Anda di halaman 1dari 43

Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi

(Askep Jiwa Halusinasi)

A.    KONSEP DASAR HALUSINASI

1.      Pengertian
      Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
      Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh
proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian,
lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu
yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2.      Etiologi
a.       Faktor predisposisi
      Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat
meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan
genetic. (Yosep, 2009)
1)      Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2)      Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang
membesarkannya.
3)      Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4)      Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam
mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5)      Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
b.      Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran,
tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi
yaitu :
1)      Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2)      Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3)      Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien.
4)      Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah
merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata.
5)      Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga  kehampaan hidup, ritinitas tidak
bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
3.      Tanda dan Gejala
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
a.       Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b.      Melihat seseorang yang sudah meninggal.
c.       Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d.      Bicara atau tertawa sendiri.
e.       Marah-marah tanpa sebab.
f.       Menutup mata.
g.      Mulut komat-kamit
h.      Ada gerakan tangan
i.        Tersenyum
j.        Gelisah
k.      Menyendiri, melamun

4.      Proses terjadinya halusinasi


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap
yaitu:
a.       Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat
ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta
mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b.      Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan
tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu
yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa
malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c.       Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang
berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan
membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
d.      Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas
panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman
sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana
halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada
intervensi terapeutik.

5.      Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme
pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut
Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi),
menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan
kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis
(rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan
ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
6.      Penatalaksanaan (Yosep, 2009)
a.       Medis (Psikofarmako)
1)      Chlorpromazine
a)      Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri
terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali,
berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja,
hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b)      Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system
ekstra pyramidal.
c)      Efek samping
-          Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau
tidak sadar.
-          Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
-          Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d)     Kontra indikasi
      Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi
(kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan
obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh
depresan.

e)      Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila
kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam
hari saja.
2)      Haloperidol (HLP)
a)      Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi
kehidupan sehari-hari.
b)      Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal.
c)      Efek samping
-          Sedasi dan inhibisi psikomotor
-          Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d)     Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang,
perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat,
penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran.
e)      Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi
3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di
berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg.
3)      Trihexyphenidil (THP)
a)      Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson,
termasuk pasca encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau
bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat
obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b)      Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan
antikolinergik lainnya.
c)      Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi
(gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine.
d)     Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP),
glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan
obstruksi saluran edema.
e)      Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti
parkinson.
b.      Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi
berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.
B.     KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
HALUSINASI

1.      Pengkajian Pasien Halusinasi


a.       Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
b.      Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
c.       Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa
malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan
pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup
kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
d.      Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
e.       Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f.       Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
g.      Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
a.       Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data
objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui
data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien

Jenis Data objektif Data subjektif


halusinasi
Halusinasi -     Bicara atau tertawa-       Mendengar suara atau
dengar sendiri kegaduhan
-      Marah-marah tanpa-       Mendengar suara yang
sebab bercakap-cakap
-      Menyedengkan -       Mendengar suara
telinga kearah tertentu menyuruh melakukan
-      Menutup telinga sesuatu yang berbahaya
Halusinasi -      Menunjuk-nunjuk -       Melihat bayangan,
Penglihatan kearah tertentu sinar, bentuk geometris,
-      Ketakutan pada bentuk kartoon, melihat
sesuatu hantu atau monster
Yang tidak jelas
Halusinasi -      Menghidu seperti-       Membaui bau-bauan
penghidu sedang membaui bau- sperti bau darah, urin,
bauan tertentu feces, kadang-kadang
-      Menutup hidung bau itu menyenangkan
Halusinasi -      Sering meludah -       Merasakan rasa seprti
pengecapan -      Muntah darah, urin atau feces
Halusinasi -      Menggaruk-garuk -       Mengatakan ada
Perabaan permukaan kulit serangga dipermukaan
kulit
-       Merasa seperti
tersengat listrik

b.      Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
c.       Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore
atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah
terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri,
atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan
intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi
tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
d.      Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
2.      Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat            

Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan
           
Masalah utama           
Isolasi
sosial
 

Penyebab        
Harga diri rendah

3.      Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a.       Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b.      Isolasi sosial
c.       Resiko periaku mencederai diri
d.      Harga diri rendah

4.      Rencana Tindakan Keperawatan


a.       Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
b.      Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1)      Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2)      Pasien dpat mengontrol halusinasinya
3)      Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
c.       Tindakan keperawatan
1)      Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien saat muncul.
2)      Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat
melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi.
Keempat cara tersebut meliputi :
a)      Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan,
pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien
tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
1)      Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2)      Memperagakan cara menghardik
3)      Meminta pasien memperagakan ulang
4)      Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
b)      Bercakap-cakap dengan orang lain
      Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusiansi adalah
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c)      Melakukan aktifitas yang terjadwal
      Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara
terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang
seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami halusinasi biasa
dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur
dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
         Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
         Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
         Melatih pasien melakukan aktiftas
         Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur
malam, 7 hari dalam seminggu.
         Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d)     Menggunakan obat secara teratur
      Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya
pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi kekambuhan maka untuk mencapai
kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih
menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
         Jelaskan guna obat
         Jelaskan akibat bila putus obat
         Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
         Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
5.      Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi
rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai
dengankondisi klien saat ini.

6.      Strategi Pelaksanaan
Halusinas Pasien Keluarga
i Sp1 SP 1 k
1.      Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1.      Mendiskusikan
2.      Mengidentifikasi isi halusinasi pasien masalah yang dirasakan
3.      Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien keluarga dalam rawat
4.      Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
pasien 2.      Menjelaskan
5.      Mengidentifikasi situasi yang pengertian, tanda dan
menimbulkan halusinasi gejala halusinasi, dan
6.      Mengidentifikasi respon pasien terhadap jenis halusinasi yang
halusinasi dialami pasien beserta
7.      Mengajarkan pasien menghardik proses terjadinya.
halusinasi 3.      Mejelaskan cara-cara
8.      Menganjurkan pasien memasukkan cara merawat pasien
menghardik halusinasi dalam jadwal halusinasi
kegiatan harian SP II k
SP II p 1.      Melatih keluarga
1.      1.   Mengevaluasi jadwal kegiatan harian mempraktekkan cara
pasien merawat pasien dengan
2.  Melaih pasien mengendalikan halusinasi halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
2.      Melatih keluaraga
lain. melakukan cara
3.  Menganjurkan pasien memasukan dalam merawat langsung
jadwal kegiatan harian kepada pasien
halusinasi
SP III k
1.      Membantu keluarga
membuat jadwal
SP III  p kegiatan aktifitas di
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian rumah termasuk minum
pasien obat
2.      Melatih pasien mengendalikan halusinasi
2.      Menjelaskan follow
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang up pasien setelah
biasa dilakukan pasien) pulang
3.      Menganjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian

SP IV p
1.      Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2.      Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
3.      Menganjurkan pasien memasukan dalam
kegiatan harian
7.      Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk
menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah
masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan
masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A.    PENGKAJIAN
RUANG RAWAT                  : Ruang Kabela
TANGGAL DIRAWAT        : 18 Mei 2013

1.      IDENTITAS PASIEN
Inisial                                : Nn.R.M
Umur                                 : 34  tahun
Jenis kelamin                     : Perempuan
Agama                               : Kristen Protestan
Alamat                              : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan                                    : SD Tidak Tamat
Status pernikahan              : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian           : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik                        : 14918

2.      ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3.      FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI


Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang.
Pertama kali masuk pada bulan September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ
sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013.
Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat
tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena
pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada
yang menderita sakit jiwa.
4.      PSIKOSOSIAL
a.      Genogram
 

Keterangan      :
                        : Laki-laki
                        : Perempuan
111                  : Pasien
                        : Orang yang tinggal serumah
b.      Konsep diri
1)      Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2)      Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama,
alamat, status perkawinan
3)      Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit
pasien berperan sebagai pasien.
4)      Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5)      Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya
dalam keadaan baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c.       Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di
tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d.      Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di
RSJ Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat
masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien
lain.

