Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 2


TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL TERHADAP
TANAH PERTANIAN DI DESA UMEJERO KECAMATAN BUSUNGBIU
KABUPATEN BULELENG

Komang Agus Sujana, Ketut Sudiatmaka, Ni Ketut Sari Adnyani

Program Studi Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: agussujana35@gmail.com, ketutsudiatmaka.undiksha@gmail.com,


niktsariadnyani@gmail.com,

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian bagi hasil
tanah pertanian di desa Umejero, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. (2) mengetahui
keefektivitasan Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil di Desa
Umejero,Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, (3) mengetahui faktor yang mempengaruhi
efektif atau tidaknya Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil di Desa
Umejero, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian Hukum Empiris. Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling yang di
analisis secara kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer dan data
skunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi
dokumen. Sistem Pelaksanaan perjanjian Bagi Hasil Pertanian di Desa Umejero, Kecamatan
Busungbiu, Kabupaten Buleleng yaitu sebagian besar masyarakat melaksanakan perjanjian Bagi
Hasil mendasarkan pada rasa saling percaya dan sudah menjadi hukum kebiasaan di masyarakat,
perjanjian bagi hasil di lokasi penelitian sebagian besar hanya berdasarkan pada persetujuan antara
pihak pemilik tanah dan penggarap secara lisan tanpa melibatkan kepala desa dan dinas terkait.
Kata Kunci : Perjanjian bagi hasil,desa Umejero,Efektifitas undang-undang No.2 tahun 1960

ABSTRACT
This study aims to (1) find out To find out the implementation of agricultural land production sharing
agreements in Umejero village, Busungbiu sub-district, Buleleng regency. (2) know the effectiveness
of Law No. 2 of 1960 concerning Production Sharing Agreements in Umejero Village, Busungbiu
District, Buleleng Regency, (3) to determine the factors that influence whether or not Law No. 2 of
1960 concerning Production Sharing Agreements in Umejero Village, Busungbiu District, Buleleng
Regency. The type of research used is Empirical Law research. The sampling technique uses
purposive sampling which is analyzed qualitatively. This research is descriptive in nature using
primary data and secondary data. Data collection techniques are done by observation, interviews and
document studies. System of Implementation of Agricultural Production Sharing agreements in
Umejero Village, Busungbiu Subdistrict, Buleleng Regency, where most of the communities
implement Production Sharing agreements based on mutual trust and have become customary law in
the community, production sharing agreements at the research location are mostly based only on
agreements between parties the land owner and tenant verbally without involving the village head and
related offices.

Keywords: Profit sharing agreement, Umejero village, Effectiveness of law No.2 of 1960

114
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

PENDAHULUAN masyarakat dan kepentingan


Indonesia merupakan negara pembangunan.
agraris dimana sektor pertanian masih di Tanah merupakan sarana yang
manfaatkan mayoritas penduduk dengan sangat penting dalam pembangunan serta
memanfaatkan sumber daya alam untuk kehidupan manusia. Tujuan dari pada
menunjang kebutuhan hidup. Salah pembangunan di bidang pertanian ini
satunya dengan menggantungkan hidup adalah untuk Meningkatkan
pada sektor pertanian.Sektor pertanian pertumbuhan pembangunan
tentunya memiliki peran yang sangat pedesaan secara terpadu dan serasi
penting dalam kehidupan manusia karena dalam kerangka pembangunan daerah
sebagai salah satu penghasil pangan serta meningkatkan pembangunan di
utama pagi penduduk di Indonesia, yang bidang ekonomi. Dimana tanah pertanian
jumlah setiap tahunnya selalu bertambah yang merupakan sumber daya kehidupan,
hal tersebut yang mendorong bahwa memegang peran yang sangat penting
sektor pangan akan meningkat seiring bagi kehidupan dan penghidupan
dengan peningkatan jumlah penduduk. masyarakat di Indonesia terutama di
Di dalam sektor pertanian tentunya pedesaan yang sebagian besar bermata
tidak lepas dari pentingnya tanah. Tanah pencaharian sebagai petani dalam
merupakan bagian dari bumi, yang disebut mencukupi kebutuhan hidupnyanya.
permukaan bumi. Tanah yang Tanah memiliki hubungan yang
dimaksudkan disini bukan mengatur tanah sangat erat dengan kehidupan manusia,
dalam segala aspeknya, melainkan hanya Hubungan antara warga Negara Indonesia
mengatur salah satu aspek yaitu tanah dengan tanah tersebut merupakan hak
dalam pengertian yuridis yang disebut yaitu hak penguasaan atas tanah. Dalam
hak. (Santoso, 2012 : 9-10). hukum tanah dikenal ada hubungan yang
Tanah mempunyai peranan yang abadi antara tanah dengan warga Negara
sangat penting dalam kehidupan manusia Indonesia, dan ini menjadi hubungan yang
karena mempunyai fungsi ganda, yaitu sangatlah sakral, sehingga terjadinya
sebagai social asset dan capital asset. hubungan magis antara tanah dengan
Sebagai social asset tanah merupakan pemiliknya dalam masyarakat. (Yamin,
sarana pengikat kesatuan di kalangan 2013 : 17).
masyarakat Indonesia dalam hidup Seiring dengan pertumbuhan jumlah
bermasyarakat, berbangsa dan penduduk di Indonesia yang meningkat
bernegara, sedangkan capital asset tanah begitu pesat setiap tahunnya, Kebutuhan
merupakan faktor modal dalam atas tanah semakin bertambah yang
pembangunan dan tanah harus kesemuanya memerlukan tanah untuk
dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar- mencari penghidupan sebagai mata
besarnya untuk kesejahteraan rakyat pencaharian dibidang seperti pertanian,
secara adil dan merata, juga harus dijaga peternakan, perkebunan, perikanan,
kelestariannya. (Rubaie, 2007 : 1). industri, maupun dipergunakan sebagai
Tanah merupakan sumber tempat bermukim atau tempat tinggal.
penghasilan yang pokok dan dengan Sehingga dengan pesatnya pertumbuhan
memiliki tanah berarti masyarakat penduduk khususnya di Indonesia
mempunyai kedudukan sosial yang tentunya akan membawa pengaruh pula
terhormat dalam masyarakat hukum. terhadap masalah masalah hukum yang
Pemanfaatan tanah dapat terkordinasi berkaitan dengan tanah.
antara berbagai jenis penggunaan dengan Dengan meningkatnya pertumbuhan
tetap memelihara kelestarian alam dan penduduk di Indonesia tentunya
lingkungan, serta mencegah penggunaan meningkat pula kebutuhan akan tanah
tanah yang merugikan kepentingan khususnya di sektor pertanian dengan

