasar ”, digantikan dengan “ Undang-Undang Dasar
”.
 Dan pada kalimat “….  berdasarkan kepada : ke-Tuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar
kemanusiaan….”, dirubah menjadi “.. berdasarkan : ke-Tuhan-an Yang Maha
Esa, kemanusiaan ….. “   
Dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945 tersebut, setelah
penyempurnaan  tersebut kemudian disahkan dan diresmikan secara resmi pada
sidang PPKI  tanggal 18 Agustus 1945, setelah Negara Republik Indonesia terwujud 
pada tanggal 17 Agustus 1945 dalam pernyataan Proklamasi Bangsa Indonesia.
Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945 tersebut,
terkandung 4 alinea-alinea yang berintikan pernyataan kebulatan tekad Bangsa
Indonesia dalam menentukan perjuangan dan nasib Bangsa Indonesia pada masa
selanjutnya, dan berperan serta dalam perdamaian dunia yang menentang bentuk-
bentuk pejajahan ataupun kolonialisme di muka bumi ini.
Dan pada Alinea yang ke-4, dinyatakan pula rangkaian susunan Dasar Negara
Indonesia, yakni Pancasila, dengan susunan sebagai berikut :
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
5.    Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Dan susunan serta urutan Pancasila tersebutlah, yang sah dan benar yang kemudian
menjadi Dasar Negara Republik Indonesia, yang mempunyai kedudukan
konstitusional, serta telah disepakati oleh Bangsa Indonesia dalam sidang Panitia
Persiapan Kemerdekaan (PPKI), sebagai Komite Nasional, yang merupakan
perwakilan dari seluruh bangsa Indonesia.

Dengan demikian, perjalanan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, tidak berhenti


hingga masa tersebut. Demikian pula dalam menerapkan serta melandaskan Dasar
Negara Indonesia, Pancasila, dalam peri kehidupan Bangsa Indonesia pada masa
selanjutnya

D. Pancasila Dalam Kajian Sejarah

1. Pancasila sebagai identitas Bangsa Indonesia

Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas kebangsaan. Secara


etimologis, identitas nasional berasal dari kata “identitas” dan ”nasional”. Kata
identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki pengertian harfiah;
ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau . sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain.
 Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas berasal dari
bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda atau
jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan
yang lain. Jadi, pegertian Identitas Nasional adalah pandangan hidup bangsa,
kepribadian bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga
mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara termasuk disini adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam
arti lain juga sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus
dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak asasi
manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia. atau juga Istilah
Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain
Sebagai identitas nasional, Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus
mampu mendorong bangsa Indonesia secara keseluruhan agar tetap berjalan dalam
koridornya yang bukan berarti menentang arus globalisasi, akan tetapi lebih
cermat dan bijak dalam menjalani dan menghadapi tantangan dan peluang yang
tercipta. Bila menghubungkan kebudayaan sebagai karakteristik bangsa dengan
Pancasila sebagai kepribadian bangsa, tentunya kedua hal ini merupakan suatu
kesatuan layaknya keseluruhan sila dalam Pancasila yang mampu menggambarkan
karakteristik yang membedakan Indonesia dengan negara lain.Naskah Pancasila .
Identitas Nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada
padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas
Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa
yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi
suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena pengaruh
kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution,
eraglobalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia.
Kapitalisme telah mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem
internasional yang menentukan nasib ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di
dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, social, politik dan kebudayaan.

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa


Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan sikap mental. Sikap mental dan
tingkah laku mempunyai cirri khas artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain.
Ciri khas ini lah yang dimaksud dengan “KEPRIBADIAN”.
Bangsa indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Apabila
kita memperhatikan tiap sila dari pancasila, maka akan tampak dengan jelas
bahwa tiap sila pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa kita.terdapat
kemungkinan bahwa tiap tiap sila bersifat UNIVERSAL yang juga dimiliki oleh
bangsa-bangsa lain di dunia ini, akantetapi kelima sila yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana kita memahami, menghayati
dan mengamalkannya dalam kehidupan. Tanpa ini maka pancasila hanyalah
sekedar rangkaian kata –  kata yang tercantum dalam UUD 1945 yang merupakan
perumusan yang beku dan mati serta tidak memiliki arti penting dalam kehidupan
bangsa Indonesia.

