Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor paling penting bagi semua umat.

Pendidikan selalu menjadi tumpuan, harapan untuk mengembangkan individu

dan masyarakat. Pendidikan memang merupakan alat untuk memajukan

peradaban, mengembangkan masyarakat dan membuat generasi yang mampu

berbuat banyak bagi kepentingan umat manusia di muka bumi ini demi

tegaknya kalimat Allah ‘Azza wa jalla. Jadi pendidikan merupakan barometer

sebuah negara. Manakala suatu bangsa rusak moralnya, tergoncang

kredibilitasnya serta kemajuan teknologinya terhambat, maka yang pertama-

tama ditinjau ulang adalah sistem pendidikannya.

Pendidikan juga merupakan kebutuhan yang sangat berpengaruh pada

jati diri seseorang, dengan sebuah pendidikan seseorang dapat menemukan jati

dirinya, membangun karakter, mempunyai tujuan hidup masa depan, sehingga

tujuan menjadi manusia seutuhnya dapat tercapai.

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian proses kegiatan

yang dilakukan secara sadar, berencana, sistematik, berkesinambungan

berpola, dan terstruktur terhadap anak didik dalam rangka membentuk peserta

didik menjadi seorang insan yang berkualitas baik secara intelek maupun

moral spiritual.

1
2

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah

kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang

dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun

penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu,

sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan pendidikan bagi

anak-anak bangsanya, sejak itu pula pemerintah menyusun kurikulum. Dalam

hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik, dan

diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh tanah air Indonesia.

(Mulyasa, 2006: 4)

Kaitannya dengan pendidikan, Tilaar mengemukakan bahwa pendidikan

nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang

berakaitan dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan

manajemen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada tujuh masalah

pokok sistem pendidikan nasional: (1) menurunnya akhlak dan moral peserta

didik, (2) pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efisiensi

internal sistem pendidikan, (5) Status kelembagaan, (6) manajemen

pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan (7) sumber

daya yang belum profesional. (Mulyasa, 2002: 4)

Menghadapi hal ini pemerintah telah mengadakan penataan terhadap

sistem pendidikan secara kaffah (menyeluruh) dan dalam perjalanannya

pemerintah mengadakan perubahan kurikulum dari waktu ke waktu sesuai

dengan perkembangan zaman, dan sejak tahun 2004-2005 pemerintah telah

menetapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Saat itu KBK


3

dikembangkan dengan tujuan untuk membekali peserta didik (siswa dan

mahasiswa) dalam menghadapi tantangan hidupnya di masa depan yang

cenderung semakin komplek secara lebih mandiri, cerdas, rasional dan kritis.

(Khaerudin dkk, 2007: 4)

Berdasarkan penelitian di lapangan KBK menemukan berbagai kendala,

terkait dengan pelaksanaannya. Sehingga perlu perangkat khusus yakni

kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik.

Maka dibentuklah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Akhirnya,

UU RI, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

mengamanatkan setiap satuan pendidikan untuk membuat KTSP sebagai

pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan

pendidikan yang bersangkutan. (Khaerudin dkk, 2007: 4)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan untuk

menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas

budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar

pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas

sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Juga untuk

memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan

prinsip belajar sepanjang hayat. (Joko Susilo, 2007: 11)

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungan.
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
4

5. Menyeluruh dan berkesinambungan


6. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
7. Belajar sepanjang hayat. (BSNP, 2006: 6) (Khaeruddin, 2007: 6)

Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat

bergantung pada guru dan kepala sekolah tanpa mengurangi arti penting

tenaga kependidikan lainnya. Dengan KTSP guru dituntut untuk membuktikan

profesionalisme, mereka dituntut untuk mengembangkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) berdasarkan kompetensi dasar (KD) yang dapat digali dan

dikembangkan oleh peserta didik. (Mulyasa, 2008: 4)