115
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

begitu menjadikan banyaknya jumlah dalam Penjelasan Undang-Undang


petani yang menderita karena tidak tersebut yaitu : (1) Agar pembagian hasil
mempunyai lahan pertanian, hal tersebut tanah antara pemilik dan penggarapnya
yang menjadikan banyaknya masyarakat dilakukan atas dasar yang adil;
yang bekerja sebagai buruh tani karena (2) Dengan menegaskan hak-hak dan
tidak memiliki lahan pertanian miliknya kewajiban-kewajiban dari pemilik dan
sendiri. penggarap agar terjamin pula kedudukan
Demikian juga ang terjadi dengan hukum yang layak bagi para penggarap,
masyarakat di Desa Umejero, Kecamatan yang biasanya dalam perjanjian bagi hasil
Busungbiu, Kabupaten Buleleng dimana itu berada dalam kedudukan yang tidak
mayoritas masyarakat bekerja sebagai kuat yaitu karena umumnya tanah yang
petani dan juga sebagai penggarap tanah tersedia tidak banyak, sedang jumlah
milik orang lain. Dalam rangka untuk orang yang ingin menjadi penggarapnya
melindungi golongan petani yang adalah sangat besar; (3) Dengan
berekonomi lemah terhadap praktek terselenggaranya apa yang tersebut pada
kesewenang-wenangan dari golongan angka 1 dan 2, maka akan bertambahlah
berekonomi kuat, maka pemerintah kegembiraan bekerja pada para petani
Indonesia telah mengatur pengaturan penggarap, hal mana akan berpengaruh
tentang pertanahan yaitu Tentang baik pada cara memelihara kesuburan
Perjanjian Bagi Hasil, dalam Undang- dan mengusahakan tanahnya. Hal itu
Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang tentu akan berpengaruh baik pada
Perjanjian Bagi Hasil, yang mulai produksi tanah yang bersangkutan, yang
diberlakukan pada bulan Januari tanggal 7 berarti suatu langkah maju dalam
Tahun 1960 dan merupakan dasar melaksanakan program yang akan
pembenaran (justification) bagi berlakunya melengkapi sandang pangan rakyat.
di masyarakat. Namun jika dilihat dari tujuan
Sebelum dikeluarkannya Undang- dibuatnya Undang-Undang ini
Undang Nomor 2 Tahun 1960 Tentang sebagaimana yang telah dikemukakan
Perjanjian Bagi Hasil, di daerah padat diatas, maka sudah sepantasnya
penduduk seperti di pulau Madura, Bali, kedudukan petani penggarap semakin
Jawa telah mengalami kondisi dimana terlindungi dan pengelolaan lahan
jumlah lahan yang tersedia tidak pertanian juga semakain terjaga.
sebanding dengan banyaknya jumlah Meskipun usia dari Undang-Undang
penggarap. Biasanya dalam keadaan perjanjian bagi hasil ini sudah mencapai
seperti ini, penggarap secara terpaksa 60 tahun, dari penelitian yang dilakukan di
menerima persyaratan yang diajukan oleh desa Umejero yang merupakan salah satu
pemilik lahan, walaupun syarat tersebut desa di daerah Kabupaten Buleleng
sangatlah tidak adil bagi penggarap. (Sari, ternyata pelaksanaan Perjanjian bagi hasil
2016 : 6). yang dilakukan oleh masyarakat petani
Undang-Undang Nomor 2 Tahun tidak sepenuhnya didasarkan pada
1960 Tentang Perjanjian Bagi Hasil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960
mengatur perjanjian pengusahaan tanah tersebut, melainkan masih menggunakan
dengan bagi hasil, tujuannya agar kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di
pembagian hasil tanahnya antara pemilik tempat tersebut.
dengan penggarap dilakukan atas dasar Gejala perjanjian bagi hasil hanya
yang adil dan agar terjamin pula dapat muncul dalam masyarakat dimana
kedudukan hukum yang layak bagi sektor pertanian masih mempunyai arti
penggarap tersebut, dengan menegaskan penting dalam menunjang perekonomian
hak serta kewajiban baik dari penggarap masyarakat yang bersangkutan.
maupun pemilik tanah. Perjanjian bagi hasil yang berlaku di
Tujuan dikeluarkannya Undang- dalam masyarakat tersebut umumnya
Undang Nomor 2 Tahun 1960 yang dilakukan secara lisan atas dasar saling
mengatur Tentang Perjanjian Bagi Hasil percaya kepada sesama anggota
ini adalah sebagaimana yang disebutkan masyarakat. (Parlindungan, 1991: 2).

