Anda di halaman 1dari 19

Menguasai, memahami dan menghayati makna Akidah Islam dan iman kepada Allah dan berbagai

aspeknya, serta mengidentifikasiruang lingkup akidah Islam.

1. Memahami hakikat Akidah Islam dan Posisi Akidah dalam Ajaran Islam.
2. Memahami dan meyakini tentang Allah dan Kemaha-Esaan Allah.
3. Memahami tauhid dan berbagai aspeknya

1. Hakikat Akidah Islam


2. Ruang lingkup Akidah Islam
3. Hakikat Iman kepada Allah
4. Dalil Iman Kepada Allah
5. Hakikat Tauhid

1
URAIAN MATERI
A. Akidah Islam
1. Definisi Akidah
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Malak Jibril pernah datang kepada
Rasulullah dengan menyerupai manusia dan bertanya tentang tiga hal yaitu Iman, Islam
dan Ihsan.
Tiga hal yang merupakan dimensi ajaran (syariat) Islam, Keimanan merupakan
konsepsi akidah Islam yang menjadi Ushul (Dasar) dari agama Islam, sedangkan Islam
dalam penjelasan hadits tersebut menjelaskan domain syariah dan atau ibadah Amaliyah
yang didasarkan pada akidah, kemudian dari akidah dan ibadah tersebut bila dilakukan
dengan benar akan melahirkan ihsan dan akhlak mulia yang merupakan misi besar
Rasulullah saw.
‫امنا بعثت ألمتم ماكرم ا ألخالق‬
Tiga hal tersebut bila dianalogikan maka ibarat pohon akidah (Iman) sebagai
akarnya, Islam (fiqih dan Ibadah) sebagaai batangnya dan ihsan sebagai bunga dan
buahnya.
Berdasarkan riwayat di atas Syariah dapat dibagi menjadi dua yaitu: I’tiqodiyah
dan ‘amaliyah.
I’tiqodiyah adalah sesuatu yang menjadi dasar bagaimana perbuatan manusia,
atau kepadanya didasarkan bagaimana perbuatan manusia, seperti keyakinan akan Ke-
esaan Allah dan kewajiban menyembah allah
Sedangkan ‘amaliyah adalah: sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana
perbuatan manusia seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
Maka dari itu keimanan dalam pembahasan ini merupakan dimensi akidah.
Akidah secara Bahasa Akidah diambil dari kata al ‘aqdu yang merupakan bentuk
infinitive (masdar) darai kata ‘aqoda ya’qidu yang berarti mengikat sesuatu. Akidah
merupakan “amalun qolbiyun” atau keyakinan dalam hati tentang sesuatu dan dia
membenarkan hal tersebut. Akidah mengikat hati seseorang dengan yang diyakininya
sebagai Tuhan yang Maha Esa yang ada yang wajib disembah yang merupakan pencipta
dan pengatur alam semesta beserta isinya. Ikatan yang kuat tanpa ada keraguan
sedikitpun.

2
Sedangkan secara istilah aqidah adalah sesuatu yang pertama kali harus diimani
dengan yakin oleh seorang mukmin dengan keyakinan yang pasti, ridho dan menerima
sepenuh hati serta merasa tenang dengan keyakinannya tersebut. Atau secara sederhana
aqidah Islam adalah iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul
Allah, Hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang kemudian dikenal dengan rukun Iman.
Akidah sebagai hal pertama yang harus diyakini seorang muslim ini menjadikannya
sebagai dasar atas praktek beragama seorang muslim juga menjadi dasar dari sahnya amal
seorang muslim, dalam kata lain benar atau sahnya suatu amal didasarkan juga pada
benarnya akidah.
Menurut Yusuf Qardawi Akidah adalah suatu kepercayaan yang meresap ke
dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan keraguan serta menjadi
alat kontrol bagi tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jika kata Akidah diikuti dengan
kata Islam, maka berarti ikatan keyakinan yang berdasarkan ajaran Islam. Hal tersebut
sama dengan kata iman (keyakinan) yang terpatri kuat dalam hati seseorang muslim.
Akidah Islam mengandung arti ketertundukan hati yang melahirkan dan
merefleksikan, kepatuhan, kerelaan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah
Swt. Oleh sebab itu seseorang yang ber- akidah Islamiyah yang benar adalah seseorang
yang keterkaitan antara hati, ucapan dan perbuatannya secara kuat dan padu terhadap
ajaran Islam sehingga melahirkan akhlak yang terpuji baik terhadap Allah atau terhadap
sesama makhluk. .
Adapun prestasi seseorang yang belajar ber akidah atau beriman kepada ajaran
Islam bertingkat-tingkat sesuai dingan kesucian hatinya dari perbuatan dosanya,apabila
ketaatannya kepada Allah telah mampu melenyapkan sifat-sifat buruk yang bersarang
dihatinya seperti diantaranya sifat iri, dengki, ria angkuh, sombong, bakhil, malas dll
maka ia berhak menyandang gelar mukmin, tapi apabila ia masih suka berbuat maksiat
atau dosa, ia bergelar fasiq, mukmin fasiq atau mukmin “’ashi” dan belum pantas
menyandang mukmin hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-A’raf ayat
43 dan Al-Hijr ayat 47;
‫َونَ َز ۡعنَا َما يِف ُصدُ يور يِه يم ۡن يغ ّٖل َ َۡت يري يمن ََتِۡتي ي ُم ٱ ۡ َلنۡ َ ُ َُٰۖر َوقَالُو ْا ٱلۡ َح ۡمدُ ي ه يّلِل ٱ ه يَّلي هَدَ ىٰنَا يل َه َٰ َذا َو َما ُكنها يلَنَ ۡتَ يد َي لَ ۡو ََل ٓ َٱ ۡن‬
٤٣ ‫ون‬ ۡ ُ ‫هَدَ ىٰنَا ٱ ه ُ ُّۖلِل لَقَدۡ َجا ٓ َء ۡت ُر ُس ُل َريبنَا بيٱلۡ َح ُۖيق َونُو ُد ٓو ْا َٱن تيلۡ ُ ُُك ٱلۡ َجنه ُة ُٱ يورثۡ ُت ُموهَا يب َما ُك‬
َ ُ‫نُت تَ ۡع َمل‬
Artinya: “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada
mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi

3
Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan
mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang
rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "ltulah
surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan" (QS. Al-
A’raf:43)

