Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Irigasi Dan
Bangunan Air
Modul III :

3. KEBUTUHAN AIR IRIGASI

3.1. HUBUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DENGAN


KEBUTUHAN AIR TANAMAN
3.2. KEBUTUHAN AIR TANAMAN
3.3. PERHITUNGAN KEHILANGAN AIR
3.4. ISTILAH – ISTILAH
3.5. DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Teknik Sipil dan Program A61111EL Ir.Hadi SSilo.MM
Perencanaan Studi Teknik Sipil

Abstract Kompetensi
Memberikan gambaran umum proses Mahasiswa diharapkan dapat
perencanaan kebutuhan air untuk merencanakan kebutuhan air untuk
tanaman, perhitungan debit rencana tanaman, kehilangan air dan penetapan
pengambilan di intake dari air sungai debit rencana pengambilan air dari
dan perhitungan kehilangan air untuk sungai / intak.
pada jaringan irigasi
3. KEBUTUHAN AIR IRIGASI

3.1. Hubungan kebutuhan air irigasi dengan kebutuhan air tanaman

 Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.

 Air tersebut dapat berasal dari air hujan maupun air irigasi.

 Air irigasi adalah sejumlah air yang umumnya diambil dari sungai atau waduk
dan dialirkan melalui sistem jaringan irigasi, guna menjaga keseimbangan
jumlah air di sawah.

 Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan
seperti :

 Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka :

Kebutuhan Air Bagi Air Untuk Air Yang


Jumlah Air
+ Air Irigasi + = = Kebutuhan
+ + Mengolah
+ Merembes
(IR) Hujan (R) Tanaman Tanah (Pd) (P & I)
(ET)

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


2 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Dirumuskan sebagai : IR = (ET + Pd + P&I) – R

 Jika tidak ada hujan (R = 0), maka jumlah air irigasi IR = (ET + Pd + P&I)

 Jika hujan deras (R lebih besar dari ET + Pd + P&I, pada saat ini air irigasi tidak
dibutuhkan, bahkan diperlukan pembuangan air (drainase) agar lahan tidak
tergenang air secara berlebihan.

 Kelebihan maupun kekurangan air pada lahan pertanian berakibat buruk


terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

3.2. Kebutuhan Air Tanaman

Faktor fakor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman

 Kebutuhan air tanaman adalah : sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti
air yang hilang akibat penguapan.

 Penguapan bisa terjadi melalui permukaan air (evaporasi) maupun daun-daun


tanaman (transpirasi).

 Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama terjadilah


Evapotranspirasi.

 Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang
hilang akibat proses Evapotranspirasi.

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


3 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Besar evaporasi sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim, meliputi temperatur
udara, kecepatan angin, kelembaban udara dan kecerahan penyinaran matahari.

 Besar transpirasi dipengaruhi oleh : keadaan iklim, jenis tanaman, varietas


tanaman dan umur tanaman, biasa disebut faktor tanaman.

 Rumus kebutuhan air tanaman adalah : ET = k . Eto

 k = koefisien tanaman, besarnya tergantung dari jenis, varitas dan umur


tanaman.

 Eto = Evapotranspirasi potensial, besarnya dapat dihitung melalui berbagai


rumus.

 Bagan hubungan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan air


tanaman adalah :

Faktor Iklim Faktor Tanaman

Temperatur udara Jenis tanaman


Kecepatan angin Varitas tanaman
Kelembaban udara Umur tanaman
Kecerahan matahari

Dirancang
Dihitung dengan pola
dengan rumus- tanam tertentu
rumus

Kebutuhan Air
Didapat Eto k didapat
Tanaman
ET = k . ETo

Koefisien Tanaman (k)

 Notasi k menyatakan koefisien tanaman (sering disebut koefisien


evapotranspirasi tanaman), merupakan angka pengali untuk menjadikan
evapotranspirasi potensial (Eto) menjadi Evapotranspirasi yang sebenarnya
(ET).

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


4 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Besarnya koefisien tanaman (k) erat berhubungan dengan :

- Jenis tanaman (padi, jagung, tebu)

- Varitas tanaman (Padi IR2, Padi PB5)

- Umur tanaman

 Beberapa data koefisien tanaman padi seperti berikut : (Suyono dan Takeda,
hlm 62)

Koefisien tanaman bulanan


Lokasi Catatan
1 2 3 4 5 6

Ciujung, Cisadane, Rentang, 0.90 1.10 1.35 1.20 0.90 0.80 Masa tumbuh
Glapan, Sedadi, Pekalen, 160 hari
Sampean

Gambarsari, Pesanggrahan 0.55 0.90 1.12 1.27 1.20 0.80 160 hari

Solo 0.55 0.90 1.17 1.25 0.82 140 hari

Cisadane 0.60 0.80 0.85 0.85 0.85 0.85 Musim basah

Cisadane 0.60 0.80 0.85 0.85 0.85 Musim kering

 Salah satu tujuan irigasi adalah membagi sejumlah air yang sama pada lahan
yang seluas mungkin. Untuk itu dilakukan berbagai macam cara salah satunya
adalah memperkecil kebutuhan air irigasi (IR).