5.      STATUS MENTAL
a.       Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b.      Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c.       Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d.      Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e.       Afek pasien
Tidak ada gangguan
f.       Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai
dengan pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik
g.      Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu
muncul pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah
melihat seorang hantu laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya,
pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak
mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri.
h.      Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i.        Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j.        Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k.      Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l.        Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat
mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain.
m.    Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6.      KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a.    Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b.    BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri
c.    Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d.      Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e.       Istiraht dan tidur
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f.       Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1),
Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1)

7.      MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8.      ASPEK MEDIS
a.       Diagnosa medis        : Skisofrenia
b.      Terapis Medis           : Triheksipenidile 2 mg  2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
  Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
  Vit. B Complex 2x1 tab

B.     ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi sensorik :
-          Pasien mengatakan melihat halusinasi penglihatan
bayangan hantu laki-laki yang
ingin memeluknya
DO :
-          Pasien pernah dirawat
sebelumnya namun kurang
berhasil karena putus obat
-          Pasien takut
2. DS : Defisit perawatan diri
-          Pasien mengatakan merasa
lemah
-          Pasien
mengatakan lelah untuk
beraktifitas
DO :
-          Penampilan kurang Rapi
-          Rambut jarang disisir
3. -          Gigi tampak kotor dan bau Isolasi sosial
-          Kuku kaki kotor
DS :
-          Pasien mengatakan sendiri
pada malam hari
-          Pasien mengatakan kesepian
pada malam hari
DO :
-          Pasien tampak sedih dan
murung
C.    POHON MASALAH
 

Masalah utama                   Perubahan persepsi sensorik :


                                               halusinasi penglihatan

                                                     Isolasi Sosial          Defisit perawatan diri

D.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2.      Isolasi sosial
3.      Defisit perawatan diri
N DIAGNOSA
TUJUAN KRITERIA EVALUASI
O KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi TUM
sensorik : Setelah diberikan
halusinasi tindakan keperawatan
penglihatan. selama 3 hari, pasien
DS : dapat mengontrol
-          Pasien halusinasi.
mengatakan meliha TUK
t bayangan hantu 1.      Pasien dapat -    Ekpresi wajah bersahabat, 1.      Bin
laki-laki membina hubungan menunjukkan rasa senang, ada perca
DO : saling percaya kontak mata, mau berjabat denga
-          Pasien pernah tangan, mau menyebutkan (Sapa
dirawat nama, mau menjawab salam, rama
sebelumnya namun mau duduk berdampingan nama
kurang berhasil dengan perawat, dan mau pasie
karena putus obat mengutarakan masalah yang tanya
dihadapinya. n.
-    Pasien dapat menyebutkan
2.      Pasien dapat waktu, isi, dan frekuensi
mengenal halusinasinya timbulnya halusinasi

2.1.Adak
sering
2.2.Obse
pasie
halus
2.3.Disk
pasie
-    Pasien dapat dirasa
3.      Pasien mendemonstrasikan cara kesem
dapat mengontrol mengontrol halusinasi meng
halusinasinya peras
2.4.Disk
pasie
dilak
meng
3.1. Iden
-    Pasien dapat dilak
4.      Pasien dapat mendemonstrasikan kepatuhan halus
memanfaatkan obat minum obat untuk mencegah 3.2.Disk
dengan baik halusinasi caram
halus
3.3.Bant
cara y
diajar
3.4.Beri
melak
dipili
3.5.Jika
4.1.Disk
pasie
kerug
obat
4.2.Pant
pengg
4.3.Beri
meng
denga
4.4.Disk
berhe
2. Defisit pearawatan
TUM
diri  pasien dapat
mandiri dalam perawata
n diri