ُ ُ ‫َونَ َز ۡعنَا َما يِف ُصدُ يور يِه يم ۡن يغل اخ َ َٰۡو نً عَ َ ٰل‬
٤٧ ‫ُس ّٖر ُّمتَقَ َٰ يب يل َي‬
Artinya: “Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati
ِ
mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.”
(QS. Al-hijr:47)
Mukmin fasiq, ‘ashi atau fasiq keimanannya naik turun, keimanan syaithon atau
manusia berwatak syaithon turun terus, keimanan malaikat tidak naik dan tidak turun,
sementara itu keimanan orang makmin seperti orang yang sholeh dan sholehah, para wali
selalu naik keatas mencari kenikmatan spiritual dan meninggalkan selera kenikmatan
material.Adapun ruang lingkup akidah menurut pendapat yang popular seperti ulama
mesir Abdullah bin Abi Shalah’ (wafat 1830) Adalah iman kepada Allah, para Malaikat-
Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk. Ini
juga dikenal dengan rukun iman menurut keimanan pada zaman Rasulullah keimanan
para shabat itu meliputi, mereka mempercayai dan menganmalkan seluruh perintah Allah
dan Rasulullah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya pasti akan mendatangkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat baik untuk dirinya atau untuk umat Islam lainnya
seperti percaya terhadap pentingnya mengamalkan “rukun iman” persatuan dan
persaudaraan umat Islam dan bahayanya perpecahan dan permusuhan anatar umat Islam.
Lalu kemudian pada zaman tabiin ulama ahli hadits Imam Abu Bakar Al Baehaqi
menyusun kitab Syu’b al iman yang jumlah rukunnya ada 77, menurut ulama tabiin
yang lain seperti Abu Hatim bin Hibban ra beliau berpendapat stelahnya meneliti
seluruh ayat al-Qur an dan al-Hadits beliau berpendapat bahwa jumlah rukun iman itu ada
79. Oleh karena itu keimanan dalam agama Islam merupakan dasar atau pondasi yang di
atasnya dibangun syariat Islam. Antara keimanan dan perbuatan atau akidah dan syariat
keduanya saling berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya
seperti dua sisi mata uang. apabila akidah dan syariat Islamnya dilaksanakan secara
sempurna maka akan melahirkan akhlaq yang terpuji

4
2. Sumber Akidah Islam
Akidah Islam bersumber dari al-Qur’an, al-Hadis dan ijtihad (dengan kemampuan
akal yang sehat), sehingga mayoritas ulama pada zaman kemunduran dan perpecahan
umat isiam berpendapat bahwa rukun Iman berjumlah enam; Lima dijelaskan oleh Allah
dalam al-Qur’an sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Baqarah: 177
‫ۡش يق َوٱلۡ َم ۡغ ير يب َولَ َٰ يك هن ٱلۡ ي هِب َم ۡن َءا َم َن بيٱ ه يّلِل َوٱلۡ َي ۡو يم ٱ ۡ أل ٓ يخ ير َوٱلۡ َملَ َٰ ٓئي َك ية‬
‫۞لهيۡ َس ٱلۡ ي هِب َٱن ت َُولُّو ْا ُو ُجوه ُ َُۡك يق َب َل ٱلۡ َم ۡ ي‬
١٧٧ ...‫َوٱلۡ يكتَ َٰ يب َوٱلنهب يۧيي َن‬
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajah kamu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi……”
Adapun rukun yang ke enam yaitu iman kepada qadar didasarkan kepada hadis
nabi, ketika beliau ditanya oleh Jibril tentang iman, maka Nabi menjawab
‫أٱن تؤمن ابهلل ومالئكته وكتبه ورسهل واليوم ا لٓخر وتؤمن ابلقدر خريه ورشه‬
Artinya: “Hendaklah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, hari kemudian dan hendaknya pula kamu beriman kepada
qadar baik maupun buruk.”
Adapun dasar hadits yang dijadikan pedoman para Tabiin adalah sabda Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
‫ون ُش ْع َب ًة فَٱَفْضَ لُهَا‬
َ ُّ‫ون َٱ ْو بيضْ ٌع َو يس ت‬
َ ‫ « اَلمي َ ُان بيضْ ٌع َو َس ْب ُع‬-‫صل هللا عليه وسمل‬- ‫اّلِل‬‫َع ْن َٱ يِب ه َُرْي َر َة قَا َل قَا َل َر ُسو ُل ه ي‬
)‫الط ير ييق َوالْ َح َيا ُء ُش ِْع َب ٌة يم َن اَلمي َ يان (رواه البخارى ومسمل‬ ُ ‫قَ ْو ُل ََل ا َ ََل اَله ه‬
‫اّلِل َو َٱدْنَ هَا ا َم َاط ُة ا َل َذى َع ين ه‬
ِ
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
ِ ِ ِ
‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang
paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah
menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang
keimanan” (HR. Bukhari dan Muslim) 1
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, membawa dan mengandung misi
keimanan kepada Allah yang wajib dipatuhi. Dalam rangka mengubah kehidupan
manusia. dari yang belum sholeh menjadi shaleh dari yang belum madani menjadi madani
Nabi Muhammad saw. terus menerus menyeru manusia agar mempercayai dengan
sepenuh hati dan mengamalkannya dengan tulus ikhlash bahkan nikmat