116
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

Demikian yang terjadi pada masyarakat di Berdasarkan tujuan dibentuknya


Desa Umejero, Kecamatan Bususngbiu, UUPA No. 5 tahun 1960 sebagai hukum
Kabupaten Buleleng dimana sebagian agraria baru yang bersifat nasional, yang
besar pada perjanjian bagi hasil mana satu dari 3 aspek sasarannya
mengutamakan rasa kepercayaan serta adalah “Meletakan dasar-dasar untuk
dengan rasa saling tolong menolong tanpa memberikan kepastian mengenai hak-hak
melakukan proses yang rumit. atas tanah bagi rakyat seluruhnya. Salah
Berdasarkan observasi awal pada satu prinsip dasar dari hukum agraria
bulan Agustus 2019 di Desa Umejero, nasional (UUPA) yaitu“Landreform”atau
Kecamatan Busungbiu, Kabupaten “Agraria Reform” Prinsip tersebut dalam
Buleleng, dapat diketahui bahwa sebagian ketentuan UUPA diatur dalam Pasal 10
besar masyarakat disini bermata ayat (1) dan (2) yang memuat suatu asas
pencaharian sebagai petani, dimana yaitu, bahwa “ Tanah pertanian harus
petani tersebut masih mengadalkan tanah dikerjakan atau diusahakan secara aktif
pertanian milik orang lain dengan oleh pemiliknya sendiri yang dalam
melakukan perjanjian bagi hasil. Dalam pelaksanaanya diatur dalam peraturan
perjanjian bagi hasil yang dilakukan perundangan “.Untuk melaksanakan asas
masyarakat di Desa Umejero sebagian tersebut maka di perlukan adanya
besar masih tetap menggunakan ketentuan dari peraturan perundang-
perjanjian secara lisan dan secara undangan yang sifatnya mengikat dan
kekeluarga. Jangka waktu perjanjian bagi memberikan kepastian hukum serta
hasil tanah pertanian yang dilakukan perlindungan bagi para pihak dengan
masyarakat di desa Umejero juga tidak mengacu pada pasal 3 dan 4 UU No.2
diatur secara pasti entah sampai kapan tahun 1960.
akan berakhir. Maka hal tersebut yang Mengingat susunan masyarakat
membuat tidak adanya kepastian hukum, pertanian, khususnya di pedesaan seperti
sementara itu hukum kebiasaan tidak halya di desa Umejero masih
mengatur secara rinci sehingga sering membutuhkan penggunaan tanah yang
sekali terjadi dimana kedudukan bukan miliknya, maka kiranya sementara
penggarap selalu dalam posisi yang waktu masih diperlukan atau dibuka
lemah. Dalam hal ini sangatlah kemungkinan adanya penggunaan tanah
dimungkinkan terjadinya ketimpangan pertanian oleh orang-orang
dalam perjanjian yang memberatkan pihak
penggarap (penyakap) lahan.
yang bukan miliknya misalnya dengan mengkaji efektivitas UU No.2 Tahun 1960
cara sewa, bagi hasil, gadai, dan dengan maksud dan tujuan agar
sebagainya. Hal demikian seperti halnya terciptanya perlindungan hukum dan
yang di atur dalam Pasal 53 UUPA, kepastian hukum bagi para pihak di
bahwa hak-hak adat yang sifatnya kemudian hari.
bertentangan dengan ketentuan- Berkaitan dengan hal tersebut,
ketentuan UUPA (Pasal 7 dan 10) tetapi setiap kegiatan dalam masyarakat apalagi
berhubungan dengan keadaan yang menyangkut perekonomian,
masyarakat sekarang ini belum dapat di terutama pertanian harus menunjang
hapuskan, diberi sifat sementara yaitu keberhasilan pemerintah dalam membina
dengan hak gadai, hak usaha bagi hasil, kehidupan yang lebih baik bagi rakyat kita
hak menumpang dan hak sewa tanah terutama kepada para petani. Tugas kita
pertanian, yang harus diselenggarakan adalah berusaha agar mereka juga dapat
menurut ketentuan-ketentuan undang- menikmati hasil pembangunan secara
undang dan peraturan-peraturan lainnya layak dan seimbang sesuai dengan yang
untuk mencegahhubungan-hubungan hak dicita-citakan. (Parlindungan, 1991 : 3).
yang bersifat “penindasan “.Karena Upaya yang dapat dilakukan agar
rentang waktu yang sementara dari tidak terjadinya ketimpangan dalam
perjanjian yang bersifat kekeluargaan pembagian hasil yang merata dan
inilah yang mendorong peneliti untuk memperluas kesempatan kerja yaitu

