OLEH :
KEMENTERIAN KESEHATAN R. I.
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Kasus Patologis ini dilaksanakan sebagai
dokumen/laporan praktik Blok 09 yang telah dilaksanakan di Poli KIA RSUD Bhakti Dharma Husada
Periode praktik tanggal, 08-20 Maret 2021
Rita Oktavia Harahap, Amd. Keb Evi Yunita N, SST,. M. Keb Dwi Purwanti, S. Kp.,SST.,M. Kes
NIP : 198510162010012016 NIP : 198006212002122001 NIP : 196702061999032003
Mengetahui
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-
Preeklamsi di Poli KIA RSUD Bhakti Dharma Husada”. Laporan ini disusun
Kemenkes Surabaya.
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
1. Rita Oktavia Harahap, Amd. Keb, selaku Kepala Ruangan dan Pembimbing
ini.
laporan ini.
ii
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT
memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis
pada khususnya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman :
Lembar Pengesahan.........................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.........................................................................................3
1.3 Lama Praktik...............................................................................................3
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................45
BAB 5 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................46
4.2 Saran............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................47
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
1
2
1.2. Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan holistik kasus-
kasus patologi pada Kasus Patologis Kehamilan Pada Ny. J Usia 34
Tahun G2P1A0 UK 26/27 Minggu T/H/I/U dengan Letak Sungsang +
Preeklamsi, menggunakan Manajemen Asuhan Kebidanan Varney dan
didokumentasikan menggunakan SOAP.
2. Etiologi Preeklamsia
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui
penyebabnya, tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi
pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor
penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih
rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi
4
5
3. Manifestasi Klinis
Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang
di tandai dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014). Gambaran klinik
preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau
tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati,
2016 ).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi berat biasanya
yaitu sakit kepala hebat, sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh
perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan
gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-
kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah
dan edema (Wibowo, dkk 2015).
4. Patofisiologi
Teori lain yang lebih masuk akal adalah bahwa preeklampsia
merupakan akibat dari keadaan imun atau alergi pada ibu. Selain itu terdapat
bukti bahwa preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai darah ke plasenta,
yang mengakibatkan pelepasan substansi plasenta sehingga menyebabkan
disfungsi endotel vascular ibu yang luas (Hutabarat dkk, 2016).
Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
ritensi garam serta air. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015).
Pada beberapa wanita hamil, terdapat peningkatan sensitivitas
vaskuler. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler,
akibatnya akan terjadi vaseospasme. Vaseospasme merupakan diameter
pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta,ginjal,
hati, dan otak menurun sampai 40 – 60%. Gangguan plasenta menimbulkan
degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada
fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terdapat oksitosin meningkat.
Penurunan ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
protein keluar melalui urinem asam urat menurun. Pada preeklamsia berat
terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan
cepat.
Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum
diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sofian, 2015).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati,
menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri. Menurut Bobak at all,
preeklamsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan. Adaptasi
fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma
darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vascular sistemik, peningkatan
curah jantung. Sementara pada preeklamsia, volume plasma yang beredar
akan menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun. Vasospsme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan
gejala yang menyertai preeklamsia. Vasospasme merupakan akibat
peningkatan sensitivitas terdapat tekanan peredaran darah. Selain kerusakan
endotel, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan parmeabilitas
kapiler.
Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan intra
vaskular, mempredisposisikan pasien yang mengalami preeklamsi mudah
menderita edema paru. Hubungan sistem imun dengan preeklamsia
menunjukan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting
dalam perkembangan preeklamsia. Keberadaan protein asing, plasenta atau
janin bisa mengakibatkan respons imunologis lanjut. Teori ini didukung
oleh peningkatan insiden preeklamsia- eklamsi pada ibu baru (pertama kali
terpapar jaringan janin) dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru.
5. Klasifikasi
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu
preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.
a. Preeklamsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya dengan selang waktu 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan,
serta wajah, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+
pada urin kateter atau midstream.
b. Preeklamsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau lebih per
liter, Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya
gangguan serebral, gangguan visus, serta rasa nyeri di epigastrium. Dan
terdapat edema paru dan sianosis.
Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang pertama Hipertensi
gestasional, Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengam tanda-tanda preeklamsia namun tanpa proteinuria. TD
sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg ditemukan pertama kali
sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain preeklamsia seperti
dispepsia atau trombositopenia.