1
Makbatah Syamilah versi 3.45, Fathul Bari (Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani)

5
mengamalkan rukun rukun iman tersebut sehingga melahirkan amal shaleh amal yang
berkwalitas dan berguna baik untuk diri seseorang atau untuk orang lain oleh karena itu
nabi Muhammad dan ummatnya bertugas dibumi ini untuk menyebarkan rahmat/kasih
sayang keseluruh alam baik yang lahir maupun yang batin, umat Islam mengemban
amanah untuk menjadi umat teladan (uswah) dan harus ikut berpartisipasi mengawal
peradaban duni ini adalah merupakan tujuan iman umat Islam secara sosial adapun butir
butir rukun iman selain yang enam, adalah; percaya sepenuh hati tanpa ragu terhadap hal
hal sebagai berikut; 1). Bangkit di alam kubur 2). Padang mahsyar. 9). Surga dan neraka.
10). mencintai Allah 11), hormat dan takut kepada Allah. 12). tawakkal kepada Allah
setelahnya maksimal berusaha dan doa, 13). mengharap ridla Allah 14). mencintai Nabi
Muhammad 15). menghormati Nabi 16). setia pada Islam 17). menuntut ilmu 18).
menyebarkan ajaran Islam, 19). memuliakan dan mencintai Al Qur an seperti nabi dan
shahabatnya, 20). suci jasmani dari najis,suci ruhani dari sifat tercela, suci pebuatan dari
dosa, 21). iman dan amal sholeh dilakukan karena Allah 22). jujur dll, mengikuti dan
mentaati agama yang diturunkan Allah merupakan tujuan utama beriman adapun tujuan
tujuan perinciannya secara individu adalah:
a. Menentukan orientasi kehidupan
Akidah Islam menentukan orientasi kehidupan yang benar kepada ummat Islam
dalam bertingkah laku, mendorong mereka untuk melakukan amal kebajikan. Orintasi
yang dimaksud adalah niat yang ikhlas yang terkandung dalam setiap perbuatan manusia.
sebagai bekal menempuh kehidupan di akhirat kelak.
b. Menentramkan jiwa dan menghilangkan keraguan.
Akidah Islam yang menguatkan dan memantapkan keyakinan akan kebenaran
ajaran Islam agar mampu menghapuskan sifat-sifat tercela yang bersarang dihati penganut
Islam. Islam diterima sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah 2: 2-5; “Kitab
Al-Qur’an ini tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.
﴾٢﴿ ‫َذَٰ ي َِل ٱلْ يك َت َٰ ُب ََل َريْ َب يفي يه هُدً ى ليلْ ُمته يق َي‬
c. Membangkitkan rasa ketuhanan
Manusia adalah makhluk religi yaitu makhluk yang memiliki naluri beragama,
naluri tersebut sudah ada semenjak manusia hidup dialam kandungan telah terjadi
perjanjian primordial antara seorang hamba dengan Allah, sehingga melahirkan

6
kesadaran akan kehadiran Allah pada dirinya setiap saat sampai akhirnya ia menjadi
pribadi yang jujur.dan muhsin (QS. Al-A’raf 7: 172);
‫ل ٱَن ُف يسه ۡيم َٱلَ ۡس ُت يب َ يبر ُ ُۡك ُۖ قَالُو ْا ب َ َ ٰل َشهيدۡ نَ ۚٓ ٓ َٱن تَ ُقولُو ْا ي َ ۡو َم‬
ٓ ٰ َ َ‫َواذ َٱ َخ َذ َرب ُّ َك يمن ب َ يِن َءا َد َم يمن ُظهُو ير يِه ُذ يريهِتَ ُم َو َٱ ۡشهَدَ ُ ِۡه ع‬
١٧٢ ‫ٱلۡ ِ يق َي َٰ َم ية انه ُكنها َع ۡن َه َٰ َذا غَ َٰ يف يل َي‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
ِ
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf 7: 172)
Secara esensial manusia dimuliakan karena amal ketakwaannya. Bukan karena
keturunan, warna kulit atau kewargaannya, bukan pula pangkat, harta dan jabatan yang
disandangnya. Keyakinan tersebut akan membuat manusia terlepas dari penindasan,
perbuatan, karena itu bertentangan dengan akidah Islam yang diyakininya.

d. Memberikan kepastian
Akidah Islam memberikan pedoman hidup yang pasti dan pegangan kuat, supaya
dapat membedakan mana yang baik yang harus dijalankannya, dan mana yang buruk yang
harus dijauhi. (QS. Al Baqarah 2: 185);
‫نُك ٱلشه ه َۡر فَلۡ َي ُص ۡم ُهُۖ َو َمن‬ ُ ُ ‫َشه ُۡر َر َمضَ َان ٱ ه يَّل ٓي ُٱن يز َل يفي يه ٱلۡ ُق ۡر َء ُان ُهدٗ ى ليلنه ياس َوب َ يين َ َٰ ّٖت يم َن ٱلۡهُدَ ٰى َوٱلۡ ُف ۡرقَ يۚٓان فَ َمن َش يهدَ يم‬
ٞ
َ ۡ ‫ََك َن َم يريضً ا َٱ ۡو عَ َ ٰل َس َف ّٖر فَ يعدهة يم ۡن َٱ هَّيم ُٱخ َ ََۗر ُي يريدُ ٱ ه ُّلِل يب ُ ُُك ٱلۡي‬
َ ۡ ‫ُۡس َو ََل ُي يريدُ يب ُ ُُك ٱلۡ ُع‬
‫ۡس َو يل ُت ۡ يۡكلُو ْا ٱلۡ يع هد َة َو يل ُت َك ي ُِبو ْا ٱ ه َّلِل عَ َ ٰل‬
١٨٥ ‫ون‬ َ ‫َما هَدَ ٰى ُ ُۡك َولَ َعل ه ُ ُۡك تَشۡ ُك ُر‬
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

7
e. Berani berjuang membela kebenaran dan keadilan.
Akidah Islam akan mendorong manusia berani berjuang menegakkan kebenaran,
berani dalam pengertian bahwa seseorang mempunyai kesiapan untuk menyatakan
kebenaran. Kebenaran yang sudah mendarah daging dalam kehidupannya.akan membuat
Dia rela terhina dihadapan manusia karena menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan
demi menegakkan ajaran-ajaran Allah.

f. Bertawakal setelah berikhtiar maksimal.


Seseorang yang memiliki dan kuat akidahnya meyakini bahwa segala sesuatu
akan berhasil atau gagal karena kehendak dari Allah. Tugas utama manusia adalah
bekerja, ikhtiar, evaluasi dan berdoa berdasarkan ketetapan yang benar, sedangkan
hasilnya diserahkan pada Allah atau bertawakkal sambil meneliti ulang kekurangan dan
kelebihan dalam berikhtiar tersebut.