117
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

dengan melaksanakan ketentuan bagi pelaksanaan perjanjian bagi hasil di Desa


hasil atas tanah pertanian sesuai dengan Umejero Kecamatan Busungbiu
keadaan kondisi para pihak dan tentunya Kabupaten Buleleng ditinjau dari segi
secara adil sehingga tidak merugikan hukum. Dengan latar belakang yang telah
kedua belah pihak. Dengan demikian, diuraikan, peneliti menyusun dan
maka tidak terjadi kerugian diantara para mengajukan judul penelitian: “Efektivitas
pihak dan lapangan pekerjaan di sektor Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2
pertanian juga dapat semakin meningkat. Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi
Sesuai dengan apa yang telah Hasil Terhadap Tanah Pertanian Di
diuraikan di atas, maka perlu dilakukan Desa Umejero Kecamatan Busungbiu
penelitian lebih lanjut dengan maksud dan Kabupaten Buleleng”.
tujuan untuk menguraikan bagaimana
Beberapa hal yang dapat Dari beberapa permasalahan
diidentifikasi berdasarkan pemaparan diatas masih bersifat umum, sehingga
diatas yaitu sebagai berikut: (1) Masih diperlukan adanya batasan-batasan
banyaknya masyarakat yang melakukan masalah dalam pembahasan agar lebih
perjanjian bagi hasil secara lisan atau terarah yaitu efektivitas Undang-Undang
dengan rasa kekeluargaan. (2) Kurangnya Nomor 2 tahun 1960 Tentang Perjanjian
pengetahuan masyarakat tentang hukum Bagi Hasil terhadap tanah pertanian di
serta kurangnya sosialissasi dari desa Umejero serta faktor yang
pemerintah sehingga masyarakat tidak mempengaruhi keefektivitasan dari
mengetahui tentang Undang-Undang Undang-Undang perjanjian bagi hasil.
Nomor 2 Tentang Perjanjian Bagi Hasil. Berdasarkan latar belakang yang
(3) Hukum kebiasaan tidak mengatur telah dipaparkan diatas, maka pokok
secara rinci tentang perjanjian yang permasalahan yang ingin peneliti angkat
dilakukan secara lisan hal tersebut yaitu: (1) Bagaimana pelaksanaan
menjadikan penggarap ada di posisi yang perjanjian bagi hasil tanah pertanian di
lemah. (4) Perjanjian bagi hasil tanah Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu,
pertanian sudah ada aturan yang Kabupaten Buleleng; (2) Apakah Undang-
mengatur yaitu Undang-Undang Nomor 2 Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang
tahun 1960 tentang bagi hasil akan tetapi Perjanjian Bagi Hasil telah berlaku efektif
masyarakat tidak mengetahui dan terhadap pelaksanaan perjanjian bagi
memahami isi dalam aturan-aturan yang hasil tanah pertanian di Desa Umejero,
tertera di dalam peraturan tersebut. (5) Kecamatan Busungbiu, Kabupaten
Perjanjian bagi hasil yang terlaksana Buleleng; (3) Faktor apakah yang
secara lisan di desa Umejero dinilai tidak mempengaruhi efektif atau tidaknya
memiliki daya ikat bagi para pihak yang Undang-Undang No. 2 Tahun 1960
melaksanakan perjanjian. Tentang Perjanjian Bagi Hasil di Desa
Umejero, Kecamatan Busungbiu, pihak terpenuhi dan tidak ada yang
Kabupaten Buleleng. dirugikan diantara masing-masing pihak.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan (2) Tujuan Khusus
masalah yang telah dipaparkan diatas (a) Untuk mengetahui bagaimana
maka tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan perjanjian bagi hasil tanah
penelitian ini antara lain: pertanian di Desa Umejero, Kecamatan
(1) Tujuan Umum Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
Untuk menambah pengetahuan dan (b) Untuk mengetahui Apakah Undang-
wawasan serta memberi sumbangan Undang No. 2 Tahun 1960 Tentang
pemikiran baik terhadap pemilik tanah Perjanjian Bagi Hasil telah berlaku efektif
maupun petani penggarap terkait terhadap pelaksanaan perjanjian bagi
perjanjian bagi hasil yang banyak hasil tanah pertanian di Desa Umejero,
dilakukan di Desa Umejero yang tanpa Kecamatan Busungbiu, Kabupaten
melibatkan kepala desa atau dinas terkait, Buleleng.
agar hak dan kewajiban kedua belah (c) Untuk mengetahui faktor apakah yang
mempengaruhi efektif atau tidaknya

118
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 pelaksanaan perjanjian bagi hasil dalam


