Hemostasis SC
Hemostasis SC
Topik 1.
Mekanisme Hemostasis...................................................................................... 3
Topik 2.
Hemostasis Primer............................................................................................. 8
Topik 3.
Hemostasis Sekunder........................................................................................ 10
Topik 4.
Hemostasis Tersier............................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 17
Topik 1.
Struktur Vaskuler .............................................................................................. 20
Topik 2.
Fungsi Vaskuler ................................................................................................. 24
Topik 3.
Macam-macam Vaskuler ................................................................................... 26
Topik 4.
Fungsi Vaskular dalam Hemostasis .................................................................... 32
Hemostatis iii
BAB III: TROMBOSIT DALAM HEMOSTASIS ……………………………………………………… 39
Topik 1.
Struktur Trombosit ............................................................................................ 41
Topik 2.
Jumlah Trombosit ............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 62
Topik 1.
Faktor Pembekuan ............................................................................................ 65
Topik 2.
Jenis Faktor Pembekuan .................................................................................... 66
Topik 3.
Mekanisme Pembekuan .................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 83
Topik 1.
Fibrinolisis ........................................................................................................ 20
Topik 2.
Kelainan Hemostasis ......................................................................................... 87
Topik 3.
Kelainan Vaskuler ............................................................................................. 88
Topik 4.
Kelainan Trombosit ........................................................................................... 93
Topik 5.
iv Hemostatis
Kelainan Faktor Pembekuan .............................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 199
Topik 1.
Kelainan Hemostasis Primer .............................................................................. 104
Topik 2.
Kelainan Hemostasis Sekunder .......................................................................... 118
Topik 1.
Jenis-jenis pemeriksaan hemostasis .................................................................. 128
Topik 2.
Persiapan alat pemeriksaan hemostasis ............................................................ 138
Topik 3.
Persiapan Bahan Pemeriksaan Hemostasis ........................................................ 149
Topik 1.
Pemeriksaan Rumple leed ................................................................................. 162
Topik 2.
Pemeriksaan Masa Perdarahan ......................................................................... 166
Topik 3.
Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Langsung ................................................... 170
Hemostatis v
Topik 4.
Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara Tidak Langsung .......................................... 175
Topik 5.
Pemeriksaan Hitung Trombosit Menggunakan Alat Otomatisasi ........................ 184
Topik 6.
Pemeriksaan Agregasi Trombosit ...................................................................... 190
Topik 7.
Pemeriksaan Retraksi Bekuan dan Volume Cairan Bekuan ................................. 194
Topik 1.
Pemeriksaan Masa Pembekuan ......................................................................... 204
Topik 2.
Pemeriksaan Protrombin Time (PT) ................................................................... 209
Topik 3.
Pemeriksaan Activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) ................................ 213
Topik 4.
Pemeriksaan Plasma Recalsification Time (PRT) ................................................. 217
Topik 5.
Pemeriksaan Trombin Time (TT) ........................................................................ 220
Topik 6.
Pemeriksaan Kadar Fibrinogen .......................................................................... 223
vi Hemostatis
Bab 1
PENGANTAR HEMOSTASIS
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostasis (haima=darah, stasis=tetap,berhenti), berarti darah tetap berada dalam
system pembuluh darah. terdapat beberapa komponen dalam mekanisme
hemostasis, yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein
faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua
komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang
tepat untuk dapat menjalankan mekanisme hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini
dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga
menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal
hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik
dan faktor antithrombotik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai fisiologik dan
patofisiologik serta prinsip pemeriksaan laboratorium dari masing-masing faktor yang
berperan dalam proses hemostasis, seperti faktor vaskuler, faktor trombosit dan faktor
pembekuan serta interpretasi hasilnya. Hemostasis merupakan mekanisme normal yang
dilakukan oleh tubuh untuk menghentikan perdarahan pada lokasi yang mengalami kerusakan
atau luka.Hemostasis ini sebagai respon untuk menghentikan keluarnya darah yang
diperankan oleh spasme pembuluh darah, adhesi, agregasi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi. Dalam hemostasis terjadi adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah,
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Komponen-komponen tersebut berusaha
menjaga agar darah tetap cair dan tetap berada dalam system pembuluh darah. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik
Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi
luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi,
adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur
koagulasi. Fungsi utama mekanisme hemostasis ini adalah menjaga keenceran darah (blood
fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk
Hemostatis 1
thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang
mengalami kerusakan (vascular injury).
2 Hemostatis
Topik 1
Mekanisme Hemostasis
H
emostasis merupakan proses penghentian perdarahan secara spontan dari
pembuluh darah yang mengalami kerusakan atau akibat putusnya atau robeknya
pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi apabila endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses hemostasis ini mencakup pembekuan darah
(koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik
yang menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Pada hemostasis terjadi vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang mengalami
kerusakan sehingga aliran darah di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan
thrombosis memiliki 3 fase yang sama:
1. Pembekuan pada proses pembentukan agregasi trombosit yang masih awal,
masihlonggar dan bersifat sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat
kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang terbentuk
dalam kaskade peristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang
dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan
dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian melakukan proses agregasi untuk
membentuk sumbat hemostatik ataupun trombus.
2. Pembentukan jaring atau benang-benang fibrin yang terikat dengan agregat trombosit
sehingga terbentuk sumbatan hemostatik atau trombus yang lebih kuat dan lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombus oleh plasmin.
Sumbatan Hemostatik :
1. Sumbat hemostatic atau Trombus yang berwarna putih tersusun dari trombosit serta
fibrin dan sedikit mengandung beberapa sel-sel darah lainnya seperti eritrosit (pada
tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal sehingga kelihatan
berwarna kurang merah, khususnya didaerah dengan aliran yang cepat seperti arteri.
2. Sumbat hemostatic atau Trombusyang berwarna merah terutama terdiri atas erotrosit
dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan perlambatan atau stasis aliran darah
dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombus ini dapat terjadi pada tempat
luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama dengan sumbat trombosit
yang mengawali pembentukannya.
Hemostatis 3
3. Benang-benang fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/pembuluh darah yang amat
kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik. Kedua
lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang dipertahankan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan
dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan
suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam
sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi
thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada
pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
Mekanisme Lintasan jalur intrinsik melibatkan faktor XII, XI, IX, VIII dan X di samping
prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit.
Lintasan ini membentuk faktor Xa (aktif).Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak” dengan
prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan XI terpajan pada
permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut
teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada
permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh
kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak
kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, faktorXIIa
mengaktifkan faktor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari
kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor XIa dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan faktor IX, menjadi enzim serin protease,
yaitu faktor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X untuk
menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu faktor Xa. Reaksi yang belakangan ini memerlukan
perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan trombosit aktif,
yakni: Ca2+ dan faktor IXa dan faktor X. Semua reaksi dalam hemostasis yang melibatkan
zimogen yang mengandung Gla (faktor II, VII, IX dan X), residu Gla dalam region terminal amino
pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+.
4 Hemostatis
Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka
fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat
pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor
protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai reseptor untuk faktor IXa dan X pada
permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil
hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses
pemecahan lebih lanjut.
Mekanisme lintasan jalur ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII,X serta Ca2+ dan
menghasilkan faktor Xa. Produksi faktor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan
ekspresi faktor jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan
mengaktifkannya; faktor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam
darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan
menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan faktor X. faktor VII memutuskan ikatan
Arg-Ile yang sama dalam faktor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic.
Aktivasi faktor X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks
faktor jaringan dengan faktor VIIa juga mengaktifkan faktor IX dalam lintasan intrinsic.
Sebenarna, pembentukan kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini dianggap
sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna
fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan faktor XII, prekalikrein dan
kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari
fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa dan Xia dapat
memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan faktor jaringan (TFPI: tissue faktor fatway inhibitior) merupakan inhibitor
fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar
didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung faktor Xa dengan terikat
pada enzim tersebut disekitar area aktifnya. Kemudian kompleks faktor Xa-TFPI ini
manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.
Pada lintasan / jalur bersama yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dan
ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian
mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Hemostatis 5
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan
kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, faktor Va, faktor
Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta
plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip faktor VIII dalam kompleks tenase. Ketika
aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada
membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan faktor Xa serta protrombin.
Selanjutnya kompleks ini diinaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan
menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin.
Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region
terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif
yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah
terikat dengan kompleks faktor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah
oleh faktor Xa pada dua area aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang aktif,
yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin disatukan
oleh ikatan disulfide.
Fibrinogen (faktor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut
dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara
kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y mengandung oligosakarida kompleks yang terikat
dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang
terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam
tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang
rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah
sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai
Aa dan Bβ, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal
amino pada rantainya masing-masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai
akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim
dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam
plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse
elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase,
menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian α serta β
pada rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin
menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit (αβγ)2. Karena FPA dan FPB
6 Hemostatis
masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan
98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan
memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan
agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin
yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah
merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin
ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara
molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah faktor XIII
menjadi XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan
silan secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus
amida residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin
yang lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Regulasi Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya
harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau
pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada
setiap reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan
keseimbangan antara aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
Hemostatis 7
Topik 2
Hemostasis Primer
HEMOSTASIS PRIMER
8 Hemostatis
dan trombosit, disebut hemostasis primer karena pertama terlibat dalam proses penghentian
darah bila terjadi perdarahan, diawali dengan vasokontriksi pembilih darah dan pembentukan
plak trombosit yang menutup luka dan menghentikan perdarahan.
Hemostatis 9
Topik 3
Hemostasis Sekunder
HEMOSTASIS SEKUNDER
10 Hemostatis
Topik 4
Hemostasis Tersier
HEMOSTASIS TERSIER
Hemostasis tertier yaitu mekanisme hemostasis lanjut yang diperankan oleh darah,
dimana bekuan atau hemostatic plug yang sudah terbentuk akan dihancurkan dalam sistem
fibrinolysis. System fibrinolisis akan diaktifkan untuk melakukan penghancuran fibrin yang
sudah terbentuk agar tidak menjadi penghalang aliran darah dan menyebabkan lisis dari fibrin
dan dan endotel menjadi utuh kenbali.
Hemostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak
berlebihan. Hemostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.Pada proses mekanisme,
hemostasis ini adalah suatu proses fisiologis yang kompleks yang mempertahankan fluiditas
darah melalui mekanisme peroakoagulasi dan antikoagulasi yang ada dalam tubuh.
Ketidakseimbangan dari dua komponen ini akan mempredisposisikan pasien terhadap
perdarahan atau trombosis. Proses ini perlu dimengerti untuk memprediksikan konsekuensi
patologis dan klinis sebelum mengimplementasikan intervensi medis apapun.
Hemostatis 11
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
1) Istilah Hemostasis.
2) Hemostasis primer.
3) Hemostasis Sekunder
4) Hemostasis Tersier.
3) Fibrinolisis.
12 Hemostatis
Ringkasan
Hemostatis 13
Tes 1
14 Hemostatis
d. Hemophilia
e. Praoperasi
Hemostatis 15
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) D.
2) D.
3) C.
4) E.
5) E.
16 Hemostatis
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
Hemostatis 17
Bab 2
VASKULER DALAM HEMOSTASIS
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostasis atau haemostasis berasal dari bahasaYunaniaimóstasis yang terdiri dari
dua kata yaitu aíma yang berarti “darah" dan stásis yang berarti
"stagnasi".Hemostasis adalah suatu mekanisme fisiologis atau mekanisme normal
fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan system sirkulasi darah, keenceran darah
sehingga darah tetap berada dalam system pembuluh darah dan tetap melakukan fungsinya
di dalam tubuh.
Pada saat terjadi kerusakan pembuluh pada darah atau terjadinya luka, maka faal
Hemostasis, secara fisiologi memberikan respon terhadap kerusakan tersebut yang
melibatkan beberapa komponen: Sistem vaskuler, Sistem trombosit, Sistem koagulasi, dan
Sistem fibrinolisis.
Faal hemostasis untuk dapat berjalan normal memerlukan 3 langkah, yaitu: mekanisme
hemostasis Primeryaitu mekanisme awal memberikan respon dengan vasokonstriksi
pembuluh darah pada luka yang melibatkan vaskuler dan trombosit sehingga terbentuk
sumbatan trombosit. Hemostasis sekunder yaitu mekanisme yang melibatkan faktor
trombosit dan faktor pembekuan darah dalam plasma dengan tujuan akhir pembentukan
benang fibrin sekitar luka. Hemostasis tersier yaitu mekanisme kontrol yang menjaga agar
hemostasis tidak berlebihan melakukan sistem fibrinolitik.
Pembuluh darah adalah bagian dari tubuh yang berperan sebagai tempat mengangkut
darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa
darah dari jantung ke seluruh tubuh, pembuluh kafiler berfungsi sebagai tempat pertukaran
sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan dan vena membawa darah dari
kapiler kembali ke jantung. Pembuluh darah terbesar adalah aorta.
18 Hemostatis
Gambar 4. Jenis pembuluh darah
Pembuluh darah adalah tempat mengalirnya darah, salah satu bagian dari sistem
sirkulasi pada tubuh untuk mengangkut darah yang membawa oksigen dari jantung untuk
disebarkan ke organ tubuh, serta mengembalikan kembali darah yang telah dipakai dan
membawa karbon dioksida ke jantung untuk dikeluarkan ke paru-paru. Jadi fungsi utama
sistem ini adalah menyalurkan darah yang mengandung oksigen ke sel dan jaringan dan
mengembalikan darah ke paru-paru untuk pertukaran gas oksigen (O2) dengan karbon
dioksida (CO2).
Hemostatis 19
Topik 1
Struktur Vaskuler
V
askuler atau Pembuluh darah adalah bagian dari system sirkulasi yang mengangkut
darah dari jantung ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri
yang berfungsi membawa darah dari jantung, kafiler adalah pembuluh darah yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan
jaringan dan vena, yaitu pembuluh darah yang membawa darah dari kapiler kembali ke
jantung.
Pembuluh Arteri
Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah yang mengandung banyak oksigen dan
nutrisi dari jantung ke seluruh tubuh.
20 Hemostatis
endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas jaringan penyambung jarang halus yang
kadang-kadang mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi pembuluh
darah.
Tunika mediayaitu lapisan tengah yang terdiri dari serat otot polos yang tersusun
melingkar. Pada arteri yang lebih besar, tunika media dipisahkan dari tunika intima
oleh suatu lamina elastik interna. Membran ini terdiri atas serat elastik, biasanya
berlubang-lubang sehingga zat-zat dapat masuk melalui lubang-lubang yang terdapat
dalam membran dan memberikan supply O2 dan nutrisi lainnya kepada sel-sel yang
terletak jauh di dalam dinding pembuluh. Pada pembuluh besar, sering ditemukan
lamina elastika eksterna yang lebih tipis yang memisahkan tunika media dari tunika
adventitia yang terletak di luar.
Tunika adventitiayaitu lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat kolagen dan
elastik, terutama kolagen tipe I. Pada pembuluh yang lebih besar, terdapat vasa
vasorum bercabang-cabang luas dalam adventitia.
Anastomosis Arteriovenosa adalah sambungan langsung antara sirkulasi arteri dan
vena. Anastomosis arteriovenosa ini tersebar di seluruh tubuh dan umumnya terdapat
pada pembuluh-pembuluh kecil berfungsi mengatur sirkulasi pada daerah tertentu,
terutama pada jari, kuku, dan telinga. Sistem ini mempunyai peranan pengaturan
sirkulasi pada berbagai organ dan berperanan pada beberapa fenomena fisiologi
seperti menstruasi, perlindungan terhadap suhu yang rendah, dan ereksi. Anastomosis
arteriovenosa banyak dipersarafi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis (sistem
saraf otonom). Selain mengatur aliran darah pada berbagai organ, anastomosis ini
mempunyai fungsi termoregulator atau pengatur suhu yang khususnya terbukti pada
kulit anggota gerak (ekstremitas).
Hemostatis 21
Pembuluh Vena
Vena adalah pembuluh darah yang berfungsi membawa darah dari perifer (ujung) kembali ke
jantung dan paru-paru.
Vasa vasorum adalah pembuluh darah kecil yang memberikan suplai pasokan
metabolit-metabolit untuk sel-sel di tunika adventitia dan tunikamedia pembuluh-pembuluh
darah besar, apakah itu vena besar maupun arteri besar, karena lapisan-lapisannya terlalu
tebal untuk diberi makanan oleh difusi langsung dari aliran darah.
22 Hemostatis
Gambar 9. Vasa vasorium
Hemostatis 23
Topik 2
Fungsi Vaskuler
P
embuluh darah berfungsi sebagai tempat mengalirnya darah dan membawa darah yang
dialirkan dari jantung ke seluruh jaringa tubuh, darah yang dialirkan tersebut
mengandung oksigen yang berikatan dengan hemoglobin didalam darah. Didalam
darah juga terdapat protein dan glukosa yang mana komponen tersebut dibutuhkan oleh
jaringan dan sel nantinya. Setelah sampai ke seluruh jaringan tubuh atau jaringan organnya
melalui anastomosis arteriovenosa dan juga kapiler. Oksigen dan metabolit tersebut disuplai
ke organ sasaran hingga tercapailah tujuan dengan oksigen dan metabolit seperti glukosa
tersebut, sel-sel di seluruh tubuh dapat mengalami metabolisme aerob (menggunakan O2)
untuk menjalankan fungsinya. Kemudian oksigen tersebut dipakai untuk metabolism sel, hasil
proses metabolism tersebut adalah energy dan karbon dioksida (CO2), kemudian darah itu
kembali ke jantung melalui vena kecil kemudian vena besar, setelah sampai dijantung, darah
tersebut dipompa oleh ventrikel kanan jantung ke dalam paru, atau sistem ini disebut juga
dengan sirkulasi pulmoner. Sampai di paru-paru, darah yang membawa CO2 tersebut ditukar
kembali dengan O2 yang dihisap pada saat pernafasan, melalui mekanisme difusi.
Pembuluh darah juga berfungsi untuk membawa sel-sel darah seperti lekosit (sel darah
putih), eritrosit (sel darah merah) dan trombosit (keeping darah), serta komponen-komponen
darah lainnya yang terlarut di dalam plasma. Apabila terjadi infeksi atau masuknya benda
asing ke dalam tubuh, maka respon tubuh dalam upaya untuk menormalkan kembali
(mekanisme penyembuhan), sel darah putih tersebut yang merupakan alat untuk pertahanan
tubuh tubuh seseorang akan melawan bakteri ataupun benda asing yang masuk kedalam
24 Hemostatis
tubuh, sehingga ketika imunitas seseorang melemah ataupun bakteri yang masuk kedalam
tubuh terlalu kuat, maka seseorang terkena penyakit.
Komponen darah lain yang dibawa adalah trombosit berperan apabila terjadi kerusakan
jaringan atau luka yang berperan dalam menghentikan perdarahan dengan cara adesi dan
agregasi.
Secara umum, pembuluh darah ialah ibarat sebuah pipa panjang yang menyalurkan air
ke tempat yang akan dituju. Begitu juga dengan pembuluh darah yang bertugas untuk
mengalirkan darah ke eorgan-organ di seluruh tubuh. Fungsi pembuluh darah juga dapat
dibedakan berdasarkan jenis-jenis dari pembuluh arteri dan vena, yaitu :
o Arteri berfungsi untuk mengangkut atau mengalirkan darah dari jantung ke seluruh
tubuh, serta mengangkut oksigen ke organ-organ tubuh
o Arteriola berfungsi untuk mengangkut darah dari arteri ke kapiler, dan juga sebagai
regulator (pengaturan) utama aliran darah dan tekanan darah.
o Kapiler berfungsi untuk memasok darah dari arteriola ke organ-organ tubuh, dan
membuang sampah hasil metabolism organ tubuh
o Venula berfungsi untuk mengalirkan darah yang kembali dari organ tubuh untuk kembali
ke jantung
o Vena berfungsi untuk mengangkut darah ke jantung dari venula serta mengangkut darah
yang kaya akan karbon dioksida.
Hemostatis 25
Topik 3
Macam-macam Vaskuler
Secara umum, pembuluh darah dibagi menjadi dua macam, yaitu arteri dan vena.
Jenis-jenis pembuluh darah
1. ARTERI
Sebagai pembuluh yang sangat penting, arteri atau nadi memiliki beberapa fungsi bagi
tubuh. Salah satu fungsi yang sering diketahui adalah sebagai media untuk menyalurkan darah
yang mengandung oksigen ke jantung. Dengan demikian, peredaran yang lancar dari
pembuluh nadi akan membuat kondisi jantung tetap sehat. Adapun fungsi lain dari pembuluh
nadi adalah sebagai berikut:
Mengedarkan Nutrisi ke Seluruh Sel Tubuh
Salah satu fungsi pembuluh nadi arteri adalah mengedarkan seluruh nutrisi ke seluruh bagian
tubuh. Seperti yang kita tahu, setiap makanan yang dikonsumsi oleh tubuh akan diserap
nutrisinya dan kemudian diedarkan oleh pembuluh nadi ke jantung dan akhirnya pada seluruh
bagian tubuh. Tak heran apabila terjadi penyumbatan darah pada pembuluh nadi, maka tubuh
dan jantung akan kekurangan nutrisi serta oksigen.
Membantu Proses Pengeluaran Racun dalam Tubuh
Fungsi lain yang dimiliki oleh pembuluh nadi adalah mengeluarkan racun yang ada dalam
tubuh. Dalam hal ini, racun atau zat sisa yang ada di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui
tiga 3 proses. Pertama adalah defekasi yang berupa proses pengeluaran sisa makanan melalui
sistem pencernaan dan berakhir menjadi feses.
Kedua adalah ekresi yakni proses pengeluaran racun dari urine, udara pernafasan, dan
keringat. Sedangkan proses ketiga adalah pengeluaran racun oleh kelenjar dan sel. Dalam hal
ini, pembuluh nadi memiliki peran yang sangat penting karena pembuluh ini melewati organ
tubuh seperti ginjal, paru-paru, lapisan kulit, dan hati.
Menstabilkan Keseimbangan Komponen Penting dalam Darah
Adapun fungsi terakhir adalah membantu menstabilkan keseimbangan unsur-unsur kimia di
dalam darah, termasuk keseimbangan sistem kekebalan tubuh.
Arteri berfungsi untuk mengangkut darah yang berasal dari jantung. Darah yang
berasal dari jantung agar bisa sampai ke seluruh tubuh, dipompakan dari dengan tekanan yang
cukup besar terhadap dinding pembuluh. Tekanan darah yang dipompakan dari jantung ke
seluruh tubuh ini dikenal dengan istilah systole. Untuk menahan tekanan tersebut, arteri harus
mempunyai struktur dinding yang cukup tebal dan kuat, sehingga pembuluh darah tidak
26 Hemostatis
pecah. Oleh karena itu struktur pembuluh darah arteri lebih tebal jika dibandingkan dengan
vena. Sebaliknya tekanan darah yang dipompakan balik dari seluruh tubuh kembali ke jantung
memiliki tekanan yang lebih rendah, tekanan ini dikenal dengan istilah diastole. Untuk
menahan tekanan balik tersebut, pembuluh darah bali (vena) tidak harus mempunyai struktur
dinding yang tebal dan kuat seperti halnya arteri. Oleh karena itu struktur pembuluh darah
vena lebih tipis jika dibandingkan dengan arteri.
Kekuatan tekanan darah tersebut sebenarnya berasal dari kekuatan yang dihasilkan
oleh jantung saat berkontraksi. Dengan demikian, keberadaan serabut elastis pada dinding
arteri sangat penting untuk memastikan aliran darah yang konstan ke kapiler.
Tekanan pada arteri ketika jantung berkontraksi dan berelaksasi disebut tekanan sistolik dan
tekanan diastolik.
Arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari jantung. Fungsi dari arteri adalah
mendistribusikan darah yang banyak mengandung oksigen ke kapiler dan ke seluruh jaringan
tubuh, sehingga dapat memperdarahi organ-organ tubuh. Darah meninggalkan jantung dari
aorta menuju ke arteri. Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kuat. Selain itu,
dindingnya juga bersifat elastis, sehingga mampu menahan tekanan yang kuat dari jantung,
sehingga pembuluh darah arteri tidak mudah pecah.
Letak pembuluh arteri agak ke dalam tubuh bila dibandingkan dengan jenis pembuluh
darah vena. Hanya di beberapa bagian tertentu yang letaknya agak ke tepi, seperti di leher,
pergelangan tangan, dan pelipis.
Pembuluh darah arteri berdenyut sesuai irama denyutan jantung. Aliran darah yang
berada di dalam arteri pun sangat cepat, karena berasal langsung dari jantung. Antara
pembluh darah arteri dan vena, terdapat perbedaan jelas, yaitu jika pembuluh darah vena
memiliki banyak katup, maka lain halnya dengan arteri. Pembuluh darah arteri hanya memiliki
Hemostatis 27
satu katup di pangkal berbatasan dengan bilik kiri jantung, atau biasa disebut dengan valvula
semilunar.
Berdasarkan pada letak dan ukurannya Jenis, pembuluh darah arteri dibagi menjadi 3 bagian.
Akan tetapi, fungsinya tetap sama. Yaitu :
Arteri Elastik yaitu pembuluh besar di dalam tubuh, contoh arteri ini adalah aorta
(pembuluh darah terbesar yang mengalirkan darah setelah dikeluarkan dari ventrikel
kiri jantung), trunkus pulmonalis (pembuluh darah yang mengalirkan darah yang keluar
dan dipompakan dari ventrikel kanan jantung), dan juga cabang-cabang utamanya.
Dinding pembuluh darah jenis ini terutama terdiri dari jaringan ikat elastik,
memperlihatkan daya tahan dan kelenturan ketika darah mengalir. Dinding pembuluh
ini sangat melebar selama sistol (kontraksi jantung atau pompa jantung). Sewaktu
diastole (relaksasi jantung), dinding kembali mengerut dan mendorong darah maju.
Arteri Muskular yaitu dinding pembuluh darah yang banyak mengandung otot polos,
juga mengontrol aliran darah melalui vasokonstriksi (menguncup) dan vasodilatasi
(mengembang), mekanisme ini diatur oleh sistem saraf otonom.
Arteriol yaitu arteri kecil dengan satu sampai lima lapisan otot polos, arteriol terminal
akan mengalirkan darah ke pembuluh darah paling kecil, yaitu kapiler.
2. Vena
Vena ialah suatu pembuluh yang berfungsi sebagai pembawa darah menuju jantung.
Darah yang diangkut mengandung karbondioksida dan biasanya berada didekat permukaan
tubuh dan terlihat kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tidak elastis dan tipis, berukuran lebih
kecil dari pembuluh nadi, ini karena darah yang dalam perjalanan kembali menuju jantung
memiliki tekanan yang sangat kecil bahkan tidak terasa.
Pembuluh ini mempunyai katup disepanjang pembuluhnya, ini berfungsi agar darah
tetap mengalir satu arah. Dengan adanya katup tersebut maka aliran darah akan mengalir
menuju jantung dan jika terjadi luka darah tidak akan memancar namun akan mengalir keluar
karena tekanannya tidak terasa atau rendah.
Dalam tubuh pembuluh akan menjadi satu pembuluh balik yang besar atau disebut
dengan vena cava. Pembuluh ini akan masuk jantung melewati serambi kanan. Bila sudah
terjadi pertukaran gas pada paruparu darah akan mengalir menuju jantung lagi melewati vena
paru-paru. Vena akan membawa darah yang mengandung oksigen jadi darah yang terdapat
pada vena mengandung karbondioksida kecuali pada vena pulmonalis. Padam manusia
penyakit yang menyerang pembuluh ini ialah varises.
28 Hemostatis
Gambar 13. Anatomi struktur vena
Ciri-Ciri Vena
1. Memiliki dinding yang tipis dibandingkan pembuluh arteri
2. Tidak elastis dan memiliki diameter lebih besar dai pembuluh nadi atau arteri
3. Berada tidak jauh dari permukaan tubuh dan terlihat berwarna kebiru0biruan
4. Memiliki ukuran diameter hingga 1,5 cm
5. Banyak terkandung karbondioksida didalamnya kecuali vena pulmonalis
Pembuluh darah vena merupakan pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah
yang berasal dari kapiler untuk kembali menuju ke jantung. Pembuluh vena memiliki dinding
yang tipis bila dibandingkan dengan arteri, namun tetap memiliki sifat elastis. Pembuluh darah
vena ada yang besar dan kecil, Vena yang paling besar yang terletak di dekat jantung disebut
dengan vena kafa. Vena kafa sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang
berbeda, yaitu :
a) Vena Kafa Superior, yaitu pembuluh darah vena yang membawa darah menuju ke
jantung dari bagian tubuh atas
b) Vena Kafa Inferior, yaitu pembuluh darah vena yang membawa darah menuju ke
jantung dari bagian tubuh bawah.