 Upaya memperkecil IR bisa dilakukan dengan memperkecil kebutuhan air


tanaman (ET).

 Upaya memperkecil kebutuhan air tanaman (ET) hanya dapat dilakukan dengan
memperkecil koefisien tanaman (k), karena besarnya evapotranspirasi potensial
(Eto) sukar dimanipulasi karena sangat berhubungan dengan keadaan iklim.

 Mengubah faktor koefisien tanaman (k) berarti mengubah jenis, varitas dan umur
tanaman. Yaitu dengan memilih tebu sebagai pengganti padi, mengubah waktu
tanam pada bulan tertentu.

 Kegiatan mengatur jenis tanaman, varitas tanaman dan masa pertumbuhan


tanaman biasanya disebut pengaturan POLA TATA TANAM.

 Dengan demikian usaha mengatur pola tata tanam dimaksudkan untuk


mengubah besar koefisien tanaman (k) agar didapat besaran ET tertentu.

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


5 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Contoh : berdasarkan perhitungan nilai Eto didapatkan hasil seperti berikut :

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei

Eto (mm/hari) 4.42 4.45 3.21 3.86 3.68

Diketahui nilai rata-rata bulanan koefisien tanaman (k) jagung jenis tertentu seperti
berikut :

Umur pertumbuhan (bulan) 1 2 3

(k) 0.45 0.70 0.40

Jika penanaman jagung dimulai pada awal Januari, maka kebutuhan air tanaman
(ET) dapat diketahui seperti :

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei

Eto (mm/hari) 4.42 4.45 3.21 3.86 3.68

(k) 0.45 0.70 0.40

ET = k . ETo

Jika awal penanaman diganti menjadi awal Februari maka :

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei

Eto (mm/hari) 4.42 4.45 3.21 3.86 3.68

(k) 0.45 0.70 0.40

ET = k . ETo 2.00 2.25 1.54

 Dari tabel di atas tampak bahwa jika awal tanam dimulai pada awal Januari,
maka besar RT bulan Februari sebesar 3.11 mm/hari. Dengan mengubah awal
tanam menjadi awal Februari, maka terjadi perubahan ET, pada bulan Februari
menjadi 2.00 mm/hari.

3.3. PERHITUNGAN KEHILANGAN AIR.

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


6 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Rumus Perhitungan ETo

 Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung besaran ETo,


diantaranya rumus Blaney – Criddle, rumus radiasi dan rumus Penman. Badan
pertanian dan pangan PBB (FAO) merekomendasikan rumus Penman untuk
dipakai dalam perhitungan ETo.

 Prinsip ketiga rumus untuk menghitung Eto adalah Eto = c . ETo*

 ETo sangat dipengaruhi keadaan iklim, sedangkan keadaan iklim sangat


berhubungan erat dengan letak lintang daerah.

 Perbedaan dari ketiga rumus tadi ialah dalam penerapan besaran c dan ETo*,
yang berhubungan dengan macam data iklim yang dipergunakan.

 Perhitungan ETo* membutuhkan data-data iklim yang benar-benar terjadi di


suatu tempat (data terukur).

 Rumus Penman membutuhkan data terukur :

- Temperatur udara (t)

- Kecepatan angin (u)

- Kelembaban relatif (RH)

- Kecerahan matahari (n/N)

- Letak lintang

 Pada daerah tertentu bisa jadi tidak semua data terukur bisa didapat, sehingga
rumus Penman tidak bisa dipakai dan sebagai gantinya digunakan rumus
lainnya seperti rumus Blaney Cridle yang membutuhkan data terukur lebih
sedikit.

 Secara umum perbedaan kebutuhan data terukur yang dibutuhkan untuk


menghitung ETo* adalah :

Rumus Data terukur yang dibutuhkan

Blaney – Criddle Letak lintang (LL), suhu udara (t)

Radiasi Letak lintang (LL), temperatur udara (t), dan kecerahan


matahari (n.N)

Penman Letak lintang (LL), temperatur udara (t), kecerahan matahari


(n/N), kecepatan angin (u), kelembaban relatif (RH)

 Untuk menyesuaikan perbedaan hasil perhitungan ETo*, sehubungan dengan


berbedanya data iklim terukur, maka masing-masing rumus mempunyai angka
koreksi yaitu c.

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


7 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Besaran c ditetapkan berdasarkan perkiraan keadaan iklim dari daerah yang
ditinjau, dengan demikian penetapan harga c juga berbeda-beda dari ketiga
rumus tadi.

