Anda di halaman 1dari 16

1.

Tarif bea masuk :


a.Definisi
b.Tujuan pengenaan tarif
c.Jenis-jenis tarif
d.Dampak tarif
e.Keuntungan tarif
2. Bagaimana kebijakan tarif dan non tarif dalam perdagangan internasional ?
3. Kebijakan dumping dan anti dumping
a.Arti
b.Tujuan
c.Alasan pemberlakuan kebijakan terebut
4.Kepabeanan
a.Definisi kepabeanan
b.Fungsi kepabeanan
c.Kawasan pabean dan instansi yang berwenang melakukan pengawasan
d.Isi pokok UU Kepabeanan NO. 10/1995
5.Kawasan berikat
a.Definisi dan fungsi kawasan berikat
b.Hubungan kawasan berikat dengan kepabeanan
1. Tarif bea masuk
a. Merujuk pada UU No.17/2006 tentang Kepabeanan, Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan UU
yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Adapun impor adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean. Kemudian, daerah pabean adalah wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku UU Kepabeanan.
Secara lebih terperinci, bea masuk dapat diartikan sebagai pajak lalu lintas barang yang dipungut atas
pemasukan barang dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean. Ditjen Bea dan Cukai (DJBC)
menjadi institusi yang memungut bea masuk ini.
Menurut Rukiah Komariah dan Dewi Paramita (2010), perhitungan bea masuk berdasarkan pada
persentase besaran tarif atau secara spesifik yang dihitung berdasarkan satuan atau unit barang dengan
nilai yang telah ditetapkan berkaitan dengan harga transaksi yaitu harga yang sebenarnya atau seharusnya
dibayar. Dalam skala global, bea masuk disebut import duties. Berdasarkan IBFD International Tax
Glossary (2015), import duties/duty/customs duties terkadang juga disebut sebagai tariff adalah pungutan
yang dikenakan pada produk yang diimpor.
Sementara itu, pengertian import duties menurut OECD adalah pungutan yang terdiri atas bea masuk,
atau bea impor lainnya, yang dibayarkan pada jenis barang-barang tertentu ketika memasuki wilayah
ekonomi.
Ibrahim Pranoto K (1997:55), mendefinisikan tarif sebagai bea atau duty, yaitu sejenis pajak yang
dipungut atas barang-barang yang melewati batas negara.
Menurut Hamdy Hady (2000:65), tarif adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang
impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi di dalam negeri.
Dan menurut Sobri (1997:71), tarif yaitu suatu pembebanan atas barang yang melintasi daerah
pabean (costum area). Daerah pabean adalah suatu daerah geografis, yang mana barang-barang bebas
bergerak tanpa dikenakan cukai (bea pabean).
Tulus T.H. Tambunan (2004:328), tarif adalah salah satu instrumen dari kebijakan perdagangan
luar negeri yang membatasi arus perdagangan internasional.
Aliminsyah, dalam buku Kamus Istilah Akuntansi (2002:290-291), mendefinisikan tarif sebagai
pengaturan yang sistematik dari bea yang dipungut atas barang dan jasa yang melewati batas-batas
negara.
b. Tujuan dari diberlakukannya bea masuk adalah:
 Mencegah kerugian industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang impor
tersebut;
 Melindungipengembangan industri barang sejenis dengan barang impor tersebut di dalam negeri;
 Mencegah terjadinya kerugian serius terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis
dan atau barang yang secara langsung bersaing;
 Melakukan pembalasan terhadap barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang
ekspor Indonesia secara diskriminatif.
Menurut tujuannya, kebijakan tarif bea masuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Tarif Proteksi/ yaitu pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk mencegah/membatasi impor
barang tertentu.
2. Tarif Revenue, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan penerimaan
negara.
Berdasarkan tujuan tersebut maka fungsi tarif bea masuk adalah sebagai berikut.
1. Fungsi mengatur (regulerend), yaitu untuk mengatur perlindungan kepentingan ekonomi/industri
dalam negeri.
2. Fungsi budgeter, yaitu sebagai salah satu sumber penerimaan negara.
3. Fungsi demokrasi, yaitu penetapan besarnya tarif bea masuk melalui persetujuan DPR.
4. Fungsi pemerataan, yaitu untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional, misalnya dengan
pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk barang mewah.
c. Dalam pelaksanaan kegiatan export import, pembebanan tarif dapat dikelompokan menjadi beberapa
jenis, antara lain :
 Bea Export (Exports Duties)
Yaitu pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju ke negara lain.
Digunakan untuk barang-barang yang keluar dari custom area suatu negara yang memungut pajak.
Custom area adalah daerah dimana barang-barang bebas bergerak dengan tidak dikenai bea pabean. Batas