Posisi pembuluh darah Vena terletak di bagian tubuh agak ke tepi. Pembuluh vena
mengalirkan darah yang berasal dari seluruh tubuh kembali ke jantung, sehingga tidak
memiliki aliran darah secepat arteri. Karena tidak mempunyai tekanan yang besar, maka
pembuluh vena memiliki banyak katup yang berfungsi untuk mencegah agar aliran darah tidak
kembali lagi ke kapiler.
Hemostatis 29
Selain vena kafa, pembuluh vena juga terbagi lagi menjadi :
a) Vena Pulmonalis
Vena pulmonalis merupakan pembuluh vena yang bertugas untuk mengalirkan darah
segar yang mengandung oksigen ke dalam jantung. Terdapat dua vena pulmonalis,
yaitu vena pulmonalis dextra yang membawa darah dari paru-paru kanan (dextra) ke
jantung, serta vena pulmonalis sinistra (kiri) yang membawa darah dari paru-paru kiri
ke jantung.
b) Vena Cutanea
Pembuluh darah Cutanea yaitu vena yang berada di bawah kulit (cutanea berarti kulit).
Sesuai dengan namanya, vena jenis ini berada di bawah kulit, yang biasanya ditusuk
saat seseorang atau pasien diambil darah untuk melakukan pemeriksaan gula darah,
kolesterol dan lain-lain.
c) Deep Vein
Pembuluh darah Vena deep vein ini terletak berdekatan dengan arteri dan tidak
tampak dengan mata telanjang jika dilihat dari luar, karena posisinya berada di bagian
dalam.
d) Venula
Pembuluh darah venula Sama halnya seperti arteriol, pembuluh venula ini merupakan
vena dengan ukuran yang sangat kecil dan bertanggung jawab terhadap distribusi
darah ke kapiler.
3. Jenis-jenis kapiler
Pembuluh kapiler merupakan kelanjutan dari pembuluh arteri yang berperan untuk
mendistribusikan dan memberi oksigen dan nutrisi yang terlarut di dalam darah, darah yang
kaya oksigen ke organ-organ tubuh tempat kapiler tersebut berada. Setelah kapiler
memberikan darah yang banyak mengandung oksigen tersebut, maka kapiler juga akan
mengambil dan menyerap sisa-sisa metabolism seperti karbon dioksida sehingga dapat
dialirkan melalui vena kembali ke jantung.
30 Hemostatis
b) Vas Capillare Fenestratum
Pembuluh kafiler vas capillare continuum terletak pada adanya pori-pori (fenestra)
dalam kapiler jenis ini. Biasanya kapiler ini terletak di kelenjar endokrin, usus halus,
dan glomerulus ginjal.
Hemostatis 31
Topik 4
Fungsi Vaskular dalam Hemostasis
H
emostasis adalah proses penghentian perdarahan secara spontan dari pembuluh
darah yang mengalami kerusakan. Hemostasis ini merupakan suatu rangkaian
respons terhadap adanya kerusakan jaringan dalam rangka untuk menghentikan
perdarahan. Apabila pembuluh darah mengalami kerusakan atau luka, maka mekanisme
hemostasis bekerja secara spontan dan cepat untuk menghentikan perdarahan tersebut
melalui beberapa mekanisme seperti: spasme vascular, pembentukan sumbat trombosit dan
koagulasi. Spasme vascular lebih diinisiasi oleh kerusakan otot polos, substansi yang
dikeluarkan oleh trombosit teraktivasi dan oleh reflex yang diinisiasi oleh reseptor trombosit.
Pembentukan sumbat trombosit dilalui melalui proses adhesi trombosit pada sel endotel yang
rusak, diikuti oleh reaksi pengeluaran trombosit dibantu oleh ADP dan tromboksan A2 dan
diakhiri dengan agregasi trombosit. Sementara koaguasi didapatkan melalui beberapa
tahap/kaskade koagulasi.
Reaktivitas vascular dikontrol oleh produk-produk sel endotel yang berperan melalui
proses hemostasis. Produk-produk tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Endotelin
misalnya berperan dalam memperpanjang vasokonstriksi. Sementara itu tromboregulator
termasuk di dalamnya yaitu antikoagulan antitrombin yang bekerja menghambat thrombin
dan faktor Xa, tissue faktor inhibitor yang memblok aktovotas faktor VII/aktivitas tissue faktor,
dan trombomodulin-sistem protein C yang menghambat aktivitas kofaktor faktor Va dan
faktor VIIIa.
Struktur pembuluh darah berdasarkan fungsinya menunjukan struktur yang berbeda dar
tiga jenis pembuluh darah. arteri merupakan pembuluh darah yang mengangkut darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Tekanan jantung untuk memompakan darah untuk disebarkan ke
seluruh tubuh memerlukan tekanan yang kuat untuk mendorong darah, dengan tekanan
darah yang besar pembuluh harus kuat untuk menahan takanan, sehingga struktur pembuluh
arteri menjadi tebal.
Arteri memiliki struktur pembuluh yang tebal tetapi lumennya lebih sempit, hal ini untuk
membantu mempertahankan tekanan darah yang kuat. Selain itu dalam tunika media banyak
mengandung serat-serat elastic. Serat elastic ini diperlukan untuk menyesuaikan irama
tekanan dan membantu mendorong darah sepanjang tekanan jantung.
32 Hemostatis
Gambar 15. Struktur ketebalan pembuluh.
Di dalam lapisan pembuluh darah selain endotel, terdapat serat kolagen dan vWf ( von
Willebrand faktor yang berperan sebagai rangkaian mulai terjadinya proses hemostasis. Saat
terjadinya luka, maka serat kolagen akan menonjol dan kontak dengan trombosit sebagai
reseptor terhadap trombosit. Reaksi hemostasis pertama pada saat terjadinya luka atau
kerusakan jaringan. Saat terjadinya luka, endotel mengeluarkan phospholipid yang akan
menginisiasi fungsi trombosit untuk melakukan fungsi adhesi.
Hemostatis 33
Gambar 17. vasokonstriksi.
Vasokonstriksi yang terjadi pada daerah luka merupakan respon fisiologis oleh untuk
sebagai upaya adanya kerusakan jaringan dalam rangka untuk menghentikan keluarnya darah
yang akan diiringi dengan mekanisme lain yang diperankan oleh trombosit dan faktor-faktor
pembekuan darah.
34 Hemostatis
Latihan
Untuk memperdalam dan pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
1) Istilah Hemostasis
2) Gambar dan jelaskan tentang Arteri
3) Gambar dan jelaskan tentang Vena
4) Jelaskan pengertian dan mekanisme Vasokonstriksi
5) Istilah Serotonin, vWf
Ringkasan
1) Struktur vaskuler
2) Fungsi vaskuler.
3) Macam-macam pembuluh vaskuler
4) Fungsi vaskuler dalam hemostasis
5) Mekanisme Vasokonstriksi
Tes 2
Hemostatis 35
a. Menutup luka
b. Menghentikan perdarahan
c. Mengurangi aliran darah
d. Membekukan darah
e. Melebarkan pembuluh darah
4) Lapisan pembuluh darah bagian dalam adalah :
a. Tunika Intima
b. Tunika Adventia
c. Tunika Media
d. Kolagen
e. vWF
5) Lapisan pembuluh darah bagian luar adalah :
a. Tunika Intima
b. Tunika Adventia
c. Tunika Media
d. Kolagen
e. vWF
36 Hemostatis
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) B.
2) C.
3) C.
4) A.
5) B.
Hemostatis 37
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
38 Hemostatis
Bab 3
TROMBOSIT DALAM HEMOSTASIS
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostatis adalah proses dimana darah dalam sistem sirkulasi tergantung dari
kontribusi dan interaksi dari beberapa faktor, yaitu dinding pembuluh darah,
trombosit, faktor koagulasi, dan system fibrinolisis. Hemostasis bertujuan untuk
menjaga agar darah tetap cair di dalam arteri dan vena, mencegah kehilangan darah karena
luka, memperbaiki aliran darah selama proses penyembuhan luka. Hemostasis juga bertujuan
untuk menghentikan dan mengontrol perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.
Hemostasis merupakan suatu mekanisme tubuh untuk melindungi diri terhadap kehilangan
darah dengan cara mengcegah terjadinya pendarahan spotan dan mengatasi pendarahan
akibat trauma dengan melibatkan pembuluh darah dan faktor koagulasi. Pada peristiwa-
peristiwa yang memerlukan hemostatis diperlukan koagulasi (pembekuan)yang merupakan
salah satu proses hemostasis terpenting tetapi untuk tetap mengalir dalam system sirkulasi,
darah harus selalu cair, oleh karena itu dalam keadaan fisiologis, disamping mekanisme
koagulasi juga ada suatu mekamisme lain dengan efek antagonis yang bertujuan untuk
mengimbangi mekanisme koagulasi dan memelihara agar darah tetap cair ; salah satu
diantaranya adalah proses fibrinolisis. Dengan adanya mekanisme fibrinoloisis,proses
pembekuan darah yang terjadi dapat dibatasi dan pembuluh darah yang tersumbat dapat
dialirkan darah kembali.
Trombosit atau platelet adalah sel darah yang berperan dalam membekukan darah.
Trombosit tersebut merupakan bagian darah yang paling utama saat pembuluh darah rusak
maupun kulit mengalami luka dan bocor yang mengakibatkan darah keluar dari pembuluh
atau terjadi perdarahan. Pada manusia yang memiliki jumlah trombosit normal, yaitu berkisar
sekitar 150.000 sampai 400.000 trombosit tiap mikro liter darah. Apabila kadar trombosit
dalam darah kurang dari 150,000 maka orang tersebut mengalami kekurangan trombosit atau
yang disebut Trombositopenia. Namun apabila kadar trombosit dalam darah lebih dari
400.000 maka mengalami kelebihan trombosit atau dikenal dengan istilah Trobositosis.
Trombosit dalam darah mempuyai waktu hidup selama 5 sampai 9 hari. Trombosit dalam
darah akan melakukan fungsinya selama masa hidupnya dan akan mengalami penuaan dan
Hemostatis 39
dimusnahkan oleh limpa pada tubuh dan akan digantikan dengan trombosit yang baru
dibentuk.
40 Hemostatis
Topik 1
Struktur Trombosit
T
rombosit adalah salah satu sel darah yang fungsinya untuk proses pembekuan darah.
Nama lain dari trombosit adalah platelet. Trombosit merupakan sel yang memiliki
peran sangat penting ketika terjadinya luka atau kebocoran pada pembuluh darah.
Jumlah trombosit normal dalam tubuhorang dewasa normal adalah 150.000 – 400.000
trombosit per mikro-liter darah. Keadaan dimana seseorang memiliki jumlah trombosit di
bawah 150.000 atau kurang dari normal disebut Trombositopenia, sedangkan jika jumlah
trombosit lebih tinggi dari 400.000 disebut Trombositosis. Masa hidup trombosit hanya
berlangsung sekitar 5 – 9 hari di dalam darah. Trombosit yang tua dan rusak akan keluarkan
dari aliran darah oleh organ limpa, kemudian digantikan oleh trombosit baru.
Hemostatis 41
Proses terbentuknya trombosit seperti halnya sel-sel lain berasal dari sel induk, yaitu
stem sel. Stem sel akan melakukan proses proliferasi, differensiasi dan maturasi. Proliferasi,
yaitu proses perbanyakan sel dimana sel induk akan mengalami pembelahan menjadi sel-sel
yang sifatnya sama. Differensiasi yaitu proses pembelahan sel menjadi sel-sel yang memiliki
sifat yang berbeda. Sedangkan maturasi adalah proses pematangan sel dimana sel akan
mengalami perubahan perubahan sifat yang pada akhirnya akan menjadi sel yang matang dan
siap difungsikan.
Pada saat terjadi luka pada kulit atau permukaan tubuh, komponen darah, yaitu
trombosit akan segera melakukan fungsinya yaitu melakukan adhesi, dimana permukaan
trombosit akan menempel pada bagian luka yang terbuka yaitu adanya serat kolagen.
Trombosit menjadi aktif dan mengeluarkan isi-isi granula yang selanjutnya akan menarik
trombosit-trombosit lain untuk melakukan agregasi sehingga trombosit berkumpul
mengerumuni bagian yang terluka dan akan menggumpal sehingga dapat menyumbat dan
menutupi luka. di dalam plamsa darah terdapat trombosit apabila terjadi luka dan darah
keluar, trombosit akan bersentuhan dengan permukaan luka yang kasar akan pecah dan
mengeluarkan tromboplastin. tromboplastin bersama sama ion ca++ akan mengubah
protrombin menjadi thrombin. Protrombin adalah senyawa globulin yang larut dalam plasma
darah. protrombin dibuat dalam hati dengan bantuan vitamin k. Trombin akan mengubah
fibrinogen menjadi yang akan menghalangi keluarnya sel-sel darah hingga terjadi pembekuan
dalam waktu kurang lebih 15 menit
Trombosit berasal dari megakariosit yang terdapat dalam sumsum tulang. Sudah
diketahui bahwa megakariosit ini berasal dari sel induk pluripotensial stem sel. Pengaturan
produksi Trombosit dilakukan oleh suatu faktor trombopoetik, yaitu sejenis hormon yang
analog dengan eritropoetin yang disebut trombopoetin. Trombopoetin telah dapat
ditentukan ciri-cirinya dan ternyata bahwa zat ini pada elektroforesis bergerak bersama fraksi
albumin dan betaglobulin plasma.
42 Hemostatis
Gambar 20. Struktur trombosit
Jika terjadi proses perdarahan atau ada rangsangan lain yang mendorong untuk
memproduksi trombosit, maka ginjal akan memproduksi hormone ini lebih banyak.Ginjal ini
merupakan salah satu tempat pembentukan hormon trombopoitin. Produksi trombopoetin
biasanya ditemukan pada penderita dengan jumlah trombosit yang kurang dari normal atau
dikenal dengan istilah trombositopenia.
Produksi Trombosit diatur juga berdasarkan jumlah atau masa trombosit yang ada.
Selain itu faktor-faktor lain seperti limpa dan kadar besi dalam serum juga mungkin
berpengaruh pada trombopoesis.
1. Megakarioblast
Megakarioblast adalah sel besar yang diproduksi di sumsum tulang berukuran 25-40 um,
rasio inti dan sitoplasma sangat besar bentuk inti bulat atau oval dengan kromatin inti halus
dan biasanya terdapat 1-2 anak inti, sitoplasma biru tidak bergranula. Berbeda dengan sel lain,
rata rata sel darah berukuran sekitar 16 mikron, sehingga akan mudah sekali untuk
dikenalinya.
Hemostatis 43
Gambar 21. Megakarioblast
2. Promegakariosit
Promegakariosit mengandung inti yang terbagi menjadi 2 atau 4 lobus, dalam
sitoplasma biasanya mulai melakukan pematangan dengan membentuk pemadatan seperti
granula berwarna bening kebiru-biruan dan sitoplasma tidak terlalu biru. Pada saat
mekanisme pematangan sel ini, tampak tonjolan-tonjolan sitoplasma seperti gelembung. Inti
menjadi sangat poliploid mengandung DNA sampai 30 kali banyak dari sel normal. Sitoplasma
sel ini homogen dan berwarna kebiru-biruan atau sangat basofilik.
44 Hemostatis
3. Megakariosit
Megakariosit biasanya berukuran lebih besar daripada sel pendahulunya. Pada saat
perubahan menjadi sel megakaryosit, perkembangan sitoplasma sangat besar. Perubahan
terpusat pada sitoplasma dan melakukan pemadatan membentuk gumpalan-gumpalan
granula dan melebar sehingga bentuk sel ini tampak sangat besar dengan ukuran bisa sampai
diameter 35 – 150 mikron, inti dengan berlobus tidak teratur, kromatin kasar,anak inti tidak
terlihat dan bersitoplasma banyak. Sitoplasma penuh terisi mitokondria, mengandung sebuah
Retikulum Endoplasma Kasar (RE Rough) yang berkembang baik dan sebuah Kompleks Golgi
luas. Dalam sitoplasma terdapat banyak granula berwarna biru kemerah-merahan. Dengan
matangnya Megakariosit terjadi banyak invaginasi dari membran plasma yang membelah-
belah seluruh sitoplasma, membentuk membran dermakasi yang memberi sekat pada tiap
tempat. Sistem ini membatasi daerah sitoplasma megakariosit dan beberapa bagian dari
sitoplasma yang bergranula itu kemudian melepaskan diri dan membentuk trombosit. Dari
satu megakariosit yang sudah tua dan matang akan pecah menjadi kepingkeping atau
fragmen-fragmen menjadi trombosit. Satu megakaryosit akan menghasilkan keping-keping
darah atau trombosit sampai 3000-4000 sel trombosit. Setelah megakariosit melepaskan
banyak trombosit dan sitoplasma yang berisi trombosit habis maka yang tertinggal hanya inti
saja dan oleh sistem RES dalam hal ini makrofag akan memfagositosis inti ini untuk
dihancurkan dan dicernakan.
4. Thrombosit (Platelet)
Merupakan sel yang berbentuk kepingan berukuran 2-4 mikron, dikeluarkan dari
sitoplasma megakariosit dan kemudian memasuki darah perifer sebagai sel untuk menutup
luka. Trombosit terdiri dari sitoplasma yang bersifat basofilik yang pucat (hialomer), memiliki
Hemostatis 45
granula berupa granula azurofil (granulomer). Dengan pewarnaan Romanowsky akan
berwarna merah pucat. Dalam darah tepi berumur pendek yaitu sekitar 10 hari, jumlahnya
tidak merata, mudah menggumpal dan mudah rusak. Dalam darah orang normal ditemukan
150.000-300.000 sel permm3 darah.
Trombosit berukuran sekitar 2 – 4 mikron, bagian selnya berbentuk bulat atau oval, dan
trombosit tidak memiliki inti sel. Walaupun tidak memiliki inti, trombosit masih dapat
melakukan sintesis protein karena memiliki kandungan RNA di dalam sitoplasmanya.
Diameter selnya berkisar antara 1-3 mikron.
Trombosit memiliki sistem membran tiga lapis (trilaminar) dan sistem membran yang
memiliki ruang (kanalikuli). Bagian lapisan paling luar disebut zona perifer, membran ini
berfungsi sebagai pelindung trombosit dari lingkungan luar sel dan berfungsi sebagai reseptor
terhadap adanya kolagen yang muncul pada saat luka. Pada bagian tengah terdapat membran
trombosit yang kaya akan fosfolipid yang akan membantu dalam proses pembekuan darah.
Pada bagian dalam atau sub membran trombosit terdapat komponen mikrofilamen yang
disebut trombastin. Komponen ini memiliki fungsi seperti aktomiosin yang berperan dalam
kontraksi otot. Bentuk trombosit bulat atau kadang-kadang oval tergantung kondisi pada saat
melakukan fungsinya.
46 Hemostatis
Gambar 25. Struktur trombosit
Di dalam sitoplasma trombosit terdapat berbagai organel sel organel dan struktur
penting lainnya, antara lain adalah mikrotubulus, nukletida, lisosom, granula, glikogen,
mitokondria, dense body, dll. Antigen trombosit, pada permukaan trombosit juga ditemukan
antigen penting yang merupakan penyebab penyakit autoimun terhadap trombosit. Atigen ini
disebut Human Platelet Antigen (HPA).
Hemostatis 47
Topik 2
Jumlah Trombosit
D
arah terbentuk dari dua bagian, yaitu bentuk cairan (plasma darah) dan padat. Pada
bagian yang padat terbagi lagi menjadi menjadi beberapa komponen yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit), dan juga trombosit (platelet). Setiap sel
darah memiliki fungsi dan perannya masing-masing. Misalnya, sel darah merah memiliki peran
penting dalam membawa oksigen, sel darah putih berfungsi untuk melindungi tubuh dari
infeksi, sedangkan trombosit memiliki peranan untuk menghentikan pendarahan yang terjadi
pada tubuh saat terluka.
Trombosit dapat ditemukan dalam darah dan limpa. Sel darah ini bening dan tidak
berwarna dan memiliki siklus hidup hanya selama 10 hari. Pada kondisi normal tubuh akan
memperbaharui persediaan trombosit dengan menghasilkan trombosit baru yang diproduksi
di sumsum tulang.
Saat terjadi luka, trombosit memiliki peranan untuk membantu menyeembuhkan luka
dalam arti trombosit akan menghentikan perdarahan atau menutup luka agar darah tidak
keluar lagi. Bila kondisi seseorang tidak memiliki cukup trombosit di dalam darah, maka tubuh
akan kesulitan menggumpalkan dan menghentikan perdarahan saat terluka, sehingga proses
perdarahan menjadi lama.
Pemeriksaan jumlah trombosit biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan darah
lengkap. Umumnya, jumlah trombosit normal dalam darah adalah sekitar 150.000 hingga
400.000 trombosit per milimiter kubik. Rentang jumlah trombosit normal pada setiap orang
bisa berbeda. Seseorang dikatakan memiliki jumlah trombosit yang tidak normal jika kadar
trombosit mereka berada di luar rentang nilai tersebut secara signifikan.
Trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya)
bentuk tidak beraturan dengan ukuran diameter 1-4 µm yang merupakan fragmentasi dari
sitoplasma megakariosit. Trombosit berada didalam darah dan bersirkulasi dalam darah dan
berperan di dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses pembekuan darah dengan
membentuk sumbatan trombosit (platelet plug). Trombosit tidak mempunyai inti, berbentuk
cakram dengan diameter 1-4 mikrometer dan volume 7-8 fl. Nilai normal trombosit bervariasi
sesuai metode yang dipakai. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah.
Jumlah trombosit dapat digunakan sebagai metode skrining (deteksi dini) dan
mendiagnosis berbagai penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan masalah pada
penggumpalan darah. Oleh karena itu, penting bagi seseorang memiliki jumlah trombosit
normal untuk menghalau penyakit yang mungkin akan muncul.
48 Hemostatis
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa
pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan mengeluarkan
zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan protrombin
dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan
menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin dibuat didalam hati
dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
Trombosit akan pecah apabila menyentuh area yang mengalami cedera. Saat proses
perpecahan tersebut, trombosit akan mengeluarkan enzim yang bernama trombokinase.
Enzim trombokinase ini nantinya akan memicu perubahan pada protrombin agar menjadi
trombin. Perubahan tersebut dibantu oleh ion kalsium. tahap Selanjutnya, thrombin akan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan menutupi luka
Trombosit berasal dari sel yang diproduksi di sumsum tulang yang disebut megakariosit.
Megakariosit adalah sel besar yang masuk ke fragmen untuk membentuk trombosit. Fragmen
sel ini tidak memiliki inti, tetapi mengandung struktur yang disebut granula. Protein granula
diperlukan untuk pembekuan darah dan memperbaiki pembuluh darah yang rusak.
Trombosit beredar dalam system sirkulasi darah atau aliran darah selama sekitar 7
sampai 10 hari. Apabila trombosit sudah menjadi tua atau rusak, maka sel trombosit akan
dikeluarkan dari peredaran oleh limpa. Tidak hanya penyaring sel tua darah, tetapi limpa juga
menyimpan sel fungsional darah merah, trombosit, dan sel-sel darah putih. Dalam kasus di
mana pendarahan ekstrim terjadi, trombosit, sel darah merah, dan sel-sel darah putih
tertentu (makrofag) dilepaskan dari limpa.
Hemostatis 49
Topik 3
Fungsi Trombosit
T
rombosit atau keping sel darah merupakan salah satu komponen darah yang
mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Trombosit akan bekerja dengan
menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-benang fibrin seperti
jaring-jaring yang akan menutup kerusakan tersebut. Trombosit manusia berukuran kecil dan
berbentuk bulat, bentuk dan ukuran trombosit tersebut memungkinkan trombosit masuk ke
pembuluh darah yang kecil dan mampu menempatkan diri pada lokasi yang paling optimal
dalam menjaga keutuhan pembuluh darah.
Trombosit dibentuk di dalam sumsum tulang dalam bentuk yang lebih besar yang
disebut dengan megakariosit (sel dengan inti yang besar), kemudian mengalami pematangan
menjadi trombosit yang tidak memiliki inti sel lagi dan beredar di peredaran darah. Masa
hidup trombosit dalam peredaran darah kurang lebih 10 hari.
Fungsi Trombosit
Fungsi utama trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Bila terdapat luka,
trombosit akan berkumpul karena adanya rangsangan kolagen yang terbuka sehingga
trombosit akanmenuju ke tempat luka kemudian memicu pembuluh darah untuk mengkerut
(supaya tidak banyak darah yang keluar) dan memicu pembentukan benang-benang
pembekuan darah yang disebut dengan benag-benang fibrin. Benang-benang fibrin tersebut
akan membentuk formasi seperti jaring-jaring yang akan menutupi daerah luka sehingga
menghentikan perdarah aktif yang terjadi pada luka. Selain itu, ternyata trombosit juga
mempunyai peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri dengan memakan virus dan
bakteri yang masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan tubuh lainnya
menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut.
Dengan sifat trombosit yang mudah pecah dan bergumpal bila ada suatu gangguan,
trombosit juga mempunyai peran dalam pembentukan plak dalam pembuluh darah. Plak
tersebut justru dapat menjadi hambatan aliran darah, yang seringkali terjadi di dalam
pembuluh darah jantung maupun otak. Gangguan tersebut dapat memicu terjadinya stroke
dan serangan jantung. Oleh karena itu, pada pasien-pasien dengan stroke dan serangan
jantung diberikan obat-obatan (anti-platelet) supaya trombosit tidak terlalu mudah
bergumpul dan membentuk plak di pembuluh darah. Pembentukan sumbat mekanik atau
pembentukan platelet plug selama respons hemostasis normal terhadap cedera vascular
sebagai respon untuk menghentukan perdarahan dengan cara mengurangi derasnya aliran
50 Hemostatis
darah yang keluar. Tanpa peran trombosit, atau jika jumlah trombosit kurang dapat
mengakibatkan terjadinya kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi
trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas proagulannya sangat
penting untuk fungsinya.
Fungsi utama trombosit atau platelet adalah untuk pembekuan darah. Ketika
pembuluh darah luka atau bocor, maka tubuh akan melakukan 3 mekanisme utama untuk
menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung, yaitu :
Melakukan pengkerutan (kontriksi).
Aktivitas trombosit.
Aktivitas komponen pembekuan darah lainnya di dalam plasma darah.
Jika terjadi luka atau jaringan robek, maka komponen cairan yang ada di dalam jaringan
akan keluar, seperti serotonin. Serotonin ini yang akan merangsang pembuluh darah untuk
melakukan penyempetin yang disebut dengan Vasokonstriksi.
Hemostatis 51
Pada bagian yang luka, didalam sel endotel, maka kolagen yang berbentuk serat
(kolagen fiber) akan menonjol dan akan menjadi perangsang untuk menempelnya trombosit
yang disebut dngan fungsi adhesi. Trombosit yang menempel akan menjadi trombosit yang
aktif dan berubah bentuk dan akan mengeluarkan isi-isi granula yang ada (release reaction)
dan granula yang dikeluarkannya salah satunya Tromboksan A2.
Pada bagian yang luka, trombosit aktif akan mengeluarkan bagian isi seperti ADP, yang
akan merangsang trombosit lain untuk menempel pada trombosit yang dikenal dengan istilah
agregasi.
Dengan terbentuknya agregasi trombosit, maka bagian luka akan tertutup sehingga
darah tidak keluar lagi. Dengan proses hemostasis, maka dengan bantuan faktor pembekuan
52 Hemostatis
akan diikat kuat dengan benang benang fibrin sehingga bekuan menjadi padat membentuk
hemostatic plug.
Setiap perubahan yang terjadi pada tubuh akan terdeteksi, demikian pula jika terjadi
perdarahan. Reaksi pertama yang dilakukan oleh tubuh adalah dengan mengkerutkan
pembuluh darah yang terluka, tujuannya adalah agar darah yang keluar lebih sedikit karena
Hemostatis 53
lubanh kebocoran mengecil. Reaksi tersebut akan memicu trombosit menempel pada area
pembuluh darah yang cedera. Trombosit ini akan memberikan sinyal kepada trombosit lain
dan berbagai faktor pembekuan darah agar menuju ke area cedera untuk membantunya
menutup luka. Bentuk trombosit yang awalnya bulat sedikit berubah menjadi berduri (seperti
tentakel), ini berfungsi agar perlekatan antar trombosit lebih mudah terjadi.