Kedua, Sindrom preeklamsia dan eklamsia merupakan hipertensi
yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria, sedangkan
eklamsia merupakan preeklamsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma. TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg
dengan proteinuria ≥300 mg/24 jam.
Ketiga, hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia.
Preeklamsia yang terjadi pada ibu hamil yang telah menderita hipertensi
sebelum hamil.
Keempat, Hipertensi kronik Hipertensi (tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau
hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
6. Diagnosis Preeklamsia
a) Preeklamsia Ringan
1) Kenaikan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan ≤ 160/110 mmHg
2) Pemeriksaan tes celup urin dengan proteinuria menunjukkan ≥ 300
mg/24 jam atau +1
3) Kenaikan berat badan 1kg dalam seminggu
4) Bengkak pada wajah atau tungkai (Nugroho, Taufan, 2012: 05 ).
b) Preeklamsia Berat
1) Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
2) Proteinuria >5gr/24 jam atau tes celup urin ≥2+
3) Produksi urin<400-500 ml/24 jam dan kenaikan kreatinin serum
4) Oedema paru dan sianosi
5) Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas abdomen:
penyebabnya karena
6) teregangnya kapsula gilsone. Nyerinya dapat sebagai gejala awal
ruptur
7) pada hepar.
8) Perubahan kesadaran, nyeri kepala, skotomata dan pandangan kabur.
9) Gangguan fungsi hepar.
10) Hemolysis mikroangiopatik
11) Trombositopenia berat :<100.000 sel atau penurunan
trombosit dengan cepat.
12) Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat
13) Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelete Count) (Prawirohardjo,S, 2014: 545).
7. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya
serangan kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita
hamil, persalinan atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala
preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun
pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia.
Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan
jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan
kematian (Natiqotul, 2016).
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan
janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun
janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017) :
a. Bagi Ibu
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang berhubungan
dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan meningkat jika
mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi beberapa
organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat berupa
perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah yang
menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya pembuluh
darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh tersebut.
Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel otak akan
mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari gumpalan darah,
dan juga karena tidak mendapatkan pasokan oksigen akibat
terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan
otak atau bahkan kematian.
b. Bagi Janin
1) Prematuritas.
2) Kematian Janin.
3) Terhambatnya pertumbuhan janin.
4) Asfiksia Neonatorum.
8. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
preeklampsia adalah sebagai berikut (Abiee, 2012).
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
c. Pemeriksaan Fungsi Hati
Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-
45 u/ml).
Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=
<31 u/l).
Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 d/dl).
d. Tes Kimia Darah
e. Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
2) Radiologi
a. Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban
sedikit.
b. Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah (Pratiwi, 2017).
9. Penanganan
Sedangkan menurut Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada
preeklampsi adalah sebagai berikut
1) Tirah Baring miring ke satu posisi.
2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian
cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6) Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasografi). Monitor tanda-tanda
kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada usia kehamilan
diatas 37 minggu.
7) Banyak istirahat (berbaring tidur/miring).
8) Saditiva ringan; tablet Phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg
peroral selama 7 hari.
9) Roborantia.
10) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
11) Pemeriksaan laboratorium ; hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
Menurut Klasifikasi Preeklamsi :
1) Preeklamsia Ringan
Pada kasus preeklamsia ringan cukup dilakukan rawat jalan
dengan menganjurkan pasien untuk melakukan kunjungan antenatal
setiap minggu. Namun jika perawatan jalan tidak mengalami perubahan
maka akan dilakukan rawat inap dengan kriteria bahwa setelah 2 minggu
pengobatan rawat jalan tidak mengalami perubahan, kenaikan berat
badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 minggu berturut-turut,
ataupun timbul salah satu atau lebih gejala preeklamsia berat.
Bila setelah 1 minggu menjalani perawatan namun tidak
mengalami perubahan maka preeklamsia ringan dianggap menjadi
preeklamsia berat.Bila dalam perawatan sudah ada perbaikan sebelum 1
minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan akan berlanjut dengan
rawat jalan (Pudiastuti, R, D, 2012: 165).