3. Kelebihan Akidah Islam


Beberapa kelebihan akidah Islam dibandingkan akidah akidah yang lainya
antara lain:
a. Akidah Islam terjaga keasliannya sebagaimana diturunkan kepada nabi Muhammad
QS. al-Hijr: 9;

َ ‫انه َ َۡن ُن نَ هزلۡنَا ٱ يَّل ۡك َر َوانه ََلُۥ لَ َح َٰ يف ُظ‬


٩ ‫ون‬
ِ ِ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.
b. Akidah Islam mengoreksi dan memperbaiki akidah akidah yang terdahulu yang
telah menyimpang
c. Akidah Islam selaras dengan fitrah manusia, karena manusia diciptakan Allah
dengan membawa Fitrah (diniyah) yaitu meyakini dan beribadah kepada Allah QS.
Al-A’raf: 172
‫ل ٱَن ُف يسه ۡيم َٱلَ ۡس ُت يب َ يبر ُ ُۡك ُۖ قَالُو ْا ب َ َ ٰل َشهيدۡ نَ ۚٓ ٓ َٱن تَ ُقولُو ْا‬
ٓ ٰ َ َ‫َوا ۡذ َٱخ ََذ َرب ُّ َك يم ۢن ب َ ي ِٓن َءا َد َم يمن ُظهُو ير ي ِۡه ُذ يريهِتَ ُ ۡم َو َٱ ۡشهَدَ ُ ِۡه ع‬
١٧٢ ‫ي َ ِۡو َم ٱلۡ يق َي َٰ َم ية انه ُكنها َع ۡن َه َٰ َذا غَ َٰ يف يل َي‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
ِ
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

8
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

d. Akidah Islam sejalan dengan akal sehat manusia, sehingga tidak ditemukan
pertentangan di dalamnya.

4. Tujuan Akidah Islam


Tujuan akidah Islam adalah:
a. Memurnikan niat dan ibadah hanya kepada Allah semata, karena Allah itu satu dan
tiada sekutu bagi-Nya
b. Memberikan Batasan kepada akal dan fikiran dari tindakan diluar petunjuk yang
menyebabkan kerusakan
c. Keteangan jiwa dan pikiran, sehingga jiwa tidak gundah dan pikiran tidak kacau
d. Selamatnya tujuan dan perbuatan manusia dari penyimpangan didalam beribadah
kepada Allah maupun dalam pergaulan dengan makluk
e. Keteguhan hati dan kesungguhan dalam segala urusan amal sholih

5. Hubungan antara Akidah dan akhlak


Akidah dan akhlak adalah bagian penting dalam syariat Islam, keduanya
merupakan kesatuan dan memiliki hubungan timbal balik. Pola hubungan akidah dan
akhlak dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, Akidah melahirkan Akhlak,
sebagaimana dijelaskan dalam kaitan Iman Islam dan Ihsan, akidah merupakan Usul
(dasar) yang menjadi Pondasi Amaliyah Ibadah maupun akhlak, oleh kerenanya Akidah
yang benar akan melahirkan akhlak yang baik. Terlebih lagi akidah sebagai konsepsi
keimanan tidak hanya berupa keyakinan dalam hati, melainkan juga harus diikrarkan
dengan lisan serta diwujudkan dalam tindakan, maka ketika seorang muslim meyakini
bahwa Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicintai melebihi yang lainnya maka keyakinan
ini tidak cukup hanya di dalam hati tetapi harus diwujudkan dalam ucapan dan
perbuatannya. Oleh kerena itu seringkali Allah dalam al-Qur’an selalu menghubungkan
antara iman dan amal sholeh.
Kedua, akhlak karimah menambah keimanan kepada Allah. Karena iman bisa
berkurang dan bisa bertambah, berkurangnya karena maksiat dan bertambahnya dengan

9
ketaatan, maka sudah seharusnya manusia meningkatkan keimanannya dengan senantiasa
taat kepada Allah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang salah satunya
adalah akhlakul karimah, oleh karenanya dengan membiasakan kahlakul karimah akan
menambah keimanan kita karena kita taat dengan perintah Allah.

B. Iman kepada Allah


1. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah bagian terpenting dalam akidah Islam. Iman kepada
Allah ini merupakan pesan dakwah Rasul yang pertama kali didakwahkan Rasulullah,
rasulullah datang menyampaikan wahyu menyeru manusia untuk beribadah menyembah
Allah semata, melarang segala penyekutuan Allah dengan suatu apapun maka tradisi arab
jahiliyah yang menyembah berhala ditolak oleh Islam.
Iman kepada Allah meliputi pengakuan bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib
disembah yang menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, tiada sekutu dan
bandingannya. Allah adalah satu satunya Tuhan yang berhak disembah, satu satunya
Tuhan yang mengatur alam semesta beserta isinya, tiada yang menyerupai-Nya suatu
apapun termasuk dalam sifat dan asma-Nya inilah tauhid yang merupakan pokok dari
keimanan kepada Allah.
Keimanan sebagai mana dijelaskan di atas didalamnya meliputi: keyakinan dan
membenarkan dalam hati, mengungkapkan secara lisan serta mengimplementasikannya
dalam perbuatan. Keimanan adalah keyakinan yang selaras antara hati, lisan dan
perbuatan. Begitupun keimanan kepada Allah adalah meyakini dan membenarkan dalam
hati, diucapkan atau diikrarkan melalui lisan dan diwujudkan melalui tindakan dalam
perbuatan.

2. Tauhid
Asli makna tauhid adalah: keyainan bahwa Allah itu satu dan tiada sekutu bagi-
Nya, Secara Bahasa tauhid bentuk infinitif dari kata wahhada yuwahhidu tauhiidan yang
berarti mengesakan. lebih rinci lagi tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud
Allah, sifat-sifat Wajib Allah, sifat yang Jaiz bagi Allah dan sifat sifat mustahil bagi Allah
yang harus dinafikan, serta membahas tentang Rasul dan ketetapan risalahnya apa yang
wajib bagi rasul, Jaiz dan apa yang tidak boleh ada pada Rasul.