TUK : -          menunjukkan tnada-tanda 1.      Bin


1.      Pasien dapt membina percaya kepada perawat : perca
hubungan saling Wajah cerah, tersenyum denga
percaya dengan perawat Mau berkenalan (Sapa
Ada kontak mata rama
nama
-          Pasien dapat menyebutkan : pasie
2.      Pasien mengetahui Penyebab tidak merawat tanya
pentingnya perawatan diri, Manfaat menjaga n
diri perawatan diri, Tanda-tanda
bersih dan rapih 2.      Dis
-          Pasien menyebutkan pasie
frekuensi menjaga dan pasien tidak
3.      Pasien mengetahui dapat menjelaskan cara manf
cara-cara melakukann perawatan diri :Frekuensi gosok peraw
perawatan diri gigi, Frekuensi tanda
berhias/berdandan, Frekuensi yang
gunting kuku
3.1.Disk
-          Pasien mempraktekkan menj
perawatan diri dengan bantuan selam
oleh perawat : gigi,
4.      Pasien dapat Gosok berpa
melaksanakan gigi, Berhias/berdandan, Guntin gunti
perawatan diri dengan g kuku 3.2.Disk
bantuan perawat -          pasien melaksanakan peraw
praktek perawatan diri secara dan b
mandiri : 3.3.Berik
5.      Pasien dapat Gosok gigi bangun pagi dan 3.1.Bant
melaksanakan sesudah peraw
perawatan diri secara makan, Berhias/berdandan gosok
mandiri sehabis mandi, Gunting kuku ganti
setelah mulai panjang gunti
3.2.Beri
pasie
peraw
5.1.Pant
melak
diri m
keram
berhi
5.2.Beri
melak
diri s

E.     Implementasi Keperawatan
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 SP 1
Juni 2013 Bina hubungan saling percaya
08.00 dengan pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany
Porong, bisa di panggil Titie
adalah mahasiswa Keperawatan
yang praktek di RS ini selama 3 hari
dan ini adalah hari peratama saya
praktek disini. Nama anda ? dan
senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil
rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat
ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ?
karena ses disini ingin membantu
Nn. R untuk memberikan solusi dari
masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar
mandi saya melihat bayangan laki-
laki yang ingin memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita
berbinang-bincang sebentar ? Nn. R
mau ? Nn. R mau didalam atau
diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang- 08.20

binang tentang halusinasi S : Pasien

penglihatan yang Nn. R alami. mengatakan


Maunya berapa lama ? mengerti cara

PS : 20 menit ses menghardik

Fase Kerja halusinasi

P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat


itu adalah halusinasi. Nn. R tau apa O : Pasien sudah
itu halusinasi ? melakukan apa

PS : tidak ses yang diajarkan

P : Halusinasi itu adalah sesuatu


yang Nn. R lihat tapi tidak nyata. A : halusinasi
Halusinasi ada 5 macam, mulai teratasi
pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, pengecapan. Yang Nn. P : latihan
R alami saat ini adalah halusinasi menghardik
penglihatan. Tapi ses akan halusinasi 2x
memberikan Nn. R cara untuk sehari
mengatasinya agar sembuh. Nn. R
maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya
dan ses akan mengajarkan cara yang
pertama yaitu dengan menghardik.
Kalau Nn. R melihat bayangan itu
lagi, Nn. R harus mengatakan
“Pergi, kamu tidak nyata” sambil
menutup mata. Apa Nn. R sudah
mengerti ?
10.00 PS : iya, saya mengerti ses
P : kalau begitu coba ulangi yang
saya katakan tadi sambil
mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata”
(sambil menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah 10.30