custom area ini biasanya sama dengan batas wilayah suatu negara.
 Bea Transit (Transit Duties)
Yaitu pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui wilayah suatu negara
dengan ketentuan bahwa barang tersebut tujuan akhirnya adalah negara lain.
 Bea Impor (Import Duties)
Yaitu pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam custom area suatu
negara dengan ketentuan-ketentuan bahwa negara tersebut sebagai tujuan akhir.
Penerapan dari pengenaan suatu tarif terutama dalam bentuk bea masuk meliputi beberapa hal, yaitu :
 Pembebasan bea masuk atau tarif rendah yaitu antara 0% – 5%, yang dikenakan untuk bahan
kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin, alat-alat militer dan lain-lain.
 Tarif sedang antara 5% – 20%, yang dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang
lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri.
 Tarif tinggi >20%, yang dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang
sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok.
d. Pembebanan tariff atas suatu barang dapat mempunyai dampak terhadap perekonomian suatu Negara.
Khususnya di dalam pasar barang tersebut. Beberapa dampak yang terjadi karena diberlakukannya tariff
dalam perdagangan.
a. Dampak terhdap harga, dapat menyebabkan naik turunyya harga suatu barang di dalam negeri.
b. Dampak terhadap konsumsi, dapat menyebabkan naik turunnya jumlah konsumsi atas suatu
barang di dalam negeri.
c. Dampak terhadap produk, dapat menyebabkan naik turunnya jumlah produksi suatu barang
dalam negeri.
d. Dampak terhadap distribusi pendapatan, dapat menyebabkan perubahan pola dalam pendapatan
masyarakat di dalam negeri.
Analisis dasar tentang tarif membuktikan bahwa perdagangan bebas lebih baik daripada tarif, dan bahwa
tarif mengakibatkan kerugian secara netto bagi negara secara keseluruhan.
 Suatu negara di rugikan oleh adanya tarif yang dikenakan sendiri adalah asumsi bahwa kita tidak
dapat mempengaruhi harga barang impor di pasar dunia.
 Biaya dan keuntungan tarif atu kebijakan perdagangan lainnya boleh jadi bisa diukur dengan
mengunakan konsep surplus konsumen dan surplus produsen.
Dampak tariff terhadap konsumen
a. Surplus konsumen mengukur besarnya keuntungan konsumen dari pembelian karena perbedaan
antara harga yang sebenarnya dibayar dengan harga yang bersedia dibayar.
b. Pembeli barang impor akan dirugikan dengan adanya tarif. Sebagian barang yang di impor berarti
konsumen merasa lebih baik membeli barang dari luar negeri daripada membeli barang produksi
dalam negeri.
c. Apabila pemerintah mengenakan tarif terhadap impor barang maka konsumen akhirnya harus
membayar lebih tinggi, membeli barangnya lebih sedikit atau kedua-duanya.
Dampak tariff terhadap produsen
d. Pengenaan tarif akan memberikan manfaat bagi para produsen dalam negeri yang menghadapi
persaingan impor karena tarif tsb merupakan pajak pada barang-barang produksi luar negeri.
e. Semakin besar tarif yang dibebankan bagi para konsumen untuk membeli barang luar negeri akan
semakin banyak yg beralih ke pemasok dalam negeri yg mendapatkan keuntungan karena adanya
tambahan penjualan dan harga yang lebih tinggi karena adanya tarif.
e. Beberapa keuntungan tarif impor adalah:
e. Sumber pendapatan pemerintah. Tarif terutama menguntungkan pemerintah di negara pengimpor.
Tentu saja, dengan menetapkan tarif, mereka memperoleh pendapatan selain dari pajak.
f. Menciptakan persaingan yang lebih adil. Tarif menjadi cara untuk mencegah persaingan yang
tidak sehat dalam perdagangan internasional.
g. Titik awal negosiasi dan perjanjian internasional. Tarif mungkin adalah opsi terakhir dan
pemerintah mungkin akan menegosiasikan dengan negara mitra langkah terbaik bagi kedua belah
pihak. Itu membuka ruang perjanjian perdagangan lainnya.
h. Mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri. Impor menaikkan harga dan seharusnya
menurunkan permintaan barang impor. Konsumen menggeser permintaan ke barang domestik.
Peningkatan permintaan mendorong produsen dalam negeri untuk meningkatkan output. Itu pada
akhirnya akan menciptakan lebih banyak pendapatan dan pekerjaan bagi perekonomian domestik.
Dukungan semacam itu penting, terutama di industri yang strategis dan baru tumbuh.
2. Hambatan tarif adalah pajak atau bea yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan ke / dari luar
negeri. Sebaliknya, hambatan nontarif merupakan hambatan bagi perdagangan internasional, selain tarif.
Ini adalah langkah-langkah administratif yang dilaksanakan oleh pemerintah negara itu untuk mencegah
barang-barang yang didatangkan dari luar negeri dan mempromosikan barang-barang yang diproduksi di
