Anda di halaman 1dari 3

KASUS! (stadium I/IA?

)
Pasien Ny. W berusia 65 tahun datang ke rumah sakit karena mengeluh terdapat
benjolan di area genitalia sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan semakin membesar dalam
sebulan terakhir, mudah berdarah, terkadang terasa gatal, keluar keputihan, dan terasa
nyeri pada area sekitar benjolan. Hasil inspeksi genitalia menunjukkan terdapat lesi
dan benjolan di vulva dan lipatan paha. Menurut pengakuan Ny. W dahulu dia pernah
bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) sampai usianya 40 tahun, sering minum
alkohol dan merokok. Ny. W juga mengatakan dia memiliki saudara yang mengalami
penyakit Ca Mamae. Dokter mengatakan bahwa pasien harus menjalankan
kemoterapi. Beberapa bulan ini pasien mengamai penurunan nafsu makan. Pasien
tampat pucat, BB menurun sebanyak 8 kg, rambut rontok dan mukosa bibir kering.
Pasien mengatakan cemas terhadao kondisinya saat ini.

FAKTOR RISIKO CA VULVA (Nurhidayat dan Ramli, 2017)


1. Usia. Risiko kanker vulva meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini
berhubungan dengan periode menopause. Median usia pasien yang terdiagnosis
kanker vulva adalah 70 tahun. Namun demikian, terdapat sebagian pasien yang
menderita kanker vulva pada usia yang lebih muda. Hal ini dikaitkan dengan
adanya faktor risiko lainnya, yaitu infeksi human papilloma virus (HPV) dan
adanya vulvar intraepithelial neoplasia (VIN).
2. Infeksi HPV. Infeksi HPV terjadi melalui kontak kulit dengan bagian tubuh yang
terinfeksi. HPV dapat menular melalui hubungan seksual. Seorang yang aktif
decara sesksual dan sering berganti pasangan memiliki risiko tinggi untuk
terinfeksi HPV. Infeksi HPV meyebabkan munculnya kutil yang terbentuk seperti
jengger ayam (papilloma) pada alat kelamin. Kutil ini dapat berkembang menjadi
kanker vulva, terutama jika penyebabnya adalah HPV subtipe 16 dan 18
3. Lesi Prekanker/Preinvasive Lessions (jaringan abnormal di sekitar vulva),
dapat berupa vulvar intraepithelial neoplasia (VIN), Bowen disease dan Paget
disease.
a. VIN, VIN merupakan temuan premaligna dan berhubungan dengan infeksi
HPV, terutama subtipe 16 dan 18 sehingga dapat berisiko menjadi kanker
vulva. Perubahan tertentu yang dapat terjadi pada kulit yang menutupi vulva
ada tingkatan VIN ini ada 3 yaitu I (bentuk paling ringan), II (menengah), III
(bentuk paling parah termasuk karsinoma in situ vulva.
b. Bown Disease,kanker kulit yang sebenernya masih dapat ditangani(berisisik
bercak merah). namun jika tidak ditanganu ini dapat berkembang menjadi
benjolan dan menyebabkanjenis kanker yang berbeda yang disebut dengan
kanker kulit sel skuamosa
c. Paget Disease, Penyakit Paget ekstramammary jarang terjadi, dan dapat
mempengaruhi kelenjar apokrin vulva. Penyakit Paget vulva terjadi terutama
pada wanita pascamenopause yang mengalami pruritus dan nyeri vulva, dan
pada pemeriksaan, lesi tangisan ekzematoid sering terlihat. Diagnosis
biasanya dipastikan dengan biopsi, yang juga akan membantu membedakan
antara lesi intraepitelial dan invasif (Rogers and Cuello, 2018). ciri-ciri
penyakit ini itu pruritus (gatal parah) ruam, nyeri, dan sensasi terbakar.
Sebenarnya penyakit ini langka dan pertumbuhannya lambat. Namun jika
segera diobati dapat meningkatkan risiko kanker vulva
4. Merokok. Rokok mengandung berbagai macam karsinogen (zat-zat yang
menyebabkan kanker). wanita yang merokok memiliki risiko terken kanker vulva
yang lebih tinggi dibandingkanw wanita yang tidak merokok. Selain kanker
vulva, rokok ini juga dapat mengakibatkan risiko untuk terkena kanker lainnya,
seperti kanker paru, kandung kemih, dll.
5. Imunodefisiensi. Penurunan fungsi imunitas pada pasien akan berdampak pada
proses-proses infeksi HPV yang lebih agresif.
6. Lichen Sclerosis. Lichen sclerosis adalah kelainan kulit pada vulva di mana kulit
vulva menjadi lebih tipis dan gatal, biasanya diikuti dengan adanya macula.
Lichen sklerosus dengan menyebabkan pruritus yang parah, membentuk siklus
gatal-garuk yang apabila dibiarkan dapat menyebabkan perkembangan
hiperplasia sel skuamosa. Perkembangan lebih lanjut menghasilkan pembentukan
atipia, diikuti oleh VIN dan akhirnya kanker sel skuamosa invasif atau kanker
vulva (Canavan and Cohen, 2002). Penyebab lichen sclerosis belum diketahui
secara pasti. Sekitar 4% wanita dengan lichen sclerosis akan berkembang menjadi
kanker vulva.
7. Kanker leher rahim/vagina. Kanker leher rahim dan vagina memiliki faktor
yang sama dengan kanker vulva. Oleh karena itu, seseorang yang mengidap
kanker leher rahim atau vagina juga berisiko mengidap kanker vulva.
8. Faktor Risiko lainnya. Seseorang dengan penyakit menular seksual (sifilis/raja
singa, herpes, dll), diabetes melitus, obesitas, hipertensi/tekanan darah tinggi,
atau tingkat sosio-ekonomi rendah memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
mengidap kanker vulva (Canavan and Cohen, 2002).

REFERENSI :
Nurhidayat W. dan Ramli, I. (2017). ‘Laporan Kasus Kanker Vulva’, Jurnal
Radioterapi & Onkologi Indonesia. 8 (1), 1-12.
Rogers, L. J. and Cuello, M.A. (2018). ‘Cancer of the Vulva’. International
Juornal of Gynecology Obstetrics, 143 (2), 4-13.
Canavan, T.P. and Cohen, D. (2002). ‘Vulvar Cancer’, International Journal Of
American Family Physician, 66 (7), 1269-1274.

KETERANGAN :
MERAH : TIDAK TERLALU PENTING DIBACA
KUNING : PERLU DI CARI SUMBERNYA
HIJAU : SESUAI TEORI

Anda mungkin juga menyukai