 Perbedaan penetapan angka koreksi c adalah :

Rumus Keadaan iklim yang diperkirakan guna penetapan c

Blaney – Criddle Kelembaban relatif (RH), kecepatan angin (u), kecerahan


matahari (n/N)

Radiasi Kelembaban relatif (RH), kecepatan angin (u)

Penman Perbedaan kecepatan angin siang dan malam

 Bila diasumsikan bahwa makin banyak data iklim yang diperkirakan, maka
kurang teliti hasil perhitungannya. Dari sini tampak bahwa rumus Penman
merupakan rumus yang paling teliti. Karena rumus Penman menggunakan
banyak data iklim terukur.

Rumus Penman Modifikasi

 Rumus Penman adalah sebagai berikut :

ETO = c x ET*

dengan

ET* = w (0,75 Rs – Rn1) + (1 – w) f (u) (ea – ed)

dimana :

w = faktor yang berhubungan dengan temperatur (T) dan elevasi


daerah. Untuk daerah Indonesia dengan elevasi antara 0 – 500 m,
hubungan harga T dan W seperti pada Tabel 1.

Rs = radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)

= (0,25 + 0,54 n/N) Ra

Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir


(angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah. Harga
Ra seperti (Tabel 2)

Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)

= f (t) . f (ed) . f (n/N)

f (t) = fungsi suhu (Tabel 1)

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


8 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
f (ed) = fungsi tekanan uap

= 0,34 – 0,44 . √ (ed)

f (n/N) = fungsi kecerahan

= 0,1 + 0,9 n/N

f (u) = fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam satuan


(m/dt)

= 0,27 (1 + 0,864 u)

U = kecepatan angin (m/dt)

(ea – ed)= perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang
sebenarnya

ed = ea . Rh

RH = kelembaban udara relatif (%)

ea = tekanan uap jenuh (mbar) (Tabel 1)

ed = tekanan uap sebenarnya (mbar)

c = angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan


kondisi cuaca siang dan malam. Harga C tertera pada Tabel 3

Tabel 1. Hubungan antara T, ea, w dan f (t)

T ea W F (t)
0
C Mbar

24.00 29.50 0.735 15.40

25.00 31.69 0.745 15.65

26.00 33.62 0.755 15.90

27.00 35.66 0.765 16.10

28.00 37.81 0.775 16.30

28.60 39.14 0.781 16.42

29.00 40.06 0.785 16.50

Tabel 2. Angka Angot (Ra) (mm/hari) (Untuk daerah Indonesia, antara 50 LU sampai 100 LS)

Lintang Utara Lintang Selatan


Bulan
5 4 2 0 2 4 6 8 10

Januari 13.0 14.3 14.7 15.0 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


9 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Februari 14.0 15.0 15.3 15.5 15.7 15.8 16.0 16.1 16.0

Maret 15.0 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3

April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14.0

Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6

Juni 15.0 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6

Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8

Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14.0 13.7 12.2

September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15.0 14.9 13.3

Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6

November 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16.0 15.6

Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16.0 16.0

Tabel 3. Angka Koreksi (c) Bulanan Untuk Rumus Penman

Bulan C Bulan C

Januari 1.04 Juli 0.90

Februari 1.05 Agustus 1.00

Maret 1.06 September 1.10

April 0.90 Oktober 1.10

Mei 0.90 November 1.10

Juni 0.90 Desember 1.10

3.3.1 CONTOH PERHITUNGAN KEHILANGAN AIR (LIHAT LAMPIRAN, FILE MODUL III IR-BAIR (1)

3.4. ISTILAH ISTILAH

1. Presipitasi 6. Evapotranspirasi

2. Intensitas hujan 7. Musim Basah

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


10 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Perkolasi 8. Musim kering

4. Infiltrasi 9. Garis lintang dan garis bujur

5. Evaporasi 10. Pola tata tanam

3.5. Daftar Pustaka :

Modul Irigasi dan Bangunan Air untuk bahan kuliah diambil dari referensi dibawah
ini:

1. Undang Undang RI Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi

3. Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah


Sungai.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah


Pengaliran Sungai

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2012 tentang Sungai

6. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan, KP-01 sd KP-07

7. Hidrologi Untuk Pengairan, Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda,


PT. Pradnya Paramita, Jakarta , 1976.

8. Hidrologi Teknik, Ir. CD Soemarto, Dipl, HE

9. Hydrologi for Engineers, Ray K. Linsley Ir. Max. A. Kohler, Joseph 1.11.
Apaulhus. Mc.grawhill, 1986.

10. Mengenal dasar dasar hidrologi, Ir. Joice martha, h. Wanny Adidarma Dipl.It
Nova, Bandung.

11. Hidrologi & Pemakaiannya, jilid 1, Prof Ir. Soemadyo, diktat kuliah ITS. 1976.

12. Irigasi dan Bangunan Air, Ir. Agus Suroso. MT.

13. Rekayasa Hidrologi, Ir. Hadi susilo. MM

14. Pengembangan Sumber Daya Air, Ir. Hadi Susilo. MM

15. Mekanika Fluida/Hidrolika, Ir. Hadi Susilo. MM

‘13 Irigasi dan Bangunan Air


11 Ir.Hadi Susilo
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai