DI SUSUN
OLEH:
SALIMUDDIN NIM.180140022
1.3 Tujuan
Membuat bioetanol dari kulit singkong melalui proses hidrolisa kemudian
fermentasi.
Memanfaatkan kulit singkong sebagai bahan untuk pembuatan bioethanol
1.4 Manfaat
1. bisa melakukan proses membuat bioetanol dari kulit singkong melalui proses
hidrolisa kemudian fermentasi.
2. bisa mengetahui bahwa kulit singkong dapat digunakan untuk membuat
bioetanol.
3. Bagi Institusi, menambah data tentang pembuatan bioetanol dari kulit
singkong.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Singkong
Singkong, (nama botani: Manihot Esculenta Crantz) yang juga dikenal sebagai
ketela pohon atau ubi kayu, dalam bahasa Inggris bernama Cassava, adalah pohon
tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas
sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan rata-rata bergaris
tengah 5 – 10 cm dan panjang 50 – 80 cm, tergantung dari jenis singkong yang
ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong
tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan
ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang
bersifat racun bagi manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya
karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat
pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. (www.wikipedia.org)
Di Indonesia, ubi kayu dinilai sebagai sumber karbohidrat yang paling potensial
untuk diolah menjadi bioetanol. Hal ini karena ubi kayu memiliki daya tahan yang
tinggi terhadap penyakit, dapat diatur waktu panennya serta dapat tumbuh di tempat
yang kurang subur. Namun, kadar patinya tergolong rendah (30%) dibandingkan
dengan jagung (70%). (www.agilonbetterment.wordpress.com) Kulit singkong
merupakan limbah dari singkong yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang
dapat digunakan sebagai sumber pakan ternak. Persentase jumlah limbah kulit bagian
luar sebesar 0,5 – 2 % dari berat total singkong segar dan limbah kulit bagian dalam
sebesar 8 – 15 %. Kandungan pati kulit ubi kayu yang cukup tinggi, memungkinkan
digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. (Nurhayani, dkk., 2000)
2. Bioetanol
Bioetanol merupakan senyawa alkohol yang diperoleh lewat proses fermentasi
biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bahan baku pembuatan bioetanol dapat
berupa ubi kayu, jagung, ubi jalar, tebu dan lain-lain. Semuanya merupakan tanaman
penghasil karbohidrat yang sangat mudah ditemukan di Indonesia karena iklim dan
keadaan tanah Indonesia yang mendukung pertumbuhan tanaman tersebut.
(www.agilonbetterment.wordpress.com) Brazil merupakan negara yang telah berhasil
mengembangkan bioetanol. Di Brazil pada tahun 1990-an, etanol telah menggantikan
50% kebutuhan bensin untuk keperluan transportasi. Dari angka ini, bioetanol telah
mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%. (www.agilonbetterment.wordpress.com)
Etanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen,
sehingga dapat dilihat sebagai derivat senyawa hidrokarbon yang mempunyai gugus
hidroksil dengan rumus C2H5OH. Etanol merupakan zat cair, tidak berwarna, berbau
spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dengan segala
perbandingan.
a. Sifat-sifat fisis etanol
1) Rumus molekul : C2H5OH
2) Berat molekul : 46,07 gram / mol
3) Titik didih pada 1 atm : 78,4°C
4) Titik beku : -112°C
5) Bentuk dan warna : cair tidak berwarna
(Perry, 1984)
3. Hidrolisis
Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan dengan air agar suatu senyawa pecah
terurai. Reaksi Hidrolisis: (C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6 Polisakarida Air
GlukosaReaksi antara air dan pati berlangsung sangat lambat sehingga diperlukan
bantuan katalisator untuk memperbesar kereaktifan air. Katalisator bisa berupa asam
maupun enzim. Katalisator asam yang biasa digunakan adalah asam klorida, asam
nitrat dan asam sulfat. Dalam industri umumnya digunakan enzim sebagai katalisator.
Salah satu proses hidrolisis yaitu hidrolisis asam, dimana katalisatornya
menggunakan asam. Asam berfungsi sebagai katalisator dengan mengaktifkan air. Di
dalam industri asam yang dipakai adalah H2SO4 dan HCl. HCl lebih menguntungkan
karena lebih reaktif dibandingkan H2SO4. (Groggins,1992) Faktor-faktor yang
berpengaruh pada hidrolisis pati antara lain :
a. Suhu
Dari kinetika reaksi, semakin tinggi suhu reaksi makin cepat pula jalannya reaksi.
Tetapi apabila proses berlangsung pada suhu yang tinggi, konversi akan menurun.