dalam negeri.Meskipun liberalisasi memperluas ruang lingkup dan peluang bagi perusahaan-perusahaan
domestik, namun, itu juga menimbulkan ancaman persaingan dari perusahaan asing.
Hambatan perdagangan seringkali melindungi perusahaan domestik dengan membatasi pergerakan barang
di tengah negara. Hambatan ini diklasifikasikan ke dalam dua kategori - hambatan tarif dan hambatan
non-tarif.
Ketika dua negara memperdagangkan barang, jumlah tertentu dibebankan sebagai biaya oleh negara, di
mana barang dimasukkan, sehingga memberikan pendapatan kepada pemerintah serta menaikkan harga
barang asing, sehingga perusahaan dalam negeri dapat mudah bersaing dengan barang asing. Biaya ini
dalam bentuk pajak atau bea, yang disebut hambatan tarif.
Jumlah pajak atau bea yang dibebankan sebagai tarif ditambahkan ke biaya impor, yang membuat barang
asing lebih mahal, yang harganya akhirnya ditanggung oleh konsumen produk.
Tarif dibayarkan kepada otoritas pabean negara di mana barang dikirim. Itu termasuk:
 Tugas Ekspor
 Tugas Impor
 Tugas Transit
 Tugas Khusus
 Tugas Ad-valorem
 Tugas Majemuk
 Tarif Pendapatan
 Tarif Pelindung
 Tugas Pencegahan dan Anti-dumping
 Tarif kolom tunggal
 Tarif kolom ganda
Ini juga memfasilitasi konservasi cadangan devisa. Hambatan tarif seringkali membantu dalam
mengurangi ketergantungan pada barang-barang internasional dan meningkatkan kemandirian.
Hambatan non-tarif mengacu pada tindakan non-pajak yang digunakan oleh pemerintah negara untuk
membatasi impor dari negara asing. Ini mencakup pembatasan yang mengarah pada pelarangan,
formalitas atau kondisi, membuat impor barang sulit dan mengurangi peluang pasar untuk barang asing.
Ini adalah kontrol kuantitatif dan pertukaran yang mempengaruhi volume atau harga perdagangan, atau
keduanya.
Itu bisa dalam bentuk undang-undang, kebijakan, praktik, kondisi, persyaratan, dll., Yang ditentukan oleh
pemerintah untuk membatasi impor.
Perbedaan Hambatan Tarif dan Non-tarif.| Hambatan tarif adalah pajak atau bea yang dikenakan pada
barang yang diperdagangkan ke / dari luar negeri. Sebaliknya, hambatan nontarif merupakan hambatan
bagi perdagangan internasional, selain tarif. Ini adalah langkah-langkah administratif yang dilaksanakan
oleh pemerintah negara itu untuk mencegah barang-barang yang didatangkan dari luar negeri dan
mempromosikan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.
Meskipun liberalisasi memperluas ruang lingkup dan peluang bagi perusahaan-perusahaan domestik,
namun, itu juga menimbulkan ancaman persaingan dari perusahaan asing.
Hambatan perdagangan seringkali melindungi perusahaan domestik dengan membatasi pergerakan barang
di tengah negara. Hambatan ini diklasifikasikan ke dalam dua kategori - hambatan tarif dan hambatan
non-tarif.
Ketika dua negara memperdagangkan barang, jumlah tertentu dibebankan sebagai biaya oleh negara, di
mana barang dimasukkan, sehingga memberikan pendapatan kepada pemerintah serta menaikkan harga
barang asing, sehingga perusahaan dalam negeri dapat mudah bersaing dengan barang asing. Biaya ini
dalam bentuk pajak atau bea, yang disebut hambatan tarif.
Jumlah pajak atau bea yang dibebankan sebagai tarif ditambahkan ke biaya impor, yang membuat barang
asing lebih mahal, yang harganya akhirnya ditanggung oleh konsumen produk.
Tarif dibayarkan kepada otoritas pabean negara di mana barang dikirim. Itu termasuk:
 Tugas Ekspor
 Tugas Impor
 Tugas Transit
 Tugas Khusus
 Tugas Ad-valorem
 Tugas Majemuk
 Tarif Pendapatan
 Tarif Pelindung
 Tugas Pencegahan dan Anti-dumping
 Tarif kolom tunggal
 Tarif kolom ganda
Seperti yang telah kita bahas, hambatan tarif memiliki tujuan dua kali lipat - di satu sisi, hal ini membantu
dalam meningkatkan pendapatan pemerintah dan di sisi lain, hal itu memberikan perlindungan dan
dukungan kepada industri dan perusahaan lokal terhadap persaingan asing.
Ini juga memfasilitasi konservasi cadangan devisa. Hambatan tarif seringkali membantu dalam
mengurangi ketergantungan pada barang-barang internasional dan meningkatkan kemandirian.
Hambatan non-tarif mengacu pada tindakan non-pajak yang digunakan oleh pemerintah negara untuk
membatasi impor dari negara asing. Ini mencakup pembatasan yang mengarah pada pelarangan,
formalitas atau kondisi, membuat impor barang sulit dan mengurangi peluang pasar untuk barang asing.
Ini adalah kontrol kuantitatif dan pertukaran yang mempengaruhi volume atau harga perdagangan, atau
keduanya.
Itu bisa dalam bentuk undang-undang, kebijakan, praktik, kondisi, persyaratan, dll., Yang ditentukan oleh
pemerintah untuk membatasi impor.
Karenanya ia mencakup praktik-praktik penyimpangan perdagangan yang populer seperti:
 Impor kuota
 VER, yaitu Pengekangan Ekspor Sukarela
 Lisensi impor
 Peraturan teknis dan administrasi
 Kontrol harga
 Peraturan valuta asing
 Kanalisasi impor
 Formalitas Konsuler
 Pembatasan Kuantitas
 Pemeriksaan prapengiriman
Dalam istilah awam, hambatan non-tarif merupakan penghalang bagi perdagangan internasional, yang
bisa legal atau birokratis.
3. Dumping
a. Dumping adalah penjualan barang di luar negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan
harga di dalam negeri. Dumping ada yang bersifat sporadis, menetap dan merusak.
b. Tujuan dumping adalah untuk meningkatkan pangsa pasar di luar negeri dengan menghilangkan
persaingan. Dalam perdagangan bebas, dumping dianggap sebagai salah satu bentuk persaingan
yang tidak sehat. Tindakan dumping tidak dilarang kecuali jika tindakan tersebut menyebabkan
atau menimbulkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis,
serta menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.
c. Alasan dumping adalah untuk meningkatkan daya saing barang yang bersangkutan di luar negeri
serta memperluas pasar. Salah satu negara yang melakukan politik dumping dalam perdagangan
internasional adalah negara matahari terbit yaitu Jepang. Jepang sangat terkenal sekali
melakukan banyak politik dumping untuk setiap barang yang diekspornya ke luar negeri,
termasuk ke Indonesia.
Anti dumping
a. adalah sanksi balasan yang berupa bea masuk tambahan yang dikenakan atas suatu produk yang
dijual di bawah harga normal dari produk yang sama di negara pengekspor maupun pengimpor.
b. Tujuannya adalah untuk memulihkan kerugian yang dialami oleh industri dalam negeri akibat
barang impor yang masuk dengan harga yang tidak wajar. "Jadi suatu negara harus memperluas
penerapan kebijakan ini, terutama untuk negara eksportir yang curang,"
c.
4. Kepabeanan
d. Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan terhadap lalu lintas barang
yang masuk aau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Pengawasan tersebut
dilakukan oleh pihak Bea Cukai dengan aturan-aturan dan teknis yang telah ditetapkan. Lalu lintas barang
masuk yang dimaksud adalah Import, yaitu kegiatan memasukan barang ke dalam daerah pabean. Lalu
lintas barang keluar yang dimaksud adalah Ekspor, yaitu kegiataan mengeluarkan barang dari daerah
pabean.Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi daratan, lautan dan udara di
atasnya serta semua tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku Undang-undang RI No. 17 tahun 2006. Setiap proses pemasukan atau pengeluaran
barang dari daerah pabean harus memenuhi kewajiban pabean seperti harus memiliki Nomor Identitas
Kepabeanan, Pemberitahuan Pabean.
e. Fungsi kepabeanan meliputi tugas-tugas dengan rincian kepentingan publik sebagai berikut :
 Tugas pemungutan keuangan negara atas barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean dan
dikeluarkan dari daerah pabean berupa bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor dan bea keluar,
yang diperlukan untuk membiayai pelaksanaan tugastugas pemerintah dan alat-alat perlengkapan
negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 serta pengadaan sarana dan prasarana
yang diperlukan dan digunakan secara sama atau bersamaan oleh orang banyak.
 Tugas pengawasan atas lalu lintas barang dengan tujuan untuk identifikasi jenis dan jumlah barang
untuk kepentingan:
 Penghitungan dan perhitungan besarnya pungutan keuangan negara atas barang yang dimasukkan
dan dikeluarkan ke dan dari daerah pabean.
 Kompilasi statistik perdagangan luar negeri yang disusun atas dasar dokumen pemberitahuan
impor dan ekspor barang yang menyangkut elemen data jenis dan jumlah barang, nilai barang,
negara asal dan tujuan, mengingat data perdagangan yang diambil dari sumber-sumber institusi
pabean cenderung lebih akurat dan komprehensif bila dibandingkan dengan data yang diambil
dari sumber-sumber yang lain. Pengamanan atas penguasaan data-data impor dan ekspor ini
diperlukan untuk menghindarkan terjadinya penguasaan data oleh pihak yang tidak berhak yang
dapat merugikan atau membahayakan kondisi kehidupan perekonomian nasional yang sehat.
Dalam Pasal 115 C UU Kepabeanan juga diatur ketentuan larangan bagi pegawai Bea Cukai
untuk memberitahukan segala sesuatu yang diketahui dalam rangka pelaksanaan pekerjaannya
berdasarkan UU Kepabeanan kepada pihak yang lain yang tidak berhak.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan barang-barang yang secara teknis dapat mengganggu dan
membahayakan keamanan dan keselamatan penduduk, seperti senjata api, amunisi, bahan