mengerti cara jika S


menghardik : Pasien

bayangan-bayangan itu datang lagi. Mengatakan


Bagaimana perasaan Nn. R sekarang Mengerti Cara

setelah mengetahui bagaimana cara Bercakap-Cakap


menghardik halusinasi? Dengan Orang
PS : saya senang ses Lain
P : kalau begitu Nn. R bisa
mempraktekkannya dalam jadwal O : Pasien Sudah
kegiatan Nn. R yang akan di buat Melakukan Apa
oleh perawat Yang Diajarkan
PS : Iya ses
Fase Terminasi A : Masalah
P : Sepertinya waktu kita sudah Teratasi, Sp2 Bisa
habis yah, nanti kita lanjutkan Dilakukan Secara
sebentar dan ses akan mengajarkan Mandiri
Nn. R cara yang kedua. Nn. R bisa
jam 10 sebentar ? P : Lanjutkan
PS : iya ses Intervensi
P : maunya dimana diluar atau di Berikutnya
dalam sini ?
PS : disini saja ses
P : baiklah kalau begitu kita
ketemuan ditempat ini pada jam 10
yah. Sampai ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya
dengan pasien
Fase Orientasi
Rabu, 19 P : selamat siang Nn. R
Juni 2013 PS : selamat siang ses
08.00 P : bagaimana perasaan hari ini ?
apakah Nn. R masih melihat
bayangan itu? Sesuai dengan janji
kita tadi, kita akan berbincang-
bincang sedikit yah. Mau Nn. R
berapa lama ?
PS : iya ses, 20 menit
P : maunya dimana ? disini saja atau
di tempat lain?
PS : disini saja
Fase Kerja
P : cara yang kedua untuk
mengontrol halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
Jadi kalau Nn. R melihat bayangan
lagi Nn. R bisa bercakap-cakap
dengan orang lain seperti “tolong
saya melihat bayangan, mari kita
berakap-cakap”. Nn. R mengerti kan
?
PS : iya ses
P : coba Nn. R ulagi apa yang ses
katakan tadi?
PS : (mengulangi sambil
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu
melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R
setelahm saat latihan tadi?
08.30
PS : senang ses
S : Pasien
P : bagaimana kalau latihan
Mengatakan
bercakap-cakap kita masukkan
dalam daftar kegiatan harian ? Dapat Melakukan
maunya jam berapa ? Aktifitas
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses Terjadwal Sesuai
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga Kegiatan
bisa mempragakan saat melihat
bayangan itu lagi O : Pasien
Kamis, 20 PS : iya ses Sepakat Dengan
Juni 2013 P : sepertinya waktu kita sudah Rencana
08.00 selesai, nanti ses datang besok pagi Kegiatan, Pasien
lagi untuk mengajarkan cara yang Kooperatif,
ketiga. Kita jumpa disini lagi jam 8 Pasien Tenang
yah
PS : iya ses A : Sp3 Sudah
P : kalau begitu ses permisi dulu, Mampu
sampai bertemu besok lagi Dilakukan Pasien
2. SP 3 Secara Mandiri
Bina hubungan saling percaya.
Fase Orientasi P : Lanjutkan
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat Intervensi
dengan saya ? Selanjutnya
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie
P : bagaimana perasaan hari ini ?
Apakah Nn. R masih melihat
bayangan ?
PS : iya ses
P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara
yang kita latih sebelumnya ?
PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji
kita kemarin kita akan belajar cara
yang ketiga yaitu kegiatan
terjadwal. Mau dimana kita bicara ?
PS : disini saja ses
P : mau berapa lama ? bagaimana 08.20
kalau 30 menit ? S : Pasien
PS : iya ses Mengatakan
Fase Kerja Mengerti Tentang
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. Penggunaan Obat
R lakukan ?
PS : mandi, menyanyi, ibadah, O : Pasien Dapat
bermain bersama, makan, Minum Obat
P : wah banyak sekali kegiatannya Secara Teratur,