Tentang Perjanjian Bagi Hasil di Desa praktiknya pada masyarakat petani.
Umejero, Kecamatan Busungbiu, (2) Manfaat Praktis
Kabupaten Buleleng. (a) Manfaat praktis bagi pemerintah
(1) Manfaat Teoritis yaitu sebagai bahan masukan bagi
(a) penelitian ini diharapkan dapat pemerintah untuk mengetahui efektivitas
menyumbang pemikiran di bidang hukum Undang-Undang No. 2 tahun 1960
yang mengembangkan disiplin ilmu Tentang Perjanjian Bagi Hasil tanah
hukum, khususnya dalam disiplin ilmu pertanian di Desa Umejero, Kecamatan
hukum yang berkaitan dengan hukum Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
perjanjian. Serta dapat mengetahui secara (b) Manfaat praktis bagi mahasiswa
pasti mengenai efektivitas Undang- yaitu sebagai acuan untuk dijadikan
Undang Nomor 2 tahun 1960 Tentang sebagai tambahan ilmu pengetahuan atau
Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian di referensi lainya dalam pengerjaan tugas
Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu, yang berkaitan dengan efektivitas
Kabupaten Buleleng. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1960
(b) Sebagai bahan kajian atau Tentang Perjanjian Bagi Hasil tanah
referensi bagi peneliti selanjutnya yang pertanian di Desa Umejero, Kecamatan
mengkaji mengenai perjanjian bagi hasil, Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
sehingga dapat dijadikan bahan (c) Manfaat praktis bagi petani yaitu
pembanding maupun acuan untuk sebagai bahan acuan bagi petani dalam
menelaah secara mendalam berkenan melakukan perjanjian bagi hasil agar
dengan unsur-unsur yang melingkupi terpenuhinya hak dan kewajiban dari
pemilik dan juga penggarap.
Undang No.2 tahun 1960 Tentang
METODE Perjanjian Bagi Hasil tepatnya dalam
Jenis penelitian ini adalah pasal 3 mengenai bentuk perjanjian, pasal
penelitian empiris, yaitu penelitian dengan 4 dan pasal 5 mengenai jangka waktu
adanya data-data lapangan sebagai perjanjian bagi hasil. Namun disini masih
sumber data utama, seperti hasil banyaknya masyarakat yang tidak
wawancara dan observasi. Penelitian mengetahui tentang Undang-Undang ini
empiris digunakan untuk menganalisis sehingga tidak melakukan perjanjian
hukum yang dilihat sebagai perilaku sebagaimana yang telah diataur didalam
masyarakat yang berpola dalam Undang-Undang namun menggunakan
kehidupan masyarakat yang selalu hukum kebiasaan.
berinteraksi dan berhubungan dalam Pendekatan penelitian dalam
aspek kemasyarakatan. (Sunggono, penulisan ini adalah bersifat deskriptif.
2003 : 43). Dalam hal ini sesuatu yang Dimana dalam penelitian ini
disebutkan sebagai hukum tidak semata- menggambarkan secara nyata tentang
mata ditimbulkan dan didasarkan dari efektifitas pelaksanaan Undang-Undang
literature-litelatur hukum, namun sebagai Nomor 2 tahun 1960 Tentang Perjanjian
suatu yang ditimbulkan dari keadaan Bagi Hasil terhadap tanah pertanian di
masyarakat atau proses didalam Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu,
masyarakat berdasarkan suatu gejala Kabupaten Buleleng.
yang akan menimbulkan berbagai efek Selanjutnya Data yang diperoleh secara
dalam kehidupan sosial dengan langsung dari sumber utama seperti
merumuskan kesenjangan antara das perilaku warga masyarakat yang dilihat
solen dan das sein, yaitu kesenjangan melalui penelitian. Data yang digunakan
antara teori dengan realita atau fakta dalam penyusunan atau penulisan
hukum. Terkait dengan efektivitas penelitian ini adalah Data Primer dan Data
perjanjian bagi yang banyak dilakukan Sekunder.
oleh masyarakat desa Umejero. Dimana Adapun teknik pengumpulan bahan
sudah ada aturan yang mengatur Tentang hukum yang dilakukan dalam pembuatan
Perjanjian Bagi Hasil yaitu Undang- penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