peledak, dan sebagainya.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan barang-barang cetak yang mengandung pandangan,
paham, dan ajaran yang dapat mengganggu dan membahayakan kehidupan ideologi Negara dan
stabilitas politik di dalam negeri.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan barang-barang cetak, audio, atau visual bersifat
pornografis yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan akhlak dan kehidupan seksual
masyarakat dan generasi muda.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan bahan dan barang-barang narkoba atau psikotropika yang
dapat membahayakan dan merusak mental kehidupan dan orientasi masyarakat yang pada
gilirannya dapat menurunkan produktivitas kehidupan masyarakat dan meningkatkan jumlah dan
intensitas peristiwa kriminal di masyarakat.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan bahan dan barang-barang makanan dan minuman serta
obat-obatan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan jiwa dan jasmani masyarakat.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan bahan dan barang-barang yang merupakan limbah
industri yang dapat merusak atau mengganggu lingkungan hidup yang sehat.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan flora atau fauna yang membawa wabah penyakit bagi
kehidupan dan perkembangan flora dan fauna yang ada dalam lingkungan kehidupan alam.
 Pencegahan atau penegahan pengeluaran benda-benda yang merugikan pelestarian warisan
benda-benda purbakala.
 Pencegahan atau penegahan pemasukan atau pengeluaran bahan dan barang-barang yang tidak
sesuai dengan kebijakan untuk melindungi pengembangan dan pertumbuhan industri dalam
negeri.
c. Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu dipelabuhan laut, bandar udara, atau
tempat lain yang ditetapkanuntuk lalu-lintas barang yang sepenuhnya berada di
bawahpengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Yang berwenang di kawasan pabean adalah:
 Menteri
 Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai
 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugaspokok dan fungsi
Departemen Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai.
 Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea danCukai yang ditunjuk dalam
jabatan tertentu untuk melaksanakantugas tertentu berdasarkan Undang-undang
d. Isi dari UU Kepabeanan NO. 10/1995
Menimbang :
a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat dalam
kehidupan nasional, khususnya di bidang perekonomian, termasuk bentuk-bentuk dan praktik
penyelenggaraan kegiatan perdagangan internasional;
b. bahwa dalam upaya untuk selalu menjaga agar perkembangan seperti tersebut di atas dapat berjalan
sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan dalam garis-garis besar
daripada haluan Negara dan agar lebih dapat diciptakan kepastian hukum dan kemudahan administrasi
berkaitan dengan aspek Kepabeanan bagi bentuk-bentuk dan praktik penyelenggaraan kegiatan
perdagangan internasional yang terus berkembang serta dalam rangka antisipasi atas globalisasi
ekonomi, diperlukan langkah-langkah pembaruan;
bahwa peraturan perundang-undangan Kepabeanan yang selama ini berlaku sudah tidak dapat
mengikuti perkembangan perekonomian nasional dalam hubungannya dengan perdagangan
internasional;
bahwa untuk mewujudkan hal-hal tersebut, dipandang perlu untuk membentuk Undang-undang tentang
Kepabeanan yang dapat memenuhi perkembangan keadaan dan kebutuhan pelayanan Kepabeanan
yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
 Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-lintas
barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk.
 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan
ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang ini.
 Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara,
atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu-lintas barang yang sepenuhnya berada dibawah
pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
 Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat
dipenuhinya Kewajiban Pabean sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
 Pos Pengawasan Pabean adalah tempat yang digunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk
melakukan pengawasan terhadap lalu-lintas barang impor dan ekspor.
 Kewajiban Pabean adalah semua kegiatan di bidang Kepabeanan yang wajib dilakukan untuk
memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini.
 Pemberitahuan Pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh Orang dalam rangka melaksanakan
Kewajiban Pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam undang-undang ini.

 Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.


 Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi Departemen
Keuangan di bidang Kepabeanan dan Cukai.
 Pejabat Bea dan Cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang ditunjuk dalam
jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan undang-undang ini.

 Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.


 Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean.
 Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah Pabean.
 Bea Masuk adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang ini yang dikenakan terhadap
barang yang diimpor.
 Tempat Penimbunan Sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang
disamakan dengan itu di Kawasan Pabean untuk menimbun barang sementara menunggu
pemuatan atau pengeluarannya.
 Tempat Penimbunan Berikat adalah bangunan, tempat atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun, mengolah, memamerkan, dan/atau
menyediakan barang untuk dijual dengan mendapatkan penangguhan Bea Masuk.

 Tempat Penimbunan Pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain yang
disamakan dengan itu yang disediakan oleh Pemerintah di Kantor Pabean yang berada
dibawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan barang yang
dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara
berdasarkan undang-undang ini.
Pasal 2
(1) Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang
Bea Masuk.
(2) Barang yang telah dimuat atau akan dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari Daerah
Pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor.
(3) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan barang ekspor dalam hal dapat
dibuktikan bahwa barang tersebut ditujukan untuk dibongkar di suatu tempat dalam Daerah Pabean.
Pasal 3
(1) Terhadap barang impor dilakukan pemeriksaan pabean.
(2) Pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penelitian dokumen
dan pemeriksaan fisik barang.
(3) Pemeriksaan fisik barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara selektif.
(4) Tata cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
oleh Menteri.
Pasal 4
(1) Terhadap barang ekspor dilakukan penelitian dokumen.
(2) Dalam hal tertentu, dapat dilakukan pemeriksaan fisik atas barang ekspor.