10
Tauhid atau keesaan Allah adalah bentuk puncak dari pengenalan hamba kepada
Allah bahkan ketika Allah mengenalkan dirinya kepada makhluk-Nya adalah
mengenalkan bahwa Allah maha esa. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di
dalam surat Al-Ikhlas ayat 1 - 4.
٤ ُ‫ َولَ ۡم يَ ُكن هَلُۥ ُك ُف ًوا َٱ َح ۢد‬٣ ‫وَل‬
ۡ َ ُ‫ لَ ۡم ي َ ي ِۡل َولَ ۡم ي‬٢ ُ‫ ٱ ه ُّلِل ٱ هلص َمد‬١ ‫قُ ۡل ه َُو ٱ ه ُّلِل َٱ َح ٌد‬
Artinya: “Katakanlah (wahai Muhammad)!: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. 1,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 2., Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan,3. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". 4.
Dalam surat Al-Ikhlas Allah mengenalkan dirinya sebagai dzat yang Maha Esa
(ahad). Kata Ahad yang digunakan dalam surat Al-Ikhlas memiliki makna yang berbeda
dengan kata Wahid. Jika seseorang mendengar kata Wahid maka akan terlintas dalam
pikirannya 2 dan seterusnya atau terlintas dalam benaknya ketiadaan. Tetapi jika kata
Ahad yang dialami yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan Yang Maha Esa Maha
Esa. Tidak akan terbayang kecuali yang “satu ini”. (Shihab, 2018: 34-35)
Kalimat yang menjelaskan bahwa Allah itu Esa dari segi Dzat pada ayat di atas
adalah kalimat “lam yalid wa lam yuulad”, yang secara harfiah berarti “Dia tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan”. Beranak berarti terbagi, karena anak dan turunan adalah
bagian dari orangtuanya. Itu sebabnya, anak pada umumnya secara fisik mirip dengan
orangtuanya. Sementara Allah tidak beranak, artinya secara Dzat tidak terbagi kepada
bagian-bagian. Diperanakkan, artinya dilahirkan, karena dilahirkan maka dia membawa
unsur/gen dari orang yang melahirkannya (orangtuanya). Demikian juga, manusia bisa
hidup (eksis) di muka bumi disebabkan kombinasi dan persenyawaan antara tiga unsur
pokok, yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Salah satunya tidak ada, maka manusia tidak
akan bisa hidup. Sementara Allah tidak diperanakkan. Artinya, Allah tidak berasal dari
mana dan siapa, karenanya tidak mirip dengan siapa dan apa, serta wujudnya Allah secara
Dzat tidak dibentuk oleh banyak unsur. Dalam kalimat lain, bahwa Allah secara Dzat,
tidak terbagi kepada beberapa unsur dan tidak terdiri dari beberapa unsur. Allah adalah
unsur tunggal (Ahad). Karenanya pada akhir ayat surat Al-Ikhlash, Allah menegaskan
bahwa “tidak ada sesuatu apapun yang bisa menyamai/menyerupai Allah (dari segi Dzat).
Karena pentingnya tauhid dalam syariat Islam maka ilmu akidah disebut juga
dengan ilmu tauhid. Penamaan ilmu akidah dengan ilmu tauhid ini mengingat Tauhid
adalah bagian paling penting dalam akidah, karena membahas ke-Esaan Allah di dalam

11
Dzat maupun sifat-Nya dalam menciptakan Alam semesta, dan Allah adalah satu satunya
tempat kembali dan akhir segala tujuan. Inilah tujuan besar diutusnya Nabi Muhammad
SAW.
Tauhid atau meng-Esakan Allah adalah misi dari para Rasul, setiap rasul diutus
untuk menyeru kaumnya kepada tauhid. Hingga nabi Muhammad saw diutuspun esensi
dari ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad adalah tauhid. Tauhid sebagai esensi dari
Islam mengandung arti bahwa setiap aktivitas manusia senantiasa berorientasikan
transcendental, mengharap ridho Allah semata. Dan sebagai pengalam keagamaan maka
tauhid menjadi inti dari aqidah Islam (iman)
Al-Faruqi (1986) menjelaskan bahwa tauhid sebagai pandangan dunia memiliki
tiga prinsip yang terkandung didalamnya: pertama, dualitas artnya tauhid menjelaskan
bahwa realitas bersifat ganda ada Tuhan dan bukan Tuhan, maka, tauhid dalam hal ini
secara tegas memsisahkan Tuhan dan yang bukan Tuhan. Kedua, ideasionalitas, yakni
hubungan antara dua tatanan realitas bersifat ideasional. Titik rujjuknya adalah kekuatan
pemahaman. Ketiga, teleologi yakni, hakikat alam ini bertujuan untuk melayani tujuan
pencipta-Nya sesuai dengan rencana-Nya. (Sirait, 2013: 11)
Di terangkan di atas bahwa tauhid adalah misi dari para Rasul, sehingga tauhid
juga merupakan landasan dari agama agama samawi, al-Qur’an menjelaskan bahwa para
nabi dan rasul menyeru untuk meng-Esakan Allah, missal nya dalam Q.S. al-A’raf (7):
59; 65; 73; 85.
٥٩ ‫لَقَدۡ َٱ ۡر َسلۡ َنا نُو ًحا ا َ َٰل قَ ۡو يم يهۦ فَقَا َل ي َ َٰ قَ ۡو يم ٱ ۡع ُبدُ و ْا ٱ ه َّلِل َما لَ ُُك يم ۡن ا َ ََٰل غَ ۡ ُري ُه ٓۥ ا ي ّٓن َٱخ َُاف عَلَ ۡي ُ ُۡك عَ َذ َاب ي َ ۡوم َع يظ ّٖمي‬
ِ
Artinya:“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia
ِ ِ
berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya".
Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab
hari yang besar (kiamat). (Q.S. al-A’raf (7): 59}
٦٥ ‫ون‬َ ‫َاِه هُو ٗداۚٓ قَا َل ي َ َٰ قَ ۡو يم ٱ ۡع ُبدُ و ْا ٱ ه َّلِل َما لَ ُُك يم ۡن ا َ ََٰل غَ ۡ ُري ُه ۚٓ ٓۥ َٱفَ َال تَته ُق‬
ۡ ُ ‫َوا َ َٰل عَاد َٱخ‬
ِ
Artinya:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ´Aad saudara mereka, Hud. Iaِ
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-
Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”.(Q.S. al-A’raf (7): 65)
ٞ
‫َاِه َص َٰ يل ٗحاۚٓ قَا َل ي َ َٰ قَ ۡو يم ٱ ۡع ُبدُ و ْا ٱ ه َّلِل َما لَ ُُك يم ۡن ا َ ََٰل غَ ۡ ُري ُهۥُۖ قَدۡ َجا ٓ َءتۡ ُُك ب َ يينَة يمن ه يرب ُ ُۡك ُۖ َه َٰ يذ يهۦ نَ قَ ُة ٱ ه يّلِل لَ ُ ُۡك َءاي َ ٗ ُۖة‬
ۡ ُ ‫َوا َ َٰل ثَ ُمو َد َٱخ‬
ِ ۡ ُ ‫فَ ِ َذ ُروهَا تَٱۡأ‬
٧٣ ‫مي‬ٞ ‫اب َٱ يل‬ ٌ ‫ك ي ِٓف َٱ ۡر يض ٱ ه يُّۖلِل َو ََل تَ َم ُّسوهَا ب ُيس ٓوءّٖ فَ َيٱۡأخ َُذ ُ ۡك عَ َذ‬