Adhesi dan agregasi trombosit sebagai respons terhadap cedera vaskular
Setelah cedera pembuluh darah, trombosit melekat pada jaringan ikat subendotel
yang terbuka. Mikrofibril subendotel mengikat multimer vWF yang lebih besar, yang berikatan
dengan membran trombosit. Di bawah pengaruh tekanan shear stress, trombosit bergerak di
sepanjang permukaan pembuluh darah sampai GPIa/IIa (integrin α2β1) mengikat kolagen dan
menghentikan translokasi. Aktivasi trombosit kemudian dicapai melalui glikoprotein IIb/IIIa
(integrin αIIbβ3) yang mengikat fibrinogen untuk menghasilkan agregasi trombosit. Kompleks
reseptor IIb/IIIa juga membentuk tempat pengikatan sekunder dengan vWF yang
menyebabkan adhesi lebih lanjut.
Faktor von Willebrand (vWF) membawa faktor VIII dimana terlibat dalam adhesi
trombosit pada dinding pembuluh darah. vWF ini disintesis oleh sel endotel dan megakariosit
serta disimpan dalam badan Weibel-Palade pada sel endotel dan dalam granula α yang spesifik
untuk trombosit. Adanya stress dan olahraga atau pemberian infuse adrenalin atau
desmopresin menyebabkan peningkatan yang cukup besar dalam kadar vWF dalam darah.
54 Hemostatis
Gambar 34. Pelekatan platelet trombosit
Hemostatis 55
Gambar 36. Penyatuan platelet trombosit
56 Hemostatis
Gambar 37. Sintesis Prostasiklin dan Tromboksan
Agregasi Trombosit
ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak trombosit yang
beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan trombosit membengkak dan
mendorong membrane trombosit yang berdekatan untuk melekat satu sama lain. Selain itu
terdapat umpan balik positif yang menyebabkan terjadinya agregasi trombosit sekunder
sehingga terbentuk massa trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah kerusakan
endotel.
Hemostatis 57
Gambar 38. Jalur Koagulasi
58 Hemostatis
Latihan
Untuk memperdalam dan pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1) Trombosit adalah
2) Struktur trombosit
3) Fungsi trombosit
4) Fungsi trombosit dalam hemostasis dalam hemostasis
5) Mekanisme Adhesi Agregasi
Tes 3
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
Hemostatis 59
d. 21-30 hari
e. 100-120 hari
60 Hemostatis
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) A.
2) C.
3) C.
4) B.
5) B.
Hemostatis 61
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
62 Hemostatis
Bab 4
FAKTOR PEMBEKUAN
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostasis adalah kemampuan alami dan merupakan proses normal sebagai respon
untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah,
adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari
endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic
thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury).
Komponen-komponen yang berperan dalam Hemostasis terdiri dari beberapa faktor
diantaranya yaitu: pembuluh darah (kolagen), trombosit, procoagulant plasma protein
faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua
komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang
tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat
memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga
menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal
hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik
dan faktor antithrombotik.
Proses pembekuan darah ini merupakan mekanisme bertingkat yang melibatkan
kesinambungan pengaktifan faktor yang satu dengan yang lainnya. Pada tahap terakhir
pembekuan darah, trombin akan mengubah fibrinogen menjadi serat atau benang-benang
fibrin yang dapat menjaring komponen-komponen darah yang berukuran besar, sel darah
merah, dan plasma sehingga terbentuk bekuan darah.
Jika terjadi luka atau kerusakan jaringan dan berdarah, tubuh akan berusaha untuk
menghentikan pendarahan dengan cara menutup luka oleh pembekuan darah, atau bisa
disebut blood clotting.
Banyak terdapat zat-zat penting yang mempengaruhi pembekuan darah yang berada
di dalam darah dan jaringan, beberapa di antaranya mempermudah terjadinya pembekuanm
Hemostatis 63
disebut prokoagulan dan yang lain menghambat pembekuan, disebut antikoagulan.Dalam
keadaan normal, antikoagulan lebih dominan sehingga darah tidak membeku, tetapi bila
pembuluh darah rusak, prokoagulan di daerah yang rusak menjadi teraktivasi dan melebihi
aktivitas antikoagulan, dan bekuan pun terbentuk.
Dari mekanisme yang berperan dalam hemostasis, pembekuan darah terjadi melalui
tiga langkah utama:
1. Sebagai respons teradap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu sendiri,
maka rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan –
faktor-faktor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks
substansi teraktivasi yang secara kolektif disebut activator protrombin.
2. Activator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin mejadi trombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Terdapat beberapa faktor pembekuan darah yang menyebabkan terhentinya perdarahan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respon terhadap cedera jaringan
diperankan oleh lintasan di luar pembuluh darah. Sedangkan lintasan yang berada di dalam
pembuluh darah terjadi karena pengaruh dari protein kolagen dan kalikrein di dalam tubuh.
64 Hemostatis
Topik 1
Faktor Pembekuan
F
aktor Pembekuan (clotting faktor) adalah sejumlah protein yang berkaitan dengan
reaksi penggumpalan darah. Hasil akhir dari proses pembekuan adalah terbentuknya
hemostatic plug, luka tertutuk dan darah tidak keluar lagi.
Faktor pembekuan (faktor koagulasi) adalah protein (misalnya, fibrinogen, protrombin,
Faktor VIII) yang diperlukan untuk pembekuan darah normal. Beberapa faktor pembekuan
disintesis oleh hati dan produksinya dapat terganggu bila hati rusak. Orang yang kekurangan
faktor pembekuan kemungkinan besar akan mengalami perdarahan berkepanjangan dan
mudah memar.
Faal hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup
kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat
terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal hemostasis melibatkan sistem vaskuler, sistem
trombosit, sistem koagulasi, dan sistem fibrinolisis. Sistem vaskuler, sitem trombosit, sistem
koagulasi, dan sistem fibrinolisis harus bekerja sama dalam suatu proses yang
berkeseimbangan dan saling mengontrol untuk mendapatkan faal hemostasis yang baik.
Kelebihan atau kekurangan suatu komponen akan menyebabkan kelainan. Kelebihan fungsi
hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan kekurangan faal hemostasis akan
menyebabkan perdarahan (hemorrhagic diathesis).
Hemostasis merupakan pristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau
robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi
pembuluh darah rusak atau hilang. Proses ini mencakup pembekuan darah (koagulasi ) dan
melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang menyebabkan
pembekuan maupun yang melarutkan bekuan.
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam
darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan
untuk mengatasi kerusakan vascular sehingga tidak terjadi perdarahan berlebihan, tetapi
proses pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah terjadinya kerusakan, tidak
boleh menyebar ke tempat lain karena akan membahayakan peredaran darah
Hemostatis 65
Topik 2
Jenis Faktor Pembekuan
D
arah merupakan cairan yang berada di dalam tubuh semua mahluk hidup berfungsi
sebagai alat transfortasi zat-zat nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap bakteri dan benda asing yang masuk.
Darah berperan sangat penting untuk kesehatan pada mahluk hidup. Jika terjadi luka
bisa menyebabkan terjadinya perdarahan dan bahkan menyebabkan kehilangan darah yang
parah. Peran trombosit dengan fungsinya adhesi agregasi menyebabkan darah membeku,
menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya
kehilangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah
atau hemorrhage.
Untuk menghentikan terjadinya perdarahan selain diperankan oleh vaskuler dan
trombosit, faktor-faktor pembekuan darah memegang peran yang sangat penting untuk
menutup luka. Terdapat tiga belas faktor pembekuan di dalam tubuh manusia diantaranya,
yaitu:
1. Faktor I (Fibrinogen )
Fibrinogen merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang melibatkan
protein plasma sehingga dapat berubah menjadi benang fibrin melalui proses yang diperankan
oleh trombin. Seseorang yang mengalami kekurangan fibriogen disebut afibrinogenemia atau
yang lebih dikenal dengan hypofibrinogenemia. Gejala kekurangan fibrinogen ini yaitu
terjadinya perdarahan yang memanjang.
Fungsi fibrinogen sebagai komponen penting dalam protein plasma hasil dari sintesis
dalam hati dan diubah menjadi fibrin.
66 Hemostatis
Gambar 39. Fibrinogen dalam tubuh
Fibrinogen merupakan senyawa protein (polipeptida) yang karena adanya enzim akan
diubah menjadi fibrin. Fibrin ini bersama sumbatan trombosit yang membentuk gumpalan
membentuk sekitar 200-400 mg/dl. Fibrinogen berada di dalam rangkaian pembekuan darah
yang berada dalam jalur bersama (common pathway). Fibrinogen akan diubah menjadi fibrin
berbentuk benang oleh adanya thrombin. Fibrinogen ini diproduksi di dalam hati dan
berperan sebagai protein phase akut. Dalam keadaan patologis, fibrinogen meningkat
terdapat pada penyakit jantung coroner, myocardial infark, stroke, penyakit arterial
peripheral.
Fibrinogen pada orang dewasa normal berkisar antara 200-400 mg/dl. Atau sekitar 2-4
gram/L. pada bayi yang baru lahir jumlah fibrinogen sekitar 125-300 mg/dl. Nilai kritisnya
adalah < 100 mg/dl.
Di dalam kondisi tertentu, fibrinogen terjadi peningkatan pada keadaanimplamasi,
infeksi (rheumatoid arthritis, pneumonia, tuberkulosos). Infark myocardial akut, penyakit
jantung coroner, kehamilan dan preklamsia.
Dalam keadaan dimana kadar fibrinogen menurun ditemukan pada kondisi penyakit hati
(hepatitis, serosis), DIC, kanker, fibrinolysis primer, malnutrisis, transfuse darah, kanker lanjut.
2. Faktor II (Prothrombin)
Fungsi sebagai protein plasma dan akan dikonversi menjadi bentuk yang aktif berupa
trombin (faktor IIa) melalui pembelahan dengan aktivasi faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan
protrombin dapat mengakibatkan hypoprothrombinemia.
Hemostatis 67
Prothrombin merupakan salah satu pembekuan darah atau koagulasi yang melibatkan
protein plasma sehingga dapat berubah menjadi senyawa aktif trombin (faktor IIa) melalui
proses pembelahan yang mengaktifkan salah satu faktor yaitu X (Xa) yang berada di jalur
umum dari proses pembekuan
Thrombin di dalam tubuh diproduksi di hati yang biasa disebut prothrombin. Gene
penanda prothrombin berada pada lokasi kromosom #11. Kekuarangan faktor pembekuan
dan vitamin K akan berakibat pada perubahan prothrombin untuk merubah menjadi
thrombin. Thrombin berperan sebagai enzim dan hampir sebagian berat molekul adalah
prothrombin. Thrombin mengubah larutan plasma protein menjadi bekuan fibrin yang
komplek yang disebut benang fibrin.
Factor III atau thromboplastin jaringan berperan sebagai aktivasi faktor VII untuk
membentuk trombin.Jaringan Tromboplastin koagulasi faktor yang berasal dari beberapa
sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin
penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur
koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Jaringan Tromboplastin: merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi
yang berasal dari sejumlah sumber yang berbeda didalam tubuh, misalnya seperti otak serta
68 Hemostatis
paru-paru. Jaringan Tromboplastin sangat diperlukan dalam membentuk prothrombin
ekstrinsik.
Gene faktor 3 penanda faktor pembekuan faktor III biasa merupakan glikoprotein
permukaan.Factor ini merupakan sel yang mampu menginisiasi proses pembekuan darah, dan
berfungsi sebagai afinitas reseptor yang kuat terhadap faktor pembekuan faktor VII. Hasil
proses Komplek sebagai katalis yang bertanggung jawab terhadap inisiasi pembekuan. Tidak
seperti kofaktor yang lainnya enzim protease ini yang bersirkulasi sebagai nonfungsional
precursor. Factor ini merupakan inisiator yang khususnya berperan pada saat terbukanya
pada permukaan.
Hemostatis 69
kekurangan faktor ini, akan memiliki darah yang langka yang biasa disebut dengan
parahemophilia, pada tahapan yang parah disebut dengan akselerator globulin.
Fungsi faktor V ini sebagai sistem intrinsik dan ekstrinsik dan juga sebagai katalisis
pembelahan protrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor Proakselerin dapat
mengakibatkan parahemophilia.
Proaccelerin sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang ada
dalam plasma, tetapi tidak ada di dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik
koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang
langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga
akselerator globulin
6. Faktor VI (unknown)
Factor pembekuan faktor VI atau faktor yang belum diketahui (unknown), Faktor ini
sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama seperti faktor V.Sebuah faktor koagulasi
sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema
hemostasis.
70 Hemostatis
Antihemophilic faktor, merupakan salah satu faktor pembekuan darah atau koagulasi
penyimpanan yang labil serta berpartisipasi didalam jalur intrinsik dari pembekuan darah atau
koagulasi, biasanya bertindak sebagai kofaktor didalam proses aktivasi faktor X. Defisiensi
merupakan sebuah resesif yang terkait dengan sifat X, yang menjadi penyebab hemofilia A
biasanya disebut juga dengan sebutan antihemophilic globulin serta faktor antihemophilic A.
Hemostatis 71
Factor pembekuan faktor XI atau plasma Thromboplastin Antecedant atau
antihemophilic C berfungsi sebagai sistem intrinsik.Tromboplastin plasma yang di atas, faktor
koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu
mengaktifkan faktor IX. Kondisi dengan kekurangan faktor XI, Disebut juga faktor
antihemophilic C.
72 Hemostatis
Topik 3
Mekanisme Pembekuan
M
ekanisme pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu sistem intrinsik dan sistem
ekstrinsik. Reaksi awal pada sistem intrinsik adalah konversi faktor XII inaktif
menjadi faktor XII aktif (XIIa). Aktivasi ini dikatalisis oleh kininogen HMW dan
kalikrein. Faktor XII aktif kemudian mengaktifkan faktor XI, dan faktor XI aktif mengaktifkan
faktor IX. Faktor IX yang aktif membentuk suatu kompleks dengan faktor VIII aktif. Kompleks
IXa dan VIIIa mengaktifkan faktor X. Fosfolipid dari trombosit dan Ca2+ diperlukan untuk
mengaktifkan faktor X secara sempurna.
Sementara sistem ekstrinsik dipicu oleh pelepasan faktor III (tromboplastin) dari
jaringan yang mengaktifkan faktor VII. Faktor III dan faktor VIIa mengaktifkan faktor IX dan X.
Dengan adanya fosfolipid, Ca2+, dan faktor V, maka faktor X akan mengkatalisis konversi
protrombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin mengkatalisis konversi fibrinogen menjadi
fibrin. Untuk memahami proses penejelasan di atas, silahkan lihat jalur pembekuan darah
dalam bagan berikut:
Hemostatis 73
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor) berasal dari luar darah.
Lintasan ekstrinsik melibatkan faktor jaringan, faktor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan faktor
Xa. Produksi faktor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi faktor jaringan
pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan faktor VII dan mengaktifkannya; faktor
VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam darah dan disintesis di hati.
Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk faktor VIIa dengan menggalakkan aktivitas
enzimatik untuk mengaktifkan faktor X. faktor VII memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam
faktor X yang dipotong oleh kompleks tenase pada lintasan intrinsic. Aktivasi faktor X
menciptakan hubungan yang penting antara lintasan intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa
kompleks faktor jaringan dengan faktor VIIa juga mengaktifkan faktor IX dalam lintasan
intrinsic. Sebenarna, pembentukan kompleks antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini
dipandang sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in
vivo. Makna fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan faktor XII,
prekalikrein dan kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa
lebih penting dari fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa dan
Xia dapat memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan faktor jaringan (TFPI: tissue faktor fatway inhibitior) merupakan
inhibitor fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang
beredar didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung faktor Xa dengan
terikat pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks faktor Xa-TFPI ini
manghambat kompleks faktor VIIa-faktor jaringan.
Jalur ekstrinsik dengan menggunakan zat-zat yang bukan nerasal dari darah. Jaringan dan pembuluh
yang rusak akan menghasilkan tromboplastin (faktor III suatu kompleks protein-fosfolipid) yang
secara langsung dapat mengubah faktor X menjadi faktor VII dan faktor V. Jalur ekstrinsik lebih cepat
dari jalur intrinsik . Jalur ekstrinsik dimulai pada tempat yang trauma dalam respons terhadap
pelepasan tissue faktor (faktor III). Kaskade koagulasi diaktifasi
apabilatissuefaktor dieksresikan pada sel-sel yang rusak atau distimulasi ( sel-sel vaskuler atau
monosit), sehingga kontak dengan faktor VIIa sirkulasi dan membentuk kompleks dengan
adanya ion kalsium. Tissue faktor adalah suatu kofaktor dalam aktifasi faktor X yang dikatalisa
faktor VIIa. Faktor VIIa, suatu residu gla yang mengandung serine protease, memecah faktor
X menjadi faktor Xa, identik dengan faktor IXa dari jalurinstrinsik. Aktifasi faktor VII terjadi
melalui kerja trombin atau faktor Xa.
Tissue faktor banyak terdapat dalam jaringan termasuk adventitia pembuluh darah,
epidermis, mukosa usus dan respiratory, korteks serebral, miokardium dan glomerulus ginjal.
Aktifasi tissue faktor juga dijumpai pada subendotelium. Sel-sel endotelium dan monosit juga
dapat menghasilkan dan mengekspresikan aktifitastissue faktor atas stimulasi dengan
74 Hemostatis
interleukin-1 atau endotoksin, dimana menunjukan bahwa cytokine dapat mengatur
ekspresi tissue faktor dan deposisi fibrin pada tempat inflamasi.
2. Jalur Intrinsik
Disebut ekstrinsik karena tromboplastin jaringan (tissue faktor) berasal dari luar darah.
Lintasan intinsik melibatkan faktor XII, XI, IX, VIII dan X, prekalikrein, kininogen dengan berat
molekul tinggi/ High Molecular Weight Kininogen (HMWK), ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit.
Lintasan ini membentuk faktor Xa (aktif). Lintasan ini dimulai dengan “fase kontak” dengan
prekalikrein, kininogen dengan berat molekul tinggi, faktor XII dan XI terpajan pada
permukaan pengaktif yang bermuatan negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut
teraktif pada permukaan sel endotel. Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada
permukaan pengaktif, faktor XII akan diaktifkan menjadi faktor XIIa pada saat proteolisis oleh
kalikrein. Factor XIIa ini akan menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak
kalikrein lagi dengan menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, faktor xiia
mengaktifkan faktor XI menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari
kininogen dengan berat molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan faktor IX, menjadi enzim serin
protease, yaitu faktor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam faktor X
untuk menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu faktor Xa. Reaksi yang belakangan ini
memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan
trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan faktor IXa dan faktor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam
semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (faktor II, VII, IX dan X), residu
Hemostatis 75
Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat pengikatan
berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit pertama-tama harus
diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin dan fosfatoidil inositol
yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII, suatu glikoprotein,
bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai resepto untuk
faktor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan oleh thrombin dengan
jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk faktor VIIIa, yang selanjutnya diinaktifkan oleh
thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
Jalur intrinsik, yaitu semua zat yang terikat dengan pembekuan darah berasal dari darah. Jalur ini
memerlukan faktor IX, faktor X, faktor XI, dan faktor XII, selain itu juga memerlukan
prekalikrein dan HMWK, begitu juga ion kalsium dan fosfolipid yang disekresi dari
trombosit. Darah yang mengalami kontak dengan serat kolagen pembuluh darah yang kasar
secara bertahap akan mengaktifkan faktor XII, XI, dan IX. Selanjutnya faktor IX akan
mengaktifkan faktor X yang aktif bereaksi dengan faktor V, Ca2+ dan fosfolipid dari trombosit
untuk mengatur aktifator protrombin. Jalur intrinsik terjadi apabila prekalikrein, HMWK,
faktor XI dan faktor XII terpapar ke permukaan pembuluh darah adalah stimulus primer untuk
fase kontak. Kumpulan komponen-komponen fase kontak merubah prekallikrein menjadi
kallikrein, yang selanjutnya mengaktifasi faktor XII menjadi faktor XIIa. Faktor XIIa kemudian
dapat menghidrolisa prekallikrein lagi menjadi kallikrein, membentuk kaskade yang saling
mengaktifasi. Faktor XIIa juga mengaktifasi faktor XI menjadi faktor XIa dan menyebabkan
pelepasan bradikinin, suatu vasodilator yang poten dari HMWK. Dengan adanya Ca2+, faktor
XIa mengaktifasi faktor IX menjadi faktor IXa, dan faktor IXa mengaktifasi faktor X menjadi
faktor Xa.
76 Hemostatis
Gambar 44. Jalur Intrinsik
3. Jalur Bersama
Pada lintasan terakhir yang sama, faktor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak
ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian
mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan
trombosit aktif dan memerlukan perakitan kompelks protrombinase yang terdiri atas
fosfolipid anionic platelet, Ca2+, faktor Va, faktor Xa dan protrombin. Factor V yang disintesis
dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta plasma berfungsi sebagai
kofaktor dng kerja mirip faktor VIII dalam kompleks tenase. Ketika aktif menjadi Va oleh
sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik pada membrane
trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan faktor Xa serta protrombin. Selanjutnya
kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan demikian akan
menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi thrombin.
Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati. Region
terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat protease aktif
yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul tersebut. Setelah
Hemostatis 77
terikat dengan kompleks faktor Va serta Xa pada membrane trombosit, protrombin dipecah
oleh faktor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul thrombin dua rantai yang
aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A dan B pada thrombin
disatukan oleh ikatan disulfide.
Proses konversi Fibrinogen menjadi Fibrin. Fibrinogen (faktor 1, 340 kDa) merupakan
glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida
nonidentik (Aα,Bβγ)2 yang dihubungkan secara kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai Bβ dan y
mengandung oligosakarida kompleks yang terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut
keseluruhannya disintesis dihati: tiga structural yang terlibat berada pada kromosom yang
sama dan ekspresinya diatur secara terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal
amino pada keenam rantai dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan
disulfide, sementara region terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan
molekol memanjang yang sangat asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan Bβ, diberi nama
difibrinopeptida A (FPA) dan B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya
masing-masing yang mengandung muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu
aspartat serta glutamate disamping tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB.
Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga
berfungsi untuk mencegah agregasi dengan menimbulkan repulse elektrostatik antara
molekul-molekul fibrinogen. Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh
kompleks protrobinase, menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul
fibrinopeptida dan bagian α serta β pada rantai Aa dan Bβ fibrinogen. Pelepasan molekul
fibrinopeptida oleh thrombin menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit
(αβγ)2. Karena FPA dan FPB masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul
fibrin akan mempertahankan 98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran
molekul fibrinopeptida akan memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul
monomer fibrin mengadakan agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur
hingga terbentuk bekuan fibrin yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang
menangkap trombosit, sel darah merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos
merah atau putih. Bekuan fibrin ini mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya
melalui ikatan nonkovalen antara molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah faktor XIII menjadi
XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan
secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida
residu glutamine dan gugus ε-amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang
lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Bersama dengan aktivasi dan aggregasi platelet interaksi dengan faktor-faktor koagulasi
terlarut memfasilitasi pembentukan hubungan silang bekuan fibrin. Cascade koagulasi,
78 Hemostatis
sebagaimana telah diketahui, diilustrasikan pada gambar 13-1. Mekanisme utama koagulasi
in vivo melalui “jalur extrinsik” juga berperan sebagai jalur faktor jaringan. Faktor jaringan (TF)
dilepaskan oleh jaringan vaskuler yang mengalami trauma dan bertindak sebagai cofaktor
untuk aktivasi faktor VII. Faktor VII yang sudah aktif mengaktivasi faktor X dan IX. Paparan
faktor sirkulasi XII secara negatif menyerang konstituten dinding pembuluh darah yang rusak
menimbulkan aktivasi “jalur intrinsik”. Faktor XII, prekallikrein, dan kininogen berat molekul
tinggi, bersama-sama bertindak sebagai sistem penghubung, merupakan umpan balik positif
yang lebih lanjut mengaktivasi sistem intrinsik. Sistem intrinsik “proximal” faktor XI diyakini
memiliki peranan kecil dalam hemostasis, efeknya pada faktor penghubung tidak
berhubungan dengan kecenderungan perdarahan.
Lintasan intrinsik, ekstrinsik, dan lintasan terakhir melibatkan banyak macam protein
yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: zimogen protease, kofaktor, fibrinogen,
transglutaminase, dan protein pengatur.
Hemostatis 79
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut! (Font: Calibri, size 12)
Ringkasan
Tes 4
80 Hemostatis
A. X
B. XIII
C. XII
D. III
E. VII
Hemostatis 81
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) D.
2) D.
3) C.
4) D.
5) E.
82 Hemostatis
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
Hemostatis 83
Bab 5
FIBRINOLISIS DAN KELAINAN
HEMOSTASIS
Adang Durachim, S.Pd., M.Kes.
Pendahuluan
H
emostasis adalah mekanisme normal yang dilakukan oleh tubuh untuk
menghentikan perdarahan pada lokasi yang mengalami kerusakan atau
luka.Hemostasis ini sebagai respon untuk menghentikan keluarnya darah yang
diperankan oleh spasme pembuluh darah, adhesi, agregasi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi. Dalam hemostasis terjadi adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah,
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Komponen-komponen tersebut berusaha
menjaga agar darah tetap cair dan tetap berada dalam system pembuluh darah. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik
Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan sistim hemostasis
yaitu suatu mekanisme untuk melindungi serta mempertahankan komposisi dan fluiditas
darah sehingga tubuh dalam keadaan fisiologik dapat mempertahankan aliran darah dalam
pembuluh darah, menutup kerusakan dinding pembuluh darah untuk mengurangi kehilangan
darah pada saat terjadi kerusakan pembuluh darah (luka). Hemostasis artinya darah stasis
yang berarti mempertahankan. Hemostasis didefinisikan sebagai suatu proses biokimia dalam
tubuh untuk menghentikan perdarahan dengan mempertahankan komposisi dan fluiditas
darah dalam pembuluh darah, serta mengembalikan struktur semula pembuluh darah jika
terjadi kerusakan. Dalam kondisi normal dan sehat, semua komponen hemostasis seperti
pembuluh darah (vaskuler), trombosit, faktor-faktor koagulasi dan sistem fibrinolitik atau
inhibitor pada tubuh manusia berada dalam keseimbangan sempurna yang disebut dengan
homeostasis. Apabila terjadi luka atau kerusakan pada jaringan vaskuler, maka keseimbangan
tersebut menjadi terganggu dan segera terbentuk proses hemostasis.
84 Hemostatis
Topik 1
Fibrinolisis
F
ibrinolisis merupakan mekanisme pecahnya benang fibrin (salah satu agen pembeku
darah yang diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi). Darah juga
mengandungenzim fibrinolitik yang berguna mecegah pembentukan gumpalan atau
pembekuan darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak akan menghalangi aliran darah,
dan juga enzim ini akan menghancurkan fibrin bila luka telah sembuh. Trombosis merupakan
pembentukan gumpalan atau bekuan darah yang tidak normal, yang terjadi bila terdapat
gangguan pada jalur pembekuan darah dan pemecahan fibrin. Obat yang dapat mengaktifkan
kerja fibrinolisis dapat juga menyembuhkan penyakit seperti embolisme paru-paru, daninfark
myocardial yang disebabkan karena adanya gumpalan darah yang menghalangi aliran darah.
Fibrinolisis adalah mekanisme fisiologis yangbekerja secara konstan dengan sistimpembekuan darah
untuk menjamin lancarnyaaliran darah ke organ perifer atau jaringantubuh
Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan erat sehingga
seorang tidak dapat membicarakan masalah koagulasi tanpa di sertai dengan fibrinolisis
demikian juga sebaliknya.dalam system koagulasis dan fibrinolisis terdapat system lain yang
mengatur agar kedua proses tidak langsung berlebihan .sistem tersebut terdiri dari faktor-
Hemostatis 85
faktor penghambat ( inhibitor). Seluruh proses merupakan mekanisme terpadu antara
aktifitas pembuluh darah,fungsi trombosit ,interaksi antara prokoagulan dalam sirkulasi
dengan trombosit ,aktifasi fibrinolisis dan aktifitas inhibitor.
86 Hemostatis
Topik 2
Kelainan Hemostasis
H
emostasis adalah mekanisme normal yang dilakukan oleh tubuh untuk
menghentikan perdarahan pada lokasi yang mengalami kerusakan atau
luka.Hemostasis ini sebagai respon untuk menghentikan keluarnya darah yang
diperankan oleh spasme pembuluh darah, adhesi, agregasi trombosit dan keterlibatan aktif
faktor koagulasi. Dalam hemostasis terjadi adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah,
agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Komponen-komponen tersebut berusaha
menjaga agar darah tetap cair dan tetap berada dalam system pembuluh darah. Fungsi utama
mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat
mengalir dalam sirkulasi dengan baik
Hemostasis (haima=darah, stasis=tetap,berhenti), berarti darah tetap berada dalam
system pembuluh darah. terdapat beberapa komponen dalam mekanisme hemostasis, yaitu:
trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant
proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia
dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat
menjalankan mekanisme hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu
terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga menghambat
proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat antithrombotik. Faal hemostasis
dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor
antithrombotik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai fisiologik dan patofisiologik serta
prinsip pemeriksaan laboratorium dari masing-masing faktor yang berperan dalam proses
hemostasis, seperti faktor vaskuler, faktor trombosit dan faktor pembekuan serta interpretasi
hasilnya.