(3) Tata cara pemeriksaan pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 5

(1) Pemenuhan Kewajiban Pabean dilakukan di Kantor Pabean atau tempat lain yang
disamakan dengan Kantor Pabean dengan menggunakan Pemberitahuan Pabean

(2) Pemberitahuan Pabean diserahkan kepada Pejabat Bea dan Cukai di Kantor Pabean atau
tempat lain yang disamakan dengan Kantor Pabean dalam bentuk formulir atau melalui media
elektronik.
(3) Untuk pelaksanaan dan pengawasan pemenuhan Kewajiban Pabean, ditetapkan Kawasan
Pabean dan Pos Pengawasan Pabean.
(4) Penetapan Kawasan Pabean, Kantor Pabean, dan Pos Pengawasan Pabean dilakukan oleh
Menteri.
Pasal 6
Terhadap barang yang diimpor atau diekspor, berlaku segala ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini
e. Pasal 7

(1) Barang impor harus dibawa ke Kantor Pabean tujuan pertama melalui jalur yang
ditetapkan dan kedatangan tersebut wajib diberitahukan oleh pengangkutnya.
(2) Dalam hal sarana pengangkut dalam keadaan darurat, dengan tanpa memenuhi ketentuan
pada ayat (1), pengangkut dapat membongkar barang impor terlebih dahulu, kemudian wajib
melaporkan hal tersebut ke Kantor Pabean terdekat.
(3) Pengangkut yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau
ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah) dan paling sedikit Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

(4) Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau
ayat (2) tetapi jumlah barang yang dibongkar kurang dari yang diberitahukan dalam
Pemberitahuan Pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar
kemampuannya, disamping wajib membayar Bea Masuk atas barang yang kurang dibongkar,
dikenai sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(5) Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau
ayat (2), tetapi jumlah barang yang dibongkar lebih banyak dari yang diberitahukan dalam
Pemberitahuan Pabean dikenai sanksi administrasi berupa denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah). (6) Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sementara menunggu
pengeluarannya dari Kawasan Pabean, dapat ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara.

(7) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean
setelah dipenuhinya Kewajiban Pabean untuk:
a. diimpor untuk dipakai;
b. diimpor sementara;
c. ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat
d. diangkut ke Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean lainnya;
e. diangkut terus atau diangkut lanjut; atau
f. diekspor kembali.
(8) Barangsiapa yang mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan
persetujuan oleh Pejabat Bea dan Cukai dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (6), dan ayat (7) diatur
lebih lanjut oleh Menteri. Paragraf 2 Impor untuk Dipakai
Pasal 8

(1) Impor untuk dipakai adalah:


a. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean dengan tujuan untuk dipakai; atau
b. memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean untuk dimiliki atau dikuasai oleh Orang
yang berdomisili di Indonesia.
(2) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai:
a. setelah diserahkan Pemberitahuan Pabean dan dilunasi Bea Masuknya;
b. setelah diserahkan Pemberitahuan Pabean dan jaminan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42; atau
c. setelah diserahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42.
(3) Barang impor yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas
ke Daerah Pabean pada saat kedatangan wajib diberitahukan oleh pembawanya kepada
Pejabat Bea dan Cukai.
(4) Barang impor yang dikirim melalui pos atau jasa titipan hanya dapat dikeluarkan atas
persetujuan Pejabat Bea dan Cukai.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
lebih lanjut oleh Menteri.
(6) Importir yang tidak melunasi Bea Masuk atas barang impor sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b atau huruf c dalam jangka waktu yang ditetapkan menurut undang-undang ini
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar sepuluh persen dari Bea Masuk yang
wajib dilunasinya.
Pasal 9
(1) Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara jika pada waktu
impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali.
(2) Barang impor sementara sampai saat diekspor kembali berada dalam pengawasan pabean.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) serta penentuan jangka
waktu Impor sementara diatur lebih lanjut oleh Menteri.
(4) Barangsiapa yang tidak mengekspor kembali barang impor sementara dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
seratus persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
Bagian Kedua
Ekspor
Pasal 10