12
Artinya:“Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka
Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta
betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan
janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan
ditimpa siksaan yang pedih" (Q.S. al-A’raf (7): 59)
ٞ
‫َاِه ُش َع ۡي ٗباۚٓ قَا َل ي َ َٰ قَ ۡو يم ٱ ۡع ُبدُ و ْا ٱ ه َّلِل َما لَ ُُك يم ۡن ا َ ََٰل غَ ۡ ُري ُهۥُۖ قَدۡ َجا ٓ َءتۡ ُُك ب َ يينَة يمن ه يرب ُ ُۡك ُۖ فَٱَ ۡوفُو ْا ٱلۡ َك ۡي َل َوٱلۡ يم َزي َان‬
ۡ ُ ‫َوا َ َٰل َمدۡ يَ َن َٱخ‬
ِ
٨٥ ‫َري ل ه ُ ُۡك ان ُك ُنُت ُّم ۡؤ يم ين َي‬ٞ ۡ ‫َوِ ََل تَ ۡبخ َُسو ْا ٱلنه َاس َٱ ۡش َيا ٓ َء ُ ِۡه َو ََل تُ ۡف يسدُ و ْا يِف ٱ ۡ َل ۡر يض ب َ ۡعدَ ا ۡصلَ َٰ يح َهاۚٓ َذَٰ يل ُ ُۡك خ‬
ِ
Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara
ِ
mereka, Syu´aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan
bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik
bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman" (Q.S. al-A’raf (7): 85;
Al-Qur’an dalam menerangkan tentang tauhid dengan beberapa bentuk antara
lain: Al-Qur’an mengabarkan tentang ke Esaan Allah; al-Qur’an menyeru untuk
menyembah dan beribadah hanya kepada Allah semata; dalam al-Qur’an menerangka
Perintah Allah (yang harus ditaati) juga larangan-larangan Allah (yang harus dijauhi)
serta kewajiban taat kepada Allah yang hal ini adalah manifestasi dari nilai tauhid; serta
dijelaskan didalam al-Qur’an balasan bagi Ahli Tauhid maupun orang yang melenceng
dari tauhid.
Ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu kalam, hal ini karena masalah yang paling
masyhur yang menjadi perbedaan pendapat di antara para ulama adalah permasalahan
tentang kallamullah apakah hadis atau qadim. Atau karena ilmu ini membangun
argumentasinya dengan dalil rasional akal. Tujuan akhir dari ilmu tauhid adalah
makrifatulloh dengan segala sifat-sifatnya yang wajib dan mensucikan dari sifat-sifat yang
mustahil bagi Allah serta membenarkan para Utusan utusan Allah dengan penuh
keyakinan yang dapat menentramkan jiwa yang bersandar pada dalil tidak hanya sekedar
taqlid.

13
3. Macam macam Tauhid
a. Tauhid Rububiyah
Arti kata Rabb, merupakan bentuk infinitif (Mashdar) dari kata Rabba Yarubbu
yang berarti menata, memelihara, membimbing, juga berarti sesuatu yang tumbuh dari
satu kedaan menuju keadaan yang sempurna. Dari beberapa ayat al-Qur`an yang memuat
kata Rabb, di antaranya menjelaskan bahwa Allah adalah Dzat Pencipta, Penata,
Pemelihara, dan Pembimbing alam semesta. Di antaranya dapat dilihat dalam QS. Al-
Fatihah/1: 2; QS. Al-Anbiya`/21: 56; QS. Asy-Syu’ara/26: 28; Ash-Shaffat/37: 5, dan
lain-lain.
Tauhid Rububiyyah artinya kita harus meyakini dengan sepenuh hati, bahwa
Allah adalah Dzat pencipta, pemelihara, dan penata alam yang sempurna. Keyakinan
terhadap Allah sebagai Pencipta merupakan naluri bawaan yang telah ditanamkan Allah
sejak manusia berada dalam rahim sang ibu, yang dalam al-Qur`an disebut dengan
fithrah. Hal itu dapat dilihat dalam QS. Ar-Ruum/30: 30, QS. Al-A’raf: 172.
‫فَٱَ يق ۡم َو ۡۡج ََك يل يِل يين َح يني ٗفاۚٓ يف ۡط َر َت ٱ ه يّلِل ٱل ه يِت فَ َط َر ٱلنه َاس عَلَۡيۡ َاۚٓ ََل تَ ۡب يدي َل يل َخلۡ يق ٱ ه ۚٓ يّلِل َذَٰ ي َِل ٱ يَل ُين ٱلۡقَ ي ُمي َولَ َٰ يك هن َٱ ۡك َ ََث ٱلنه ياس‬
٣٠ ‫ون‬ َ ‫ََل ي َ ۡعلَ ُم‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui” (QS. Ar-Ruum/30: 30)
‫ل ٱَن ُف يسه ۡيم َٱلَ ۡس ُت يب َ يبر ُ ُۡك ُۖ قَالُو ْا ب َ َ ٰل َشهيدۡ نَ ۚٓ ٓ َٱن تَ ُقولُو ْا ي َ ۡو َم‬
ٓ ٰ َ َ‫َوا ۡذ َٱ َخ َذ َرب ُّ َك يم ۢن ب َ ي ِٓن َءا َد َم يمن ُظه يُور ي ِۡه ُذ يريهِتَ ُ ۡم َو َٱ ۡشهَدَ ُ ِۡه ع‬
١٧٢ ‫ٱلۡ ِ يق َي َٰ َم ية انه ُكنها َع ۡن َه َٰ َذا غَ َٰ يف يل َي‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
ِ
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS. Al-A’raf: 172)
Pengakuan atas ke Esaan dan Rububiyah Allah adalah Fitrah manusia, dan
sebaliknya Syirik merupakan sesuatu yang baru (bukan fitrah Manusia). Jadi seandainya
Fitrah manusia ini tidak terpengaruh hal-hal yang menyimpang pasti akan mengarah pada
Tauhid sebagaimana ajaran yang dibawa Rasulullah, akan tetapi karena Pendidikan dan