3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Dalam pengertian ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup
sehari-hari (Pancasila diamalkan dalam hidup sehari-hari). Dengan kata lain,
Pancasila dipergunakan untuk penujuk arah semua aktivitas atau kegiatan dan
kehidupan didalam segala bidang, yang berarti semua tingkah laku dan tindak
atau perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran
dari semua sila dalam Pancasila karena Pancasila selalu merupakan suatu
kesatuan, yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang
lainnya atau saling berkaitan satu sama lain bahwa sila dalam Pancasila
merupakan satu kesatuan organis. Pancasila yang arus dihayati ialah Pancasila
sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, yang dengan demikian
jiwa keagamaan (sebagai manifestasi atau perwujudan dari sila Ketuhanan Yang
Maha Esa), jiwa yang berperi kemanusiaan (sebagai manifestasi atau perwujudan
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab), jiwa kebangsaan (sebagai manifestasi
atau perwujudan dari sila Persatuan Indonesia), jiwa kerakyatan (sebagai
manifestasi dari sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan), dan jiwa yang menjunjung tinggi keadilan sosial
(sebagai manifestasi dari sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia) yang
selalu terpancar dalam segala tingkah laku dan tindak atau perbuatan serta sikap
hidup seluruh bangsa Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa


Menurut Friedrich Carl von Savigny, setiap bangsa mempunyai jiwa
masing-masing yang disebut vulgeist (jiwa rakyat atau jiwa bangsa). Pancasila
sebagai jiwa bangsa Indonesia lahir bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia itu sendiri. Menurut A.G. Pringgodigdo, Pancasila telah ada sejak
adanya bangsa Indonesia karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada
bangsa Indonesia dan tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang
lain.
5. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa
Pancasila dikatakan sebagai perjanjian luhur bangsa karena Pancasila digali
dari sosio-budaya bangsa Indonesia sendiri, disepakati bersama oleh seluruh
rakyat Indonesia sebagai milik bangsa yang harus diamalkan serta dilestarikan.
Keragaman budaya bangsa Indonesia inilah yang mengangkat bahwa pancasila
sebagai perjanjian luhur dimana pada saat para proklamator kemerdekaan kita
memutuskan untuk menjadikan pancasila sebagai dasar negara disana tercantum
suatu perjanjian yang menyangkup seluruh rakyat Indonesia. Sebagaimana yang
telah tertera ada butir sila pertama menyebutkan bahwa   
“ketuhanan yang maha esa”. Keragaman agama yang ada di NKRI inilah yang
membuat butir 1 pada pancasila tersebut berbunyi ketuhanan yang maha esa.
Pada mulanya butir pertama pada pancasila mengandung unsur 1 agama
(menjerus pada agama islam) yang menyebut atas rahmat ALLAH, namun setelah
terjadi pembahasan lebih dalam akhirnya tercetuslah ketuhanan yang maha esa
sebagai sila yang pertama. Selain keragaman agama yang ada di Indonesia
keragaman budaya juga menjadi tolah ukur mengapa pancasila disebut sebagai
perjanjian luhur bangsa. Karena keragaman suku bangsa dan agama bangsa
Indonesia menyatakan bahwa mereka bersatu atas nama bangsa Indonesia, yang
menjadikan pancasila sebagai perjanjian yang menyangkut seluruh rakyat
Indonesia.

E. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Pancasila


1. Sumber Historis Pancasila
Dilihat dari sisi historisnya, Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun
1945, melainkan telah melalui proses panjang, dimatangkan oleh sejarah
perjuangan bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman-pengalaman bangsa
lain, dengan diilhami oleh gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri .
Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan Negara. Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui
suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajan.
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilainilai Pancasila tersebut tidak
lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa
materialis Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan hidup
yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah masyarakat
internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran berbangsa yang berakar
pada sejarah bangsa.
Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa Pancasila memilki landasan historis yang kuat. Secara
histories, sejak zaman kerajaan unsur Pancasila sudah muncul dalam kehidupan
bangsa kita. Agar nilai-nilai Pancasila selalu melekat dalam kehidupan bangsa
Indonesia, maka . nilai-nilai yang terkandung dalam setiap Pancasila tersebut
kemudian dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara. Sebagai sebuah dasar
Negara, Pancasila harus selalu dijadikan acuan dalam bertingkah laku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Semua peraturan perundang-
undangan yang ada juga tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

2. Pancasila Sumber Sosiologis


Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antarmanusia. Di
dalamnya mengkaji, antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial
dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji
masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat.
Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu
masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang tertentu.
Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji struktur
sosial, proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah
sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang
mengacu kepada nilai-nilai Pancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu
sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja, melainkan juga hasil
karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi filosofis para
pendiri negara (Kaelan, 2000: 13)

3. Pancasila Sumber Politis


Salah satu sumber pengayaan materi pendidikan Pancasila adalah berasal dari
fenomena kehidupan politik bangsa Indonesia. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai dengan
kelima sila yang mana dalam berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan/Perwakilan
dan dengan penuh Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tanpa pandang
bulu. Etika politik Pancasila dapat digunakan sebagai alat untuk menelaah
perilaku politik Negara, terutama sebagai metode kritis untuk memutuskan benar
atau slaah sebuah kebijakan dan tindakan pemerintah dengan cara menelaah
kesesuaian dan tindakan pemerintah itu dengan makna sila-sila Pancasila.
Etika politik harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara
konkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif,
legislatif,  yudikatif, para pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa
legitimasi hukum dan legitimasi demokratis juga harus berdasarkan pada
legitimasi moral. Nilai-nilai Pancasila mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa
yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbagai
penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti tindak pidana
korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan, terorisme, dan
penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang
menjadi momok masyarakat.

F. Dinamika dan Tantangan Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


1. Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia memperlihatkan adanya
pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai nilai pancasila.
a. Zaman Pra Kemerdekaan dan Orde Lama
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa dapat kita lihat mulai masa dimana
berdirinya pancasila yang diusulkan oleh BPUPKI yang terdapat usulan-
usulan pribadi. Muhammad Yamin dalam pidatonya tanggal 29 mei 1945
merumuskan 5 dasar sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Selanjutnya Rumusan Pancasila secara resmi diterima sebagai Dasar Negara dan
pernah ditetapkan dalam beberapa dokumen sebagai berikut:
a. Rumusan pertama : Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945
b. Rumusan Kedua : Pembukaan UUD tanggal 18 Agustus 1945
c. Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat 27
Desember 1949
d. Rumusan Keempat : Mukaddimah UUD Sementara 15 Agustus 1950
e. Rumusan Kelima : Merupakan rumusan kedua yang dijiwai oleh rumusan
pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Selanjutnya BPUPKI mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei -1


Juni 1945 untuk merumusakan falsafah negara. Muhammad Yamin
mengemukakan 5 asas bagi negara:
1. Kebangsaan
2. Kemanusiaan
3. Ketuhanan
4. Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Pada hari kedua Soepomo juga mengusulkan 5 asas yaitu:


1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Mufakat dan Demokrasi
4. Musyawarah
5. Keadilan Sosial

Pada 17 Agustus 1945 datang beberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur
menyampaikan rasa keberatan atas sila pertama “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Padan tanggal 18 Agustus
1945 sidang PPKI ke-1, Hatta mengusulkan mengubah kata tersebut menjadi “
Ktuhanan Yang Maha Esa”.
Demi persatuan dan kesatuan bangsa, mereka menyetujui perubahan kalimat tersebut.
Bersamaan dengan penetapan rancangan pembukaan dan dan Batang tubuh UUD
1945 pada sidang PPKI Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara.