(1) Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan dengan menggunakan Pemberitahuan
Pabean.
(2) Pemberitahuan Pabean sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperlukan atas barang
pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas
nilai pabean dan/atau jumlah tertentu.
(3) Barang yang telah diberitahukan untuk diekspor, sementara menunggu pemuatannya
dapat ditimbun di Tempat Penimbunan Sementara.
(4) Barang yang telah diberitahukan untuk diekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
jika dibatalkan ekspornya harus dilaporkan kepada Pejabat Bea dan Cukai.
(5) Eksportir yang tidak melaporkan pembatalan ekspornya sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur
lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 11
(1) Pengangkut pada saat sarana pengangkutnya akan meninggalkan Kantor Pabean dengan
tujuan ke luar Daerah Pabean wajib memberitahukan barang yang diangkutnya dengan
menggunakan Pemberitahuan Pabean.
(2) Pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat lain dalam Daerah Pabean wajib
diberitahukan dengan Pemberitahuan Pabean sepanjang mengenai:
a. barang impor dari Tempat Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat
dengan tujuan Tempat Penimbunan Sementara atau Tempat Penimbunan Berikat lainnya;

b. barang impor yang diangkut terus dan/atau diangkut lanjut;


c. barang ekspor yang diangkut terus dan/atau diangkut lanjut;
d. barang dari Daerah Pabean yang pengangkutannya melalui suatu tempat di luar Daerah
Pabean.
(3) Pengangkut yang tidak memberitahukan barang yang diangkut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) atau ayat (2) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).
(4) Pengangkut yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
atau huruf b, tetapi barang yang diangkutnya t idak sampai ke tempat tujuan atau jumlah
barang setelah sampai di tempat tujuan tidak sesuai dengan Pemberitahuan Pabean, dan tidak
dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya, disamping wajib
membayar Bea Masuk atas barang yang tidak sampai di tempat tujuan atau kurang dibongkar
tersebut, dikenai sanksi administrasi berupa denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling sedikit Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(5) Pengangkutan tenaga listrik, barang cair, atau gas untuk Impor atau Ekspor dapat
dilakukan melalui transmisi atau saluran pipa.
(6) Persyaratan dan tata cara pengangkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (5) diatur lebih lanjut oleh Menteri.
f. Pasal 12
(1) Barang impor dipungut Bea Masuk berdasarkan tarif setinggi-tingginya empat puluh
persen dari nilai pabean untuk penghitungan Bea Masuk.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a. barang impor hasil pertanian tertentu;
b. barang impor yang termasuk dalam daftar eksklusif Skedul XXI-Indonesia pada
Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan;dan
c. barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1). (3) Pelaksanaan lebih
lanjut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri

5. Definisi dan Fungsi dari kawasan berikat


a. Kawasan berikat merupakan bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas yang telah
ditentukan di dalam wilayah Republik Indonesia (RI). Di dalam kawasan berikat ini
diberlakukan aturan-aturan khusus terkait kepabeanan. Aturan-aturan khusus dalam kawasan
berikat ini diberlakukan atas barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari
dalam daerah pabean lainnya. Aktivitas dalam kawasan berikat ini meliputi industri
pengolahan barang dan bahan baku, kegiatan rancang bangun, rekayasa, penyortiran,
pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir dan pengepakan. Barang dan bahan baku yang
dimaksud bisa dari impor atau berasal dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya.
Fungsi Kawasan Berikat
1. Sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, dan pengolahan produk yang berasal dari
dalam dan luar negeri.
2. Mengefektifkan waktu pengiriman barang.
3. Menciptakan harga yang kompetitif di pasar global dan menghemat pajak.
4. Menjamin cash flow perusahaan.
5. Membantu pemerintah dalam mengembangkan keterkaitan perusahaan kecil, menengah,
dan besar.
b. Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor
dan/atau barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau
digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Terhadap penyerahan ke kawasan
berikat dan dari kawasan berikat, PPN-nya tidak dipungut.

Anda mungkin juga menyukai