14
lingkungan yang menyimpang dari ajaran Islam sehingga merubah arah fitrah manusia
mengikuti Pendidikan atau lingkungannya. Demikian disampaikan oleh Rasulullah
SAW:
... ‫ك مولود يوَل عل الفطرة فٱأبواه هيودانه أٱو ينرصانه أٱو ميجسانه‬
Artinya: “Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih
(berbicara), maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani)
1) Makna Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah adalah meng-Esakan Allah Ta’ala dalam segala perbuatanNya,
dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Penata, dan Pemelihara alam
serta segala makhluk, seperti disebtkan dalam QS. Al-Baqarah /2:21-22
‫ ٱ ه يَّلي َج َع َل لَ ُ ُُك ٱ ۡ َل ۡر َض يف َ َٰر ٗشا َوٱ هلس َما ٓ َء يبنَا ٓ ٗء‬.‫ون‬ َ ‫ي َ َٰ ٓٱَهيُّ َا ٱلنه ُاس ٱ ۡع ُبدُ و ْا َربه ُ ُُك ٱ ه يَّلي َخلَقَ ُ ُۡك َوٱ ه يَّل َين يمن قَ ۡب يل ُ ُۡك لَ َعل ه ُ ُۡك تَته ُق‬
‫ون‬َ ‫َو َٱ َنز َل يم َن ٱ هلس َما ٓ يء َما ٓ ٗء فَٱَخ َۡر َج يب يهۦ يم َن ٱلث ه َم َ َٰر يت ير ۡز ٗقا ل ه ُ ُۡك ُۖ فَ َال َ َۡت َعلُو ْا ي ه يّلِل َٱندَ ادٗا َو َٱ ُ ۡنُت تَ ۡعلَ ُم‬
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu Mengetahui”.
Allah juga pemberi rizki kepada setiap makhluk manusia atau lainnya QS Hud: 6
ٞ
‫َو َما يمن َدآب ه ّٖة يِف ٱ ۡ َل ۡر يض ا هَل عَ َل ٱ ه يّلِل ير ۡزقُهَا َوي َ ۡع َ ُمل ُم ۡس َتقَ هرهَا َو ُم ۡس َت ۡو َد َع َهاۚٓ ُك يِف يك َت َٰ ّٖب ُّمب ّٖيي‬
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
ِ
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”
Serta meyakini bahwa Allah adalah raja dari segala raja yang mengatur alam
seluruhnya, maha kuasa atas segala sesuatu QS. Ali Imran 26-27.
‫ِل يم همن تَشَ ا ٓ ُء َوتُ يع ُّز َمن تَشَ ا ٓ ُء َوتُ يذ ُّل َمن تَشَ ا ٓ ُءُۖ يب َي يدكَ ٱلۡخ ۡ ُ َُۖري‬ َ ۡ ‫ِل َمن تَشَ ا ٓ ُء َوت يَزن ُع ٱلۡ ُم‬ َ ۡ ‫ِل ت ُۡؤ يِت ٱلۡ ُم‬
‫ِل ٱلۡ ُم ۡ ي‬
َ ‫قُلي ٱلل ه ُه هم َم َٰ ي‬
‫) تُو يل ُج ٱل ه ۡي َل يِف ٱلَنه َ يار َوتُو يل ُج ٱلَنه َ َار يِف ٱل ه ۡي ي ُۖل َو ُ ُۡت ير ُج ٱلۡ َح هي يم َن ٱلۡ َمي ييت َو ُ ُۡت ير ُج ٱلۡ َمي َيت يم َن‬26( ‫ير‬ٞ ‫َشءّٖ قَ يد‬ َۡ ‫ك‬ ‫ان َهك عَ َ ٰل ُ ي‬
ِ
‫ٱلۡ َح ُۖ يي َوتَ ۡر ُز ُق َمن تَشَ ا ٓ ُء يبغ ۡ يَري يح َس ّٖاب‬
Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau

15
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (26) Engkau masukkan malam
ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri
rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)". (QS. Ali Imran 26-27)

b. Tauhid Uluhiyah
Arti kata ilah,yang terdiri dari tiga huruf: hamzah, lam dan ha’ dalam Mu’jam al-
Lughah memiliki arti antara lain:
1. Menyembah seperti dalam kata alaha–ilaahatan-uluhatan
2. Berlindung atau merasa aman dan tentram seperti dalam kalimat alahtu ila fulanin
3. Tertutup seperti arti kata laaha yaliihu laihan
4. Rindu atau cinta seperti dalam kalimat Alaha al-fasiil bi ummihi
5. Menghadap seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu ila ar-Rajuli
6. Meminta pertolongan seperti dalam kalimat Alaha ar-Rajulu ya’lahu
Dalam kaidah Bahasa arab kata yang memiliki materi (huruf yang
membentuknya) yang sama maka memiliki keterkaitan diantaranya. Begitu juga dengan
kata-kata di atas jika diamati memiliki keterikatan makna bahwa tuhan adalah tempat kita
merasa aman dan tentram untuk meminta pertolongan dan perlindungan kepada-Nya yang
kita cintai, rindukan dan disembah. Maka makna laailaha illallahu mengandung makna
tersebut.

Makna Tauhid Uluhiyah


Tauhid uluhiyah adalah meng-Esakan Allah dalam setiap perbuatan (ibadah)
manusia yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai syariat, seperti
dalam sholat, do’a, nadzar, kurban, pengharapan, takut, tawakkal dan cinta. Tauhid
uluhiyah mengandung arti bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang harus disembah,
kepada Allahlah kita beribadah, memohon pertolongan dan perlindungan, kepada-Nya
kita berharap dan takut. Tauhid uluhiyah mengandung makna tiada Tuhan yang layak dan
wajib disembah selain Allah. Inilah misi dakwah rasul dari awal hingga akhir. Di antara
ayat yang menjelaskan tentang itu terdapat dalam QS. Thaha/14:

16
‫ان ي ٓهِن َٱنَ ٱ ه ُّلِل ََل ٓ ا َ َ ََٰل ا هَل ٓ َٱ َ ۠ن فَٱ ۡع ُبدۡ يّن َو َٱ يق يم ٱ هلصلَ ٰو َة ي يَّل ۡك ير ٓي‬
Artinya: “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
ِ ِ ِ
aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
Keimanan kepada Allah mengandung makna bahwa seseorang yang beriman
kepada Allah disamping meyakini bahwa Allah itu ada, juga yakin akan ke-Esaan Allah
dalam Dzat-Nya, menyakini Pula Bahwa Allah Esa dalam Sifat-Nya, Esa dalam
Perbuatan-Nya dan diwujudkan dengan Beribadah hanya kepada Allah.