Pada preeklamsia ringan dengan umur kehamilan <37 minggu
akan tetap dilanjutkan sampai aterm jika tidak ada gejala yang
memburuk. Namun pada umur kehamilan >37 minggu dengan serviks
yang sudah matang akan dilakukan pemecahan ketuban kemudian
induksi kehamilan dengan oksitosin atau prostaglandin, namun jika
serviks belum matang maka akan dilakukan pematangan dengan
prostaglandin atau keteter foley atau akan dilakukan tindakan terakhir
yaitu seksio saesar (Nugroho Taufan, 2012: 06).
2) Preeklamsia Berat
Pada preeklamsia berat, pengobatan yang dapat dilakukan adalah
secara medikal, yaitu sebagai berikut :
a) Segera masuk ke rumah sakit
b) Tirah baring miring kesatu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
memeriksa refleks patella setiap jam.
c) Memasang infus dengan cairan dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dengan cairan infus RL (60-125cc/jam) 500cc.
d) Pemberian anti kejang/anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4)
sebagai pencegahan dan terapi kejang. MgSO4 merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklamsia berat
dan eklamsia.
Apabila terjadi kejang pada preeklamsia berat maka akan
dilakukan pencegahaan :
1) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernapasan (oksigen) dan
sirkulasi (cairan intravena).
2) MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklamsia
(sebagai tatalaksana kejang) dan preeklamsia berat (sebagai
pencegahan kejang).
Adapun syarat pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
a) Tersedia cairan Glukonas 10%
b) Ada refleks patella
c) Jumlah urin minimal 0,5 ml/kg BB/jam
Adapun cara pemberian MgSO4 adalah sebagai berikut :
a) Berikan dosis awal 4 gram MgSO4 sesuai prosedur untuk
mencegah terjadinya kejang atau kejang berulang dengan cara :
Ambil 4 gram larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml aquades
Berikan larutan tersebut secara perlahan-lahan secara IV selama
20 menit
Jika IV sulit, berikan masing-masing 5 gram MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) secara Im di bokong kiri dan kanan.
b) Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gram MgSO4
dalam 6 jam sesuai prosedur dengan cara :
Ambil 6 gram MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ringer Asetat, lalu
berikan secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6
jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang
berakhir (bila eklamsia).
c) Melakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernafasan, refleks patella dan jumlah
urin.
d) Bila frekuensi pernafasan <16x/menit, dan atau tidak didapatkan
reflex tendonpatella dan atau oliguria (produksi urin <0,5 ml/kg
BB/jam), segera hentikan pemberian MgSO4.
e) Jika terjadi depresi nafas, berikan cairan glukosa 1 gram secara IV
(10 ml larutan 10 %) bolus dalam 10 menit.
f) Selama ibu dengan preeklamsia dan eklamsia dirujuk pantau dan
nilai adanya perburukan preeklamsia. Apabila terjadi eklamsia,
lakukan penilaian awal dan tatalaksana kegawatdaruratan. Berikan
kembali MgSO4 2 gram secara IV perlahan-lahan (15-20 menit).
Bila setelah pemberian MgSO4 ulang masi terdapat kejang, dapat
dipertimbangkan untuk pemberian diazepam 10 mg secara IV
selama 2 menit.
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan dibuat berdasarkan dengan analisis data yang telah
dikaji dan yang telah dibuat berdasarkan dengan masalh yang dihadapi
oleh pasien.
Ny...Umur...tahun,....usia....minggu, G P A, janin tunggal/ganda hidup
intra uteri, punggung kanan/kiri dengan preeklamsia
b. Data dasar
1) Data Subyektif:
Informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakannya, apa
yang sedang dantelah dialaminya. Sesuai gejala preeklamsia pada ibu
misalnya pusing, bengkak pada wajah, serta mual dan nyeri pada
bagian epigastrium, gangguan penglihatan (Prawirohardjo, 2014,
hal;209).
2) Data Objektif
Data objektif pada ibu yaitu dari hasil pemantauan tanda vital seperti
tekanan darah, respirasi ibu kurang dari 16 kali permenit, dan
pemeriksaan fisik pada ibu seperti adanya odema pada wajah, tangan
ataupun pada kaki, oliguria (Prawirohardjo, 2014, hal;545).
3) Masalah
Berisi data subyektif yang mengaruh pada hal yang akan
memperburuk keadaan pasien.