119
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

Teknik Observasi/pengamatan langsung Nomor 2 Tahun 1960, Undang-Undang


adalah teknik yang dilakukan dalam Nomor 5 Tahun 1960.
penelitian ini dengan mengamati secara Teknik yang digunakan dalam penentuan
langsung bagaimana pelaksanaan sampel penelitian ini adalah teknik non
perjanjian bagi hasil di Desa Umejero, probability sampling. Bentuk dari
Kecamatan Busungbiu, Kabupaten penerapan teknik non probability sampling
Buleleng; (2) Teknik Wawancara adalah dalam penelitian ini adalah Porposive
suatu metode pengumpulan data dengan sampling, dalam bentuk ini penarikan
mengajukan pertanyaan secara langsung sampel dilakukan berdasarkan tuuan
oleh seseorang yang akan diwawancarai, tertentu, yaitu pemilihan sekelompok
dalam hal ini adalah peneliti sendiri subjek atas kriteria atau sifat-sifat tertentu
kepada si pemberi informasi, dimana yang dipandang mempunyai sangkut paut
jawaban yang diberikan oleh yang yang erat dengan ciri-ciri utama
memberikan informasi dicatat maupun populasinya. Teknik
direkam. Seseorang pewawancara yakni Pengolahan dan analisis bahan hukum
harus tetap pada satu tujuan dan tidak dilakukan secara kualitatif, yaitu data yang
boleh acuh terhadap pertanyaan ataupun disajikan bukan dalam bentuk angka
lainnya pada saat teknik wawancara melainkan data-data yang wujudnya
tersebut (Suratman dan Dilah, 2015 : dalam bentuk kata-kata yang nantinya
115). Dalam penelitian yang akan disusun secara sistematis. Langkah-
memberikan informasi yaitu : pemilik langkah dari analisis kualitatif dalam
tanah, penggarap serta kepala desa penelitian ini adalah data yang terkumpul
Umejero; (3) Teknik Studi Dokumen di olah atau digolongkan kedalam tema,
adalah teknik awal yang ada dalam setiap selanjutnya dikategorikan atau
penelitian hukum normatif maupun diklasifikasikan antara data satu dengan
penelitian hukum empiris. Meskipun data yang lain, kemudian dilakukan
aspeknya berbeda namum keduanya interpretasi untuk memahami makna data
merupakan penelitian ilmu hukum yang dalam situasi sosial, dan dilakukan
bertolak dari premis ke normatif. Teknik penafsiran dari perspektif peneliti setelah
studi dokumen merupakan interveransi memahami keseluruhan kualitas data.
bahan hukum yang bersumber dari UUD
1945 Pasal 33 ayat (3), Undang–Undang
HASIL DAN PEMBAHASAN Istilah yang digunakan dalam
Pelaksanaan perjanjian Bagi Hasil kebiasaan perjanjian bagi hasil di lokasi
di wilayah desa Umejero, masih penelitian diantaranya : (1) “Nandu”
didasarkan kepada Hukum adalah istilah dalam perjanjian bagi hasil
Adat/kebiasaan setempat secara turun yang digunakan antara pemilik tanah
temurun secara lisan atas dasar dengan penggarap yang pembagiannya
kesepakatan dan kepercayaan dengan 1:1 yaitu dibagi 2 setengah untuk pemilik
tujuan saling membantu/tolong menolong, dan setengah untuk penggarap; (2)
gotong royong serta tidak ribet. Perjanjian “Nelon” 'adalah istilah dalam perjanjian
bagi hasil didesa Umejero mengenai bagi hasil yang digunakan antara pemilik
jangka waktu perjanjian tidak diatur secara tanah dan juga penggarap dengan
pasti, tergantung dari keinginan pemilik pembagiannya yaitu dibagi 1/3 dengan arti
tanah karena perjanjiannya dilakukan bahwa 1/3 untuk pemilik tanah 2/3 untuk
secara lisan. Begitu juga dengan warga penggarap. Sebagai contoh: apabila hasil
desanya yang mayoritas hanya sebagai panen total yang didapat yaitu 90 kg,
buruh tani dengan pengetahuan maka pembagian hasil yang dapat dibagi
pendidikan hanya sampai dengan jenjang yaitu 60 kg untuk pemilik tanah dan 30 kg
pendidikan sekolah (SD) dasar saja. Lagi untuk penggarap; (3) “Merapat” adalah
pula mereka tidak mau melakukan istilah yang digunakan dalam perjanjian
kegiatan yang secara formal, mereka lebih bagi hasil dengan pembagiannya yaitu ¼
suka/menginginkan yang praktis-praktis dengan kata lain hasil total dibagi 4
dan cepat, tanpa hal yang rumit. (empat) semisal mendapat hasil total 4 kg

