Anda di halaman 1dari 7

USULAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN USAHA KAKAO MELALUI PENDEKATAN ANALISIS


STRATEGI PENINGKATAN MUTU KAKAO DI JEMBER, JAWA TIMUR

Oleh:
Lina Samhina
A1C014054

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
PENGEMBANGAN USAHA KAKAO MELALUI PENDEKATAN ANALISIS
STRATEGI PENINGKATAN MUTU KAKAO DI JEMBER, JAWA TIMUR

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Perkebunan merupakan subsektor pertanian yang strategis dan menjadi salah

satu andalan perekonomian Indonesia. Diantara sejumlah subsektor pertanian lainnya,

subsektor ini memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sekitar 17.85% per

tahun (BPS. 2012). Peran subsektor perkebunan sebenarnya lebih besar karena

mempunyai keterkaitan yang erat dengan sektor industri yang menjadi subsistem

tengah dan hilir sehingga berpotensi meningkatkan nilai tambah. Salah satu

komoditas andalan di sektor perkebunan adalah kakao.

Indonesia merupakan produsen kakao nomor dua di dunia dengan produksi

709.330 ton pada tahun 2014, setelah Pantai Gading yang produksinya 1.223.150 ton

(FAO). Dengan produksi sebesar itu, komoditi ini telah menyumbangkan devisa

ketiga terbesar di sektor perkebunan setelah komoditas kelapa sawit dan karet.

Selama tahun 1998 hingga 2011, luas areal perkebunan kakao tercatat mengalami

peningkatan sebesar 9% per tahun. Dari 1.746 juta hektar luas areal perkebunan

kakao, 94% dikelola oleh rakyat, selebihnya 3.1% dikelola pemerintah dan 2,9% oleh

perkebunan besar swasta. (Ditjenbun, 2012).


Rasa asli biji kakao sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah

melalui rekayasa proses dapat dihasilkan cokelat sebagai makanan yang disukai oleh

siapapun. Biji kakao mengandung lemak 31%, karbohidrat 14% dan protein 9%.

Protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan tyrosin. Meski

cokelat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik karena cokelat

juga mengandung polifenol (6%) yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah

ketengikan. Kandungan lemak yang ada pada kakao juga bukan merupakan lemak

yang berbahaya karena berasal dari lemak nabati. Kakao dapat diolah menjadi

berbagai bentuk olahan coklat yang digemari oleh berbagai kalangan masyarakat.

Kakao dan olahannya mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan di

Indonesia sehingga dapat memberikan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui

peningkatan pereknomian di sektor perkebunan dan pengoalahan pangan. Indonesia

juga mempunyai beberapa daerah yang menjadi pusat pengembangan kakao dan

olahan coklat, salah satunya di Jember, Jawa Timur, dengan didirikan Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao. Hal ini memberi nilai tambah untuk pengembangan usaha

kakao.

Namun potensi yang tinggi ini tidak diimbangi dengan kualitas kakao yang

dihasilkan oleh petani Indonesia. Sebagian besar masalah yang terdapat biji kakao

Indonesia adalah: berjamur, banyak terdapat kotoran, tidak terfermentasi dengan baik

serta ukuran biji yang cukup besar defiasinya. Mutu biji kakao yang kurang bagus

akan berakibat pada mutu coklat sebagai makanan olahan yang berasal dari biji

kakao. Fermentasi yang dilakukan terhadap biji kakao sangat berpengaruh terhadap
rasa yang akan ditimbulkan. Perbedaan cara fermentasi itulah yang menimbulkan

berbagai rasa pada olahan coklat. Fermentasi yang baik akan menghasilkan mutu

olahan coklat yang berkualitas tinggi sehingga olahan coklat lokal dapat bersaing

dengan olahan coklat internasional. Oleh karena adanya ketidakseimbangan antara

potensi pengembangan usaha kakao dan kualitas kakao yang dihasilkan, maka

dilakukan penelitian tentang peningkatan mutu kakao.