3. Diagnosa Potensial
Komplikasi yang mengacu pada timbulnya preeklamsia bisa
berakibat pada ibu dan bayinya :
1) Pada ibu bisa mengakibatkan : Preeklamsia bisa mengacau pada
gejalanya eklamsi dan perdarahan otak ini merupakan salah satu
komplikasi adanya eklamsi dan salah atu penyebab kematian maternal.
(Manuaba,2010; h. 270).
2) Pada bayi bisa membahayakan : kematian janin intrauterine yang
disebabkan hipoksia dan premature serta asfiksia (Anik &Yulianingsih,
2010;h.142).
5. Perencanaan
1) Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2) Anjurkan ibu untuk tidak berbaring terlentang, menganjurkan ibu agar
miring ke kiri.
3) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
4) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik seperti
Saditiva ringan; tablet Phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg
peroral selama 7 hari.
6) Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasografi).
7) Banyak istirahat (berbaring tidur/miring).
8) Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
9) Pemeriksaan laboratorium; hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
10) Jelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakan
11) Bemberitahu ibu cara untuk mengurangi keluhan yang dirasakan
12) Bemberitahu ibu tanda-tanda preeklamsia, yaitu sakit kepala, rasa
nyeri didaerah perut, penglihatan kabur, mual dan muntah serta
gangguan kesadaran
13) Mengatur jadwal ibu untuk kontrol 2 minggu sekali/1 bulan/ jika ada
keluhan.
6. Pelaksanaan
1) Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan.
2) Menganjurkan ibu untuk tidak berbaring terlentang, menganjurkan ibu
agar miring ke kiri.
3) Menganjurkan ibu untuk istirahat dan tirah Baring miring ke satu
posisi.
4) Memonitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.
5) Menganjurkan ibu untuk diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah
karbohidrat lemak dan garam.
6) Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan
diuretik seperti Saditiva ringan; tablet Phenobarbital 3x30 mg atau
diazepam 3x2 mg peroral selama 7 hari.
7) Memonitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasografi).
8) Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat (berbaring tidur/miring).
9) Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang setiap 1 minggu.
10) Melakukan pemeriksaan laboratorium ; hemoglobin, hematokrit,
trombosit, urine lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
11) Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakan (Kaki
semakin bengkak) merupakan dikarenakan terjadinya penumpukan air
(retensi air) di dalam sel tubuh (ruang interstisial) dan merupakan
salah satu tanda gejala dari preeklamsi.
12) Memberitahu ibu untuk tidak menggantung kaki saat duduk dan
usahakan posisi kaki lebih tinggi dari kepala saat tidur untuk
mencegah kaki bertambah bengkak.
13) Memberitahu ibu untuk memantau tanda-tanda preeklamsia, yaitu
sakit kepala, rasa nyeri didaerah perut, penglihatan kabur, mual dan
muntah serta gangguan kesadaran
14) Memjadwalkan ibu untuk kontrol 2 minggu sekali/1 bulan/ jika ada
keluhan.
7. Evaluasi
Langkah terakhir evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa
apakah rencana perawatan yang dilakukan benar – benar telah mencapai
tujuan yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasikan pada
langkah kedua tentang masalah, diagnosis maupun kebutuhan perawatan
kesehatan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 17-03-2021
Pukul : 09.00 WIB
Oleh : Fitria Nathalia Maria Ke
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny. J Nama : Tn. A
Umur : 34 Tahun Umur : 42 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa, Indonesia Suku/bangsa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMU Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sambikerep
3. Riwayat menstruasi :
HPHT : ?-09-2020
HPL : 02-06-2021 (USG)
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari, teratur
Volume : Hari 1-3 volume banyak ganti pembalut
3x/hari, hari ke 4-5 volume sedikit ganti
pembalut 3x/hari
Lama : ± 4-5 Hari
Disminorhea : Ya, sebelum menstruasi
38
39
4. Riwayat Pernikahan : Ibu menikah 1x, lama 15 tahun, usia pertama kali
menikah 20 Tahun.