120
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

maka 1 kg untuk penggarap dan 3 kg Dari hasil penelitian di desa


untuk pemilik tanah; (4) “Majeg” yaitu Umejero terkait faktor-faktor yang dapat
pemilik tanah menawarkan hasil tanahnya mempengaruhi efektif atau tidaknya
yang belum dipanen kepada penggarap Undang-Undang No. 2 Tahun 1960
atau orang lain dengan persetujuan yang terhadap perjanjian bagi hasil tanah
disepakati antara kedua belah pihak. pertanian di Desa Umejero, Kecamatan
Pemilik tanah hanya menerima hasil Busungbiu, Kabupaten Buleleng
bersih sesuai dengan kesepakan yang didapatkan hasil bahwa Undang-Undang
dibuat. No 2 Tahun 1960 Tentang Perjanjian Bagi
Berdasarkan hasi wawancara Hasil belum sepenuhnya berjalan efektif
dengan bapak kepala Desa Umejero karena masyarakat masih berpedoman
Gede Adis S.S terkait dengan bentuk pada kebiasaan yang sudah dilakukkanya
perjanjian bagi hasil tanah pertanian secara turun temurun. Salah satunya
diperoleh hasil bahwa kenyataan di dalam hal bentuk perjanjian yang
masyarakat di Desa Umejero, Kecamatan seharusnya melakukan perjanjian secara
Busungbiu, Kabupaten Buleleng sebagian tertulis di hadapan kepala desa dengan di
besar masyarakat tidak melakukan saksikan 2 (dua) orang saksi dari masing-
perjanjian pengusahaan tanah dengan masing pihak, namun masyarakat lebih
bagi hasil di hadapan kepala desa memilih melakukan perjanjian secara
melainkan masyarakat lebih banyak lisan dengan mengutamakan kepercayaan
melakukan perjanjian bagi hasil dengan antara para pihak. Salah satu faktornya
secara kekeluargaan antara masing berdasarkan hasil wawancara dengan
masing pihak secara lisan tanpa di ketahui pihak penggarap yaitu bapak Nyoman
oleh aparat desa terkait. Yoga alasan kenapa melakukan perjanjian
Sedangkan didalam Undang- secara lisan karena pihak pemilik tanah
Undang No.2 Tahun 1960 Tentang tidak mau membuat perjanjian secara
Perjanjian Bagi Hasil yaitu pada pasal 3 tertulis karena enggan dan lebih
ayat (1) yang menyatakan bahwa Semua mengutamakan rasa kekeluargaan, pihak
perjanjian bagi-hasil harus dibuat oleh penggarap hanya dapat menerimanya.
pemilik dan penggarap sendiri secara
tertulis dihadapkan Kepala dari Desa atau
daerah yang setingkat dengan itu tempat
letaknya tanah yang bersangkutan- SIMPULAN DAN SARAN
selanjutnya dalam Undang-Undang ini Berdasarkan penelitian yang
disebut "Kepala Desa" dengan dilakukan di Desa Umejero, Kecamatan
dipersaksikan oleh dua orang, masing- Busungbiu, Kabupaten Buleleng tentang
masing dari fihak pemilik dan penggarap. Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil
Sedangkan di dalam pasal 3 ayat (2) pertanian di dapat di ambil kesimpulan
menyatakan bahwa Perjanjian bagi-hasil sebagai berikut:
termaksud dalam ayat 1 diatas (1) Sistem Pelaksanaan perjanjian Bagi
memerlukan pengesahan dari Hasil Pertanian di Desa Umejero,
Camat/Kepala Kecamatan yang Kecamatan Busungbiu, Kabupaten
bersangkutan atau penjabat lain yang Buleleng yaitu pelaksanaan perjanjian
setingkat dengan itu selanjutnya dalam bagi hasil mengunakan istilah “Nelon”,
Undang-Undang ini disebut "Camat". “Nandu”, “Majeg”, “Merapat”,
Undang-Undang No. 2 Tahun 1960 “Ngelima-lima” walaupun istilah
Tentang Perjanjian Bagi Hasil terkait ngelima-lima tersebut masih sangat
perjanjian bagi hasil tanah pertanian di jarang di gunakan. Semua istilah yang
Desa Umejero, Kecamatan Busungbiu, digunakan didalam perjanjian bagi
Kabupaten Buleleng belum sepenuhnya hasil di desa Umejero sebagian besar
berjalan efektif hal tersebut terlihat jelas masih dilakukan secara lisan dan
pada bentuk perjanjian, jangka waktu secara kekeluargaan, hak tersebut
perjanjian, besaran imbangan, dan hak menunjukkan ketidak sesuaian
kewajiban para pihak. dengan apa yang di atur didalam

121
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

Undang-Undang No.2 Tahun 1960 pemilik tanah agar nantinya kedua


Tentang Perjanjian Bagi Hasil. pihak tidak merasa dirugikan atau di
(2) Efektivitas pelaksanaan Undang- untungkan sepihak.
Undang No.2 Tahun 1960 Tentang (3) Kepala desa Umejero atau dinas yang
Perjanjian Bagi Hasil di desa Umejero terkait dengan itu sebaiknya
terlaksana kurang efektif hal tersebut melakukan sosialisasi terkait dengan
karena tidak terlaksananya perjanjian Undang-Undang No.2 Tahun 1960
bagi hasil seperti yang di atur didalam Tentang Perjanjian Bagi Hasil agar
Undang-Undang hal tersebut jelas masyarakat tahu keberadaan dari
terlihat dalam Pasal 3 mengenai Undang-Undang tersebut dan
bentuk perjanjian, Pasal 4 mengenai pentingnya melakukan perjanjian bagi
jangka waktu perjanjian, pasal 7 hasil agar para pihak tidak ada yang
mengenai pembagian hasil tanah, hal merasa dirugikan.
tersebut tidak menunjukkan ketidak
sesuaian apa yang di atur dalam DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Achmad Ali, 2009, Menguak Teori
Tentang Perjanjian Bagi Hasil dengan Hukum (Legal Theory) dan Teori
apa yang di implementasikan di Peradilan (Judicialprudence)
masyarakat. Termasuk Interpretasi Undang-
(3) Faktor yang mempengaruhi efektivitas Undang (Legisprudence), Penerbit
Undang-Undang No.2 Tahun 1960 Kencana., Jakarta.
Tentang Perjanjian Bagi Hasil di Desa
Umejero, faktor yang mempengaruhi Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum
berdasarkan teori Lawrence M. Perdata Indonesia, PT Citra Aditya
Friedman terdapat 3 sistem hukum Bakti, Bandung.
untuk menujukkan kefektifivitasan Bambang Sunggono, 2003, Metodologi
suatu Undang-Undang yaitu: Struktur Penelitian Hukum, PT Raja
Hukum (Legal Structure), Substansi Grafindo Persada, Jakarta.
Hukum (Legal Subtance), Budaya
Hukum (Legal Culture). Faktor lainnya Boedi Harsono, 1997, Hukum Agraria
berdasarkan data hasil penelitian di Indonesia, Sejarah Pembentukan
desa Umejero adalah rendahnya Undang-Udang pokok Agraria, isi
tingkat pendidikan di desa Umejero dan Pelaksanaan, jambatan,
dimana sebagian besar masyarakat Jakarta.
hanya tamatan sekolah dasar (SD).
Dewi wulandari, 2010, hukum adat
Berdasarkan hasil penelitian yang
indonesia suatu pengantar,
dilakukan di Desa Umejero, Kecamatan
cetakan pertama rafika aditama,
Busungbiu, Kabupaten Buleleng Tentang
Bandung
Perjanjian Bagi Hasil terhadap tanah
pertanian dapat penulis uraikan saran- Handri Raharjo,2009, Hukum Perjanjian
saran sebagai berikut: di Indonesia, Pustaka Yustitia,
(1) Dalam pelaksanaan Perjanjian Bagi Yogyakarta.
Hasil sebaiknya para pihak lebih bijak
dalam membuat suatu perjanjian agar Herlien Budiono,2011, Ajaran Umum
hak dan kewajiban dari kedua belah Hukum Perjanjian dan
pihak saling terpenuhi dan tidak ada Penerapannya di Bidang
yang merasa dirugikan. Kenotariatan, PT. Citra Aditya
(2) Bagi Para Pihak yang Melaksanakan Bakti, Bandung.
Perjanjian Bagi Hasil: sebaiknya Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja (II),
melaksanakan perjanjian bagi hasil 2006, Perikatan Yang Lahir Dari
menurut ketentuan UU No.2 Tahun Perjanjian, PT. Raja Grafindo
1960 karena lebih memberikan Persada, Jakarta.
perlindungan hukum dan kepastian
hukumnya baik bagi penggarap juga