yah. Bagaimana kalau kita latih 2 Pasien Tampak
kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R Tenang
menyanyi setelah itu berdoa yah.
Nn. R bisa kan ? A : Sp4 sudah
PS : iya ses, (sambil bisa dilakukan
memperagakan) pasien secara
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa mandiri
memperagakannya. Kegiatan ini
bisa Nn. R lakukan agar mencegah P : Anjurkan
bayangan tersebut muncul. untuk minum obat
PS : iya ses teratur
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R
setelah bercakap-cakap cara yang
ketiga ?
PS : senang ses
P : wah bagus! Coba sebutkan 3
cara yang sudah kita belajar untuk
mencegah bayangan tersebut.
Rabu, 19 PS : menyebutkan (menghardik,
Juni 2013 bercakap-cakap dengan orang lain,
14.00 melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita
masukkan dalam kegiatan jadwal
harian Nn. R yahh. Bagaimana
kalau besok kita belajar cara
keempat cara mencegah halusinasi
yaitu dengan menggunakan obat
yang baik. Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah,
sampai jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan Nn. R hari
ini ? apakah bayangannya masih
muncul lagi ? apakah Nn. R
memakai ketiga cara yang kita
diskusikan pada hari sebelumnya ?
PS : iya ses
P : apakah pagi ini Nn. R sudah
minum obat ?
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita
mendiskusikan obat-obat yang Nn.
R minum ? kita akan mendiskusikan
20 menit saja yah di tempat ini
PS : iya ses 14.20
Fase Kerja S  : Pasien masih
P : Nn. R minum obat sangatlah mengatakan
penting supaya bayangan yang Nn. merasa lemah
R lihat dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam O : Pakaian masih
obat yang diminum? belum rapih, Gigi
PS : ada 4 ses kotor, Kuku
P : iya warna yang putih masih panjang
(THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi
dan 7 malam, gunanya untuk rileks A : Masalah
dan tidak kaku. Sedangkan yang belum teratasi
merah jambu (HLP) 2 kali sehari
jamnya sama gunanya untuk pikiran P : Lanjutkan
biar tenang dan yang kuning untuk intervensi
daya tahan tubuh biar Nn. R tidak keperawatan 
sakit.
PS : iya ses
P :  Kalau bayangan sudah hilang
obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti dikonsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, Nn.
R akan kambuh dan sulit
mengembalikan kekeadaan yang
semula.
PS : iya ses
Kamis, 20 P : Kalau obat habis Nn. R bsia
Juni 2013 minta ke dokter untuk mendapatkan
08.30 obat lagi. Nn. R harus minum obat
teratur dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn.
R setelah kita bercakap-cakap
tentang obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita latih
untuk mencegah bayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih
ingat. Mari kita masukan jadwal
minum obat pada kegiatan harian
Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu
yah karena waktu kita sudah habis.
Nanti kita bertemu lagi lain waktu.
Selamat siang Nn. R
SP1
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
      Selamat Pagi. Kenalkan nama
saya Christiany Porong mahasiswa
Poltekkes Jurusan Keperawatan
yang praktek di RS ini selama 3 hari
mulai dari hari ini sampai tanggal
20 Juni 2013. Nama Nona siapa ?
Senang dipanggil sapa ?
PS :   Pagi, suster. Nama saya Rina nama
panggilan Rina.
:    Bagaimana perasaan R saat ini ? R
sudah mandi dan gosok gigi ?
PS :   sudah mandi jam 5 dan belum sikat 08.50

