Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO MEKANIKA TANAH II

“STRESS PATH”

Disusun oleh:

Alethea Prameswari Setia Wahyudy (1905511052)

Kelas 2

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
UDAYANA SEMESTER GENAP
2020/2021
Stress Path
Stress path adalah kurva atau garis lurus yang merupakan tempat titik-titik tegangan yang
menggambarkan perubahan tegangan dalam sampel uji (beban yang diatur dalam uji triaksial)
atau tanah in-situ (pembebanan yang disebabkan alam), selama loading atau unloading .
Kedudukan tegangan-tegangan yang dibahas dalam lingkaran Mohr, dapat digambarkan dalam
koordinat p – q,
dimana ; p’ = ½ ( σ1’ + σ3’ ) ……………..(1)
q’ = ½ ( σ1’ - σ3’ ) ………………...(2)
Cara ini diperkenalkan pertama kali oleh Lambe ( 1969 ), untuk menggembarkan kedudukan
tegangan yang berurutan selama proses pengujian , digambarkan beberapa buah lingkaran
Mohr . Sebagai contoh dilaksanakan sebuah pengujian dengan σ3 tetap, sedangkan σ1
bertambah dalam sekali uji triaksial kompresi, hasilnya adalah sejumlah lingkaran Mohr yang
bisa membingungkan,

Gambar 1 Lintasan Tegangan (Stress Path )


Ini bisa disederhanakan dengan menggambarkan
sederet titik tegangan yang dihubungkan oleh
sebuah garis. Garis inilah yang disebut dengan
lintasan tegangan (stress path). Garis ini
digambarkan dalam sistem koordinat p – q.
di mana, p dan q adalah persamaan yang
ditunjukkan dalam Persamaan (1) dan (2).
Diagram p - q ini, jika digunakan dalam tinjauan
tegangan efektif:
Gambar 2 Lintasan Tegangan ( Lambed an Whitman , 1969 )
P’= p- u = ½ ( 𝜎1 + 𝜎3 ) – u = ½ ( 𝜎1 ′ + 𝜎3 ′)……………………………(3)
q’=q-u = ½ ( 𝜎1 − 𝜎3 ) – u = ½ {( 𝜎1 − 𝑢) − ( 𝜎3 − 𝑢)}
= ½ (𝜎1′ − 𝜎3 ′)…………………………………(4)
Gambar 3 Lintasan tegangan (Lambe dan Whitman, 1969).
(a) mula-mula σ1 = σ3; (b) mula-mula σ1 > σ3 > 0; (c) mula-mula σ1 = σ3= 0
Perhatikan pada Persamaan (2), bahwa pada tinjauan tegangan efektif
q = q' = 1/2 (σ1 - σ3).
Sebuah lintasan tegangan memberikan gambaran urutan dari kedudukan tegangan yang
berturutan. Gambar 3a menyajikan lintasan tegangan yang berawal dari kondisi (σ1 - σ3), yang
merupakan kondisi awal yang umumnya digunakan dalam banyak tipe pengujian laboratorium.
Dari kondisi awal ini, kemudian biasanya tegangan σ1 dan σ3 diubah dengan kenaikan
tegangan yang sama (∆σ1 = ∆σ3), atau cara yang lain dapat dengan mengubah salah satu
tegangan utamanya dengan mengusahakan tegangan utama yang lain tetap (misalnya ∆σ1
positif sedangkan ∆σ3= 0, atau ∆σ3 negatif sedangkan ∆σ1 = 0).
Tentu saja cara yang lain dapat juga digunakan, seperti menambah baik ∆σ1 maupun
∆σ3dengan cara tertentu, sehingga ∆σ3 = ¼ ∆σ1.
Kondisi awal yang juga umum dipakai, adalah dengan mengusahakan σ1 dan σ3, lebih besar
nol, tapi σ1 tidak sama dengan σ3. Kondisi ini ditunjukkan dalam Gambar 3 b.
Gambar 3 c menunjukkan pembebanan yang dimulai dariσ1=σ3 = 0. Selama pembebanan, σ1,
dan σ3 ditambah dengan perbandingan yang konstan.
Lintasan tegangan tidak mesti berupa garis
lurus. Sebagai contoh, bila tegangan-tegangan
yang diterapkan sedemikian sehingga ∆σ1 = 1/4
(∆σ3)2, hasilnya adalah lintasan tegangan yang
tidak lurus. Lintasan tegangan dapat berupa
beberapa seri garis lurus yang berhubungan. Dua
pembebanan yang berbeda, mungkin hanya
mengikuti satu kurva yang sama dalam bidangp-q.
Akan tetapi, satu dari bebannya mungkin berupa
penambahan tegangan, sedangkan yang lain
pengurangan tegangan.