Oleh karena itu otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan

potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan

partisipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan meningkatkan

pemahaman masyarakat terhadap pendidikan. Otonomi sekolah juga berperan

dalam menampung konsensus umum tentang pemberdayaan sekolah, yang

meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin

keputusan seharusnya dibuat oleh mereka yang berada di garis depan (line

staf), yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pelaksanaan

kebijakan, dan yang terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut, yaitu guru

dan kepala sekolah. (Mulyasa, 2002: 9)

Kebijakan pemerintah tentang digulirkannya kurikulum mulai dari KBK

maupun KTSP, sangat memerlukan perencanaan, kontrol, sosialisasi dan

evaluasi. Karena kurangnya perencanaan, kontrol, sosialisasi dan evaluasi dari

sang pemberi kebijakan dalam hal ini pemerintah, maka banyak sekali

kendala-kendala yang dialami oleh satuan pendidikan dalam menerapkan


5

KTSP. Disamping itu, KTSP ini merupakan kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan, wajar saja

banyak sekolah yang tidak tahu menyusun kurikulum sendiri, karena memang

sekolah bukan lembaga yang dipersiapkan untuk membuat kurikulum.

Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh manajemen sekolah,

kepala sekolah dan guru, proses belajar mengajar, evaluasi, pendanaan serta

sarana dan prasarana yang memadai. Untuk itu berbagai tuntutan tersebut

nampak belum sepenuhnya terealisasikan di seluruh lembaga pendidikan

terutama yang notabenenya swasta dan berusia muda, misalnya SDIT Ar-

Risalah Surakarta.

SDIT Ar-Risalah Surakarta merupakan suatu lembaga pendidikan yang

bernaung di bawah Yayasan Ar-Risalah Surakarta. Berdasarkan pengamatan

penulis, terlihat di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ar-Risalah Surakarta

telah menggunakan kurikulum terbaru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Struktur KTSP di SDIT Ar-Risalah Surakarta tertuang dalam

kurikulum SDIT Ar-Risalah Surakarta yang dikembangkan dari kelompok

mata pelajaran: (1) Pendidikan Agama Islam yang meliputi Qur'an Hadits,

Aqidah Akhlak, Fiqih, Siroh, Bahasa Arab, (2) Mata pelajaran umum meliputi

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu

Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Ketrampilan,

dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, (3) Muatan lokal meliputi

Bahasa Jawa dan Bahasa Inggris, (4) Mata pelajaran khusus meliputi
6

Tahfidzul Qur'an, dan Membaca Al-Qur'an. Demikian juga, para wali kelas

(guru kelas) atau pun guru mata pelajaran telah menyusun dan

mengembangkan silabus sebagai penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi standar, kegiatan pembelajaran, dan

indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Berangkat dari uraian di atas penulis berkeinginan untuk mengadakan

penelitian di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ar-Risalah Surakarta

dengan judul "Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Ar-Risalah Surakarta".

Ada beberapa alasan penulis mengadakan penelitian di Sekolah Dasar

Islam Terpadu (SDIT) Ar-Risalah Surakarta:

1. SDIT Ar-Risalah Surakarta merupakan sekolah Islam yang termasuk

baru namun berkembang begitu cepat. Tercatat ketika penulis melakukan

penelitian telah berdiri SDIT Ar-Risalah di beberapa daerah yaitu di

Surakarta sebagai kantor pusat, Sukoharjo, Sragen, Magelang, dan

Tawangmangu.

2. SDIT Ar-Risalah Surakarta menerapkan full day school dari jam 07.00-

15.00. Berbeda dengan sekolah umum lainnya, rata-rata jam 07.00-12.00.

3. Termasuk sekolah favorit karena anemo masyarakat yang begitu tinggi

terhadap sekolah ini. Pada saat penulis mengadakan penelitian yakni

tahun 2010/2011 ada 659 peserta didik.

