Anda di halaman 1dari 2

Abel Kevin Bhaskara

110110150180

APAKAH KUOTA REPRESENTASI PEREMPUAN DIPERLUKAN?

Kodrat merupakan suatu hal yang mutlak dan bersifat universal, sedangkan kesetaraan

gender merupakan pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang diatur oleh

manusia (masyarakat) itu sendiri yang bersifat dinamis, dan sangat mungkin berbeda

dari satu masyarakat ke masyarakat lain.Dalam realita kehidupan, hampir semua tugas

gender dapat dilakukan oleh kedua kaum laki-laki dan perempuan (kecuali yang bersifat

mutlak, melahirkan misalnya). Namun dalam stereotip masyarakat (terutama

Indonesia), masih sering terjadi kesalahan pemaknaan terhadap perbedaan gender

sebagai kodrat fisiologis dan biologis.

UU No. 2 Tahun 2008 memuat kebijakan yang mengharuskan partai politik

menyertakan keterwakilan perempuan minimal 30% dalam pendirian maupun dalam

kepengurusan di tingkat pusat. Angka ini didapat berdasarkan penelitian Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa jumlah minimum 30 persen

memungkinkan terjadinya suatu perubahan dan membawa dampak pada kualitas

keputusan yang diambil dalam lembaga-lembaga publik. Kemudian, dalam UU No. 10

Tahun 2008 ditegaskan bahwa partai politik baru dapat mengikuti setelah memenuhi
persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada

kepengurusan partai politik tingkat pusat. 1

Peraturan lainnya mengatur bahwa setiap 3 bakal calon terdapat sekurang-kurangnya

satu orang perempuan. Ketentuan ini terdapat dalam Pasal 55 ayat (2) UU No. 10

Tahun 2008. Kedua kebijakan ini bertujuan untuk menghindari dominasi dari salah satu

jenis kelamin dalam lembaga-lembaga politik yang merumuskan kebijakan publik.

Penulis berpendapat bahwa perbedaan secara perbedaan fisiologi dalam kacamata

evolusi2 sudah membuat jurang yang luas dan Gender Equality tidak mungkin dicapai.

Secara psikologis pria dan wanita memiliki perbedaan dalam tipe kecerdasan (kognitif,

emosional, dan lainnya) begitu juga dengan fungsi biologis yang mana pria memiliki

keuntungan tidak harus melahirkan dan menyusui setelah bereproduksi. Pria juga

memiliki peluang untuk berada di posisi atas dalam dominansi sosial, menurut teori

Social Dominance.3

Oleh karena itu penulis menyarankan agar sekiranya negara memberi “Peluang” dalam

“leverage” dan bukan kewajiban untuk suatu partai politik memiliki jumlah minimum

perempuan sebagai anggota.

1
https://tirto.id/kuota-30-perempuan-di-parlemen-belum-pernah-tercapai-cv8q diakses 16 Oktober 2020 pukul
6:39.
2
Bruce Goldman, Two minds: The cognitive differences between men and women, Stanford Medicine (2017)

3
Robert D. Putnam The Comparative Study of Political Elites. New Jersey: Prentice Hall, (1976), Hlm. 33

Anda mungkin juga menyukai