5. Riwayat Obstetri :
Kehamilan Persalinan
Nifas KB
I N I
11. Keadaan Psikologi, Sosial dan Budaya : kehamilan ini diinginkan, suami
mendukung kehamilan ini.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : TD Terlentang (130/82 mmHg)
TD Miring (107/60 mmHg)
Suhu : 36,5oC
Nadi : 93 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Antropometri
Berat Badan : 73 Kg
Tinggi Badan : 153 Cm
IMT : 31,19 Kg/Cm
Lila : 27,5 Cm
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Tidak bengkak, tidak Pucat
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah muda
Mulut : Tidak ada karies pada gigi, bibir lembab
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis
Dada : Tidak dilakukan
Payudara : Tidak dilakukan
Abdomen :
Inspeksi : Tidak terdapat bekas SC, terdapat linea Nigra dan striae
albicans
Palpasi :
Leopold I : TFU 3 Jari di atas pusat (TFU Mc Donald 25 Cm),
teraba keras, bulat dan Melenting (kepala)
Leopold II : Teraba keras menjang seperti papan di perut bagian
kiri (Punggung Kiri)
Leopold III : Teraba lunak, tidak melenting (bokong)
Leopold IV : Convergen
Auskultasi : DJJ (+) 136 x/menit, teratur
Genetalia : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Kedua kaki bengkak
3. Data Penunjang
MAP : 98 mmHg
ROT : 22 mmHg
KSPR : 18
Hasil Lab tanggal 02-11-2021
Hb : 13,6 gr/dL HIV : NR
Golda : A+ HbSAg : NR
Alb/Red : Neg Syphilis : NR
Trombosit : 285.000/ul
Hasil Lab tangal 10-02-2021
Albumin : Positif (+1)
Data Subjektif :
Dari hasil anamnesa data subjektif yang dilakukan pada Ny. J usia 34 Tahun G2P1A0
UK 26/27 dengan preeklamsia di dapatkan keluhan yaitu kaki ibu semakin bengkak.
Berdasarkan teori yang ada salah satu manifestasi klinik dari Preklamsi adalah edema
kaki dan tangan.
Teori : Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema
kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati,
2016 ). Sehingga berdasarkan teori yang ada dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara hasil anamnesa dan teori.
Data Objektif :
Dari hasil pemeriksaan pada Ny. J usia 34 Tahun G2P1A0 UK 26/27 Minggu dengan
Preeklamsi didapatkan hasil bahwa TD 130/82 mmHg, MAP 98 mmHg, ROT 22
mmHg, hasil Lab Albumin +1, BMI 31,19 Kg/Cm dan kaki bengkak. Berdasarkan teori
kenaikan TD, MAP dan ROT yang Positif serta Albumin +1 sudah mengindikasihan
bahwa Ny. J mengalami Preeklamsi. Selain itu pada pemeriksaan Leopold dan USG
ditemukan bahwa bagian kepada janin berada pada bagian fundus dan bongkong berada
pada bagian segmen bawah rahim. Sehingga dapat dikatakan bahwa kehamilan Ny. J
disertai malpresentasi pada janin berupa Letak Suungsang.
Teori : Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema
kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria (Saraswati,
2016). Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema dan proteinuria
yang muncul pada kehamilan setelah 20 minggu sampai akhir minggu pertama setalah
persalinan (Sukarni, ZH, 2013: 169). Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri (Saifuddin, 2014 : 198).
Tidak ada kesenjangan antara teori dan hasil pemeriksaan.
45
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Preeklamsia (toksemia gravidarum) adalah sekumpulan gejala yang timbul
pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema dan
proteinuria yang muncul pada kehamilan setelah 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setalah persalinan (Sukarni, ZH, 2013: 169).
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini biasanya timbul pada
trimester III kehamilan tetapi dapat juga timbul sebelumnya (Marmi dkk, 2012: 66).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam
Rahim, kepala berada di fundus, dan bokong berada dibawah (Mochtar, Rustam.
2010 : 350).
5.2 Saran
AKI dan AKB mencerminkan status kesehatan suatu negara. Apa bila terjadi
kematian ibu dikarenakan komplikasi yang tidak tertangani maka dapat dikatan
status kesehatan negara tersebut cukup buruk. Deteksi dini komplikasi pada pada
kehamilan dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah kematian ibu dan bayi.
Deteksi dini ini perlu dilakukan oleh bidan selaku pendamping ibu hamil,
melakukan deteksi sesuai dengan ilmu yang didapatkan. Dan untuk setiap ibu hamil
diharapkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan terdekat
sehingga deteksi dini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga apa bila
terdapat komplikasi maka dapat diberikan penangan secara cepat dan tepat sehingga
menurunkan AKI dan AKB.
46
47
DAFTAR PUSTAKA