Hal ini disebabkan adanya glukosa yang pecah menjadi arang.
b. Waktu
Semakin lama waktu hidrolisis, konversi yang dicapai semakin besar dan pada batas
waktu tertentu akan diperoleh konversi yang relatif baik dan apabila waktu tersebut
diperpanjang, pertambahan konversi kecil sekali.
c. Pencampuran pereaksi
Karena pati tidak larut dalam air maka pengadukan perlu diadakan agar persentuhan
butir-butir pati dan air dapat berlangsung dengan baik.
d. Konsentrasi katalisator
Penambahan katalisator bertujuan memperbesar kecepatan reaksi. Jadi semakin
banyak jumlah katalisator yang dipakai makin cepat reaksi hidrolisis. Dalam waktu
tertentu pati yang berubah menjadi glukosa juga
meningkat.
e. Kadar suspensi pati
Perbandingan antara air dan pati yang tepat akan membuat reaksi
hidrolisis berjalan cepat. (Groggins,1992)
4. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses perubahan – peubahan kimia dalam suatu substrat
organik yang dapat berlangsung karena aksi katalisator biokimia, yaitu enzim yang
dihasilkan oleh mikrobia – mikrobia tertentu. (Tjokroadikoesoemo,1986) Fermentasi
gula oleh ragi, misalnya Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan etil alkohol
(etanol) dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut: C6H12O6 Saccharomyces cerevisiae 2
C2H5OH + 2 CO2 Glukosa etanol Reaksi ini merupakan dasar dari pembuatan tape,
brem, tuak, anggur minuman, bir, roti dan lain – lain. (Winarno, 1984)
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi:
a. Keasaman (pH)
Tingkat keasaman sangat berpengaruh dalam perkembangan bakteri.
Kondisi keasaman yang baik untuk pertumbuhan bakteri adalah 4 – 5.
( Winarno, 1984 )
b. Mikroba
Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di
laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan.
Berbagai macam jasad renik dapat digunakan untuk proses fermentasi antara lain
yeast. Yeast tersebut dapat berbentuk bahan murni pada media agar-agar atau dalam
bentuk dry yeast yang diawetkan. ( Winarno, 1984 )
c. Suhu
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama
fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan optimal, yaitu
suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri secara tercepat.
Pada suhu 30oC mempunyai keuntungan terbentuk alkohol lebih banyak karena ragi
bekerja optimal pada suhu itu. ( Winarno, 1984 )
d. Oksigen
Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk
memperbanyak atau menghambat mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan
oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel – sel baru
dan untuk fermentasi. Misalnya ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) akan tumbuh
lebih baik pada keadaan aerobik, tetapi akan melakukan fermentasi terhadap gula
jauh lebih cepat pada keadaan anaerobik. ( Winarno, 1984 )
e. Makanan
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan menyediakan:
1) Energi biasanya diperoleh dari subtansi yang mengandung karbon.
2) Nitrogen untuk sintesis protein. Salah satu contoh sumber nitrogen yang dapat
digunakan adalah urea.
3) Mineral yang dipergunakan mikroorganisme salah satunya adalah asam phospat
yang dapat diambil dari pupuk NPK.
4) Vitamin, sebagian besar sumber karbon dan nitrogen alami sudah mengandung
semua atau beberapa vitamin yang dibutuhkan mikroorganisme. ( Gaman, 1992)
Cara Kerja
Tahap pendahuluan
Kulit singkong segar direndam selama 3 hari lalu dipotong menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil dan ditimbang sebanyak 4 kg. Kulit singkong dikeringkan selama 5
hari dan diperoleh kulit singkong kering sebanyak 1,7 kg. Kulit singkong dihaluskan
kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 40 mesh. Setelah itu, kulit singkong
hasil penggilingan dioven pada suhu ± 105 oC selama 2 jam
Tahap Delignifikasi
Pretreatmen atau delignifikasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 180 gram
serbuk kulit singkong hasil pengayakan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambahkan 2160 mL aquades dan 250 mL NaOH 10%, dipanaskan dan diaduk
dengan menggunakan stirer selama 30 menit pada suhu 160 oC. Selanjutnya larutan
disaring dengan menggunakan kertas saring. Residu hasil penyaringan dicuci dengan
aquades sampai diperoleh pH netral lalu dioven pada suhu 105 oC selama 2 jam
kemudian menggerusnya hingga halus dengan menggunakan lumping dan alu dan
mengayaknya dengan menggunakan ayakan 40 mesh.
Tahap Hidrolisis
Hasil delignifikasi selanjutnya dilakukan proses hidrolisis dengan menimbang 15
gram
dari hasil ayakan pada tahap delignifikasi sebanyak 4 kali perlakuan. Masing-masing
sampel tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan larutan
HCl 15%, HCl 7%, H2SO4 15% dan H2SO4 7% sebanyak 180 mL lalu dipanaskan
pada suhu 100 oC selama 2 jam. Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring.
Filtrat yang diperoleh diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrometer
UV-vis.
Tahap Fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan mengambil sebanyak 160 mL filtrat dari hasil
hidrolisis ditambahkan dengan larutan NaOH 6 M hingga pH-nya menjadi 4,5.
Kemudian ditambahkan dengan 14 gram ammonium sulfat dan 14 gram NH3SO4
lalu dipasteurisasi pada suhu 80 oC selama 15 menit. Setelah itu, ditambahkan
dengan ragi (Sacharomyces cerevisiae) sebanyak 14 gram lalu larutan dibagi larutan
menjadi 4 bagian dan ditutup dengan aluminium foil kemudian didiamkan selama 4
hari, 6 hari dan 8 hari dan 10 hari pada suhu 27-30 oC.