4. Sifat Allah
Salah satu bentuk perwujudan dari iman kepada Allah adalah percaya akan ke-
Esaan Allah dalam Asma’ dan Sifat-Nya, yaitu bahwa tidak ada suatu apapun yang
menyerupai Sifat Allah dalam kesempurnaan dan kualitasnya. Kecuali itu, juga penting
diyakini bahwa seluruh Nama dan Sifat Allah yang ada dalam Asma` al-Husna, semuanya
baik/bagus (al-husna), dan tidak ada Nama dan Sifat yang buruk pada Allah SWT. Hal
itu dapat dipahami dari beberapa ayat, yaitu Q.S. Al-A’raf/7: 180; Thaha/20: 8; Al-
Hasyr/59: 24; dan Al-Isra`/17: 110.
Dalam menerangkan sifat Allah dan meneguhkan ke-Esaan Allah, kalangan
teolog pengikut As’ariyah mengklasifikasikan Sifat Allah Menjadi Tiga, Pertama, sifat
wajib (yang harus ada pada Allah) ada 20 sifat; kedua, Sifat Mustahil (yang tidak boleh
ada pada Allah) yang merupakan kebalikan atau lawan dari sifat Wajib jumlahnya juga
20 sifat dan Ketiga, sifat Jaiz (boleh) ada satu sifat, yang kemudian digabung dengan 4
sifat wajib Rasul, 4 sifat Mustahil rasul dan 1 sifat jaiz bagi rasul genap 50 sifat, sehingga
sering juga dikenal dengan “‘aqidatul Khomsuun” atau aqidah lima puluh.
Tabel.1

Sifat Wajib dan Mustahil bagi Allah

No Sifat Wajib Arti Sifat Mustahil Arti


1 Wujud (‫)وجود‬ Ada Adam (‫)أدم‬ Tiada
2 Qidaam (‫)قدام‬ Terdahulu Huduuts| (‫)حدوث‬ Ada yang
mendahului

3 Baqaa` (‫)بقاء‬ Kekal Fanaa` (‫)فناء‬ Musnah

17
No Sifat Wajib Arti Sifat Mustahil Arti
4 Mukhaalafatu Berbeda Mumaatsalatu Lil- Ada yang
Lil-Hawaadisti dengan Hawaditsi ( ‫ مماثلة‬menyamai
)‫(مخالفة للحوادث‬ Makhluk ‫(للحوادث‬

5 Qiyaamuhu bi- Berdiri Sendiri Ihtiyaaju Li- Memerlukan


Nafsihi ( ‫قيامه‬ Gairihi( ‫(احتياج لغيره‬ (membutuhkan)
‫(بنفسه‬ yang lain

6 Wahdaaniyah Esa Ta’adud (‫)تعدد‬ Berbilang


)‫(وحدانية‬ (banyak)

7 Qudrah (‫)قدرة‬ Kuasa ‘Ajzun (‫)عجز‬ Lemah (tidak


berkuasa)

8 Iraadah (‫)إرادة‬ Berkehendak Karaahah (‫)كراهه‬ Terpaksa


9 Ilmun (‫)علم‬ Mengetahui Jahlun (‫)جهل‬ Bodoh
10 Hayat (‫)حياة‬ Hidup Mautun (‫)موت‬ Mati
11 Sama’ (‫)سمع‬ Mendengar Shummun ( ‫)صم‬ Tuli
12 Bashar (‫)بصر‬ Melihat ‘Umyun (‫)عمي‬ Buta
13 Kalaam (‫)كالم‬ Berfirman Bukmun (‫)بكم‬ Bisu
14 Qadiriian(‫)قديرا‬ Maha Kuasa ‘Aajizan (‫)عاجزا‬ Yang lemah
15 Muriidan (‫)مريدا‬ Maha Mukrahan (‫)مكرها‬ Yang terpaksa
Berkehendak

16 ‘Aaliman (‫)عالما‬ Maha Jaahilan (‫)جاهال‬ Yang bodoh


Mengetahui.

17 Hayyan (‫)ح يا‬ Maha Hidup Mayyitan (‫)ميتا‬ Yang mati


18 Samii’an (‫)سميعا‬ Maha Ashammu ( ‫)أصم‬ Yang tuli
Mendengar

19 Bashiran (‫)بصيرا‬ Maha Melihat A’ma (‫)أعْم‬ Yang buta


20 Mutakalliman Maha Abkam (‫)أبْكم‬ Yang bisu
)‫(متكلما‬ Berfirman

Sedangkan Sifat jaiz Allah SWT. berarti sifat kebebasan Allah SWT untuk
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai kehendak-Nya yang mutlak dan tidak

18
terikat oleh apapun dan siapapun. Setiap orang beriman wajib mengimani sifat jaiz bagi
Allah. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya satu, yaitu:
‫يف ْع ُل ُم ْم يكن َٱ ْو تَ ْر ُك ُه‬
Artinya: “Allah SWT memiliki kuasa penuh) untuk melakukan (berbuat) segala
sesuatu yang mungkin dilakukan dan juga (memiliki kuasa penuh) untuk
meninggalkannya”.
Sifat jaiz bagi Allah dijelaskan dalam salah satu firman-Nya, Q.S. al- Qashash
[28]: 68

‫َو َرب ُّ َك َ َۡيلُ ُق َما يَشَ آ ُء َو َ َۡي َت ُ َۗار َما ََك َن لَهُ ُم ٱلۡ يخ َ َري ُةۚٓ ُس ۡب َح َٰ َن ٱ ه يّلِل َوتَ َع َٰ َ ٰل َ هَعا ي ۡ ي‬
َ ‫ُۡش ُك‬
‫ون‬
Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi
mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang
mereka persekutukan.”
Selain dari sifat wajib 20 menurut teologi Asy’ariyah, dalam pandangan sebagian
ulama, Allah juga memiliki sifat yang jumlahnya lebih banyak yakni 99, yang dikenal
dengan Asmaul Husna. Asmaul Husna, secara harfiyah bermakna “nama-nama yang baik
atau bagus”. Hal itu dimasukkan sebagai sifat-sifat Allah, karena nama bagi Allah adalah
sekaligus sebagai sifat Allah. Kita mengenal Allah dari nama dan sifat yang disebutkan-
Nya di dalam al-Qur`an. Berkenaan dengan Asmaul Husna, akan dibicarakan dalam
pembahasan khusus.

19

Anda mungkin juga menyukai