G. PIAGAM JAKARTA, ZAMAN ORDE BARU DAN ERA REFORMASI

1. Jakarta 22 Juni 1945


Dari bunyi Piagam Jakarta, bisa disimpulkan rumusan Pancasila yang tertuang dalam Piagam
Jakarta yang terdiri dari 5 poin utama, yakni :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan Pancasila ke-1 oleh Soekarno 1 Juni 1945 yaitu
1. Kebangsaan
2. Internasionalisme
3. Mufakat,dasar perwakilan, dasar permusyawaratan
4. Kesejahteraan
5. Ketuhanan

Ideologi Pancasila pada zaman orde lama masih didominasi oleh kehebatan kharisma Bung
Karno.

2. ZAMAN ORDE BARU


Berbeda dengan zaman orde lama zaman orde baru Pancasila dijadikan oleh
para penguasa tidaklebih dari sebagai ideologi politik tepatnya ideologi yang
digunakan sebagai alat untuk berpolitik dan mempertahankan kekuasaan. Di
zaman orde baru, pemerintah menggunakan Pancasila sebagai “alat” untuk
melegitimasi setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Kondisi selanjutnya diperberat dengan datangnya arus globalisasi yang
menghapuskan sekat pembatas antar negara sehingga timbullah wacana yang
mengait-ngaitkan antara ideologi pancasila dengan ideologi lainnya seprti
liberalisme,capitalisme, dan sosialisme.
Selama zaman orde baru, Pancasila dijadikan sebagi alat penguasa melalui
monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan oleh pemerintah
untuk melanggengkan dan mempertahankan kekuasaan yang juga tak terbatas.
Akibatnya ketika terjadi pergantian rezim di era reformasi , muncullah
demistifikasi dan dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol,atau
sebagi ikon dan instrumen politik rezim sebelumnya. Alhasil, Pancasila ikut
dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem politik yang represif dan
bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma sejarah yang harus
dilupakan.

3. ERA REFORMASI
Pancasila dianggap sebagai alat peninggalan masa orde baru yang harus di
tinggalkan karena tidak sesuai dengan era reformasi yang menjujung tinggi
perubahan. Di masa yang lalu telah terjadi mistifikasi dan ideologisasi pancasila
secara sistematis, terstruktur dan masif.
Masyarakat tidak mau lagi menyikapi pancasila sebagai ideologi murni.
Yang artinya harus ada keseimbangan dan sinergi antara pengertian nilai dasar,
nilai instrumen maupun nilai praktis dari pancasila itu sendiri. Tujuan yang
diinginkan oleh seluruh rakyat yaitu untuk memujudkan: civil society, social
justice, and welfare state.
Pancasila di harapkan dapat menjadi alat untuk pencapain tujuan Bangsa
dan Negara. Perbedaan persepsi yang berkembang di masyarakat terhadap
pancasila tidak terlepas dari perbedaan pemahaman terhadap tantanan nilai dalam
kehidyupan bernegara yang belum berjalan secara sinegris di antara tiga unsur
yaitu:
Nilai dasar adalah asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak
akan kebenarannya atau tidak perlu diragukan/dipertannyakan ;lagi.
Nilai Insturemental adalah pelaksanaan umum dari nilai dasar yang
biasannya berupa norma sosial maupun norma hukum yang akan
dikonkritkan lagi oleh pemerintah dan para penentu kebijakan, nilai ini
sifatnya dinamis dan kontekstual.
Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksankan dalam
kehidupan nyata sehari –hari di dalam masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa yang menjadi nilai dasar adalah falsafah dan
ideologi dan nilai instrumentalnya adalah polotik dan strategi. Sedangkan untuk
nilai praktisnya berupa kongkritisasi di dalam kehidupan masyarakat sebagai
implementasi nilai dasar dan nilai instrumental.