4. SDIT Ar-Risalah Surakarta adalah sekolah dasar yang berbasis Islam.

Sepengetahuan penulis beberapa sekolah Islam yang konsisten dengan


7

ajaran salafus sholeh sering menemukan kendala dalam menerapkan

kurikulum dari pemerintah. Di antaranya tentang kurikulum budaya dan

adat-istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Di SDIT Ar-Risalah

Surakarta penulis telah menemukan nilai beda atau keunikan dibanding

dengan sekolah-sekolah lain bahkan dengan sekolah-sekolah terpadu

sekalipun. Keunikan ini adalah dalam pelaksanaan kurikulum yaitu, tidak

mengajarkan menyanyi/musik, dan muatan lokal yang tidak mengarah ke

penggalian potensi daerah seperti penggalian budaya Jawa. Sehingga

penulis berkesimpulan (yang penulis ketahui) bahwa dalam SDIT Ar-

Risalah keunikan ini dijumpai.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang kurang tepat atas judul

penelitian di atas, maka penulis akan memberikan batasan dan penegasan

tentang beberapa istilah sebagai berikut:

1. Penerapan berarti: mempraktikkan (melaksanakan) (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2002: 1180)

2. KTSP, yaitu: kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh

satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar

kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Mulyasa, 2007: 19).

3. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) merupakan institusi pendidikan

dasar Islam yang mengintegrasikan aspek afektif, kognitif dan


8

psikomotorik; mengitegrasikan pendidikan sekolah, pesantren dan masjid

serta mengintegrasikan peran sekolah, keluarga dan masyarakat dalam

suasana pendidikan Islami. Program kegiatan belajar mengajar di sekolah

dasar Islam Terpadu dikembangkan sesuai dengan fase perkembangan

anak serta paradigma pendidikan Islami. Mengingat pada jenjang sekolah

dasar masih berada pada usia menuju baligh, maka siswa lebih diberikan

materi yang bersifat pengenalan guna menumbuhkan keimanan dan

pemahaman dasar tentang tsaqofah Islam dan ilmu kehidupan. (Yusanto,

dkk. 2004: 145-146 )

4. SDIT Ar-Risalah merupakan sebuah sekolah pada tingkat dasar (SD),

dengan penekanan pada materi pendidikan Islam yang dipadukan ke dalam

proses pembelajaran umum maupun ektra kurikuler serta memiliki waktu

belajar yang berbeda dengan sekolah dasar pada umumnya, yakni lebih

panjang yang dikenal dengan istilah full day school.

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ar-Risalah adalah lembaga

pendidikan setingkat Sekolah Dasar yang menyiapkan generasi Islam

bermanhaj ahlus sunnah wal jama`ah, dan menanamkan cinta akherat

tanpa meninggalkan sarana dunia dan berusaha mengedepankan nilai-nilai

syar`i yang terpadu dalam setiap proses pembelajaran. Lokasi sekolah ini

adalah di Jl. dr. Rajiman 456 C Reksogadan, Bumi, Laweyan, Surakarta

57148.

Dengan demikian yang dimaksud dengan “Penerapan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan di SDIT Ar-Risalah Surakarta” adalah usaha


9

mempelajari dan menyelidiki, kegiatan atau proses pelaksanaan penerapan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SDIT Ar-Risalah

Surakarta bila ditinjau dari kesiapan komponen-komponen kurikulum dan

pembelajaran dan sarana penunjang lainnya seperti, tenaga kependidikan,

kesiswaan, keuangan dan pembiayaan, sarana dan prasarana pendidikan,

hubungan sekolah dengan masyarakat, dan layanan khusus. Di samping

itu, penulis juga akan mengidentifikasi kendala-kendala penerapan KTSP

serta solusi terhadap permasalahan yang muncul di SDIT Ar-Risalah

Surakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari judul dan latar belakang masalah yang disajikan

penulis di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di

SDIT Ar-Risalah Surakarta bila ditinjau dari kesiapan komponen-

komponen kurikulum dan pembelajaran dan sarana penunjang lainnya

seperti, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan dan pembiayaan,

sarana dan prasarana pendidikan, hubungan sekolah dengan masyarakat,

dan layanan khusus?