Koagulasi dan fibrinolisis merupakan mekanisme yang saling berkaitan erat sehingga
seorang tidak dapat membicarakan masalah koagulasi tanpa di sertai dengan fibrinolisis
demikian juga sebaliknya.dalam system koagulasis dan fibrinolisis terdapat system lain yang
mengatur agar kedua proses tidak langsung berlebihan .sistem tersebut terdiri dari faktor-
faktor penghambat (inhibitor). Seluruh proses merupakan mekanisme terpadu antara aktifitas
pembuluh darah,fungsi trombosit ,interaksi antara prokoagulan dalam sirkulasi dengan
trombosit ,aktifasi fibrinolisis dan aktifitas inhibitor.
Hemostatis 87
Topik 3
Kelainan Vaskuler
PTECHIAE (bintik merah)
Ptechiae adalah bintik merah kecil yang tampak pada permukaan kulit yang
disebabkan karena perdarahan kecil, atau karena bocornya pembuluh darah sehingga darah
merembes keluar membentuk titik merah.
Ptechiae bisa merupakan sebagai tanda atau akibat kekurangan jumlah trombosit
(thrombocytopenia) di dalam tubuh. Kondisi ini juga bisa timbul pada keadaan dimana jumlah
trombosit dan fugsi trombosit tidak seperti biasanya. (contohnya pada keadaan terjadinya
infeksiatau apabila kelebihan tekanan seperti pada kasus tekanan yang berlebihan pada
jaringan (seperti pada tourniquet test dipakai pada batuk yang berlebihan).
88 Hemostatis
Gambar 50.Lapisan endotel pembuluh
ECCHYMOSIS
Ecchymosis yaitu perubahan warna pada kulit yang disebabkan terjadinya perdarahan
dalam. Warna merah yang tampak kelihatan disebabkan karena keluarnya darah dari
pembuluh darah ke dalam jaringan. Ekimosis atau ecchymosis adalah purpura (ekstravasasi
darah) di bawah kulit yang ukurannya lebih besar dari 1 cm atau hematoma. Ekimosis
seringkali dinyatakan sebagai istilah lain untuk memar atau bercak biru kehitam-hitaman yang
tampak di kulit tubuh. Namun ekimosis memiliki perbedaan dengan memar biasa. Memar
terjadi disebabkan oleh trauma (benturan), sedangkan Ekimosis tidak disebabkan oleh
benturan
Hemostatis 89
A. HEREDITERY HEMORRHAGIC TELEANGIECTASIA
Yaitu perdarahan kulit dan membrana mukosa dimana terjadi dilatasi multiple dari kapiler
dan arteriol, dinding tipis dan vasokonstriksi jelek
Telangiectasias, juga dikenal dengan istilah spider veins, yaitu, dimana pembuluh darah
melebar kecil di dekat permukaan kulit atau selaput lendir, berukuran antara 0,5 dan 1
milimeter.Pembuluh darah yang melebar ini bisa berkembang dimana saja di tubuh tapi
biasanya terlihat di sekitar hidung, pipi, dan dagu. Telangiektasis disebabkan oleh kelainan
perkembangan yang dapat meniru perilaku neoplasma vaskular jinak dengan baik.
Mereka mungkin terdiri dari kumpulan arteriol, kapiler, atau venula abnormal. Karena
telangiektasis adalah lesi vaskular, maka pucat saat diobati dengan diascopy.
Gambar 53. Pembuluh vena laba-laba di paha (kiri) dan bibir yang terkena gejala
telangiectases (kanan)
C. EHLERS-DANLOS SYNDROME
Yaitu kelainan kolagen, Fragility Kafiler >> Perdarahan Hematome
Sindrom Ehlers-Danlos (EDS) adalah kelompok dari tiga belas kondisi genetik individu,
yang semuanya mempengaruhi jaringan ikat tubuh. Jaringan ikat terletak di antara
jaringan dan organ lain, menjaga agar tetap terpisah sementara menghubungkannya,
90 Hemostatis
menahan segala sesuatu dan memberikan dukungan, seperti mortar di antara batu bata.
Pada EDS, mutasi gen menyebabkan jaringan ikat jenis tertentu - jenisnya akan
bergantung pada jenis EDS namun biasanya berbentuk kolagen - menjadi rapuh dan
melar.
B. SENILE PURPURA
Purpura pada masa tua (60 th), Trauma kecil bisa purpura,Atropi Kolagen (kulit
mudah digerakan)Senil purpura adalah kondisi yang biasa terjadi pada lansia dan disebut
dengan berbagai cara. Misalnya, beberapa orang tahu pikun pikura sebagai purpura
senilis, hemorrhages kulit, atau sebagai purpura Bateman.
Kondisi Senil purpura yang paling sederhana adalah saat lansia lebih rentan
terhadap memar. Individu yang lebih tua memiliki kulit yang lebih tipis dan rapuh,
sehingga memar lebih mungkin terbentuk sebagai hasilnya. Pada tahap awal, memar ini
tampak berwarna keunguan. Sudah umum bagi lansia untuk mengembangkan purpura
pikun di lengan bawah mereka. Purpura juga bisa terjadi pada selaput lendir, terutama di
mulut dan organ dalam. Meskipun mungkin tampak seperti orang dengan senil purpura
telah mengalami trauma serius, kemungkinan sejenis trauma ringan menyebabkan
Hemostatis 91
perkembangan memar yang keunguan. Bintik purpura besar disebut ecchymosis dan
bintik-bintik kecilnya dikenal sebagai petchiae.
92 Hemostatis
Topik 4
Kelainan Trombosit
Kelainan jumlah
A. Trombositosis
B. Trombositemia
C. Trombositopenia
A. Trombositosis :
trombositosis adalah kondisi dimana jumlah trombosit di dalam darah jumlahnya lebih
dari normal (tinggi), dan keadaan ini bisa berupa reaktif atau primer (juga disebut penting dan
disebabkan oleh penyakit myeloproliferative). Meskipun sering tanpa gejala (terutama bila
merupakan reaksi sekunder), trombositosis dapat menjadi predisposisi trombosis pada
beberapa keadaan dari pasien.
Penyebab trombositosis
Trombositosis dapat disebabkan oleh infeksi, gangguan pada tulang dan sumsum tulang, atau
kondisi lainnya. Beberapa jenis trombositosis, antara lain:
Hemostatis 93
Trombositosis/trombositemia sekunder atau trombositosis reaktif. Trombositosis ini
umumnya disebabkan oleh infeksi atau penyakit lain yang sudah ada atau sedang
diderita.
Trombositosis primer atau trombositosis esensial. Trombositosis ini disebabkan oleh
gangguan pada sumsum tulang. Kondisi ini merupakan yang lebih sering menjadi
penyebab penggumpalan darah. Penyebab pasti yang mendasari gangguan pada
sumsum tulang tersebut belum diketahui.
B. Trombositemia :
Trombositemia adalah kelainan darah dimana jumlah trombosit lebih dari normal
(kelainan darah myeloproliferative). Hal ini ditandai dengan produksi trombosit yang banyak
dan berlimpah di sumsum tulang. Terlalu banyak trombosit membuat pembekuan darah
normal sulit dilakukan.
Pada trombositemia terjadi peningkatan jumlah trombosit dalam sirkulasi. Jumlah
trombosit yang sangat tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko trombosis (pembekuan)
dalam sistem pembuluh. Trombositemia bergantung pada tempat pembentukan bekuan atau
penangkapan bekuan, dapat terjadi stroke. Trombositemia primer dapat terjadi pada
keganasan, polisitemia vera, dan penyakit sumsum tulang lainnya. Penyebab sekunder
trombositemia antara lain infeksi akut. Trombositemia sekunder akibat keadaan keadaan ini
biasanya berlangsung singkat. Akan tetapi, trombositemia sekunder dapat terjadi setelah
pengangkatan limpa, karena organ ini secara normal menyimpan sebagian trombosit sampai
diperlukan dalam sirkulasi. Penyakit peradangan seperti artritis rematoid juga dapat dikaitkan
dengan trombositemia yang lama.
C. Thrombocytopenia :
Trombositopenia atau kekurangan trombosit adalah istilah medis yang digunakan untuk
penurunan jumlah trombosit di bawah batas minimal. Nilai trombosit yang normal adalah
150.000 hingga 450.000 per mikroliter darah.
Trombosit atau yang sering disebut juga sebagai platelet (keping darah) memiliki fungsi
penting dalam tubuh manusia, yaitu untuk membantu proses pembekuan darah sehingga
perdarahan berlebihan tidak terjadi.
Trombositopenia bisa dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa dan akan
menyebabkan penderitanya lebih rentan mengalami perdarahan. Meski jarang terjadi,
trombositopenia yang tidak ditangani dapat memicu perdarahan dalam yang bahkan bisa
berakibat fatal (misalnya perdarahan otak). Terutama jika jumlah trombosit penderita berada
di bawah angka 10.000 per mikroliter darah.
94 Hemostatis
Trombositopenia terkadang tidak menunjukkan gejala apa pun. Apabila ada, gejala
utamanya adalah perdarahan. Indikasi tersebut dapat terjadi di luar maupun di dalam tubuh
dan terkadang sulit dihentikan. Contohnya adalah mimisan, gusi berdarah, dan luka yang terus
berdarah. Gejala-gejala lain yang mungkin menyertai trombositopenia bisa berupa:
Kelelahan.
Menstruasi dengan volume darah berlebihan
Memar-memar pada tubuh.
Bintik-bintik merah keunguan pada kulit.
Pembengkakan pada limpa.
Kelainan fungsi
Trombosit adalah komponen darah berukuran 2-4 mikron berbentuk bulat, opal dan berfungsi
untuk proses hemostasis, yaitu untuk melakukan penghentian perdarahan pada saat
terjadinya luka dengan cara melakukan penempelan pada kolagen (adhesi), dan menempel
dengan trombosit lain (agregasi) membentuk platelet plug.
1. Kelainan adhesi terhadap kolagen
Contohnya : ehlers-danlos syndrome (kelainan vaskuler)
2. Kelainan adhesi terhadap subendotel
Contohnya : sindroma bernard soulier (kelainan trombosit), sindroma von willbrand
(kelainan plasma )
3. Kelainan pelepasan
Contohnya : sindroma hermansky (pudiak), sindromawiskott (aldrich), defisiensi storage
pool, sindroma chediak – higashi, defisiensi cyclo - oxygenase (gangguan mekanik
pelepasan), penyakit glikogen tipe i (gangguan metabolisme nucleotide)
4. Kelainan agregasi adp (kelainan trombosit)
Contohnya : thrombasthenia glanzmann, afibrinogemia
Hemostatis 95
Topik 5
Kelainan Faktor Pembekuan
Kelainan Faktor Pembekuan Bawaan :
3 POLA PEWARISAN :
1. X-LINK RECESSIVE
Warisan resesif yang yang diturunkan terkait dengan X adalah mode pewarisan dimana
mutasi pada gen pada kromosom X menyebabkan fenotip diekspresikan pada laki-laki
(yang pasti hemizygous untuk mutasi gen karena mereka memiliki satu kromosom X
dan satu Y) dan pada waita yang homozigot untuk mutasi gen.
X-linked inheritance berarti gen yang menyebabkan sifat atau kelainan tersebut
berada pada kromosom X. Wanita memiliki dua kromosom X, sedangkan laki-laki
memiliki satu kromosom X dan satu Y. Wanita pembawa yang hanya memiliki satu
salinan mutasi biasanya tidak mengekspresikan fenotipe, walaupun perbedaan
inaktivasi kromosom X dapat menyebabkan berbagai tingkat ekspresi klinis pada
wanita carrier karena beberapa sel akan mengekspresikan satu alel X dan beberapa
akan mengekspresikan yang lain.
Beberapa ilmuwan telah menyarankan untuk menghentikan istilah yang dominan dan
resesif saat merujuk pada pewarisan terkait-X karena beberapa mekanisme yang dapat
menghasilkan ekspresi sifat X-linked pada wanita, yang mencakup ekspresi otonom sel,
inaktivasi X-miring, ekspansi klonal, dan mosaik somatik
DEFISIENSI F.VIII DAN F.IX
85% Defisiensi Faktor VIII ; Haemophili A
12% Defisiensi Faktor IX : Haemophili B
1% Defisiensi Faktor XI : Haemophili C
2. AUTOSOMAL DOMINANT
Gen adalah cetak biru untuk pembuatan protein. Tubuh kita membutuhkan protein
untuk berkembang dan bekerja dengan baik. Kebanyakan gen berpasangan. Yang satu
diwariskan dari ibu dan yang lainnya dari sang ayah. Gen yang diwarisi dari orang tua
kandung kita diungkapkan dengan cara yang spesifik. Salah satu pola dasar ini disebut
autosomal dominant inheritance.
PENYAKIT VON WILLE BRAND
PENYAKIT DISFIBRINOGENEMIA
DEFISIENSI F. XI
96 Hemostatis
3. AUTOSOMAL RECESSIVE
Autosomal resesif: Kondisi genetik yang muncul hanya pada individu yang telah
menerima dua salinan gen autosomal, satu salinan dari masing-masing orang tua. Gen
itu ada pada autosom, sebuah kromosom nonsex. Orang tua adalah pembawa yang
hanya memiliki satu salinan gen dan tidak menunjukkan sifatnya karena gen tersebut
resesif terhadap gen pendamping normal.Jika kedua orang tua adalah pembawa, ada
kemungkinan 25% anak mewarisi kedua gen abnormal dan, akibatnya, menurunkan
penyakit ini. Ada kemungkinan 50% anak yang hanya mewarisi satu gen abnormal dan
menjadi carrier, seperti orang tua, dan ada kemungkinan 25% anak mewarisi gen
normal.
DEFISIENSI F. I, II, V, VII, X, XII, XIII
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
1) Istilah Fibrinolisis.
2) Kelainan Hemostasis.
3) Kelainan vaskuler.
4) Kelainan Trombosit.
5) Kelainan Faktor Pembekuan.
Ringkasan
1) Istilah Fibrinolisis.
2) Kelainan Hemostasis.
3) Kelainan vaskuler.
4) Kelainan Trombosit.
5) Kelainan Faktor Pembekuan.
Hemostatis 97
Tes 1
5) Salah satu jenis kondisi yang berkaitan dengan Faktor Pembekuan adalah
A. Hemophilia
B. Thallasemia
C. Echymosis
98 Hemostatis
D. Vasokonstriksi
E. Vasodilatasi
Hemostatis 99
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) C.
2) B.
3) C.
4) E.
5) A.
100 Hemostatis
Daftar Pustaka
William J. William, Hematology, Fourth edition, Mc.Grow Hill Publishing Company, 1991.
Siti Budina Kresna, Pengantar Hematologi dan Imunohematologi, Fakultas Kedokteran UI,
1988.
Frank Firkin, de grucy’s Clinical Hematology in Medical Practice, Fifth edition, Blackwell
Scientific Publication, 1989.
Ramnik Sood, Medical Laboratory Technology, Methods & Interpretatiom, Jay Pee Brothers
Fourth edition, 1994.
Hemostatis 101
Bab 6
KELAINAN HEMOSTASIS
Dewi Astuti, AMAK., S.Si., M.Biomed.
Pendahuluan
D
alam keadaan normal, darah berada dalam pembuluh darah dan berbentuk cair.
Keadaan ini dapat dipertahankan bila hemostasis dalam batas normal. Tapi perlu
diketahui hemostasis yang adekuat adalah relatif, karena meskipun pembuluh darah,
trombosit dan faktor pembekuan dalam keadaan normal dapat terjadi perdarahan, akibat
proses patologis setempat. Semua perdarahan spontan merupakan suatu keadaan patologis,
kecuali perdarahan yang terjadi selama menstruasi.
Perdarahan yang terjadi akibat kerusakan pembuluh darah dan trombosit disebut
kelainan hemostasis primer, apabila gangguan terjadi pada faktor koagulasi, maka disebut
kelainan hemostasis sekunder. Gejala klinik yang terlihat pada umumnya berbeda pada
kelainan hemostasis primer dan sekunder. Penentukan letak kelainan hemostasis ini
memerlukan anamnesis yang baik dan teliti, pemeriksaan dan evaluasi manifestasi klinik
perdarahan yang cermat serta pemeriksaan laboratorium yang tepat.
Kelainan pada setiap faktor yang terlibat dalam proses hemostasis baik kelainan
kuantitatif maupun kualitatif dapat mengakibatkan gangguan hemostasis. Derajat gangguan
hemostasis sesuai dengan derajat kelainan faktor hemostasis sendiri. Pada beberapa kasus,
tidak disadari adanya kelainan bahkan baru diketahui setelah secara kebetulan ketika
dilakukan pengujian hemostasis untuk keperluan lain, misalnya sebagai pemeriksaan
prabedah, tindakan obstetrik, dan lain-lain. Gejala yang membawa seorang penderita
memeriksakan diri biasanya perdarahan tidak wajar atau adanya perdarahan bawah kulit yang
timbul berulang kali secara spontan. Saat mulainya gejala perdarahan sering memberikan
petunjuk kearah diagnosis. Perdarahan yang berulang-ulang sejak kecil menunjukkan
kemungkinan kelainan kongenital, sedangkan bila terjadi mendadak atau pada orang dewasa
biasanya kelainan sekunder atau didapat.
Kelainan hemostasis biasanya digolongkan sesuai patogenesis, yaitu:
1. Sistem vaskuler
Peransistem vascular dalammencegahperdarahanmeliputiproses kontraksi pembuluh
darah (vasokonstriksi) serta aktivasi trombosit dan pembekuan darah
102 Hemostatis
2. Sistem trombosit
Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu pembentukan stabilisasi
sumbat trombosit. Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui beberapa tahap
yaitu adhesi trombosit, agregasi trombosit dan reaksi pelepasan.
3. Sistem pembekuan darah
Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian reaksi enzimatik yang
melibatkan protein plasma yang disebut sebagai faktor pembekuan darah, fosfolipid
dan ion kalsium. Faktor pembekuan darah dinyatakan dalam angka romawi yang sesuai
dengan urutan ditemukannya.
Kelainan vaskuler atau trombosit sering disebut kelainan purpura karena gejala
perdarahan pada kulit dan mukosa. Petechiae merupakan tanda spesifik untuk kelainan
vaskuler atau trombosit dan jarang dijumpai pada kelainan pembekuan darah. Lesi ini
merupakan perdarahan kapiler kecil, munculnya sekaligus dalam jumlah banyak, begitu pula
menghilangnya. Pada kelainan purpura, petechiae sering dijumpai bersama ekhimosis
superfisial yang multipel. Pada kelainan pembekuan darah, tanda yang karakteristik adalah
hematoma yang besar. Hematoma tersebut dapat timbul spontan atau setelah trauma ringan.
Hemarthrosis adalah perdarahan kedalam rongga sendi dan merupakan gejala yang diagnostik
untuk kelainan pembekuan darah yang bersifat bawaan, sering tanpa perubahan warna
kulit,sehingga gejalanya seperti artritis.
Hemostatis 103
Topik 1
Kelainan Hemostasis Primer
A. PETECHIAE
Merupakan bintik merah kecil dan bulat sempurna yang tidak menonjol akibat
perdarahan intradermal atau submukosa. Petechiae merupakan perdarahan di kulit
atau membran mukosa yang diameternya kurang dari 2 mm. Petechiae dapat terjadi
dari berbagai mekanisme yang mengganggu proses hemostatis tubuh, sebagai contoh
trombositopenia, fungsi platelet yang abnormal, kerusakan faktor von Willebrand,
gangguan dari integritas vaskular seperti cedera endotel. Penyebab paling umum dari
petechiae adalah melalui trauma fisik seperti muntah, batuk darah atau menangis yang
dapat mengakibatkan petechiae wajah terutama disekitar mata. Petechiae dalam hal ini
sama sekali tidak berbahaya dan biasanya hilang dalam beberapa hari. Petechiae
mungkin merupakan tanda trombositopenia yang terjadi ketika fungsi trombosit
dihambat atau defisiensi faktor pembekuan juga dapat menjadi penyebabnya.
Petechiae dapat juga terjadi ketika tekanan yang berlebihan diterapkan pada jaringan
misalnya pada pemakaian torniquet yang lama.
B. PURPURA
Purpura merupakan kondisi dimana terjadi perubahan warna pada kulit atau selaput
lendir karena adanya perdarahan dari pembuluh darah kecil. Purpura mempunyai
ukuran lebih dari sama dengan 3 mm. Terdapat banyak tipe dan klasifikasi dari purpura,
tetapi beberapa penyebab dapat digolongkan menjadi 3 bagian besar yaitu kelainan
platelet (trombosit), kelainan pembuluh darah, dan kelainan pembekuan darah.
104 Hemostatis
Kelainan platelet yang dalam hal ini hancurnya trombosit pada pasien dengan
trombositopenik purpura baik yang bersifat primer (idiopatik / tidak diketahui
penyebabnya) atau sekunder karena faktor eksternal atau internal seperti : obat –
obatan, infeksi, penyakit tertentu.Kelainan vaskular pada pasien dengan non-
trombositopenik purpura, terjadi rembesan darah keluar dari pembuluh darah akibat
kerusakan pada pembuluh darah kecil, peningkatan tekanan dalam pembuluh darah,
dan kurangnya kekuatan pembuluh darah itu sendiri seperti pasien usia tua.
Kelainan pembekuan darah terjadi pada pasien dengan disseminated intravascular
coagulation (DIC) yang memiliki gejala klinis yang beragam mulai dari kelainan yang
berat dan fatal (purpura fulminans) sampai ke kelainan yang relatif ringan. Selain itu,
kondisi kelainan pembekuan darah juga dapat terjadi pada purpura karena antibodi
terhadap heparin (heparin induced thrombocytopenia) dan juga pada purpura karena
kurangnya protein C pada saat terapi dengan warfarin (warfarin induced
thrombocytopenia).
C. ECCHYMOSES
Ekimosis / memar terjadi akibat berbagai hal seperti trauma terlokalisasi, kelainan
perdarahan, pembedahan dan prosedur kosmetik. Ekimosis memiliki ukuran 1-2 cm,
terjadi akibat darah masuk ke lapisan endothelium hingga jaringan subkutan. Ekimosis
merupakan hasil akhir dariberbagai variasi patofisiologi yang berhubungan dengan
permeabilitas vascular venakutan atau kapiler dermis. Fungsi normal dari sel
endothelial adalah mencegah sejumlah darah keluar dari pembuluh darah. Integritas sel
endotel dapat menurun akibat beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan
endotel seperti trauma langsung, toksin pada sepsis, akumulasi asam laktat pada
hipoksia, atau obstruksi mekanis yang meningkatkan tekanan intraluminal. Hasil ini
menyebabkan ekstravasasi dari kapiler yang rusak ke jaringan interstitial yang
menyebabkan reaksi inflamasi. Dalam beberapa saat setelah terjadi lesi, inflamasi akan
Hemostatis 105
menyebabkan edema dan inflamasi lanjutan. Area yang terkena akan berubah warna
dari ungu kehitaman menjadi hitam dan biru, kemudian hijau dan menjadi kuning
seiring dengan hemoglobin yang berdegradasi menjadi bilirubin.
Gambar 56.Ekimosis
Gambar 57.Ekimosis
D. TROMBOSITOPENIA
Trombositopenia atau defisiensi trombosit, merupakan keadaan dimana trombosit
dalam sistim sirkulasi jumlahnya dibawah normal (<150.000/μl darah). Trombositopenia
biasanya dijumpai pada penderita anemia, leukemia, infeksi virus dan protozoa yang
diperantarai oleh sistem imun (Human Infection Virus, demam berdarah dan malaria).
Trombositopenia juga dapat terjadi selama masa kehamilan, pada saat tubuh
mengalami kekurangan vitamin B12 dan asam folat, dan sedang menjalani radioterapi
dan kemoterapi.
Trombositopenia disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah kegagalan
produksi trombosit, peningkatan konsumsi trombosit, distribusi trombosit abnormal,
dan kehilangan akibat dilusi. Penggunaan obat-obat tertentu juga dapat menyebabkan
trombositopenia, salah satunya adalah kotrimoksazol. Suatu mekanisme imunologis
sebagai penyebab sebagian besar trombositopenia yang diinduksi
obat.Trombositopenia yang diinduksi obat didiagnosis dengan mencatat hubungan
106 Hemostatis
waktu antara pemberian obat dan mulai timbulnya trombositopenia. Pengurangan
produksi trombosit dikaitkan dengan penggunaan diuretik tiazid, etanol, esterogen,
trimetropim-sulfamethoxazol, dan agensia kemoterapi. Peningkatan perusakan
trombosit diduga terjadi pada pasien yang diberi obat quinine, quinidine, heparin,
garam-garam emas, rifampin dan sulfonamida
Hemostatis 107
E. HEPARIN-INDUCED THROMBOCYTOPENIA (HIT)
Kelainan ini terjadi pada 10% pasien yang mengkonsumsi heparin. Kelainan ini sering
ditemukan pada pasien hitung trombosit rutin dan jarang menyebabkan perdarahan
yang bermakna. Trombositopenia yang berkaitan dengan heparin biasanya terjadi
dalam minggu pertama terapi pada pasien yang sebelumnya memakai heparin.
Trombositopenia ini dapat terjadi setelah pemberian heparin intravena atau subkutan.
Hitung trombosit kembali normal dalam beberapa hari setelah heparin dihentikan.
Trombositopenia imbas heparin berbeda dengan trombositopenia imbas obat lain
dalam dua hal penting. Pertama, trombositopenia yang terjadi biasanya tidak terlalu
berat, dengan nadir jarang mencapai <20.000/μL. Kedua, trombositopenia imbas
heparin (HIT) tidak berhubungan dengan manifestasi perdarahan dan bahkan justru
meningkatkan risiko trombosis secara bermakna.
HIT disebabkan oleh Heparin yang mengikat platelet factor 4 (PF4) yang dilepaskan oleh
trombosit membentuk platelet factor 4(PF4)-heparin complex dalam sirkulasi darah.
Antibodi antiheparin/PF4 dapat mengaktifkan trombosit melalui reseptor FcγRIIa dan
kadang dapat mengaktifkan sel endothelial sehingga menyebabkan thrombosis
walaupun pada kondisi trombositopenia. Banyak pasien yang terpajan heparin akan
membentuk antibodi heparin/PF4 tetapi tidak ada konsekuensi apapun. Sebagian pasien
yang membentuk antibodi akan mengalami trombositopenia, dan sebagian pasien ini
(sampai dengan 50%) mengalami HIT dan trombosis (HITT).
108 Hemostatis
F. THROMBOCYTOPENIC THROMBOTIC PURPURA(TTP)
TTP adalah sindrom klinis dengan mortalitas yang tinggi, ditandai dengan pembentukkan
mikrotrombin pada miskro vascular. Tanda klinis dari TTP adalah; trombositopenia
berat, anemia hemolitik mikroangiopati, demam, gejala neurologic seperti sakit kepala
dan stroke serta kalainan ginjal. Terdapat tiga tipe TTP yaitu; idiopatik, secondary dan
TTP didapat (Upshaw-Shulman). TTP idiopatik berhubungan dengan enzim, ADAMTS13
(A Disintegrin-like And Metalloprotease domain with TromboSpondin-type motifs),
bertanggung jawab untuk memecah vWF multimer. High-molecular-weight vWF pada
pasien TTP mencetus aggregasi trombosit invivo sehingga menimbulkan gejala klinis.
Secondary TTP ditemukan pada pasien dengan riwayat konsumsi obat tertentu, seperti
quinine, immunosuppressants atau beberapa sitotoksin yang digunakan pada obat
kemoterapi. Secondary TTP ditemukan pada pasien HIV, kelainan autoimun dan
transplantasi sumsum tulang allogenik. TTP didapat, merupakan penyakit keturunan
diakibatkan kekurangan ADAMTS13.
Pada keadaan normal, sel endothelial dan megakariosit mengeluarkan vWF multimer ke
dalam plasma. vWF multimer tersebut akan bergabung menjadi multimer besar yang
cukup efektif mencetus adhesi trombosit. Enzim protease plasma ADAMTS13
meregulasi aktivitas vWF dengan memecah multimer besar tersebut menjadi multimer
normal, sehingga mencegah adhesi trombosit. Pada pasien TTP yang kekurangan
ADAMTS13, multimer vWF yang besar akan terakumulasi di dalam plasma, menempel
pada permukaan sel endothelial dan mencetus adhesi trombosit atau aggregasi
trombosit intravascular sehingga mengaktifkan sistem koagulasi. Ikatan trombosit-fibrin
trombi pada mikrosirkulasi dapat menyebabkan iskemia jaringan atau infark yang
merupakan karakteristik TTP.