122
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 2 Tahun 2020)

Komariah, 2010, Hukum Perdata, Hasil Tanah Pertanian Di Desa


Penerbit UPT UMM, Malang. Sedah Kecamatan Jenangan
Kabupaten Ponogoro,skripsi
Muhammad Yamin, 2013, Beberapa Hukum, Universitas Sebelas
Dimensi Filosofis Hukum Agraria, Maret Surakarta.
Pustaka Bangsa, Medan.
Julia Sari, 2016, Efektifitas
Urip Santoso, 2012, Hukum Agraria Pelaksanaan Undang-Undang
Kajian Komprehensif, Kencana, Nomor 2 Tahun 1960 Tentang
Jakarta.. Perjanjian Bagi Hasil Tanah
Prof. DR.A.P Parlindungan, 1991, Pertanian Di Desa Ujung Teran
Landreform di Indonesia, Strategi Kecamatan Salapian Kabupaten
dan Sasarannya, Mandar Maju, Langkat, Tesis Fakultas Hukum
Bandung. Universitas Sumatera utara.

R. Setiawan, 1999, pokok-pokok hukum INTERNET :


perikatan, cetakan keenam Putra A Pratamaiin. 2012.” Efektivitas Hukum
Bardin, Bandung. “ Http://Pratamaiin.Blogspot.Com
Soerjono Soekanto. 2007. Faktor- . Diakses Tanggal 31 Desember
Faktor yang Mempengaruhi 2019. Pukul 20.41
Penegakan Hukum. Penerbit PT. http://repository.uin-
Raja Grafindo Persada, Jakarta. suska.ac.id/7055/4/BAB%20III.p
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur df diakses13-01-2020 pukul
Penelitian Suatu Pendekatan 13.00.
Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. http://www.umejero-buleleng.desa.id/
Wirjono Rodjodikoro ,2000, Asas-Asas diakses13-01-2020 pukul 13.00.
Hukum Perjanjian, Mazdar Madju, UNDANG-UNDANG :
Bandung.
Undang-Undang Dasar Negara
Rizka Nurmandany, 2016, Pelaksanaan Republik Indonesia Tahun 1945.
Perjanjian Bagi Hasil Tanah Lembaran Negara No. 3,
Pertanian Antara Pemilik Tanah Tambahan Lembaran Negara
Dan Penggarap, Jurnal Hukum, No. 4958
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Achmad Ali, 2010. Menguak Teori Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Hukum Dan Teori Peradilan. Pokok Agraria, Tambahan
Jakarta. Kencana . Vol 1 Lembaran Negara Republik
Mochamad Ilham Nurzaman Sujana, Indonesia Nomor 2043.
2014, Tinjauan Yuridis Terhadap Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960
Perjanjian Bagi Hasil Atas Tanah Tentang Perjanjian Bagi Hasil.
Pertanian Ubi Di Desa Cilembu Tambahan Lembaran Negara
Kabupaten Sumedang Provinsi Republik Indonesia Nomor 1934.
Jawa Barat Di Hubungkan
Dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata Juncto Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1960
Tentang Perjanjian Bagi Hasil,
Skripsi Hukum, Universitas Islam
Bandung.
Riski Olivia Citra Dewi, 2011, Aspek
Keadilan Dalam Perjanjian Bagi

123

Anda mungkin juga menyukai