2. Apa kendala-kendala yang menghambat penerapan KTSP di SDIT Ar-

Risalah Surakarta dan bagaimana solusinya?


10

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan KTSP di SDIT Ar-Risalah Surakarta bila

ditinjau dari kesiapan komponen-komponen kurikulum dan pembelajaran

dan sarana penunjang lainnya seperti, tenaga kependidikan, kesiswaan,

keuangan dan pembiayaan, sarana dan prasarana pendidikan, hubungan

sekolah dengan masyarakat, dan layanan khusus.

2. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dapat menghambat penerapan

KTSP dan solusinya.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi guna menambah

khazanah keilmuan pendidikan terutama dalam bidang pengembangan

kurikulum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk

dapat :

1) Membantu dalam pencapaian tujuan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

2) Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat di dalam

pelaksanaan KTSP.
11

3) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam ruang

lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai guru.

b. Bagi Peneliti

Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu aspek

yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan demikian,

diharapkan peneliti sebagai guru siap melaksanakan tugas sesuai

kebutuhan dan perkembangan zaman.

F. Tinjauan Pustaka

Sepengetahuan penulis sudah banyak yang membahas tentang

kurikulum terbaru ini (KTSP), baik melalui seminar-seminar, pelatihan

termasuk sudah mulai bermunculan buku-buku baru yang membahas tentang

KTSP. Adapun penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang

penulis angkat dalam skripsi ini antara lain:

1. Nurani Daruretno (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008) dengan

skripsinya "Kesiapan Sekolah dalam Melaksanakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) (Studi Kasus SDN Dukuhan Kerten Surakarta

Tahun Ajaran 2006/2007)" menjelaskan bahwa kesiapan pelaksanaan

KTSP adalah (a) kurikulum mengacu pada KTSP 2007, program

pengajaran melalui pre tes, pembentukan kompetensi, post test,

pengembangan silabus, RPP, penilaian, (b) keuangan dan pembiayaan

dibantu BOS, (c) sarana dan prasarana sudah lengkap dan terperinci, (d)

stakeholder, (e) layanan khusus meliputi perpustakaan, muatan lokal,

keamanan, dan UKS.


12

2. Agus Purwanto (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006) dalam

skripsinya, "Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Islam

Terpadu Ar-Risalah Laweyan Surakarta (Studi Tentang Proses, Masalah

Yang Dihadapi Dan Pemecahannya)" menjelaskan bahwa: ada tiga faktor

yang mempengaruhi dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu: (a) Kondisi

pembelajaran pendidikan Agama Islam, kondisi ini yang mempengaruhi

penggunaan metode dalam peningkatan hasil pembelajaran, (b) Metode

pembelajaran, metode ini didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang

paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil

pembelajaran, (c) Hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran mencakup

akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan

metode pembelajaran.

3. Supinah (STAIN Surakarta, 2009) dalam skripsinya, "Pola Pelaksanaan

Pengelolaan Kelas Dalam KTSP (Studi Kasus Pada Kelas VI MI Pandeyan

Ngemplak Boyolali) mengatakan: (a) terdapat perbedaan antara kurikulum

tahun 1994 dan kurikulum 2008, dalam kurikulum 1994 guru hanya

memberikan bimbingan dalam proses belajar dan materi diberikan dengan

model ceramah yang monoton, namun dalam kurikulum 2008 guru di

samping memberikan bimbingan juga dituntut terlibat aktif dalam

kelompok belajar siswa, agar siswa menguasai materi. Materi disampaikan

dengan vareatif seperti dengan berceramah, kemudian dengan model tanya

jawab dan membentuk kelompok belajar, (b) penerapan KTSP memang

menuntut banyak kreatifitas guru dalam pengelolaan kelas, yaitu fisik dan
13

non fisik. Untuk fisik berhubungan dengan pengaturan ruang kelas

dilakukan dengan cara mengatur ventilasi cahaya dan tempat duduk siswa.

Sedangkan untuk non fisik dilakukan terhadap guru dan siswa. Untuk guru

diadakan pembinaan meliputi pembinaan oleh kepala sekolah, diikutkan

penataran, dan team teaching. Adapun pembinaan untuk siswa adalah

melalui konseling baik bagi yang berkebutuhan khusus maupun yang

berprestasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa

sepanjang pengetahuan penulis belum ada penelitian yang secara khusus

mengkaji masalah penerapan KTSP di SDIT Ar-Risalah Surakarta. Dengan

demikian masalah yang diangkat dalam penelitian ini memenuhi asas

kebaruan.

G. Metode Penelitian

Untuk melakukan penelitian diperlukan metode penelitian yang tersusun

secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperoleh valid. Sehingga

penelitian ini layak diuji kebenarannya.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan informasi yang

bersifat menerangkan dalam bentuk uraian, maka data yang ada tidak

dapat diwujudkan dalam bentuk angka-angka melainkan berbentuk suatu

penjelasan yang menggambarkan keadaan proses dan peristiwa tersebut.


14

(Subagyo, 1991: 94). Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah

berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study).

Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek

tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Lebih lanjut Arikunto

(1992) mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis

pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif,

terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga

atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.

2. Subyek dan Obyek Penelitian

Tatang (1986: 93) memberikan pengertian bahwa subyek penelitian

adalah sumber tempat memperoleh informasi yang dapat diperoleh dari

seseorang maupun sesuatu yang mengenainya. Subyek penelitian dalam

skripsi ini adalah SDIT Ar-Risalah Surakarta. Sedang yang menjadi obyek

penelitian ini adalah penerapan KTSP di SDIT Ar-Risalah Surakarta tahun

pelajaran 2010/2011.

3. Data, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Penulis akan memperoleh data-data untuk keperluan penelitian dari

sumbernya, yaitu kepala sekolah dan pihak-pihak yang terkait seperti, staf

kurikulum, staf kesiswaan, tata usaha dan lain-lain.

Data yang penulis peroleh adalah data tentang penerapan KTSP di

SDIT Ar-Risalah Surakarta, meliputi perencanaan dan pelaksanaan

kurikulum dan hal-hal terkait di dalamnya di antaranya adalah: kerangka

dasar kurikulum, tujuan pendidikan struktur dan muatan kurikulum, tujuan


15

pendidikan, silabus, RPP, beban belajar, kalender pendidikan, proses

pembelajaran, sumber belajar dan evaluasi. Untuk data tambahan adalah

tentang sejarah berdirinya SDIT Ar-Risalah Surakarta, letak geografis, visi

dan misi sekolah, struktur organisasi, keunggulan sekolah dan keadaan

guru dan murid. Di samping itu ada juga data penunjang kurikulum yaitu

kesiswaan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah

dengan masyarakat dan layanan khusus.

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan beberapa

teknik-teknik sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan antara dua

orang atau lebih yang berhadap-hadapan secara fisik. (Hadi, 1989:

192). Sedangkan Nasution mengemukakan bahwa wawancara adalah

suatu bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan

memperoleh informasi. (Nasution, 1996: 113). Wawancara ini

digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan gambaran

umum tentang SDIT Ar-Risalah Surakarta meliputi: sejarah berdirinya

SDIT Ar-Risalah Surakarta, letak geografis, visi dan misi sekolah,

struktur organisasi, keunggulan sekolah dan keadaan guru dan murid.