Hemostatis 109
G. IMMUNE THROMBOCYTOPENIC PURPURA/IDIOPATHIC
THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)
ITP adalah suatu kondisi autoimun disebabkan oleh antibodi antitrombosit, yang
menyebabkan penurunan masa hidup trombosit. Antibodi tersebut umumnya adalah
IgG dan pada dasarnya ditujukan untuk menyerang antigen trombosit yaitu kompleks
GP IIb/IIIa dan GP Ib/IX. Antibodi antitrombosit tersebut berperan sebagai opsonin yang
akan dikenali oleh reseptor Fc IgG phagosit monoselular dari system RE sehingga
dihancurkan dan menyebabkan trombositopenia. Limpa merupakan lokasi utama
penghancuran trombosit. Semua usia dapat mengalami ITP, lebih sering pada wanita
dewasa muda. Pada usia dewasa, ITP adalah suatu penyakit kronik yang dapat
mengalami remisi dan relaps sepanjang waktu. Banyak pasien tidak membutuhkan
terapi; keputusan memulai terapi bersift individual, tergantung jumlah trombosit,
ada/tidaknya perdarahan dan gaya hidup pasien yang berhubungan dengan risiko
perdarahan. Pada pasien-pasien ITP dengan trombosit >30.000/µL, mortalitas
sehubungan dengan trombositopenianya tidak meningkat.
110 Hemostatis
tidak berfungsi sebagaimana mestinya, trombosit tidak menempel pada dinding
pembuluh darah yang terluka sehingga darah tidak dapat membeku secara normal. Pada
pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan giant trombosit, jumlah trombosit pada
batas bawah nilai normal (borderline), adhesi trombosit abnormal, aggregasi ristocentin
abnormal, aggregasi thrombin normal atau menurun, aggregasi respon lainnya normal.
I. GLANZMANN THROMBASTHENIA
Kelainan platelet yang bersifat herediter atau genetik. Kelainan ini diturunkan secara
autosomal resesif. Pada kelainan ini terdapat defisiensi atau disfungsi pada kompleks
glikoprotein IIb/IIIa (GP IIb/IIIa) dari platelet. Gen-gen yang terkait dengan kelainan ini
terletak pada kromosom 17. Defek pada kompleks GP IIb/IIIa berakibat pada gangguan
aggregasi platelet dan memicu perdarahan berikutnya. Walaupun terdapat kelainan,
secara kuantitatif dan morfologi kondisi plalet biasanya normal. Secara klinis, penderita
mudah atau secara spontanmengalami memar, hematoma subkutan dan terdapat
petechia.
Ketika terjadi luka, reseptor GP IIb/IIIa berperan penting dalam proses perlekatan
platelet ke endotel. Saat kompleks GP IIb/IIIa teraktivasi, dia akan mengikat fibrinogen
pada ujungnya dan kompleks GP IIb/IIIa pada platelet lain dapat mengikat fibrinogen
yang sama pada ujung lainnya. Platelet yang berdekatan membentuk cross-linked (GP
IIb/IIIa–fibrinogen–GP IIb/IIIa) dan membentuk gumpalan platelet. Ketika kompleks GP
IIb/IIIa berfungsi secara abnormal atau kurang, platelet akan gagal berikatan satu
dengan yang lainnya sehingga bekuan tidak akan terbentuk.
Hemostatis 111
J. TROMBOSITOSIS
Trombositosis merupakan suatu kondisi dimana jumlah trombosit ≥ 450.000/μL darah.
Evaluasi pasien dengan trombositosis harus mempertimbangkan riwayat pasien, hasil
pemeriksaan hematologi yang lain serta hasil hitung trombosit sebelumnya. Secara umum
trombosis terbagi menjadi trombosis palsu (spurious), reaktif dan klonal.
Trombositosis palsu
Trombosis palsu jarang ditemui. Trombosis palsu dicirikan dengan adanya struktur non
trombosit pada darah yang terhitung sebagai trombosit oleh alat otomatisasi
(hematology analyzer). Struktur yang dapat menyebabkan tromsitosis palsu antara
lain; kristal cryoglobulin yang berbentuk seperti jarum, fragmen sitoplasmik dari sel
leukimia yang beredaran di peredaran darah, bakteri serta mikrovesikel sel eritrosit
pada kondisi luka bakar masif. Untuk mengkonfirmasi adanya trombosis, dapat dilihat
pada sediaan apus darah.
Trombositosis reaktif
Ketika keadaan trombositosis sudah diketahui malalui sediaan apus darah, diagnosa
akan dilakukan untuk menentukan apakah trombositosis tersebut merupakan
trombositosis reaktif atau klonal. Langkah penting untuk diagnosa trombositosis
reaktif adalah melihat penyebab terjadinya kondisi trombosis. Pada pasien dewasa,
infeksi (akut), kerusakan jaringan, kelainan inflamasi kronis dan keganasan merupakan
penyebab trombositosis reaktif yang sering terjadi. Pada anak-anak, trombositosis
reaktif dapat disebabkan oleh hal-hal tersebut, anemia hemolitik terutama karena
Thalassemia merupakan etiologi yang sering. Trombopetin (TPO) merupakan regulator
primer pada proses pembentukkan trombosit, serta sitokin lain seperti IL-1, IL-4, IL-6,
IL-11, dan TNF berperan penting pada pembentukkan trombosit. Beberapa sitokin
tersebut berperan dalam respon inflamasi. Evaluasi trombositosis reaktif dan klonal
dapat dilakukan dengan melihat kadar sitokin tersebut yang beredar diperadaran
darah, IL-6 akan meningkat pada trombositosis reaktif tetapi tidak pada trombositosis
klonal. Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk menunjang diagnosa trombositosis
reaktif, antara lain, C-reactive protein (CRP), ferritin dan laju endap darah (LED),
dimana hasil tes tersebut akan meningkat pada trombositosis reaktif.
Trombositosis klonal
Ketika diagnosa trombositosis reaktif tidak ditemukan dan pasien masih mengalami
trombositosis, maka evaluasi harus dilakukan pada berbagai penyebab trombositosis
klonal. Klasik myeloproliferative neoplasm (MPNs) , chronic myeloid leukimia (CML),
polycythemia vera (PV) dan primary myelofibrosis (PMF) merupakan proses klonal
yang berhubungan dengan trombositosis. Penyakit-penyakit tersebut berhubungan
dengan pematangan sel mieloid dari hematopoetic stem cell.
112 Hemostatis
Gambar 62.Sediaan apus darah trombositosis
K. TROMBOSIS
Berdasarkan trias Virchow’s, trombosis dapat terjadi karena adanya disfungsi dinding
pembuluh darah, aliran darah dan komponen darah. Peningkatan enzim koagulasi baik dengan
atau tanpa muatan negatif dari phospholipid, dapat membentuk trombin. Pertama kali
trombosis dapat terbentuk karena ketidakseimbangan faktor pembekuan darah akibat
kelainan molekular didapat ataupun keturunan. Kedua, gangguan aliran darah akan
memperlambat aliran inhibitor faktor pembekuan darah, sehingga mencegah berkurangnya
faktor pembekuan darah yang aktif dan memyebabkan trombosit kontak dengan
endothelium. Ketiga, kerusakan endothelial akan terpapar pada zat-zat yang trombogenik
sehingga terjadi proses adhesi dan aktivasi trombosit serta faktor jaringan yang mengaktivasi
proses koagulasi. Terdapat beberapa mekanisme pembentukkan trombus, diantaranya :
Peranan sel darah pada pembentukkan trombosis vena
Selain zat-zat pro dan antikoagulan dari endothelium, hipoksia dapat meregulasi ekspresi
dari P-selectin pada endothelium sehingga mengaktivasi sel lekosit atau mikropartikel
lekosit yang mengandung faktor jaringan yang dapat menjadi nidus inisiasi dari respon
trombotik. Mikropartikel yang mengandung faktor jaringan berperan penting dalam
pembentukkan trombus karena dapat menginisiasi respon koagulasi.
Mekanisme stasis yang menginduksi trombosis
Banyak jalur antikoagulan alami yang diinduksi oleh komponen permukaan sel endothelial
seperti trombomodulin, EPCR, inhibitor faktor jaringan, heparin like proteoglycans. EPCR
dan trombin berikatan dengan trombomodulin menginisiasi jalur protein C sehingga
menginaktivasi kofaktor Va dan VIIIa, inaktivasi faktor jaringan yang menghalangi faktor
jaringan menginisiasi koagulasi dan heparin like proteoglycans menstimulasi aktivitas
inhibitor antitrombin melalui enzim koagulasi seperti trombin. Konsentrasi protein-
protein tersebut bervariasi sesuai rasio permukaan sel endothelial dengan volume darah.
Hemostatis 113
Oleh karena itu, ketika darah mengalir dari pembuluh darah yang besar ke pembuluh
darah kecil, kinerja antikoagulan alami meningkat drastis, karena area sel endothelial
yang terpapar lebih luas ketika di pembuluh darah kapiler dibandingkan dengan
pembuluh darah arteri dan vena. Kondisi stasis meningkatkan waktu paparan pada
pembuluh darah besar, mekanisme alami untuk mengkontrol koagulasi berdasarkan
interaksi antikoagulan pada mikrosirkulasi menjadi rusak dan cenderung membentuk
trombin.
Perubahan faktor koagulasi
Peningkatan faktor antikoagulan seperti faktor VIII, vWF, faktor VII dan protrombin,
berhubungan dengan peningkatan risiko trombosis. Meningkatnya risiko trombosis pada
peningkatan faktor VIII dikarenakan aktivasi yang tidak stabil, sehingga membentuk
trombus. Protrombin merupakan inhibitor efektif terhadap antikoagulan almi protein C.
Peningkatan protrombin dapat meningkatkan pembentukkan trombin serta menurunkan
aktivasi inhibisi protrombin.
Pengaruh usia pada risiko trombosis
Risiko trombosis terkait usia, dikarenakan peningkatan kadar proantikoagulan yang tidak
diikuti peningkatan antikoagulan alami.
Kehamilan
Kehamilan meningkatkan risiko trombosis vena. Peningkatan risiko terjada pada tiap
trisemester kehamilan dan masa setelah melahirkan. Faktor yang mempengaruhi risiko
trombosis adalah gangguan aliran darah dan perubahan hormonal.
Kanker
Kanker dapat meningkatkan risiko trombosis vena 6-10 kali. Partikel membran tumor
mengandung aktivitas prokoagulan seperti faktor jaringan, membran lipid yang
menstimulus respon koagulasi.
Antikoagulan lupus
Antikoagulan lupus dapat meningkatkan risiko trombosis dikarenakan antibodi mengikat
trombosit dan endothelium sehingga menimbulkan reaksi inflamasi. Antibodi tersebut
juga mengaktivasi komplemen. Reaksi inflamasi dapat meningkatkan risiko trambosis
arteri ataupun vena.
Trombosis paska operasi
Trombosis paska trombosis merupakan komplikasi operasi khusunya operasi pada lutut,
pinggul dan kanker. Pada operasi lutut dan pinggul, kerusakan pembuluh darah vena dan
kondisi stasis merupakan faktor yang berperan penting pada pembentukkan trombosis.
Zat-zat yang dilepaskan oleh daerah operasi pada aliran darah, dapat meningkatkan
proses koagulasi. Pada operasi pasien kanker, trombosis dapat terjadi karena lepasnya
proantikoagulan tumor, respon inflamasi pasien serta respon kemoterapi.
114 Hemostatis
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
Hemostatis 115
9. Immune Thrombocytopenic Purpura/Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) adalah
suatu kondisi autoimun disebabkan oleh antibodi antitrombosit yang menyerang
antigen trombosit yaitu kompleks GP IIb/IIIa dan GP Ib/IX. Sehingga menyebabkan
penurunan masa hidup trombosit.
10. Bernard-Soulier Syndrome (BSS) merupakan kelainan perdarahan didapat/diturunkan
secara auotosomal dimanaterdapat gangguan fungsi trombosit yang disebabkan oleh
kelainan pada gen untuk glikoprotein Ib/IX/V.
11. Glanzmann Thrombasthenia merupakan kelainan platelet yang bersifat herediter atau
genetik yang diturunkan secara autosomal resesif dimana terdapat defisiensi atau
disfungsi pada kompleks glikoprotein IIb/IIIa (GP IIb/IIIa) dari platelet.
12. Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan.
116 Hemostatis
Tes 1
Hemostatis 117
Topik 2
Kelainan Hemostasis Sekunder
A. VON WILLEBRAND’S FACTOR (VWF)
Penyakit von Willebrand bisa merupakan kelainan didapat ataupun keturunan yang
diturunkan secara autosomal. Kelainan pada penyakit von Willebrand berhubungan
dengan kurangnya gen vWF pada kromosom 12 dan ditandai dengan fungsi trombosit
yang tidak normal serta masa perdarahan yang memanjang.
vWF merupakan glikoprotein yang disintesis oleh sel endothelial dan megakariosit.
Sekitar 15% vWF yang bersirkulasi diproduksi oleh megakarosit. VWF pada trombosit
disimpan dalam granula alpha dan dikeluarkan ketika terdapat agonis sehingga
berikatan dengan komplek GP IIb/IIIa. vWF mempunyai dua fungsi dalam hemostasis,
yaitu mengaktivasi adhesi trombosit pada permukaan yang bersifat trombogenik,
seperti adhesi trombost pada pemukaan sel subendothelial ketika terjadi kerusakan
vaskuler atau adhesi antar trombosit pada pembentukkan thrombus serta berfungsi
sebagai carrier F VIII. Patogenitas penyakit vWF berdasarkan pada kelainan vWF secara
kuantitatif, kualitatif ataupun keduanya. Ketika terjadi kelainan pada vWF, maka masa
hidup F VIII akan berkurang apabila tidak terdapat vWF dikarenakan reaksi degradasi.
Penyakit vWF terbagi atas penyakit vWF keturunan, didapat dan pseudo-vWF.
B. HEMOPHILIA A
Hemophilia A disebut Hemofilia Klasik. Hemophilia A merupakan penyakit keturunan X-
linked resesif dimana terdapat kekurangan jumlah atau aktifitas factor VIII. Faktor VIII
merupakan kofaktor dari factor IX untuk mengaktivasi factor X pada proses koagulasi.
Berkurangnya jumlah atau fungsi faktor VIII dapat menyebabkan perdarahan
dikarenakan proses koagulasi yang tidak adekuat serta proses fibrinolisis yang tidak
berjalan dengan baik. Hemophilia merupakan penyakit sex-linked resesif, dimana gen
untuk factor VIII terdapat pada lengn panjang dari kromosom X. Hemophilia tidak akan
diturunkan ketika masih terdapat kromosom X yang normal. Hemophilia A
berkarakteristik perdarahan berlebihan sebagian besar bagian tubuh. Hematoma dan
Hemarthroses dapat terjadi pada penyakit ini. Gejala klinis dapat berupa perdarahan
spontan yang berulang dalam sendi, otot, maupun anggota tubuh yang lain. Hal ini dapat
berakibat kecacatan pada sendi dan otot, bahkan perdarahan berlanjut dapat
menyebabkan kematian pada usia dini. Apabila terjadilukasobek di permukaankulit,
darah akan terlihat mengalir keluar perlahan kemudian pasti menjadi kumpulan darah
yang lembek. Tetapi bila lukanya di bawah kulit, akan terjadi memar atau lebam
118 Hemostatis
kebiruan kendati luka itu berasal dari benturan. Bila perdarahan terjadi di persendian
dan otot, jaringan di sekitarnya dapat rusak, oleh karena itu hemofilia dapat
menyebabkan kelumpuhan.
C. HEMOPHILIA B
Hemophilia B disebut juga dengan Christmas Disease. Ditemukan untuk pertama kalinya
pada seorang bernama Steven Christmas yang berasal dari Kanada. Pada Christmas
Disease ini, dijumpai defisiensi atau tidak adanya aktivitas faktor IX. Dibandingkan
dengan hemofilia A, kelainan ini lebih jarang ditemukan. Kelainan ini juga diturunkan
secara X-linked recessive dan gambaran kliniknya mirip Hemofilia A.
Seperti hemofilia A, penyakit ini ada yang disebabkan gangguan fungsional F IX (CRM+)
dan ada yang karena defisiensi F IX (CRM -). Pada pemeriksaan laboratorium juga
dijumpai masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT) yang memanjang, masa
protrombin plasma dan masa trombin normal. Untuk membedakan dengan hemofilia A
dilakukan pemeriksaan Thromboplastin Genetation Test (TGT). Pada Hemofilia B, hasil
TGT akan abnormal pada serum penderita.
Hemofilia A dan B mirip secara genetik, secara klinis, dan secara molekuler. Faktor
VIIIa (u/ hemofilia A) dan Faktor IXa (u/ hemofilia B) sama-sama berinteraksi secara
kooperatif untuk mengaktivasi Faktor X. Keduanya memiliki pola pewarisan yang terkait
gen X yang sama. Gen yang mengkode Faktor IX terletak dekat dengan gen Faktor VIII
Hemostatis 119
pada lengan panjang kromosom X. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor
IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama
untuk membentuk fungsional aktifasi faktor X yang kompleks (”Xase”), sehingga
hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau
berkurangnya aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin
menjadi trombin, sehingga jiaka trombin mengalami penurunan pembekuan yang
dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan
dan sulit dalam penyembuhan luka.
120 Hemostatis
kombinasi kombinasi kontrasepsi oral, HRT, modulator reseptor estrogen selektif
(SERMs), obesitas, cedera kaki, dan usia lanjut.
Trombofilia Factor V Leiden dicurigai pada individu dengan riwayat tromboemboli
vena (VTE) yang terwujud sebagai DVT atau emboli paru, terutama pada wanita dengan
riwayat VTE selama kehamilan atau berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi
estrogen dan pada individu dengan riwayat trombosis rekuren pribadi atau keluarga.
Diagnosis faktor V Leiden thrombophilia dibentuk dalam sebuah proband dengan
identifikasi varian heterozigot atau homozigot c.1691G> varian (disebut varian faktor V
Leiden pada F5, faktor pengkodean gen V) bersamaan dengan tes koagulasi seperti uji
ketahanan APC.
Hemostatis 121
Gambar 64.Patogenesis thrombosis, nekrosis iskemik jaringan dan perdarahan pada DIC
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
122 Hemostatis
Tes 2
1) Hemophilia klasik terjadi karena adanya defisiensi jumlah atau aktivitas paktor
pembekuan …
A. VIII
B. IX
C. X
D. XI
E. XII
2) Kelainan trombophilia Factor V Leiden terjadi karena substitusi asam amino arginine
oleh asam amino …
A. Guanine
B. Glycine
C. Leucine
D. glutamin
E. Cysteine
Hemostatis 123
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) A.
2) B.
3) C.
Test Formatif 2
1) A.
2) D.
3) A.
124 Hemostatis
Glosarium
Autosomal : kromosom yang bukan kromosom seks
Gen resesif : gen lemah yang tidak dapat menunjukkan sifat yang dibawa jika berpasangan
dengan alela yang dominan ataupun normal
Opsonin : antibody yang bekerja merangsang sel lekosit untuk memfagosit antigen
atau kuman
Agonis : zat yang mengikat reseptor sehingga reseptor teraktivasi dan menghasilkan
respon biologis
Hemostatis 125
Daftar Pustaka
Esmon Charles T.,2009. Basic Mechanism and Pathogenesis of Venous Thrombosis, Howard
Hudges Medical Institute, September; 23(5): 225-229.
Fulllard John F.,2004. The role of the platelet glycoprotein IIb/IIIa in thrombosis and
haemostasis, Current Pharmaceutical Design vol. 10 Issue 14.
IDAI, 2005. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak Jakarta: Balai Penerbit IDAI
Kujovich Jody Lynn, 2011. Factor V Leiden Trombophilia. Journal Genetics in Medicine volume
13, number 1, January.
Kumar David R., et al., 2010. Virchow’s Contribution to the Understanding of Thrombosis and
Cellular Biology, Clinical Medicine & Researsh Volume 8, Number ¾: 168-172.
Molenda MA, Sroa N, Campbell SM, Becthel MA, Opremack EM., 2010. Peroxide asa Novel
Treatment for Ecchymoses. J ClinAesthetDermatol. Nov; 3(11):36-383.
Nayak Ramadas et al., 2012. Essential in Hematology and Clinical Pathology, India: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
Setiabudy, Rahajuningsih D., 2009. Hemostasis dan Trombosis Edisi Keempat, Jakarta:Balai
Penerbit FKUI.
Sianipar Nicholas Benedictus, 2014. Trombositopenia dan Berbagai Penyebabnya, Malang:
CDK-217/vol 41 no. 6.
Sylvia A.Price., Lloraine M.Wilson., 2003. Patofisiologi klinik proses-proses penyakit vol. 1,
Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Turgeon Mary Louise, 2012. Clinical Hematology Theory and Procedures Fifth edition,
PHILADELPHIA: Lippincott Williams & Wilkins
126 Hemostatis
Bab 7
PENGANTAR PEMERIKSAAN
HEMOSTASIS
Dewi Astuti,AMAK.,S.Si.,M.Biomed
Pendahuluan
S
eperti yang telah anda pelajari pada bab sebelumnya, hemostasis merupakan
mekanisme yang penting pada tubuh. Hemostasis merupakan proses yang penting
dalam mencegah perdarahan dalam tubuh seseorang.Seperti yang telah diterangkan
pada bab sebelumnya, proses hemostasis dipengaruhi oleh kemampuan vaskular pembuluh
darah dalam melakukan proses vasokonstriksi, fungsi selular yang dipengaruhi jumlah dan
fungsi trombosit, fungsi biokimia hemostasis dalam membentuk benang fibrin dan poses
fibrinolisis.
Untuk mengetahui tentang kemampuan mekanisme hemostasis pada tubuh seseorang,
maka dapat dilakukan pemeriksaan yang dapat menilai fungsi vaskular, selular dan biokimia.
Pada bab ini akan dibahas tentang jenis-jenis pemeriksaan hemostasis yang dapat menilai
fungsi vaskular, selular dan biokimia. Selain jenis pemeriksaan, akan dibahas juga tentang
persiapan alat dan bahan yang diperlukan pada pemeriksaan tersebut.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan jenis-jenis
pemeriksaan hemostasis, memilih bahan penunjang yang dibutuhkan untuk persiapan dan
pengelolaan spesimen, memilih reagensia yang akan digunakan untuk pemeriksaan
hemostasis, mengevaluasi spesimen darah sesuai kriteria untuk analisis di laboratorium serta
memilih peralatan yang akan digunakan untuk analisis darah.
Hemostatis 127
Topik 1
Jenis-jenis pemeriksaan hemostasis
A. PEMERIKSAAN FUNGSI VASKULAR
A. 1. Pemeriksaan Rumple leede
Seperti yang anda pelajari pada bab sebelumnya, ketika terjadi perdarahan, maka
pembuluh darah akan mengeluarkan zat-zat seperti serotonin, epinefrin, dan5-
hidroksitriptamin sehingga pembuluh darah akan menyempit (vasokontriksi) yang
menyebabkan volume darah yang keluar dari tubuh menjadi lebih sedikit (gambar 65). Untuk
menilai kemampuan vaskular pada tubuh seseorang terhadap mekanisme tersebut, maka
dapat dilakukan pemeriksaan rumple leede dan masa perdarahan.
128 Hemostatis
Gambar 66. Petechia dan purpura
Pada pemeriksaan rumple leede hasil positif dapat diketahui jika pada lingkaran
berdiameter 5 cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti terbentuk petechia (bercak merah)
sebanyak lebih dari 10 petechia.Hasil positif juga dapat disimpulkan apabila terdapat banyak
pechia pada bagian daerah distal sekitar pergelangan tangan. Hasil positif memperlihatkan
bahwa kemampuan vaskuler pasien tidak baik ketika terjadi tekanan pada pembuluh darah.
Hasil negatif dapat disimpulkan apabila tidak terdapat petechia pada lingkaran
berdiameter 5 cm, kira-kira4 cm distal dari fossa cubiti. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
kemampuan vaskuler pasien tersebut baik, ketika terjadi tekanan pada pembuluh darah.
Hasil pemeriksaan rumple leede tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan vaskular,
akan tetapi dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit. Pada pemeriksaan rumple
leede, pembuluh vaskuler ditekan pada tekanan tertentu menggunakan spigmomanometer,
ketika pembuluh darah tidak kuat menahan tekanan, maka darah akan keluar dari pembuluh
darah dan terlihat sebagai bercak merah. Hal tersebut dapat dihambat apabila pasien tersebut
mempunyai trombosit dengan jumlah dan fungsi yang normal/baik. Ketika darah akan keluar
dari pembuluh darah, maka trombosit akan membentuk sumbat trombosit, sehingga tidak
terlihat petechia pada permukaan kulit pasien. Akan tetapi ketika jumlah ataupun fungsi
trombosit tidak berfungsi normal, maka akan lebih mudah terbentuk petechia.
Uji rumple leede dapat positif ketika dilakukan pada pasien dengan kondisi
trombositopenia, seperti pasien demam berdarah. Uji tidak boleh dilakukan apabila sebelum
pelaksaan pemeriksaan, pasien sudah mengalami pupura atau ekimosis. Apabila uji rumple
leede dilakukan setelah pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy, maka waktu
pembendungan dilakukan selama lima menit.
Hemostatis 129
darah tersebut diserap menggunakan kertas saring setiap 30 detik hingga luka tertutup (tidak
terdapat darah pada kertas saring). Pada metode ini, kondisi pasien normal jika luka pada
pasien terhenti antara 1-3 menit.
Pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy, dilakukan pembendungan pada lengan yang
akan diuji menggunakan spigmomanometer pada tekanan 40 mmHg. Setelah dilakukan
pembendungan, bagian voler lengan diantisepsis menggunakan alkohol 70% dan dibiarkan
mengering. Setelah alkohol mengering, dilakukan penusukan bagian voler lengan pasien.
Ketika terlihat tetes darah pertama pada daerah tusukan, makastopwatch dinyalakan. Tetes
darah tersebut diserap menggunakan kertas saring setiap 30 detik hingga luka tertutup (tidak
terdapat darah pada kertas saring). Pada metode ini, kondisi pasien normal jika luka pada
pasien terhenti antara 1-6 menit.
Pada metode Ivy, tetes darah pertama harus memiliki diameter 5 mm. Ketika diameter
tetes pertama < 5mm, maka dikhawatirkan tusukan kurang dalam. Jika diameter tetes
pertama < 5mm, maka perlu dilakukan penusukan ulang. Selain dari dimeter tusukan pertama,
tusukan yang kurang dalam dapat diketahui ketika masa perdarahan kurang dari satu menit.
Apabila pada pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy didapat hasil lebih dari 10
menit, maka pemeriksaan perlu diulang. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran tertusuknya
pembuluh darah vena ketika penusukan bagian voler lengan pasien. Apabila hasil uji ulang
masih didapat masa perdarahan lebih dari 10 menit, maka dapat membuktikan terdapatnya
kelainan pada proses hemostasis.
130 Hemostatis
ketika melewati celah. Besar gangguan aliran listrik sebanding dengan ukuran sel. Metode ini
mempunyai kekurangan yaitu, apabila sel trombosit yang melalui oriface (celah) lebih besar
dari normal (giant trombosit), maka alat dapat salah melakukan pembacaan, sel trombosit
akan dihitung sebagai sel eritrosit atau lekosit. Kesalahan pembacaan dapat juga terjadi ketika
terdapat kelainan sel eritrosit seperti sel eritrosit terfragmentasi. Pada kondisi tersebut, sel
eritrosit terfragmentasi dapat terbaca sebagai sel trombosit. Untuk menghindari kesalahan-
kesalahan pembacaan, maka dapat dilihat flaging pada alat otomatisasi tersebut.
Alat otomatisasi metode flowcitometri menghitung sel menggunakan sinar laser. Setiap
sel dalam darah sampel akan melewati celah yang disinari oleh sinar laser. Sinar laser tersebut
akan diserap oleh sel dan sinar yang berpendar akan dideteksi oleh alat dari beberapa sudut.
Pada alat ini dapat diketahui diameter serta morfologi sel lekosit (granula dan kompleksitas),
oleh karena itu alat ini dapat menghitung jenis sel lekosit 5 jenis.
Hemostatis 131
spesifik. Pewarnaan flowresensi akan menginformasikan rasio inti sel dan plasma dari setiap
sel yang diwarnai, sehingga berguna dalam membedakan sel trombosit, eritrosit berinti dan
retikulosit.