2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan gambaran umum kondisi perkebunan kakao di Jember

b. Menganalisis potensi usaha kakao dan olahannya di Jember

c. Mengetahui cara peningkatan mutu biji kakao di Jember

3. Manfaat

a. Dapat mengetahui gambaran umum kondisi perkebunan kakao di Jember

b. Dapat mengetahui potensi usaha kakao dan olahannya di Jember

c. Dapat mengetahui akar permasalahan usaha kakao dan olahannya di Jember

d. Dapat mengetahui cara meningkatkan mutu biji kakao di Jember

B. Kerangka Pemikiran

Jember bagian utara yang mempunyai topografi berbukit -bukit dan bergunung-

gunung, relatif baik untuk perkembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan
lainnya. Topografi yang demikian mendukung tumbuhnya berbagai tanaman yang

bernilai ekonomis, salah satunya adalah kakao. Komoditi tanaman perkebunan kakao

di Jember, dari total luas areal 4.641 hektar, semua diusahakan oleh perusahaan

perkebunan, diantaranya: PTPN XII mengelola 4 kebun dengan luas 3.914 hektar,

PDP mengelola 3 kebun seluas 216 hektar, dan pihak swasta lainnya mengelola

sebanyak 5 kebun dengan luas areal 511 hektar. Dalam setiap hektarnya produktivitas

tanaman perkebunan kakao yang dikelola oleh PTPN XII mencapai 3,27 ton. Sedang

yang dikelola oleh PDP dan swasta masing-masing mencapai 4,93 ton dan 7,67 ton.

Petani kakao menjadi pilihan mata pencaharian yang menjanjikan di Jember,

oleh karena itu bayak masyarakat Jember yang bekerja sebagai petani kakao. Namun

pemahaman petani kakao masih kurang untuk menghasilkan kakao yang berkualitas

tinggi agar biji kakao dan olahannya dapt bersaing di kancah internasional. Upaya

pemerintah meningkatkan produktivitas kakao di Jember sudah dilakukan dengan

cara intensifikasi dan perluasan wilayah. Selain itu, pemberian sosialisasi terhadap

petani kakao juga sudah dilakukan agar petani kakao tidak sembarang memberikan

pemeliharaan terhadap tanaman kakao.

Untuk mengoptimalisasi peran petani kakao di Jember, diperlukan analisis

potensi usaha kakao dan olahannya. Namun sebelumnya, dibutuhkan gambaran

umum tentang bagaimana keadaan perkebunan kakao di Jember. Jika analisis usaha

sudah dilakukan, maka dapat diketahui akar permasalahan dari usaha ini sehingga

jika permasalahan ini dapat ditemukan solusinya, maka petani kakao dan masyarakat

Jember dapat menikmati kesejahteraan ekonomi.


C. Metode Penelitian

1. Pendekatan Studi

Pendekatan yang dilakukan dalam studi ini adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan ini dipandang tepat untuk menggali informasi – informasi mendalam

tentang rantai nilai usaha kakao di Majene, mulai dari rantai nilai input sampai

dengan rantai nilai pemasaran. Dengan pendekatan demikian diharapkan secara

induktif akan terbentuk interprestasi dan pemahaman makna rantai nilai kakao dan

masalah pengembangan iklim usaha maupun interaksi antar stakeholder yang terlibat.

Untuk maksud itu pula, penelitian ini bertipikal deskriptif yaitu menggambarkan dan

menjelaskan secara analitis mengapa dan bagaimana pola-pola masalah terjadi.

2. Metode

a. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data primer dalam studi ini dilakukan melalui dua cara yaitu: 1)

Observasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap

latar dan objek penelitian. 2) Wawancara mendalam (Indepth Interview), yaitu

dilakukan melalui wawancara mendalam kepada narasumber terpilih atau para

stakeholder usaha kakao di Jember dan di tingkat nasional. 3) Focus Group

Discusstion (FGD) dengan stakeholders kakao di Jember, maupun FGD yang

melibatkan stakeholders kakao di tingkat Nasional.


b. Metode analisis

Untuk menjawab rumusan permasalahan, studi ini menggunakan pendekatan

kualitatif yakni dengan metode analisis rantai nilai. Porter (2001), mendefi nisikan

Analisis Rantai Nilai (Value Chain Analysis) sebagai alat untuk memahami rantai

nilai yang membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifi tas-aktifi tas

yang dilakukan, mulai dari bahan baku dari pemasok hingga produk Jember

merupakan salah satu kabupaten sentra penghasil kakao Kakao memberikan

kontribusi terbesar dalam perekonomian Jember Bertani kakao merupakan mata

pencaharian utama masyarakat Jember. Peran petani masih belum optimal dan posisi

tawar petani masih rendah. Efisiensi rantai nilai kakao melalui optimalisasi peran

stakeholder dan pengembangan iklim usaha Peningkatan kesejahteraan petani kakao

Jember Peningkatan perekonomian Jember 4 akhir sampai ke tangan konsumen,

termasuk juga pelayanan purna jual. Tujuan dari analisis rantai nilai adalah untuk

mengidentifi kasi tahap-tahap rantai nilai dimana pelaku rantai nilai dapat

meningkatkan nilai produk untuk konsumen atau menurunkan biaya dan

mengefisienkan kerja.

Anda mungkin juga menyukai