Data yang lain yang diperoleh dari wawancara adalah penerapan KTSP

di SDIT Ar-Risalah, perencanaan dan pelaksanaan kurikulum yang

berupa kurikulum dan pembelajaran ditambah dengan komponen

penunjang seperti kesiswaan, tenaga kependidikan, keuangan dan


16

pembiayaan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dengan

masyarakat dan layanan khusus. Selain itu juga akan memperoleh data

tentang faktor pendukung dan penghambat penerapan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan di SDIT Ar-Risalah Surakarta. Disamping

itu, lewat wawancara ini penulis akan memperoleh beberapa informasi

tentang keunikan yang ada di sekolah ini.

Wawancara dilakukan terhadap kepala sekolah dan pihak-pihak

yang terkait seperti, staf kurikulum, staf kesiswaan, dan tata usaha.

b. Metode Observasi

Perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh

panca indra. (Arikunto, 1996: 57).

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi

secara langsung dalam situasi yang sebenarnya. Diantara observasi

yang akan dilakukan penulis adalah situasi kegiatan belajar mengajar

kelas 1 dan kelas 5, situasi ketika pembinaan kedisiplinan (apel) dan

observasi untuk mengetahui sarana dan prasarana yang menunjang

proses pembelajaran.

c. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya. (Arikunto, 1998: 27). Sumber dokumentasi

dalam penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dari SDIT Ar-

Risalah Surakarta melalui kepala sekolah dan tata usaha. Data


17

dokumentasi ini berupa sejarah berdirinya, struktur organisasi sekolah,

inventarisasi sarana dan prasarana, jumlah guru dan murid, jadwal

pelajaran, kegiatan kesiswaan, rencana anggaran pendatan dan belanja

sekolah (RAPBS), dokumen administrasi mengajar dan evaluasi serta

hal-hal lain yang berkaitan dengan penerapan KTSP di sekolah

tersebut.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisisa data yang diperoleh penulis menggunakan

metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu:

pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan atau verifikasi (Miller Haberman, 1992: 16). Pertama, setelah

pengumpulan data selesai kemudian dilakukan reduksi data yaitu

menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak perlu dan

pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah

direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan

kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.

Dalam penarikan kesimpulan digunakan metode induktif, yaitu

berfikir dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa kongkret, kemudian

dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkret itu

digeneralisasi yang mempunyai sifat umum.. (Sutrisno, 2004: 47)


18

H. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I: Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, penegasan

istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: Membahas tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

perencanaan dan pelaksanaan KTSP yang meliputi penyusunan dan

pelaksanaan KTSP, kurikulum dan pembelajaran yang meliputi perencanaan

dan pelaksanaan kurikulum dan hal-hal terkait di dalamnya di antaranya

adalah: kerangka dasar kurikulum, tujuan pendidikan struktur dan muatan

kurikulum, tujuan pendidikan, silabus, RPP, beban belajar, kalender

pendidikan, proses pembelajaran, sumber belajar dan evaluasi tenaga

kependidikan, kesiswaan, keuangan dan pembiayaan, sarana dan prasarana,

hubungan sekolah dengan masyarakat, dan layanan khusus.

BAB III: Membahas tentang: Gambaran umum SDIT Ar-Risalah

Surakarta yang meliputi: latar belakang historis berdirinya SDIT Ar-Risalah,

letak geogrfis, visi dan misi, struktur organisasi sekolah, keunggulan SDIT

Ar-Risalah, keadaan guru dan murid, dan penerapan KTSP di SDIT Ar-

Risalah meliputi: perencanaan dan pelaksanaan KTSP yang mencakup

kurikulum dan pembelajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan dan

pembiayaan, sarana dan prasarana pendidikan, hubungan sekolah dan

masyarakat, layanan khusus, dan kendala-kendala dan solusinya.


19

BAB IV: Berisi analisis data tentang: penerapan kurikulum tingkat

satuan pendidikan di SDIT Ar-Risalah Surakarta sesuai komponen-komponen

yang mendukung dihubungkan dengan kerangka teori yang sudah ada.

BAB V: Penutup yang merupakan bagian akhir yang berisi: kesimpulan,

saran dan kata penutup.

Anda mungkin juga menyukai