132 Hemostatis
Pada proses hemostasis, trombosit berfungsi untuk membentuk sumbat trombosit, agar
perdarahan dapat terhenti. Untuk mengetahui fungsi trombosit, dapat dilakukan pemeriksaan
agregasi trombosit. Pemeriksaan agregasi trombosit dapat dilakukan menggunakan alat
aggregometer. Selain untuk menilai fungsi trombosit, pemeriksaan agregasi trombosit dapat
digunakan untuk membantu diagnosa hyperkoagulasi yang dapat menyebabkan trombosis
akibat terbentuknya trombus.
I Fibrinogen
II Protrombin
III Jaringan tromboplastin
IV Kalsium
V Faktor labil, proakselerin
VI -
VII Faktor stabil, prokonvertin
VIII Globulin antihemolifilik (AHG), faktor A antihemofilik
IX Faktor Chrismas, komponen tromboplastin plasma (PTC)
X Faktor Stuart, Faktor Prower
XI Plasma tromboplastin antecedent, Faktor Antihemofilik C
XII Faktor Hageman, Faktor kontak
XIII Faktor penstabil fibrin, Fibrinase
High Molucular Weight Kininogen (HMWK), Faktor Fitzgerald
Prekalikrein, faktor Fletcher
Pembentukaan benang fibrin dapat distimulus oleh jalur intrinsik ataupun jalur ekstrinsik.
Jalur Intrinsik meliputi fase kontak dan pembentukkan kompleks aktivator F.X. Adanya kontak
antara F.XII dengan permukaan asing seperti serat kolagen akan mengaktivasi F.XII menjadi
FXIIa. Dengan adanya kofaktor HMWK, F.XIIa akan mengubah prekalikrein menjadi kalikrein.
F.XIIa akan mengubah F. XI menjadi XIa. F.XIa dengan bantuan ion kalsium akan mengubah
F.IX menjadi F.IXa. Reaksi terakhir jalur ekstinsik adalah interaksi non enzimatik antara F.IXa,
PF.3, F.VIII dan ion kalsium membentuk kompleks yang mengaktifkan F.X. Jalur ekstrinsik
terdiri dari reaksi tunggal dimana F.VII akan diaktifkan menjadi F.VIIa dengan adanya ion
Hemostatis 133
kalsium dan tromboplastin jaringan yang dikeluarkan oleh pembuluh darah yang luka.
Selanjutnya F.VIIa akan mengaktifkan F.X menjadi F.Xa. Jalur bersama meliputi pembentukkan
protrombin converting complex (protrombinase), aktivasi protrombin dan pembentukkan
fibrin. Reaksi pertama pada jalur bersama adalah perubahan F.X menjadi F.Xa. FXa bersama
F.V, PF.3, dan ion kalsium membentuk protrombin converting complex yang akan mengubah
protrombin menjadi trombin. Trombin selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
134 Hemostatis
Koagulasi jalur ekstrinsik distimulus oleh masuknya tromboplastin jaringan ke dalam
sirkulasi darah. Tromboplastin jaringan berasal dari phospolipoprotein dan membran organel
dari sel-sel jaringan yang terganggu. Faktor VII akan mengikat fosfolipid pada membran seldan
jaringan membentuk faktor VIIa, yang merupakan enzim kuat yang mampu mengaktifkan
faktor X menjadi Xa bersama dengan ion kalsium terionisasi. Pemeriksaan kelainan jalur
ekstrinsik dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan pada faktor-faktor
pembekuan darah pada jalur ini. Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain
pemeriksaan PT (Protrombin Time).
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Proses hemostasis dipengaruhi oleh vaskular, selular dan biokimia, untuk mengetahui/
membantu diagnosa kelainan hemostasis, maka ketiga faktor tersebut harus diperiksa.
2. Uji kemampuan vaskular dapat dilaksanakan dengan melakukan uji Rumple leede dan
masa perdarahan
3. Uji selular dilakukan dengan menghitung jumlah trombosit, baik menggunakan metode
manual ataupun menggunakan alat otomatisasi.
4. Selain melakukan hitung jumlah trombosit, uji selular dapat dilakukan dengan menguji
fungsi trombosit (uji agregasi trombosit).
Hemostatis 135
5. Uji biokimia dilakukan dengan menguji faktor intrinsik dan ekstrinsik, seperti melakukan
uji aPTT, PT, PRT, Trombin time, Fibrinogen.
Tes 1
1) Pada proses perdarahan, tubuh akan mengeluarkan zat serotonin, epinefrin, dan
5-hidroksitriptamin yang menyebabkan ....
A. Perdarahan terhenti
B. Agregasi trombosit
C. Stimulus perlekatan trombosit ke daerah luka
D. Vasokontriksi
E. Fibrinolisis
2) Pemeriksaan Rumple leede dilakukan pada pasien dengan tekanan darah 120/80 mmHg,
maka pembendungan lengan pasien dilakukan pada tekanan ... mmHg
A. 50
B. 60
C. 80
D. 100
E. 120
3) Pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy, dilakukan perlukaan pada bagian voler
lengan. Pemeriksaan harus dilakukan ulang apabila diameter tetes pertama .... mm
A. <5
B. 5
C. >5
D. < 10
E. 10
4) Pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy, dilakukan pembendungan pada bagian voler
lengan. Pembendungan lengan pasien dilakukan pada tekanan ... mmHg
A. 10
B. 20
C. 30
136 Hemostatis
D. 40
E. 50
5) Pada pemeriksaan hitung jumlah trombosit, larutan pengencer yang dapat digunakan
adalah ...
A. Turk
B. Rees Ecker
C. Hayem
D. New methilen blue
E. Eosin
Hemostatis 137
Topik 2
Persiapan alat pemeriksaan hemostasis
A. PERSIAPAN ALAT PENGAMBILAN DARAH SPESIMEN UJI HEMOSTASIS
Pemeriksaan hemostasis meliputi pemeriksaan terhadap vaskular, selular dan biokimia.
Pada pemeriksaan vaskular dilakukan perlukaan pada pembuluh kapiler sedangkan pada
pemeriksaan selular dan biokimia dilakukan pengambilan darah pembuluh darah vena.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada perlukaan pembuluh darah kapiler antara lain :
Jarum dan kapas alkohol yang digunakan steril dan disposible (satu kali pakai)
Antisepsis daerah tusukan dilakukan dengan cara melingkar satu arah dari bagian
dalam ke luar.
Tusukan harus cukup dalam (diameter serapan tetes pertama minimal 5mm)
138 Hemostatis
Tahapan pengambilan darah vena adalah sebagai berikut :
a. Alat dan bahan disiapkan.
b. Torniquette dipasang di bagian atas lengan lalu dilakukan palpasi untuk menentukan
posisi vena
c. Torniquette dikendurkan lalu bagian yang akan ditusuk diantisepsis menggunakan
kapas alkohol.
d. Torniquette dikencangkan kembali, lalu bagian yang akan ditusuk difiksasi dan
dilakukan penusukan pembuluh darah vena.
e. Ketika jarum masuk kedalam pembuluh darah vena, tabung ETS ditusukkan ke sisi
jarum yang lain.
f. Ketika darah mengalir ke dalam tabung, torniqutte dikendurkan.
g. Posisi jarum dipertahankan hingga tabung vacuatte terisi sesuai volume (batas tabung)
h. Ketika volume tabung terisi, kapas bersih dan kering diletakkan dibagian atas tusukan
jarum, tabung dilepaskan dari jarum lalu jarum dikeluarkan dari lumen vena dan bekas
luka tusukan ditutup dengan kapas bersih dan kering.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengambilan darah vena antara lain :
Jarum dan kapas alkohol yang digunakan steril dan disposible (satu kali pakai)
Antisepsis daerah tusukan dilakukan dengan cara melingkar satu arah dari bagian
dalam ke luar.
Torniquette harus dilepaskan atau dikendurkan secepatnya setelah tabung pertama
terisi (pembendungan kurang dari satu menit)
Tusukan yang dilakukan harus clean venipunture (tanpa reposisi)
Antikoagulan yang digunakan sesuai baik jenis ataupun takaran
Penampung yang digunakan terbuat dari plastik atau gelas yang dilapisi silikon
Disarankan menggunakan ukuran jarum minimal 20G
Homogenisasi tabung dilakukan sesuai agar tidak terdapat bekuan darah.
Urutan pengambilan darah harus sesuai dengan anjuran WHO/ICSH. Urutan tabung
adalah tabung kultur/steril, tabung koagulasi, tabung tanpa antikoagulan lalu tabung
dengan antikoagulan
Pembuangan tabung pertama ketika pengambilan sampel pemeriksaan hemostasis
dilakukan ketika sampel diambil menggunakan butterfly system atau menggunakan
alat kateter intravena.
Volume tabung harus terisi >90%
Tabung diberi label identitas, seperti nama pasien, tanggal lahir pasien dan nomor
laboratorium
Darah diambil pada pasien yang telah berpuasa selama 8 jam
Hemostatis 139
Pasien tidak diambil darah dalam keadaan stres
Gambar 71.Sfigmomanometer
b. Timer
Digunakan untuk mengatur waktu pembendungan, sehingga pembendungan
dilakukan dengan waktu yang sesuai. Timer yang akan digunakan, harus dipastikan
berfungsi dengan baik. Cara penggunaan tombol timer (start/mulai serta
stop/berhenti) serta waktu setiap putaran harus diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahan penggunaan ketika proses pemeriksaan pasien.
140 Hemostatis
Gambar 72.Timer
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy antara lain :
a. Sfigmomanometer
Digunakan untuk melakukan pembendungan pembuluh darah kapiler selama waktu
tertentu. Sfigmomanometer air raksa sebelum penggunaannya, harus dilihat apakah
air raksa dalam keadaan baik (tidak pecah). Perlu diuji juga apakah tekanan
Sfigmomanometer stabil (tidak turun selama dilakukan penahan pada posisi tertentu)
b. Timer
Digunakan untuk menghitung waktu perdarahan hingga perdarahan berhenti.
Sebelum digunakan, harus dipastikan timer berfungsi baik. Cara penggunaan tombol
timer (start/mulai serta stop/berhenti) serta waktu setiap putaran harus diperhatikan
agar tidak terjadi kesalahan penggunaan ketika proses pemeriksaan pasien.
c. Lancet
Digunakan untuk menusuk pembuluh darah kapiler. Lancet yang digunakan harus steril
dan hanya digunakan untuk satu kali penusukan
Gambar 73.Lancet
d. Autoklik
Merupakan alat bantu untuk melakukan penusukan pembuluh darah kapiler. Perlu
diperhatikan jenis autoklik yang digunakan serta kedalaman tusukan. Aturan
kedalaman tusukan disesuaikan dengan kondisi pasien, seperti pasien bayi penusukan
tidak sedalam pasien dewasa. Kedalaman tusukan dapat disesuaikan dengan mengatur
angka pada bagian atas autoklik, semakin besar angka yang dipilih, maka tusukan
jarum akan semakin dalam.
Hemostatis 141
Gambar 74.Autoklik
e. Kertas saring
Digunakan untuk menyerap setiap tetesan darah yang dikeluarkan oleh luka akibat
penusukan pembuluh darah kapiler.
a. Mikropipet
Digunakan untuk melakukan pengenceran sampel oleh larutan pengencer (amonium
oxalat / Rees Ecker). Mikropipet harus dikalibrasi secara berkala. Terdapat berbagai
macam jenis miikropipet, fix micropipette dan adjustable micropipette. Fix
micropipette adalah jenis mikropipette dengan satu jenis ukuran, misalnya mikropipet
20 μL dapat mengambil cairan dengan volume 20 μL saja. Adjustable micropipette
merupkan jenis mikropipet yang dapat digunakan untuk mengambil beberapa ukuran
volume cairan, seperti adjustablemicropipette 100 - 1000 μL, dapat digunakan untuk
mengambil cairan dengan volume 100 sampai dengan 1000 μL.
142 Hemostatis
Gambar 76.Mikropipet
b. Tip
Digunakan sebagai wadah cairan ketika mengambil cairan menggunakan mikropipet.
Terdapat berbagai macam ukuran tip, mulai dari tip putih yang digunakan untuk
mengambil cairan dengan volume yang kecil sekali (0,5 μL), Tip kuning dapat digunakan
untuk mengambil cairan mulai dari 10 μL hingga 200 μL dan tip biru yang digunakan
untuk mengambil cairan mulai dari 100 μL hingga 1000 μL.Tip sebaiknya digunakan
hanya satu kali (Disposible) untuk menghindari kontaminasi sampel.
Gambar 77.Tip
c. Tabung reaksi
Digunakan untuk menampung sampel dan larutan pengencer ketika proses
pengenceran. Tabung reaksi yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan kering.
d. Hemocitometer
Hemocitometer merupakan alat hitung jumlah sel darah seperti sel lekosit, eritrosit
dan trombosit. Hemositometer terdiri atas bilik hitung Improved Neubauer, pipet
Thoma dengan bola merah, pipet Thoma dengan bola putih, selang dan kaca penutup.
Hemostatis 143
Bilik hitung Improved Neubauer terdiri dari beberapa kotak-kotak kecil, dimana kotak-
kotak tersebut digunakan untuk menghitung sel-sel darah tertentu. Pipet Thoma
digunakan untuk melakukan penganceran darah, pipet dengan bola merah digunakan
untuk mengencerkan darah pada hitung sel eritrosit dan trombosit, sedangkan pipet
dengan bola putih digunakan untuk mengencerkan darah pada hitung sel lekosit.
Selang pada hemocitometer digunakan untuk proses pengambilan darah ataupun
larutan yang akan diencerkan pada pipet Thoma sedangkan kaca penutup digunakan
sebagai penutup cairan yang telah diletakkan pada bilik hitung. Bilik hitung yang
digunakan untuk hitung jumlah sel harus dalam keadaan bersih dan kering.
Gambar 79.Hemositometer
e. Cawan petri
Digunakan untuk menginkubasi sampel setelah dimasukkan ke dalam bilik hitung.
f. Kapas / tissue
Digunakan sebagai alas bilik hitung ketika proses inkubasi sampel setelah dimasukkan
ke dalam bilik hitung. Kapas / tissue dibasahkan terlebih dahulu sebelum digunakan,
sehingga selama proses inkubasi, sampel pada bilik hitung tidak mengering.
g. Tally counter
Digunakan untuk menghitung banyaknya sel yang ditemukan pada sediaan. Sebelum
penggunaan sebaiknya Tally counter diuji coba untuk memastikan alat tersebut
berfungsi dengan baik (berhenti ditengah perhitungan).
144 Hemostatis
Gambar 81.Tally counter
h. Objek glass
Digunakan untuk membuat sedian apus darah (SAD) pada penghitungan jumlah
trombosit menggunakan metode manual tidak langsung. Objek glass digunakan
seharusnya bersih, kering dan bebas lemak.
i. Mikroskop
Digunakan untuk melihat trombosit dengan melakukan perbesaran sebanyak 400x
pada penghitungan jumlah trombosit cara langsung dan perbesaran 1000x pada
penghitungan jumlah trombosit cara tidak langsung. Mikroskop sebaiknya dirawat
secara berkala, baik harian maupun bulanan. Perawatan harian dapat dilakukan
dengan membersihkan lensa okuler dan objektif setelah penggunaan.
Gambar 83.Mikroskop
Hemostatis 145
B.3. Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan biokimia hemostasis dapat dilakukan menggunakan metode manual, semi
otomatis dan otomatis.
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan biokimia antara lain :
a. Inkubator
Digunakan untuk menginkubasi reagensia dan sampel ketika dilakukan uji biokimia.
Perlu dilakukan pemeriksaan terhadap suhu dari inkubator, harus dipastikan suhu
sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan. Pengecekan suhu inkubator dapat dilakukan
dengan menggunakan thermometer. Pada inkubator basah, air yang masukkan ke
dalam inkubator harus bebas dari logam, sehingga dapat digunakan aquadest.
Penggunaan air biasa pada inkubator dapat menyebabkan karatan pada bagian
inkubator tertentu.
b. Koagulometer
Alat untuk melihat lamanya bekuan terbentuk setelah sampel ditambahkan dengan
pereaksi tertentu. Alat ini harus dikalibrasi secara berkala.
Gambar 84.Koagulometer
c. Agregometer
Aggregasi trombosit merupakan tes standar untuk menentukkan fungsi trombosit.
Aggregasi trombosit merupakan proses tahapan adhesi yang melibatkan reseptor berbeda.
Berbagai macam agen mampu menghasilkan aggregasi trombosit invitro, seperti kolagen dan
enzim proteolitik (trombin, epinefrin, dan serotonin). Alat aggregometer yang digunakan pada
pemeriksaan aggregasi trombosit harus dirawat secara rutin, salah satunya dengan melakukan
kalibrasi secara berkala.
146 Hemostatis
Gambar 85.Agregometer
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
Hemostatis 147
Tes 2
148 Hemostatis
Topik 3
Persiapan Bahan Pemeriksaan Hemostasis
A. PERSIAPAN PENGAMBILAN DARAH PEMERIKSAAN HEMOSTASIS
Pengambilan darah merupakan salah satu tahapan pra analitik yang harus diperhatikan
setiap tahapannya, karena kesalahan pada pengambilan darah dapat menyebabkan kesalahan
hasil pemeriksaan. Ketika proses pengambilan darah perlu diperhatikan beberapa hal seperti
:
a. Riwayat klinis pasien
Sebelum dilakukan pemeriksaan hemostasis, perlu diketahui riwayat klinis perdarahan
pasien, seperti riwayat perdarahan, frekuensi perdarahan, penyebab perdarahan, apakah
perdarahan terjadi setelah mengkonsumsi aspirin dan atau obat-obatan lain seperti terapi
antitrombosit. Untuk menghindari gangguan pre analitik, konsumsi obat-obatan yang dapat
mempengaruhi hasil, dilakukan setelah pengambilan darah dan obat-obatan yang dikonsumsi
oleh pasien selama satu minggu sebelum pengambilan darah, perlu dicatat.
Kondisi hamil berpengaruh terhadap beberapa kadar biokimia hemostasis, seperti
peningkatan kadar fibrinogen, faktor VII, VIII, X, vWF, D-Dimer serta kompleks trombin-
antitrombin. Selain itu keadaan hamil mempengaruhi penurunan antikoagulan fisiologis
dengan cara resistensi activated protein C (APC). Keadaan ini akan kembali normal setelah
proses kelahiran.
Kontrasepsi hormonal juga dapat mempengaruhi hasil uji biokimia hemostasis, seperti
peningkatan konsentrasi fibrinogen, protrombin, faktor VII, VIII dan X. Selain itu dapat
menurunkan inhibitor koagulasi seperti antitrombin, protein S dan tissue factor pathway
inhibitor (TFPI). Penggunaan kontrasepsi oral kombinasi, dapat meningkatkan risiko trombosis
vena 3-6 kali. Peningkatan risiko tergantung pada dosis estrogen dan jenis progesteron yang
digunakan pada kontrasepsi oral.
Hemostatis 149
Konsumsi kafein dihindari selama dua jam sebelum pengambilan darah. Kafein
mempengaruhi kemampuan fibrinolitik, waktu fibrinolisis memendek, kadar PAI-1
(plasminogen activator inhibitor) menurun dan aktivitas tPA (tissue plasminogen
activator)meningkat. Selain itu, disarankan tidak melakukan kegiatan fisik selama dua jam
sebelum pengambilan darah. Pengambilan darah dilakukan pada pasien yang telah
beristirahat pada waktu tertentu (minimal lima menit). Aktivitas fisik dapat meningkatkan
jumlah sel lekosit dan aktivasi koagulasi seperti, penurunan PT dan fibrinolisis, aktivasi aPTT,
peningkatan D-dimer, tPA dan PAI.
Kondisi stres perlu dihindari karena dapat meningkatkan protein fase akut seperti vWF,
faktor VIII dan fibrinogen.
c. Pengambilan darah
Proses pengambilan darah dilakukan menggunakan alat steril dan non pyrogenik.
Sebelum penggunaan perlu diperiksa sterilitas serta waktu kadarluarsa jarum. Ketika proses
pengambilan darah, plebotomis harus menggunakan sarung tangan, mengantisepsis daerah
venipunture dan membiarkan alkohol mengering sebelum pengambilan darah.
Pembendungan torniqutte tidak bolah dilakukan lebih dari satu menit, torniquette harus
dilepaskan setelah tabung pertama terisi darah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari
hemokonsentrasi yang dapat meningkatkan kadar fibrinogen, faktor VII, VIII, XII, mengaktivasi
sel endothelial dan fibrinolisis. Diameter jarum yang digunakan minimal 20G untuk
menghindari aktivasi trombosit invitro.
Untuk meminimalisir risiko sampel yang tidak memenuhi syarat, pengambilan darah
menggunakan butterfly needles dan IV catheter sebaiknya dihindari, karena dapat
menyebabkan hemolisis dan mengaktivasi faktor XII ketika darah terpapar oleh permukaan
biomaterial. Pengambilan darah harus dilakukan tanpa reposisi/tanpa trauma dan selama
penampungan, darah harus mengalir dengan lancar. Apabila pengambilan darah dilakukan
mengunakan spuit, pemindahan darah langsung dari jarum spuit kedalam tabung dengan cara
ditusukan pada karet penutup tabung harus dihindari karena dapat menyebabkan sampel
darah lisis.
150 Hemostatis
Penampungan sampel darah menggunakan ETS harus memperhatikan urutan tabung
agar tidak terjadi kontaminasi. WHO dan CLSI merekomendasikan urutan tabung pengambilan
darah adalah tabung kultur/steril, tabung koagulasi (biru), tabung tanpa antikoagulan
(merah), tabung gel (SST/ serum separator tube), tabung heparin (hijau), Tabung EDTA (ungu)
lalu tabung NaF (abu-abu).
Hemostatis 151
faktor koagulasi. Hemolisis dapat meningkatkan nilai PT, D-Dimer dan menurunkan kadar
fibrinogen.
Plasma lipemik dan ikterik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan karena
mempengaruhi absorbansi optikal ataupun transmisi cahaya ketika pembacaan hasil. CLSI
merekomendasikan untuk mengurangi kadar triliserida sampel dengan melakukan
ultrsentrifugasi, akan tetapi ultrasentrifugasi dapat mempresipitasi faktor VIII/vWF.
f. Pengiriman sampel
Pengiriman sampel pemeriksaan hemostasis dilakukan tanpa pendingin pada suhu 15-
25OC. Suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar dapat menyebabkan faktor V dan VIII
terdegrdasi. Sebelum pengiriman, sampel harus diperiksa kebenaran identitas, keamanan
wadah dan stabilitas sampel. Pengiriman harus dilakukan dengan hati-hati dan menghindari
getaran. Apabila sampel terjatuh maka sampel tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan.
Penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan berkurangnya protein-protein koagulasi.
Penggunaan pneumatic tube system (PTS) dapat mempengaruhi uji fungsi trombosit.
Akselerasi cepat PTS dapat menginduksi getaran, denaturasi protein, sehingga menyebabkan
hemolisis, aktivasi trombosit dan lain-lain.
g. Penolakan sampel
Setiap laboratorium harus memiliki kebijakan tersendiri untuk penolakan sampel.
Beberapa kriteria yang umum untuk penilakan sampel antara lain : Penggunaan tabung /
antikoagulan yang tidak sesuai, tabung penampung sampel (ETS) sudah kadarluarsa, identitas
pasien tidak jelas, volume sampel tidak sesuai, sampel hemolisis, sampel terdapat bekuan.
B. PEMBUATAN PLASMA
Plasma yang digunakan untuk pemeriksaan hemostasis adalah plasma miskin
trombosit/platelet poor plasma (PPP) dan plasma kaya tromobosit/platelet rich plasma (PRP).
Sentrifugasi yang digunakan untuk membuat PPP dan PRP direkomendasikan yang memiliki
rotor dengan jenis swing out buckets sehingga dapat memisahkan plasma dengan sel darah
dan meminimalisir pencampuran kembali sel darah dengan plasma. Sentrifuge disarankan
untuk disimpan pada suhu kamar (15-25OC) dan dikalibrasi secara berkala setiap 6 bulan.
152 Hemostatis
Gambar 87.Swing out bucket centrifuge
Hemostatis 153
dahulu sebelum digunakan. Pengenceran reagensia harus mengikuti aturan kit insert, baik
volume pelarut maupun jenis pelarut yang digunakan, seperti menggunakan larutan buffer
yang disediakan atau penggunaan aquadest sebagai pelarut. Reagensia yang sudah dilarutkan
juga mempunyai batas waktu penyimpanan, sehingga ketika melakukan pelarutan reagensia
harus dicatat tanggal pelaksaan di botol reagensia, sehingga mudah untuk meverifikasi
kelayakan reagensia yang akan digunakan.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
154 Hemostatis
7. Penolakan sampeldapat dilakukan apabila penggunaan tabung / antikoagulan yang tidak
sesuai, tabung penampung sampel (ETS) sudah kadarluarsa, identitas pasien tidak jelas,
volume sampel tidak sesuai, sampel hemolisis, sampel terdapat bekuan.
8. Pembuatan plasma sitrat dapat dilakukan dengan mensentrifugasi sampel dengan
kecepatan 1500g selama 15 menit tanpa pengaturan brake pada sentrifuge.
Tes 3
Hemostatis 155
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) D
2) D
3) A
4) D
5) B
Test Formatif 2
1) D
2) E
3) D
Test Formatif 3
1) C
2) C
3) A
156 Hemostatis
Glosarium
Petechia : perdarahan spontan ke dalam kulit dikarenakan kelainan trombosit atau
pembuluh darah, berwarna merah berukuran sebesar jarum pentul,
permukaannya datar dan tidak hilang ketika ditekan.
Purpura : perdarahan spontan ke dalam kulit dikarenakan kelainan trombosit
ataupembuluh darah dengan ukuran lebih besar dari petechia
Ekimosis : perdarahan ke dalam jaringan supervisial dan jarang menyebar kedalam
jaringan yang lebih dalam.
butterfly system : Alat pengambilan darah yang digunakan pada pembuluh darah vena
kecil atau sulit seperti pada pembuluh darah vena bayi atau pediatri.
butterfly system terdiri dari jarum berukuran 0,5 – 0,75 inch dengan
selang yang terhubung dengan ETS.
Evacuate tube system : alat pengambilan darah sistem tertutup, dimana darah pasien
mengalir melalui jarum yang masuk ke dalam pembuluh darah vena dan
langsung ditampung pada tabung tanpa terekspos udara luar.
brake rotor : Program pada centrifuge yang dapat digunakan untuk menghentikan
putaran sentrifugasi secara tiba-tiba.
Hemostatis 157
Daftar Pustaka
Dhurat Rachita, Sukesh MS, 2014. Principles and Methods of Preparation of Platelet Rich
Plasma: A Review and Author’s Perspective, India: Wolters Kluwe—Medknow
publications
Magnette A et al, 2016. Pre analytical issues in the haemostasis laboratory: guidance for the
clinical laboratories, Trombosis Journal
McCall Ruth E, Tankersley Cathee M, 2012. Phlebotomy Essentials fifth edition, Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
158 Hemostatis
Bab 8
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS
(VASKULAR, SELULAR)
Dewi Astuti.AMAK,S.Si.,M.Biomed.
Pendahuluan
P
roses hemostasis merupakan proses pencegahan perdarahan pada tubuh yang
dipengaruhi oleh vaskular, trombosit, faktor pembekuan darah dan fibrinolisis.
Pembuluh darah pada tubuh manusia terdiri atas pembuluh darah arteri, vena dan
kapiler. Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
jantung ke seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri membawa eritrosit yang mengandung
oksigen ke seluruh tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang membawa eritrosit yang banyak
mengandung karbondioksida. Pembuluh darah arteri terkecil yang berhubungan dengan
pembuluh darah kapiler disebut arteriola. Pembuluh darah vena bertugas membawa darah
dari seluruh tubuh ke jantung. Pembuluh darah vena membawa darah kaya akan
karbondioksida, kecuali vena pulmonalis yang membawa ertirosit kaya akan oksigen.
Pembuluh darah vena terkecil yang berhubungan dengan pembuluh darah kapiler disebut
venula. Pembuluh darah kapiler merupakan pembuluh darah yang menghubungkan antara
pembuluh darah arteriol dan venula , dimana eritrosit melakukan pertukaran oksigen dan
korbondioksida pada seluruh jaringan tubuh. Dikarenakan perbedaan dari komposisi oksigen
dalam darah, darah arteri berwarna lebih terang dibandingkan darah vena. Fungsi yang
berbeda tersebut mempengaruhi struktur dari pembuluh darah arteri, vena dan kapiler.