H. Argumen Tentang Tantangan Terhadap Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan


Bernegara
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa merupakan kesepakatan
dari founding fathers ketika proses negara di dirikan, pancasila sering mengalami
berbagai deviasi dalam aktualisasi nilai-nilainya. Deviasi pengalaman pancasila
tersebut bisa berupa penambahan, pengurangan dan penyimpangan dari makna
yang seharusnya
Masyarakat lebih sering menggolangkan pancasila ke dalam ideologi
tengah di antara dua ideologi besar dunia yang saling berpengaruh. Pancasila
bukan berpaham komunisme dan bukan berpaham kapitalisme. Dinamika atau
pergerakan aktualisasi pancasila ibarat bandul jam besar yang bisa bergerak kekiri
ke kanan tanpa pernah berhenti tepat di tengah-tengah, masyarakat indonesia telah
sepakat mendasarkan dirinya pada ideologi pancasila dan UUD 1945 dalam
mengatur dan menjalankan kehidupan bangsa dan negara. Namun melihat
perjalanan sejarah dari sejak pra-kemerdekaan, orde lama, orde baru dan era
reformasi seperti sekarang ini, pancasila secara fleksibel tetep ingin
mempertahankan akultulasi dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Sejak November 1945 sampai sebelum Dekrit Presiden 5 Juli 1959,
pemerintah indonesia mengubah haluan polotiknya dengan mempraktekkan sistem
demokrasi liberal. Dengan kebijakn ini berarti pemerintah indonesia menjadi
proliberalisme. Kemudian dikoreksi dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Kebijakan mengeluarkan dekrit Presiden ini dimanfaatkan oleh kekuatan
politik di indonesia yang berhaluan kiri (PKI), puncaknya adalah peristiwa G30S
PKI peristiwa ini memicu tumbangnya pemerintah Orde Lama (Ir Soekarno) dan
berkuasanya pemerintah Orde Baru (Jenderal Suharto).
Pemerintah orde baru berusaha mengoreksi penyimpangan yang dilakukan
oleh rezim sebelumnya dalam pengalaman Pancasila dan UUD 1945. Namun
rezim orde barupun akhirnya dianggap menyimpang dari pancasila dan UUD
1945, orde baru dianggap cenderung ke praktek liberalisme-kapitalistik dalam
mengelola dan menjalankan negara.
Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang dasyat dan berhasil
mengakhiri 32 tahun kekuasaan orde baru, telah muncul 4 rezim pemerintahan
reformasi sampai saat ini.

I. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Indonesia untuk Masa Depan
1. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Pancasila berisi lima nilai dasae luhur yang ada dan
berkembang bersama dengan perkembangan dan pertumbuhan bangsa
indonesia sejak dulu.
Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan. Sehingga
semua kegigiatan saat ini bercermin dari sejarah masa lampau dan menjadikan
pendoman juga untuk kegiatan masa akan datang.
Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut dasar falsafah negara
atau philosophische grondslag, ideologi negara (Staatsidee). Pancasila
digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintah negara.
Negara indonesia dibangun berdasarkan suatu landasan atau pijkan yaitu
pancasila, pancasila dlam fungsinya sebagai dasar negara.Sumber kaidah
hukum yang mengatur negara Republik indonesia. Pancasila dalam
kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelanggaraan negara dan seluruh
kehidupan Negara Republik Indonesia. Menempatkan Pancasila sebagai dasar
negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2. Urgensi Pancasilan Dalam Kajian Sejarah Bangsa


Nilai-nilai luhur yang telah tertanam dalam diri bangsa indonesia sejak dulu
sangat sesuai dengan rumusan sila-sila pancasila yang di dalamnya berisi nilai-
nilai kehidupan bangsa dan bernegara. Pancasila tetep berdiri kokoh sebagai
sumber dari segala sumber hukum.
Hal ini menunjukan betapa kokoh dan kuatnya pancasila ketika dihadapkan
pada goncangan yang luar biasa dalam pemerintah. Pancasila masih tetep
dipergunakan sebagai alat pemersatu seluruh bangsa indonesia.
Pancasila tampak jelas dapat berdiri sebagai jembatan antara setiap
perbedaan dalam masyarakat, pancasila dapat menegegakan kedudukan
bangsa indonesia tatkala harus berhadapan dengan gerakan yang radikal dan
ingin mengubah ideologi negara. Pancasila menjadi begitu penting bagi
kelangsungan kehidupan bangsa dan negara yang begitu majemuk dan
beragam. Fungsi pancasila sebagai instrumen dalam mempertahankan
kegoncngan negara baik yang disebabkan bahaya dari dalam, maupun
terhadap serangan ideologi dari luar yang membahayakan kelangsungan hidup
bangsa dan negra.

Anda mungkin juga menyukai