gigi, tidak ada sikat gigi S  :  Pasien

:   baiklah bagaimana kalau kita megatakan

berbincang-bincang tentang bajunya masih

kebersihan diri tujuannya untuk R belum

dapat mengetahui jenis-jenis rapih, Pasien

kebersihan diri, sehingga tidak mengatakan

terserang penyakit. Pertama kukunya sudah


yaitu mandi. Sebelum diajarkan bersih
Berapa lama kita berbicara ? 20
menit ya ? Mau dimana ? disini aja O : Baju masih
ya di ruang tengah. Setuju ? belum rapih, Gigi
PS :   setuju Suster. kotor, Kuku
Fase Kerja pendek
:   Berapa kali R mandi dalam sehari?
Menurut R apa A : Masalah
kegunaannya mandi ? Menurut R belum teratasi
apa manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri? Kira-kira tanda- P : Lanjutkan
tanda orang yang tidak  merawat intervensi
diri dengan baik seperti apa ya ? keperawatan
PS :  1 hari sekali, kadang tidak gosok
gigi, alasannya tidak ada sikat gigi,
agar gigi bersih mulut bau.
:   Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri terutama gigi
masalah apa menurut R  yang bisa
muncul ?
PS :   gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan
mengajarkan cara gosok gigi yang
benar sesuai janji kita 20 menit.
Baiklah caranya . Pertama, kumur-
kumur dengan air bersih. Lalu
oleskan pasta gigi ke sikat gigi.
Gosok gigi dengan sikat gigi dari
atas ke bawah beberapa kali, lalu
gosok kesisi depan gigi sampai
kebelakang gigi, depan gigi dan
bagian dalam gigi, tengah-tengah
gigi juga. Lalu buang busa atau
cairan dari gosok gigi tadi. Dan
terakhir kumur-kumur 2-3x. Apa R
bisa mengerti? Coba di praktekkan
kembali ?
PS :  R dapat mempraktekkan kembali.
:   Bagus, baiklah kegiatan
menggosok gigi kita masukkan ke
jadwal kegiatan harian,setelah
makan pagi dan makan siang jam 8
pagi  dan jam 2 siang. Setuju ?
PS :   iya suster.
Fase Terminasi
P :     bagaimana perasaan R saat
berbincang-bincang tadi, coba R
jelaskan dan mempraktekkan
kembali cara menggosok gigi
dengan benar. R dapat
melakukannya dengan baik, baiklah
pertemuan kita sampai disini. Besok
kita akan berbincang-bincang lagi
tentang jadwal yang telah kita buat
dan mempraktekkan perawatan diri
yang kedua dan ketiga yaitu
berdandan/berhias dengan gunting
kuku.
PS : iya ses
P :  berapa lama R punya waktu
untuk berbincang-bincang dengan
saya besok? Bagaimana kalau 20
menit saja?”
di mana R mau berbincang-bincang
dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau
besok kita melakukannya di ruangan
tengah ini lagi ?selamat pagi sampai
jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya
dengan pasien.
Fase orientasi
P  :Selamat Pagi R masih ingat
dengan saya?
PS  :  Masih suster Titie
P :  Benar, Bagaimana perasaannya hari
ini ? masih ingat dengan yang
kemarin R lakukan? sesuai dengan
janji kita kemarin, hari ini R akan
melakukan perawatan diri yang
kedua yaitu berdandan/berhias
sesuai dengan kesepakatan kita
kemarin, kita akan melakukannya
selama 20 menit, kesepakatan kita
kemarin Kita akan melakukannya di
ruang tengah, Agar tubuh tetap
terawat apakah  setuju ?
PS :   Setuju Suster.
Fase Kerja
:  Sebelum kita lanjut , coba R
perlihatkan kepada saya bagaimana
cara menggosok gigi sesuai yang
kemarin dijelaskan dan
dipraktekkan ?
  :   pasien dapat mempraktekkan
dengan benar
: Hebat, R dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita
mempraktekkannya perawatan diri
yang kedua  berdandan/berhias.
Caranya siapkan sisir, bedak,  dan
kaca. sisir rambut, kemudian mulai
berdandan sesuai yang dinginkan.
Ketiga menggunting kuku kaki,
caranya siapkan alat gunting kuku,
kemudian gunting kuku dari ibu jari
samapi jari kelinci. bagaimana
masih bisa ???
PS  : R dapat mempraktekkannya
meskipun masih malu.
: Bagus... R dapat mempraktekkan
dengan baik..bagaimana kalau
kegiatan  di masukkan kedalam
jadwal kegiatan harian?apabila kuku
R mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita
berbincang-bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah
dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok gigi,
berdandan/berhias dan menggunting
kuku.
P :    bagus, nah R sudah dapat
mempraktekkan 3 perawatan diri
yang telah diajarkan, Baiklah...
pertemuan hari ini kita akhiri. Nanti
kita bertemu lagi di lain waktu
karena ses sudah selesai praktek
disini yah

Anda mungkin juga menyukai