Pembuluh darah arteri mempunyai dinding pembuluh darah yang tebal dikarenakan darah
yang mengalir pada pembuluh darah arteri memiliki tekanan yang tinggi akibat kontraksi
jantung. Dinding pembuluh darah vena lebih tipis dibandingkan pembuluh darah arteri, dan
memiliki katup yang mencegah aliran darah kembali ke organ tubuh. Pembuluh darah kapiler
merupakan pembuluh darah yang memiliki satu lapis sel yang menghubungkan antara arteriol
dan venula. Berikut merupakan perbedaan antara pembuluh darah arteri, vena dan kapiler :
Hemostatis 159
Gambar 88.Perbedaan struktur pembuluh darah arteri, vena dan kapiler
Ketika terjadi perlukaan pada pembuluh darah, maka proses hemostasis pertama adalah
vasokonstriksi. Vasokonstriksi merupakan penyempitan pembuluh darah dikarenakan adanya
kontraksi otot lunak tunica intima. Vasokontriksi mengurangi aliran darah pada daerah luka
dan mengurangi hilangnya darah. Untuk mengetahui fungsi vaskular pada proses
hemostasis,maka dapat dilakukan pemeriksaan rumple leed.
Selain vaskular, hemostasis dipengaruhi oleh trombosit, baik jumlah ataupun fungsi
trombosit. Trombosit merupakan komponen darah yang dihasilkan dari pecahan
megakariosit, mempunyai ukuran 2-4 μL. Trombosit mempunyai masa hidup selama 10 hari
dalam sirkulasi darah.
160 Hemostatis
Ketika pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak, sehingga jaringan ikat
dibawah endotel akan terbuka. Hal tersebutakan mencetus trombosit untuk membuat sumbat
melalui tahap adhesi, agregasi dan pelepasan. Adhesi merupakan proses trombosit melekat
pada permukaan asing seperti serat kolagen. Adhesi trombosit dipengaruhi oleh protein
plasma seperti vWF yang disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. vWF berfungsi sebagai
jembatan antara trombosit dan jaringan subendotel. Setelah trombosit melekat pada
permukaan asing, trombosit akan melekat ke trombosit lain, hal ini disebut dengan aggregasi.
Proses aggregasi dicetus oleh ADP yang dikeluarkan oleh trombosit yang melekat pada
permukaan asing. Trombosit tersebut akan membentuk aggregasi primer yang bersifat
reversibel. Trombosit pada aggregasi primer akan mengeluarkan ADP sehingga terjadi
aggregasi sekunder yang bersifat irreversibel. Proses sumbat trombosit tentunya dipengaruhi
oleh jumlah dan fungsi dari trombosit. Untuk mengetahui hal tersebut, dapat dilakukan
pemeriksaan hitung jumlah trombosit dan uji aggregasi trombosit.
Hemostatis 161
Topik 1
Pemeriksaan Rumple leed
A. PRINSIP PEMERIKSAAN RUMPLE LEED
Dilakukan pembendungan pada pembuluh darah vena, sehingga tekanan darah dalam
pembuluh kapiler meningkat. Dinding kapiler yang kurang kuat akan menyebabkan darah
keluar dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak merah
kecil pada permukaan kulit, yang disebut dengan Petechia
162 Hemostatis
Diastolik 120 mmHg, maka tekanan sfigmomanometer selama uji rumple leed adalah
100 mmHg ; ((80 + 120) : 2)
4. Tekanan ditahan selama 10 menit (jika uji dilakukan pada lengan yang sama setelah
tes masa perdarahan metode Ivy, maka tekanan ditahan selama 5 menit).
5. Ikatan spygmomanometer dilepaskan setelah masa pembendungan selesai, lengan
yang dibendung dibiarkan hingga kondisi lengan statis (warna lengan serupa dengan
lengan yang tidak dibendung).
6. Adanya Petechia (bercak merah) dihitung pada lingkaran dengan diameter 5 cm, kira-
kira 4 cm distal dari fossa cubiti.
Hemostatis 163
membentuk sumbat trombosit, sehingga darah tidak keluar ke jaringan dan petechia tidak
terbentuk.
Pada proses uji rumple leed persiapan alat akan mempengaruhi, ketika tekanan
sfigmomanometer tidah stabil, maka tekanan dapat menurun ketika proses uji. Hal tersebut
dapat menyebabkan tekanan darah tidak sesuai dengan SOP, sehingga stimulus
pembentukkan petchia tidak sesuai SOP. Kondisi tersebut dapat menyebabkan hasil rumple
leed negatif palsu. Pada tahap analitik, penetapan daerah hitung petechia serta pengenalan
ATLM terhadap petechia sangat mempengaruhi hasil. Petechia tidak boleh dihitung pada
daerah lipatan siku (<4 cm distal dari fossa cubiti), karena pada bagian tersebut tekanan
sfigmomanometer lebih besar, sehingga akan lebih mudah terbentuk petchia. Perhitungan
petechia di sekitar lipat siku dapat menyebabkan interpretasi positif palsu. Pengenalan ATLM
terhadap petechia juga sangat mempengaruhi hasil, karena jika tidak mengetahui bentuk
petchia maka akan menyebabkan kesalahan interpretasi hasil. Ukuran lingkar daerah baca
juga harus ditentukan dengan tepat, jika kurang dari atau lebih dari 5 cm maka akan
menyebabkan kesalahan interpretasi hasil. Selain melihat daerah baca disekitar lingkaran,
ATLM juga harus melihat bagian voler lengan, jika banyak terdapat petechia, maka hasil uji
rumple leed positif. Kesalahan paska analitik terjadi ketika terjadi kesalahan penulisan hasil
uji, oleh karena itu penulisan hasil harus dilakukan dengan teliti sesuai dengan hasil uji.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Pemeriksaan rumple leed merupakan uji terhadap kemampuan vaskular pada proses
hemostasis
2. Selain kondisi vaskular, uji rumple leed dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi trombosit.
164 Hemostatis
3. Uji rumple leed dinyatakan positif apabila Petechia di dalam lingkaran lebih dari 10 atau
apabila jauh pada bagian distal lengan terbentuk banyak petechia, maka hasil dilaporkan
positif.
4. Uji rumple leed dipengaruhi oleh kondisi klinis ataupun pengerjaan uji mulai dari pra
analitik hingga paska analitik.
Tes 1
1) Pasien dengan tekanan darah 100/120 mmHg akan melakukan pemeriksaan rumple
leed. Tekanan sfigmomanometer yang diberikan pada lengan pasien tersebut adalah ...
mmHg
A. 80
B. 90
C. 100
D. 110
E. 120
2) Seorang pasien akan melakukan pemeriksaan bleeding time dan rumple leed.
Pemeriksaan bleeding time metode Ivy dikerjakan terlebih dahulu dengan hasil uji 3
menit. Pemeriksaan rumple leed dilakukan setelah uji tersebut, maka tekanan
sfigmomanometer pada uji tersebut dilakukan selama ... menit
A. 3
B. 4
C. 5
D. 7
E. 10
3) Interpretasi uji rumple leed dilakukan padadaerah kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti
dengan diameter lingkaran ... cm
A. 3
B. 5
C. 7
D. 8
E. 10
Hemostatis 165
Topik 2
Pemeriksaan Masa Perdarahan
A. PRINSIP PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN
Pemeriksaan masa perdarahan/bleeding time dapat dilakukan dengan metode Ivy dan
Duke. Metode Ivy dilakukan dengan membuat perlukaan pada bagian voler lengan sedangkan
metode Duke dilakukan membuat perlukaan pada bagian bawah cuping telinga. Metode yang
disarankan adalah metode Ivy, karena pada metode tersebut dilakukan pembendungan
lengan pada tekanan 40 mmHg, sehingga terdapat perlakuan yang standar pada pembuluh
darah kapiler yang dilukai. Metode Duke sebaiknya hanya dilakukan pada pasien bayi, karena
tidak mungkin dilakukan pembendungan pada lengan pasien.
Prinsip pemeriksaan masa perdarahan adalah perlukaan standar dilakukan pada
pembuluh kapiler baik di permukaan volar lengan ataupun bagian bawah cuping telinga.
Lamanya perdarahan pada luka tersebut diukur dan dilaporkan sebagai masa perdarahan.
166 Hemostatis
6. Stopwatch dihentikan ketika darah tidah dapat dihisap lagi.
7. Waktu pada stopwatch dicatat sebagai masa perdarahan pasien.
II. Metode Ivy
1. Alat disiapkan.
2. Bagian voler lengan bawah diantisepsis menggunakan kapas alkohol 70% lalu dibiarkan
mengering.
3. Manset spygmomanometer dipasang di lengan atas dan dipompa hingga tekanan 40
mmHg (tekanan dipertahankan selama pemeriksaan berlangsung).
4. Tegangkan kulit bagian lengan bawah menggunakan tangan kiri, kira-kira 3 cm
dibawah lipat siku lakukan penusukan menggunakan lanset dengan kedalaman 3 mm.
5. Stopwatch dijalankan ketika terlihat adanya tetesan darah dari daerah yang dilukai.
6. Tetes darah yang keluar diisap menggunakan kertas saring setiap 30 detik
(penghisapan tetesan darah dilakukan tidak dengan cara menekan kertas saring ke
daerah bagian perlukaan).
7. Stopwatch dihentikan ketika darah tidah dapat dihisap lagi.
8. Waktu pada stopwatch dicatat sebagai masa perdarahan pasien.
Hemostatis 167
mempengaruhi hasil. Stopwatch harus dinyala tepat ketika tetes darah pertama keluar dari
daerah perlukaan, tetes darah harus diserap setiap 30 detik dan mematikan stopwatch harus
tepat ketika tetes darah sudah terhenti (tidak terdapat tetes darah pada kertas saring.
Kesalahan pada tahap paskaanalitik dapat terjadi ketika terjadi kesalahan pelaporan hasil,
seperti kesalahan pada penulisan satuan hasil.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Masa perdarahan merupakan salah satu pemeriksaan hemostasis yang dilakukan untuk
menguji fungsi vaskular dan selular
2. Pemeriksaan masa perdarahan dapat dilakukan dengan metode Duke dengan cara
melukai pembuluh darah kapiler pada cuping telinga dan metode Ivy dengan cara
melukai pembuluh darah kapiler pada bagian voler lengan
3. Metode Ivy lebih dianjurkan dilakukan pada pasien dewasa karena terdapat perlakuan
pembendungan lengan menggunakan sfigmomanometer.
4. Metode Duke dianjurkan pada pasien bayi karena tidak memungkinkan melakukan
pembendungan lengan bayi.
5. Kesalahan hasil pemeriksaan masa perdarahan dapat disebabkan kesalahan pada tahap
pra analitik, analitik dan paska analitik.
6. Masa perdarahan yang memanjang menandakan ada kelainan hemostasis
168 Hemostatis
Tes 2
2) Tetes darah pertama pada pemeriksaan masa perdarahan metode Ivy harus
berdiameter ... mm
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Hemostatis 169
Topik 3
Pemeriksaan Hitung Trombosit
Cara Langsung
A. PRINSIP PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA LANGSUNG
I. Metode Rees Ecker
Darah dengan penambahan reagensia Rees Ecker, maka sel selain eritrosit dan
trombosit akan lisis. Jumlah trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer
menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan
mengalikan faktor perhitungan.
170 Hemostatis
5. Trombosit dihitung pada 25 kotak kecil di bagian tengah bilik hitung dengan luas
1mm2menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 40x. Perhitungan
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan “kiri atas”. Ketentuan “kiri atas” adalah
trombosit yang menyinggung garis batas sebelah kiri dan batas atas dihitung, sedangkan
trombosit yang menyinggung garis batas sebelah kanan dan bawah tidak dihitung.
6. Jumlah trombosit yang ditemukan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian hasil
perhitungan dilaporkan sebagai jumlah trombosit sampel.
Penghitungan :
Untuk menentukan jumlah trombosit / µL darah atau / mm3 darah, maka faktor penghitungan
harus ditentukan terlebih dahulu.
Jumlah trombosit / µL darah = jumlah trombosit yang dihitung (N) X faktor (F)
Hemostatis 171
= 1990 µL + 10 µL = 200
10 µL
F. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Hitung Trombosit Cara
Langsung
Ketidaksesuaian pada tahap pra analitik, analitik dan paska analitik dapat
mempengaruhi hasil yang akan dilaporkan. Pada tahap pra analitik, harus diperhatikan fungsi
dan kebersihan alat yang digunakan, alat harus dalam keadaan bersih, kering dan berfungsi
baik. Garis-garis hitung pada bilik hitung harus dipastikan masih bergaris tegas, sehingga
memudahkan perhitungan. Reagensia yang digunakan tidak boleh melewati batas kadarluarsa
dan tidak memiliki endapan. Endapan pada reagensia dapat menyebabkan kesulitan dalam
menentukan trombosit ketika perhitungan, dapat menyebabkan kesalahan perhitungan.
Tahap analitik harus memperhatikan setiap prosedur yang dilaksanakan. Sampel harus
terhomogenisasi baik dengan cara menginversi tabung sampel sebanyak 8-10 kali. Apabila
sampel sudah tidak terhomogenisasi baik, maka jika terambil bagian supernatan sampel
(bagian atas), maka sel yang terhitung akan lebih sedikit (trombositopenia palsu). Pada
pemipetan reagensia dan sampel, harus dipehatikan tekanan pada mikropipet, pengambilan
172 Hemostatis
reagensia, sampel dan pembilasan tip ketika pengenceran dilakukan pada tekanan pertama,
sedangkan membuang seluruh larutan yang tersisa pada tip dilakukan dengan melakukan
tekanan maksimal (tekanan dua).
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
Tes 3
1) Perhitung sel trombosit manual cara langsung, dapat dilakukan menggunakan larutan …
A. Turk
B. Hayem
C. Amonium oxalate
D. EDTA
E. New methilen blue
Hemostatis 173
2) Luas bilik hitung yang digunakan untukmenghitung sel trombosit manual cara langsung
adalah … mm2
A. 0,25
B. 1
C. 4
D. 9
E. 16
3) Tinggi bilik hitung Improved Neubauer yang digunakan pada hitung sel trombosit
manual cara langsung adalah … mm
A. 0,05
B. 0,1
C. 0,25
D. 0,5
E. 1
174 Hemostatis
Topik 4
Pemeriksaan Hitung Trombosit
Cara Tidak Langsung
A. PRINSIP PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARA TIDAK LANGSUNG
Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit pada hapusan darah dengan
caradibandingkan dengan jumlah eritrosit dalam 1mm3 darah.
Hemostatis 175
Sediaan apus darah yang baik adalah sediaan dengan panjang ½ - 2/3 panjang
kaca objek, terdapat bagian tipis dimana sel darah tidak saling bertumpuk dan
tidak saling terpisah jauh, sediaan tidak bergaris dan berlubang-lubang.
Sediaan apus darah yang tidak layak digunakan antara lain; bergaris, dapat disebabkan
karena ujung kaca penggeser yang tidak rata (gambar A), mendorong kaca penggeser
dengan ragu-ragu (gambar B), mendorong kaca penggeser terlalu cepat (gambar C),
tetes darah terlalu sedikit (gambar D),
176 Hemostatis
Tetes darah belum menyebar keseluruh tepi kaca penggeser (gambar E), kaca objek
kotor, berlemak, atau dikarenakan sampel darah dengan kadar lipid yang tinggi (gambar
F), tekanan kaca penggeser yang tidak rata/seimbang (gambar G) dan pembuatan SAD
tertunda sehingga tetes darah sudah mulai mengering (gambar H).
Hemostatis 177
Gambar 95.Fiksasi sediaan dengan methanol absolut
c) Genangi sediaan hapus darah dengan zat warna Giemsa, biarkan selama 20 -30
menit.
178 Hemostatis
Perhitungan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan “kiri atas”.
Ketentuan “kiri atas” adalah trombosit yang menyinggung garis batas sebelah
kiri dan batas atas dihitung, sedangkan trombosit yang menyinggung garis
batas sebelah kanan dan bawah tidak dihitung.
f) Jumlah sel eritrosit yang ditemukan dikalikan dengan faktor pengenceran,
kemudian hasil perhitungan dilaporkan sebagai jumlah sel eritrosit sampel.
Penghitungan :
Untuk menentukan jumlah sel eritrosit / µL darah atau / mm3 darah, maka faktor
penghitungan harus ditentukan terlebih dahulu.
Jumlah sel eritrosit / µL darah = jumlah sel eritrosit yang dihitung (N) X faktor (F)
= 1990 µL + 10 µL = 200
10 µL
Hemostatis 179
b) Letakkan SAD pada meja mikroskop lalu cari lapang pandang yang baik (sel-sel
darah tidak menggumpal dan tidak saling berjauhan) menggunakan perbesaran
100x.
c) Letakkan 1 tetes minyak imersi pada bagian lapang pandang lalu geser lensa
objektif ke perbesaran 1000x (lensa objektif 100x)
d) Trombosit dihitung per 1000 eritrosit pada pada perbesaran 1000x
e) Jumlah trombosit per µL darah dihitung dengan melakukan perhitungan
sebagai berikut :
Jumlah trombosit per µL : Jumlah trombosit SAD X Jumlah eritrosit per µL darah
Jumlah eritrosit SAD
180 Hemostatis
E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT CARATIDAK
LANGSUNG
Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah 150.000-450.000
trombosit /µL darah. Jumlah kurang dari 150.000 trombosit /µL darah disebut dengan
trombositopenia, sedangkan jumlah lebih dari 450.000 trombosit /µL darah disebut dengan
trombositosis.
Hemostatis 181
terjadi kesalahan perhitungan. Penulisan hasil pada tahap paska analitik harus diperhatikan
agar tidak terjadi kesalahan pelaporan hasil.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Hitung jumlah sel trombosit dapat dilakukan menggunakan metode tidak langsung,
dengan menghitung sel trombosit per 1000 sel eritrosit pada sediaan apus darah lalu
dibandingkan dengan jumlah eritrosit dalam 1mm3 darah.
2. Sediaan apus darah yang layak digunakan adalah SAD dengan panjang sediaan ½ - 2/3
panjang kaca objek, tidak bergaris, tidak berlubang dan memiliki daerah yang cukup tipis
untuk membaca apusan secara mikroskopis.
3. Hitung jumlah trombosit cara tidak langsung perlu memperhatikan kebersihan alat yang
akan digunakan, kualitas pewarnaan, tehnik membuat sediaan, perhitungan sel serta
pelaporan hasil.
Tes 4
182 Hemostatis
2) Kaca objek yang berlemak dapat menyebabkan sediaan tampak ...
A. Bergaris
B. Berlubang
C. Pendek
D. Terputus-putus
E. Tebal
3) Pada hitung jumlah trombosit cara tidak langsung dilakukan perhitungan sel eritrosit /
μL. Pada hitung sel eritrosit tersebut, digunakan reagensia ...
A. Hayem
B. Rees Ecker
C. Amonium oxalat
D. New methilen blue
E. Giemsa
Hemostatis 183
Topik 5
Pemeriksaan Hitung Trombosit
Menggunakan Alat Otomatisasi
A. PRINSIP PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT MENGGUNAKAN ALAT
OTOMATISASI
1. Metode Impedans
Alat otomatisasi dengan metode impedance, menghitung sel berdasarkan ukuran
sel. Pada metode electrical impedance sel dihitung berdasarkan ukuran sel. Sel
dalam darah akan melewati orifice/celah, dimana sel yang tersebut akan melewati
celah satu persatu dan mengganggu aliran listrik ketika melewati celah. Besar
gangguan aliran listrik sebanding dengan ukuran sel.
2. Metode Flow cytometri
Pengukuran jumlah dan sifat sel yang dibungkus oleh aliran cairan yang melewati
celah sempit, sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat
lewat satu persatu, melewati sinar laser, dimana absorbansi setiap sel akan diukur
dengan melalui beberapa sudut sehingga dapat diketahui granula, diameter sel serta
kompleksitas intra sel .
3. Metode Flouresensi Flowsitometri
Alat otomatisasi metode flouresensi flowsitometri mempunyai prinsip seperti alat
flowsitometri, hanya saja dilakukan penambahan reagensia flowresensi untuk
menghitung sel spesifik. Pewarnaan flowresensi akan menginformasikan rasio inti
sel dan plasma dari setiap sel yang diwarnai, sehingga berguna dalam membedakan
sel trombosit, eritrosit berinti dan retikulosit.
⌂Hemostasis 184
reagensia dari alat otomatisasi tersebut serta bahan control. Bahan kontrol terdiri dari tiga
level, yaitu low, normal dan high. Bahan kontrol low memilikinilai hasil pemeriksaan dibawah
nilai normal, bahan kontrol normal memiliki hasil pemeriksaan di dalam batas nilai normal,
dan bahan kontrol high memiliki hasil pemeriksaan diatas nilai normal. Ketiga kontrol tersebut
harus dikerjakan sebelum sampel dikerjakan untuk memastikan bahwa alat dapat mampu
menghitung sel dalam batas nilai rendah, normal dan tinggi.
Hemostatis 185
c. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan ujung probe
menyentuh dasar botol darah sampel agar tidak menghisap udara.
d. Tekan Start Switch untuk memulai proses
e. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar bunyi Beep dua
kali.
f. Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada kertas
printer.
4. Melakukan pemeriksaan darah dengan Pre-Diluted Mode(digunakan ketika volume
sampel sedikit)
a. Lakukan pengenceran darah sampel dan cairan cellpack dengan perbandingan
1:26, 20 µL darah sampel dilarutkan dengan 500µL cellpack.
b. Pastikan alat dalam status Ready, Jika sistem tidak pada Pre-Diluted Mode tekan
tombol (Mode) untuk mengubah Analysis Mode dan gunakan
tombol(Left/Right) untuk memilih (Pre-Diluted), kemudian tekan tombol
(Enter)
c. Pastikan alat dalam status Ready, kemudian tekan tombol (Sample No) untuk
memasukkan nomor identitas darah sampel, kemudian tekan tombol (Enter).
d. Homogenisasikan darah sampel yang akan diperiksa dengan baik.
e. Buka tutupnya dan letakkan di bawah Aspirate Probe. Pastikan ujung probe
menyentuh dasar botol darah sampel agar tidak menghisap udara.
f. Tekan Start Switch untuk memulai proses
g. Tarik botol darah sampel dari bawah probe setelah terdengar bunyi Beep dua
kali.
h. Hasil akan tertampil pada layar dan secara otomatis tercetak pada kertas
printer
186 Hemostasis
E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN HITUNG TROMBOSIT
MENGGUNAKAN ALAT OTOMATISASI
Jumlah trombosit di dalam darah dinyatakan normal jika berjumlah 150.000-
450.000 trombosit / µL darah. Jumlah kurang dari 150.000 trombosit / µL darah disebut
dengan trombositopenia, sedangkan jumlah lebih dari 450.000 trombosit / µL darah disebut
dengan trombositosis.
Pemeriksaan hitung trombosit dapat dilaporkan ketika sebelum pemeriksaan sampel,
bahan kontrol memasuki rentang nilai sesuai kit dan tidak terdapat tanda peringatan pada alat
hematology analyzer. Apabila terjadi ketidaksesuaian pada saat pemeriksaan, alat akan
memberikan peringatan dengan memberikan tanda/flagging. Ketika tanda flagging tampak
pada monitor, maka ATLM harus menindaklanjuti sebelum mengeluarkan hasil. Contoh tanda
flagging pada alat Sysmex KX-21 terkait pemeriksaan hitung jumlah trombosit :
PL : frekuensi relatif dari PLT-LD (platelet lower discriminator) melewati batas
PU : frekuensi relatif dari PLT-UD (platelet upper discriminator) melewati batas
Hemostatis 187
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Hitung jumlah trombosit per μL darah dapat dilakukan menggunakan alat otomatisasi
dengan metode Impedance, flow cytometri dan flouresensi flowsitometri.
2. Hitung jumlah trombosit menggunakan alat otomatisas harus menggunakan bahan
kontrol sebelum melakukan pemeriksaan sampel
3. Pada alat otomatisasi dapat digunakan beberapa metode/mode pemeriksaan, seperti
whole blood dan pre-dilute yang digunakan ketika jumlah sampel darah sedikit.
Tes 5
1) Hitung sel trombosit dapat dilakukan menggunakan alat hematology analyzer. Ketika
perhitungan sel dilakukan berdasarkan ukuran sel, maka alat tersebut bekerja dengan
prinsip ..
A. Impedance
B. Flow cytometri
C. Flowresensi flowcytometri
D. Absorbansi
E. Otomatisasi
188 Hemostasis
2) Untuk memastikan alat dapat melakukan pemeriksaan dengan baik, sebelum melakukan
pemeriksaan hitung sel trombosit menggunakan alat hematology analyzer, seharusnya
dilakukan ...
A. Auto clean
B. Bacground check
C. Pemeriksaan bahan kontrol
D. Mengencerkan sampel dengan diluent
E. Aspirate sampel
Hemostatis 189
Topik 6
Pemeriksaan Agregasi Trombosit
A. PRINSIP PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
Pemeriksaan agregasi tombosit dilakukan menggunakan metoda turbidimetrik menurut
Born yang didasarkan pada perubahan transmisi cahaya. Sebelum penambahan platelet
agonist (agregator), transmisi cahaya yang melalui PRP rendah karena trombosit masih
tersuspensi dalam PRP. Setelah penambahan agonist maka trombosit akan mengalami
agregasi kemudian agregat trombosit akan mengendap, sehingga plasma menjadi jernih dan
akhirnya transmisi cahaya meningkat.
190 Hemostasis
D. PROSEDUR PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
1. Pembuatan Platelet Rich Plasma (RPP) dan Platelet poor Plasma (PPP)
Sebanyak 9,0 ml darah dimasukkan kedalam tabung sitrat yang berisi 1 mL Na
sitrat 3.2%. Pembuatan PRP dilakukan dengan mensentrifugasi darah dengan
kecepatan 1000 rpm selama 15 menit atau 100 g selama 15 menit. Plasma yang
diperoleh adalah PRP, kemudian dipindahkan ke dalam tabung plastik. Jumlah
trombosit PRP harus 200.000-300.000/ µL. Jika jumlah trombosit <100.000/µL
sulit untuk melakukan setting optical baseline.
Sisa darah dalam tabung sitrat yang telah dipisahkan PRPnya, disentrifus lagi
3500 rpm selama 15 menit atau 2400 g selama 20 menit. Plasma yang diperoleh
adalah PPP. Kemudian dimasukkan 500 µL kedalam kuvet pemeriksaan.
Pemeriksaan
a. Nyalakan alat, tunggu sampai suhu incubation wells pada alat mencapai
suhu 370C. Nyalakan komputer, ketik data pasien.
b. Siapkan PRP dan PPP. Masukkan 5 kuvet kedalam lubang incubation
wells, 4 kuvet diisi dengan PRP sebanyak 500 µL dan 1 kuvet sebagai
blanko diisi dengan PPP sebanyak 500 µL.
c. 4 kuvet yang berisi 500 µL PRP dimasukkan sebutir magnet yang
berfungsi sebagai pengaduk.
d. Kelima kuvet tersebut diinkubasi selama 3 menit pada suhu 37 0C.
e. Satu kuvet yang berisi PPP dan stir bar dipindahkan ke lubang optical
chamber, kemudian PPP set switch ditekan ke angka 1.
f. 4 kuvet yang berisi PRP secara berurutan dimasukkan ke lubang optical
chamber PRP kemudian tombol stirrer dijalankan.
g. Inkubasi kelima kuvet tersebut selama 3 menit pada suhu 37 0C.
h. Buat garis baseline untuk menentukan batas atas dan bawah pada trace
1,2,3 dan 4 pada agregometer.
i. Siapkan reagen ADP kemudian masukkan larutan ADP berbagai
konsentrasi sebagai berikut :
Hemostatis 191
E. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN AGREGASI TROMBOSIT
ADP 1,2,5 dan 10 µM berturut-turut : 3-15%, 11 – 36%, 25 – 68% dan 49 – 84%
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
192 Hemostasis
Tes 6
1) Untuk membuat PPP, sampel darah disentrifugasi dengan kecepatan ... rpm
A. 500
B. 1000
C. 1500
D. 2000
E. 2500
2) Jenis sentrifuge yang digunaka untuk membuat PPP dan PRP adalah ...
A. Micro rotor
B. Swing out rotor
C. Fixed angle rotor
D. Drum rotor
E. Winshield rotor
Hemostatis 193
Topik 7
Pemeriksaan Retraksi Bekuan
dan Volume Cairan Bekuan
A. PRINSIP PEMERIKSAAN RETRAKSI BEKUAN DAN VOLUME CAIRAN
BEKUAN
Setelah darah membeku, bekuan darah mengerut dan pada proses pengerut, sejumlah
serum diperas keluar dari bekuan sehingga bekuan menjadi kenyal.
194 Hemostasis
h. Pemeriksaan nilai hematokrit dilakukan pada sampel (untuk pemeriksaan volume
cairan bekuan).
Rumus :
Retraksi bekuan = volume serum X 100%
volume darah awal
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Hemostatis 195
Ringkasan
Tes 7
1) Pemeriksaan Retraksi bekuan dilakukan pada seorang pasien. Volume awal darah ketika
dimasukkan ke dalam tabung reaksi adalah 5,0 mL. Setelah diinkubasi selama 3 jam
pada suhu 25OC, bekuan diangkat, volume cairan yang tertinggal pada tabung reaksi
adalah 2,3 mL. Diketahui nilai hematokrit sampel tersebut adalah 37%. Retraksi bekuan
sampel tersebut adalah ... %
A. 17
B. 23
C. 46
D. 50
E. 54
2) Pemeriksaan Retraksi bekuan dilakukan pada seorang pasien. Volume awal darah ketika
dimasukkan ke dalam tabung reaksi adalah 5,0 mL. Setelah diinkubasi selama 3 jam
pada suhu 25OC, bekuan diangkat, volume cairan yang tertinggal pada tabung reaksi
adalah 2,3 mL. Diketahui nilai hematokrit sampel tersebut adalah 37%. Volume bekuan
sampel tersebut adalah ... %
A. 17
B. 23
C. 46
D. 50
E. 54
3) Pemeriksaan Retraksi bekuan dilakukan pada seorang pasien. Volume awal darah ketika
dimasukkan ke dalam tabung reaksi adalah 5,0 mL. Setelah diinkubasi selama 3 jam
pada suhu 25OC, bekuan diangkat, volume cairan yang tertinggal pada tabung reaksi
196 Hemostasis
adalah 2,3 mL. Diketahui nilai hematokrit sampel tersebut adalah 37%. Volume cairan
bekuan sampel tersebut adalah ... %
A. 17
B. 23
C. 46
D. 50
E. 54
Hemostatis 197
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1 Test Formatif 5
1) D 1) A
2) C 2) C
3) B 3) B
Test Formatif 4
1) E
2) B
3) A
198 Hemostasis
Glosarium
Darah EDTA : Darah yang ditambahkan antikoagulan EDTA (ethilen diamin tetraacetic
acid)
Tekanan Sistolik : Tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung.
Supernatan : Subtansi hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah
berada di bagian lapisan atas dan warnanya lebih jernih.
Whole blood :Mengandung semua komponen darah secara utuh, baik plasma maupun
sel darahnya.
Hemostatis 199
Daftar Pustaka
Dhurat Rachita, Sukesh MS, 2014. Principles and Methods of Preparation of Platelet Rich
Plasma: A Review and Author’s Perspective, India:Wolters Kluwe—Medknow
publications
McCall Ruth E, Tankersley Cathee M, 2012. Phlebotomy Essentials fifth edition, Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Riadi Wirawan, 2008. Nilai Rujukan Pemeriksaan Agregasi Trombosit dengan Adenosis Difosfat
pada Orang Indonesia Dewasa Normal di Jakarta. Jakarta: FKUI.
Rohmawati, E, 2003. Penentuan Faktor Estimasi Jumlah Trombosit Pada Sediaan Apus Darah
Tepi Pasien Trombositopenia. Semarang: s.n.
Sugiati, 2013. Pengaruh Waktu dan Suhu Terhadap Jumlah Trombosit Metode Automatic.
Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang.
200 Hemostasis
Bab 9
PEMERIKSAAN HEMOSTASIS (BIOKIMIA)
Dewi Astuti,AMAK,S.Si.,M.Biomed.
Pendahuluan
F
aal hemostasis adalah suatu fungsi tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan
keenceran darah sehingga darah tetap mengalir dalam pembuluh darah dan menutup
kerusakan dinding pembuluh darah sehingga mengurangi kehilangan darah pada saat
terjadinya kerusakan pembuluh darah. Faal hemostasis melibatkan sistem vaskuler, sistem
trombosit, sistem koagulasi, dan sistem fibrinolisis.
Sistem vaskuler, trombosit, koagulasi, dan fibrinolisis harus bekerja sama dalam suatu
proses yang berkeseimbangan dan saling mengontrol untuk mendapatkan faal hemostasis
yang baik. Kelebihan atau kekurangan suatu komponen akan menyebabkan kelainan.
Kelebihan fungsi hemostasis akan menyebabkan thrombosis, sedangkan kekurangan faal
hemostasis akan menyebabkan perdarahan (hemorrhagic diathesis).
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam
darah (plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan
untuk mengatasi kerusakan pembuluh vaskular sehingga tidak terjadi perdarahan berlebihan,
tetapi proses pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah perlukaan, tidak boleh
menyebar ke tempat lain karena akan membahayakan peredaran darah.Untuk menghentikan
perdarahan, tubuh akan membentuk benang fibrin baik melalui jalur intrinsik ataupun jalur
ekstrinsik. Jalur Intrinsik meliputi fase kontak dan pembentukkan kompleks aktivator F.X.
Adanya kontak antara F.XII dengan permukaan asing seperti serat kolagen akan mengaktivasi
F.XII menjadi FXIIa. Dengan adanya kofaktor HMWK, F.XIIa akan mengubah prekalikrein
menjadi kalikrein. F.XIIa akan mengubah F. XI menjadi XIa. F.XIa dengan bantuan ion kalsium
akan mengubah F.IX menjadi F.Ixa. Reaksi terakhir jalur ekstinsik adalah interaksi non
enzimatik antara F.IXa, PF.3, F.VIII dan ion kalsium membentuk kompleks yang mengaktifkan
F.X. Jalur ekstrinsik terdiri dari reaksi tunggal dimana F.VII akan diaktifkan menjadi F.VIIa
dengan adanya ion kalsium dan tromboplastin jaringan yang dikeluarkan oleh pembuluh darah
yang luka. Selanjutnya F.VIIa akan mengaktifkan F.X menjadi F.Xa. Jalur bersama meliputi
pembentukkan protrombin converting complex (protrombinase), aktivasi protrombin dan
pembentukkan fibrin. Reaksi pertama pada jalur bersama adalah perubahan F.X menjadi F.Xa.
Hemostatis 201
F.Xa bersama F.V, PF.3, dan ion kalsium membentuk protrombin converting complex yang
akan mengubah protrombin menjadi trombin. Trombin selanjutnya akan mengubah
fibrinogen menjadi fibrin.
Waktu Protrombin adalah pemeriksaan hemostasis yang pertama kali diperkenalkan
oleh Quick pada tahun 1935. Pemeriksaan ini dipakai untuk menyaring adanya kelainan
hemostasis pada jalur ekstrinsik yang meliputi faktor pembekuan fibrinogen, protrombin, V,
VII, X, dan dapat dipakai pula untuk memantau pemberian antikoagulan oral. Prinsip
pemeriksaan waktu protrombin adalah mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan dalam
detik untuk pembentukkan fibrin dari plasma sitrat, setelah penambahan tromboplastin
jaringan dan ion Ca dalam jumlah optimal. Pemeriksaan PT dilakukan bersama aPTT sebagai
titik awal untuk menyelidiki perdarahan yang berlebihan atau gangguan pembekuan, dengan
mengevaluasi hasil PT dan aPTT bersama-sama, dokter dapat memperoleh petunjuk tentang
penyebab gangguan pembekuan atau perdarahan. Tes ini bermakna sebagai diagnosa dalam
memberikan informasi apakah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak.
Protrombin disintesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam proses
pembekuan. Protrombin dikonversi menjadi trombin oleh tromboplastin yang diperlukan
untuk membentuk bekuan darah. PT memanjang karena defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik
dan bersama jika kadarnya < 30 %. Pemanjangan PT dijumpai pada penyakit hati (sirosis
hati,hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus), afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II,
V, VII, X), disseminated intravascular coagulation(DIC), fibrinolisis, hemorrhagic disease of the
newborn(HDN), gangguan reabsorbsi usus, penggunaan alcohol. Pada penyakit hati, PT
memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin. Pemanjangan PT juga dapat
disebabkan oleh pengaruh obat-obatan: vitamin K, antibiotik (penisilin, streptomisin,
karbenisilin, kloramfenikol, kanamisin, neomisin, tetrasiklin), antikoagulan oral (warfarin,
dikumarol, klorpromazin, klordiazepoksid, difenilhidantoin, heparin, metildopa), mitramisin,
reserpin, fenil butazon, quinidin, salisilat/aspirin, sulfonamide. PT memendek
padatromboflebitis, infark miokardial, embolisme pulmonal, dan diet tinggi lemak. Pengaruh
obat: barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin, kontrasepsioral, rifampisin dan
metaproterenol.
Reagen tromboplastin jaringan dibuat dengan memakai jaringan otak, paru atau
plasenta dari bermacam-macam spesies seperti kelinci, kera, atau manusia. Hal ini akan
memberikan kepekaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan kesulitan dalam menilai
hasil pemeriksaan waktu protrombin, terutama untuk memantau penderita yang
menggunakan antikoagulan oral. Perbedaan kepekaan reagen thromboplastin yang dipakai
dan cara pelaporan hasil pemeriksaan PT menimbulkan kesulitan bila pemantauan dikerjakan
di laboratorium yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah tersebut ICTH (International
Committee on Thrombosis and Haemostasis)dan ICSH (International Committee on
202 Hemostasis
Standardization in Haemostasis) merekomendasikan agar tromboplastin jaringan yang akan
digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu terhadap tromboplastin rujukan dari WHO (World
Health Organisation)agar mendapatkan nilai ISI (International Sensitivity Index). Nilai ISI
diberikan untuk reagen tromboplastin komersial untuk menentukan slope komparasi atau
kepekaan relatifnya, serta perbandingannya dengan tromboplastin rujukan. Semakin rendah
nilai ISI, maka semakin sensitif reagen tersebut. Hasil pemeriksaan PT dapat dilaporkan
secaraseragam dengan menggunakan INR (International Normalized Ratio) yang didapatkan
dari nilai ratio dipangkatkan dengan nilai ISI dari reagen thromboplastin yang digunakan.
Hemostatis 203
Topik 1
Pemeriksaan Masa Pembekuan
A. PRINSIP PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH
a) Metode Lee-white
Metode tabung menggunakan 4 tabung masing-masing terisi 1 mL darah lengkap,
kemudian tabung perlahan-lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya darah
bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat sudah terjadinya gumpalan padat
b) Metode Slide
Masa pembekuan dihitung mulai keluarnya darah pada ujung jari setelah dilakukan
penusukan sampai terjadi benang-benang fibrin pada tetesan darah kedua objek glass.
Metode Slide
1. Objek glass
2. Stopwatch
3. Kapas
4. Spuit
5. Alkohol 70%
6. Ose jarum
204 Hemostasis
Darah vena yang segar tanpa antikoagulan
Metode Slide
1) Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan.
2) Darah vena diambil sebanyak 0,5-1,0 cc, stopwatch dinyalakan ketika tetes darah
pertama terlihat didalam ujung spuit.
3) Darah diteteskan pada gelas objek.
4) Tetes darah dikail setiap 30 detik, sampai terbentuk gumpalan.
5) Stopwatch dihentikan ketika sudah terbentuk benang fibrin.
6) Waktu yang diperlukan darah membentuk benang fibrin dicatat untuk dilaporkan.
Hemostatis 205
b. Pungsi vena yang tidak segera berhasil baik
c. Adanyabusa atau gelembung dalam spuit
Selain itu, pada metode tabung, diameter tabung yang digunakan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan, dimana semakin lebar diameter tabung maka waktu
pembekuan darah akan semakin lama. Tabung yang tidak sedang diperiksa tidak boleh
tergoyang karena jika tergoyang akan mempercepat proses pembekuan darah. Tabung
yang digunakan juga harus bersih dan kering, tabung kotor dapat mempercepat
pembentukan pembekuan darah, sedangkan tabung basah dapat menyebabkan sampel
darah lisis. Tabung yang digunakan sebaiknya dilapisi silikon agar tidak mempengaruhi
aktivitas trombosit.
Waktu pembekuan pada metode slide lebih cepat karena darah akan lebih cepat
membeku daripada metode lee and white, hal ini dikarenakan darah akan kontak
seluruhnya pada permukaan gelas objek, selain itu gelas objek pun memiliki permukaan
yang lebih besar sehingga mempercepat waktu pembekuan darah. Perlu diperhatikan juga
kebersihan objek glass yang dipakai karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Jika terdapat kelainan atau pemanjangan waktu pembekuan, maka hasil itu menjadi
indikasi untuk lebih jauh menyelidiki faktor pembekuan mana yang aktifitasnya
berkurang, serta dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti jumlah dan fungsi
trombosit.
Hasil pemeriksaan pembekuan darah yang memanjang dapat terjadi pada :
Penderita hemofilia (kelainan pada darah berupa darah yang sukar membeku)
Anemia
Penderita sclerosis (mengerasnya pembuluh nadi akibat endapan lemak/kapur).
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
206 Hemostasis
1. Pemeriksaan masa pembekuan dapat dilakukan dengan menggunakan metode Lee -
White dan metode slide.
2. Pemeriksaan masa pembekuan bertujuan untuk melihat waktu yang dibutuhkan darah
untuk membeku pada setiap orang diukur saat darah mulai keluar sampai terjadinya
pembekuan.
3. Pemeriksaan masa pembekuan menggunakan sampel darah tanpa antikoagulan
4. Bermacam-macam kesalahan teknik yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,
kesalahan yang dapat memperpendek masa pembekuan, dapat berupa tercampurnya
darah dengan tromboplastin jaringan, pungsi vena yang tidak segera berhasil baik,
adanya busa atau gelembung dalam spuit, tergoyangnya tabung yang tidak sedang
diperiksa dan tabung yang digunakan kotor.
Tes 1
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1) Pemeriksaan masa pembekuan darah dilakukan menggunakan metode Lee dan White.
Terbentuknya bekuan dilihat setiap ... detik
A. 15
B. 30
C. 45
D. 60
E. 120
2) Pemeriksaan masa pembekuan darah dilakukan menggunakan metode Lee dan White
tidak boleh menggunakan tabung reaksi yang basah karena dapat menyebabkan ...
A. Hasil tinggi palsu
B. Pembekuan terjadi lebih cepat
C. Sampel lisis
D. Bekuan sulit terlihat
E. Faktor bekuan teraktivasi
Hemostatis 207
E. Darah tidak bisa dikait menggunakan ose/jarum
208 Hemostasis
Topik 2
Pemeriksaan Protrombin Time (PT)
A. PRINSIP PEMERIKSAAN PT
Mengukur lamanya waktu terbentuknya bekuan setelah plasma sitrat ditambahkan
faktor faringan (tromboplastin) dan kalsium. Rekalsifikasi plasma dikarenakan adanya
faktor jaringan, menaktivasi faktor Xa, terbentuknya trombin dan akhirnya bekuan fibrin
yang tidak larut.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN PT
Memanjangnya PT mengindikasikan kelainan dari faktor pembekuan darah I, II, V, VII,
dan X, baik kelainan didapat atupun kongenital. Pemeriksaan PT dapat digunakan untuk
monitoring terapi antikoagulan oral, berkurangnya aktivitas vitamin K. Pemeriksaan PT
dapat digunakan untuk melihat kemampuan faktor pembekuan darah ekstrinsik dan
jalur bersama.
C. ALAT PEMERIKSAAN PT
1. Tourniquette
2. Spuit dan Neddle
3. Torniquette
4. Sentrifuge dan tabungnya.
5. Mikropipet volume 100 uL dan 200 uL
6. Tabung reaksi plastik berukuran 10 x 200 mm
7. Waterbath 37O C
8. Stopwatch
D. BAHAN PEMERIKSAAN PT
1. Plasma sitrat miskin trombosit
2. Tromboplastin jaringan (ekstrak otak kelinci)
3. Buffer (larutan garam, CaCl2, sodium azide)
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN PT
A. Pembuatan Plasma
1. Kedalam tabung sentrifuge masukkan 0,5 ml Na. Citrat 3,8 %.
2. Darah vena 4,5 mL masukkan ke dalam tabung yang berisi Na Citrat lalu
homogenkan dengan adekuat.
Hemostatis 209
3. Putar pada sentrifuge selama 20 menit pada 3000 rpm
4. Pisahkan plasma yang terjadi, masukkan kedalam tabung dan kalau plasma tidak
segera diperiksa masukkan kedalam lemari es.
B. Pembuatan Larutan Tromboplastine
1. Satu vial RGT dicampur dengan 1satu vial BUF, dihomogenisasi lalu didiamkan
selama 30 menit pada suhu kamar.
2. Larutan siap digunakan untuk pemeriksaan.
C. Pemeriksaan PT
1. Tabung reaksi 10 x 200 mm dan RGT dimasukkan ke dalam waterbath dengan
suhu 37OC hingga hangat.
2. Kontrol/plasma dimasukkan sebanyak 100 uL kedalam tabung tadi lalu diinkubasi
selama tiga menit pada suhu 370C.
3. Reagensia yang telah dihangatkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
bertepatan dengan masuknya reagensia, stopwatch dinyalakan.
4. Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan
memiriingkan tabung reaksi
5. Hentikan stopwatch pada saat terdapat benang fibrin. Lamanya waktu
terbentuknya benang fibrin disebut Masa Protrombin plasma.
1. Pengambilan spesimen
210 Hemostasis
b. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan
trombosit dan fibrinogen menurun, PT dan aPTT memanjang dan bisa menyebkan
hemolisis.
c. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan pemanjangan hasil PT dan
aPTT. Seharusnya pengambilan darah dilakukan ditempat lain yang tidak terpasang
infus atau diambil beberapa waktu setelah terapi infus agar spesimen tidak terdilusi
oleh cairan infus.
d. Perbandingan darah / sitrat yang tidak tepat (konsentrasi sitrat meningkat, hasil
memanjang palsu).
2. Adanya bekuan.
Terbentuknya bekuan darah dapat terjadi karena proses homogenisasi darah dengan
antikoagulan yang tidak sempurna, dapat memperpendek hasil PT.
3. Transport spesimen
Pengiriman sampel dengan cara yang tepat menjamin kualitas sampel. Spesimen harus
secepatnya dikirim ke laboratorium rujukan. Penundaan terlalu lama dapat
menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang akan memperpanjang hasil PT. Untuk
pemeriksaan PT jika pemeriksaan ditunda lebih dari 8 jam sampel harus disimpan
dalam keadaan beku
4. Ketepatan pemipetan
5. Adanya kontaminasi
6. Salah menuliskan hasil
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Hemostatis 211
Ringkasan
Tes 2
212 Hemostasis
Topik 3
Pemeriksaan Activated Partial
Tromboplastin Time (aPTT)
A. PRINSIP PEMERIKSAAN aPTT
Tes aPTT dilakukan dengan menambahkan reagensia aPTT yang mengandung aktivator
plasma dan phospolipid ke dalam sampel. Phospholipid berfungsi sebagai pengganti
trombosit. Campuran larutan kemudian diinkubasi, lalu dikalsifikasi dengan calsium
chloride. Waktu terbentuknya bekuan dicatat sebagai aPTT.
Hemostatis 213
5. tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready maka reagensia 2 yang
telah dihangatkan ditambahkan ke dalam kuvet sebanyak 100μL.
6. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan
adalah nilai rata-rata dari pemeriksaan tersebut.
214 Hemostasis
Reaksi fase akut perdarahan
Penyakit Myeloproliferatif.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Pada pemeriksaan aPTT ditambahkan reagensia yang mengandung aktivator plasma dan
phospolipid, dimana Phospholipid berfungsi sebagai pengganti trombosit. Lalu larutan
tersebut dikalsifikasi dengan calsium chloride hingga terbentuknya bekuan
2. Pemeriksaan aPTT dilakukan untuk mendeteksi defisiensi faktor pembekuan pada
plasma, seperti faktorXII, XI, X, IX,VII, V, II, I dan prekalikrein.
3. Hasil pemeriksaan aPTT dapat dipengaruhi oleh obat-obatan yang dikonsumsi pasien,
penyimpanan bahan pemeriksaan serta kondisi klinis pasien.
Tes 3
Hemostatis 215
B. Allegic acid
C. Buffer
D. Sodium acide
E. CaCl2 0,02 mol/L
216 Hemostasis
Topik 4
Pemeriksaan Plasma
Recalsification Time (PRT)
A. PRINSIP PEMERIKSAAN PRT
Pada plasma rendah trombosit yang tidak mengandung ion Ca ditambahkan sejumlah
CaCl2, lamanya waktu untuk menyusun fibrin adalah masa rekalsifikasi.
Hemostatis 217
d. Plasma sampel dan larutan NaCl 0,85% dimasukan ke dalam tabung reaksi yang
telah dihangatkan masing-masing sebanyak 100 μL, homogenisasi lalu diinkubasi
pada suhu 37°C selama 1-2 menit
e. Ke dalam tabung tersebut ditambahkan 100 μL larutan CaCl2 lalu stopwatch
dinyalakan tepat ketika larutan CaCl2 dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
f. Larutan tersebut diinkubasi selama 90 detik, kemudian tabung diangkat dari
waterbath dan amati adanya bekuan.
g. Pada saat terjadi bekuan stopwatch dihentikan, catat waktunya sebagai masa
rekalsifikasi/PRT.
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain antara lain faktor pra
analitik, analitik dan paska analitik. Pada tahap pra analitik perlu diperhatikan jangan sampai
terdapat bekuan sampel darah, sampel darah hemolisis atau berbusa, pengambilan sampel
darah pada jalur intravena, misal pada infus heparin. Pada proses analitik perlu diperhatikan
ketepatan waktu menyalakan stopwatch serta ketepatan mengamati terbentuknya bekuan.
Pata tahap paska analitik, perlu diperhatikan penulisan pelaporan hasil.
Latihan
218 Hemostasis
Ringkasan
1. Pemeriksaan PRT dilakukan dengan mereaksikan plasma rendah trombosit yang tidak
mengandung ion Ca dengan CaCl2hingga membentuk benang fibrin.
2. Pemeriksaan PRT dilakukan untuk mendetaksi kekurangan faktor-faktor pembekuan
darah pada jalur intrinsik, yaitu faktor pembekuan V, VIII, IX, X, XI, XII, protrombin dan
fibrinogen.
Tes 4
2) Reagensia pemeriksaan PRT adalah larutan CaCl2. Konsentrasi larutan tersebut adalah ...
M
A. 0,010
B. 0,015
C. 0,020
D. 0,025
E. 0,030
Hemostatis 219
Topik 5
Pemeriksaan Trombin Time (TT)
A. PRINSIP PEMERIKSAAN TT
Plasma ditambahkan larutan Thrombin akan terjadi bekuan fibrin. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk terbentuknya bekuannya merupakan masa trombin/ trombin time.
B. TUJUAN PEMERIKSAAN TT
Untuk mendeteksi adanya kelainan yang dapat mengganggu terbentuknya fibrin dari
fibrinogen. Seringkali uji TT digunakan untuk memonitoring terapi heparin.
C. ALAT PEMERIKSAAN TT
1. Sentrifuge
2. HumaClot Duo
3. Kuvet (sesuai alat HumaClot Duo)
4. Mikropipet adjustable 100 - 1000 μL
5. Tip biru
D. BAHAN PEMERIKSAAN TT
1. Plasma sitrat miskin trombosit
2. Reagensia trombin (terdiri atas trombin, buffer dan sodium azide)
Sebelum digunakan, reagensia dicairkan menggunakan 3,0 mL aquades lalu
dihomogenisasi dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 18 – 25OC sebelum
digunakan.
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN TT
1. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan (reagensia yang digunakan harus sesuai
dengan suhu ruang).
2. Kuvet dihangatkan pada suhu 37OC.
3. Bahan kontrol/plasma sampel dimasukkan ke dalam kuvet sebanyak 150 μL.
4. Tekan tombol baca, ketika pada layar terlihat tulisan ready lalu Reagensia trombin
dimasukkan ke dalam kuvet tersebut sebanyak 150 μL.
5. Pemeriksaan bahan kontrol dan sampel dilakukan duplo. Hasil yang dilaporkan
adalah nilai rata-rata dari pemeriksaan tersebut.
220 Hemostasis
Nilai normal trombon time adalah kurang dari 30 detik.
7. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan TT
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan TT antara lain ; pembekuan sampel
darah, sampel darah hemolisis atau berbusa serta pengambilan sampel darah pada jalur
intravena, misal pada infus heparin.
Pada pemeriksaan TT penyimpanan serta stabilitas reagensia dan bahan perlu
diperhatikan. Reagensia stabil selama 3 hari pada suhu 22OC, 5 hari pada suhu 15OC dan 7
hari pada suhu 2-8OC selama disimpan pada wadah gelas dari produsen. Reagensia tidak boleh
dibekukan. Sampel harus dipersiapkan dan dikerjakan pada suhu suhu 22 - 24OC dan diujikan
selama 2 jam atau 4 jam ketika sampel disimpan pada suhu 4-8OC. setelah pengambilan
sampel. Untuk penundaan pemerikasaan, sampel dapat dibekukan. Sampel stabil hingga dua
minggu apabila disimpan pada suhu -20OC atau stabil sampai enam bulan ketika disimpan
pada suhu -70OC. Sampel yang dibekukan dapat dicairkan dengan cepat pada suhu 37 OC.
Sampel tersebut harusdihomogenisasi, digunakan secepatnya dan tidak boleh dibekukan
kembali/ beku ulang.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Pada pemeriksaan TT dilakukan penambahan larutan trombin pada plasma sitrat miskin
trombosit sehingga terbentuk bekuan fibrin.
2. Pemeriksaan TT dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang dapat mengganggu
terbentuknya fibrin dari fibrinogen, seringkali uji TT digunakan untuk memonitoring
terapi heparin.
3. Hasil pemeriksaan TT dapat dipengaruhi oleh proses pengambilan darah, penyimpanan
sampel dan reagensia.
Hemostatis 221
Tes 5
1) Pembentukan benang fibrin pada pemeriksaan TT terjadi ketika pada plasma sitrat
miskin trombosit ditambahkan ...
A. Trombin
B. NaCl
C. CaCl2
D. Rabbit brain cephalin
E. Allegic acid
3) Stabilitas sampel pemeriksaan TT dapat terjaga selama 6 bulan apabila sampel disimpan
pada suhu ... OC
A. 2
B. 4
C. 8
D. -20
E. -70
222 Hemostasis
Topik 6
Pemeriksaan Kadar Fibrinogen
A. PRINSIP PEMERIKSAAN KADAR FIBRINOGEN
Pemeriksaan ini berdasarkan metode Clauss, diaman sejumlah (bovine) trombin
ditambahkan pada plasma sitrat miskin trombosit yang telah diencerkan 1:10. Lamanya
waktu untuk terbentuknya bekuan berbanding terbalik dengan konsentrasi fibrinogen
dalam plasma sampel.
Kadar fibrinogen dapat ditentukan dengan membuat kurva kalibrasi menggunakan
standar fibrinogen yang telah diencerkan 1:5, 1:10 dan 1:15. Hasil pembacaan standar
digambarkan pada kertas milimeterblog, maka akan terbentuk garis linear antara
konsentrasi fibrinogen plasma dengan masa pembekuan. Konsentrasi fibrinogen pada
plasma sampel dapat ditetapkan menggunakan kurva tersebut dan diperhitungkan
sesuai dengan pengenceran yang dilakukan.
Hemostatis 223
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN KADAR FIBRINOGEN
224 Hemostasis
G. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI HASIL PEMERIKSAAN
KADAR FIBRINOGEN
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium :
Trauma paskabedah dan kehamilan trimester ketiga dapat menyebabkan temuan
positif keliru dari peningkatan kadar fibrinogen,
Hemolisis sampel dapat menyebabkan temuan yang tidak akurat.
Kontrasepsi oral dan heparin dapat meningkatkan temuan uji.
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
Ringkasan
1. Pemeriksaan kadar fibrinogen dapat dilakukan menggunakan metode Clauss, dimana
sejumlah (bovine) trombin ditambahkan pada plasma sitrat miskin trombosit yang telah
diencerkan 1:10. Diaman Lamanya waktu untuk terbentuknya bekuan berbanding
terbalik dengan konsentrasi fibrinogen dalam plasma sampel.
Hemostatis 225
Tes 6
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1) Pemeriksaan kadar fibrinogen dilakukan untuk melihat aktivitas faktor berikut, kecuali
...
A. XII
B. XI
C. X
D. VIII
E. VII
2) Pada pemeriksaan kadar fibrinogen, dilakukan proses kalibrasi dengan cara ...
A. Mengerjakan reagensia kontrol
B. Membuat kurva Levey Jennings
C. Membaca kurva kontrol menggunakan aturan Wesgard
D. Membuat kurva kalibrasi
E. Mencari nilai tengah hasil pemeriksaan
226 Hemostasis
Kunci Jawaban Tes
Test Formatif 1
1) B
2) C
3) A
Test Formatif 2
1) E
2) C
3) E
Test Formatif 3
1) A.
2) E
3) A
Test Formatif 4
1) D
2) D
3) C
Test Formatif 5
1) A
2) B.
3) E
Test Formatif 6
1) E
2) D
Hemostatis 227
Glosarium
Prekursor : senyawa yang mendahului senyawa lain dalam jalur metabolisme
228 Hemostasis
Daftar Pustaka
Gandasoebrata, R, 2006. Penuntun Laboratorium Klinik,Jakarta: EGC
Hemostatis 229