Gambar 4 Lintasan Tegangan pada


Kondisi Kegagalan (Das,1985)
Untuk menghindari pengertian yang salah, tiap tegangan sebaiknya diberikan tanda panah
untuk menunjukkan pengertian dari tipe pembebanannya.
Gambar 4 menunjukkan gambar beberapa lingkaran Mohr pada sistem koordinat τ dan σ. Jika
titik-titik dengan absis p dan ordinat q dari masing-masing lingkaran Mohr dihubungkan maka
hasilnya adalah lintasan tegangan yang dinyatakan dengan garis AB. Garis lurus yang
menghubungkan titik awal O dengan titik B (titik tegangan pada lingkaran Mohr saat
kegagalan), disebut garis Kf. Bila tegangan lateral ditinjau pada kondisi tegangan saat
kegagalan.
kf= σ3 f′ ……………………………(5)
σ1 f′

Garis Kf ini membuat sudut α dengan sumbu tegangan normal. Dari Gambar 4, dapat dibentuk
persamaan sebagai berikut:
𝐵𝐶 (σ f′ − σ f′ )/2
tan 𝛼 = 𝑂𝐶 = (σ1 f′ + σ3 f′ )/2 ………..(6)
1 3

Dengan σ1f’ dan σ3f’ adalah tegangan utama pada saat kegagalan.
Selanjutnya,
𝐷𝐶 (σ1 f′ − σ3 f′ )/2
sin 𝛼 = = …………(7)
𝑂𝐶 (σ1 f′ + σ3 f′ )/2

Dari kedua persamaan (6) dan (7), diperoleh Persamaan (8):


tg 𝛼 = 𝑠𝑖𝑛𝜑
𝜑 = 𝑎𝑟𝑐 sin( tg 𝛼 )………………….(8)
Ditinjau lingkaran Mohr saat kegagalan dalam Gambar 5. Lingkaran yang di sebelah kiri,
digambarkan untuk maksud menjelaskan kegagalan yang terjadi pada diagramp-q. Garis Kf
memotong lingkaran di puncak lingkaran (A). Lingkaran yang identik digambarkan di sebelah
kanan. yaitu dalam diagram τ dan σ. Garis selubung kegagalan menyinggung lingkaran Mohr
di B.
Dalam diagram p'-q′ Gambar 5, persamaan garis adalah:
qf’= a’ + pf ‘ tan 𝛼…………………(9)
dengan,
α′ = perpotongan dengan sumbuqdalam satuan tegangan
α′ = sudut dari garis Kf dengan arah horisontal, dalam derajat.
Persamaan selubung kegagalan Mohr-Coulomb diagram τ - σ, adalah:
Tf’= c’ + σ’ tan 𝜑′……………………(10)
Dari Persamaan (8),
Sin 𝜑 ‘ = tan α′
Maka,
𝑎′
C’ = ……………………………(11)
cos 𝜑 ‘

Gambar 5 a) dan b) Garis selubung kegagalan dalam koordinat σ- τ dan p-q

Gambar 5 Hubungan garis Kf dengan selubung kegagalan Mohr.


Dari sini, selanjutnya nilai-nilai parameter kuat geser c′ dan ϕ′ dapat dihitung. Penggunaan
yang lain dari diagram p - q adalah untuk memperlihatkan baik lintasan tegangan total (total
stress path = TSP) maupun lintasan tegangan efektif (effective stress path = ESP) pada diagram
yang sama.
Untuk sistem koordinat p - q, persamaan yang menunjukkan hubungan dari p dan q dengan
koefisien tekanan tanah lateral K, dapat diperoleh sebagai berikut:
1
𝑝 (σ1 − σ3)
= 2
𝑞 1
2 ( σ1 + σ3)
1−σ3/ σ1
=
1−σ3/ σ1
1−K
=1+𝐾 ………………………………….(12)
dengan: K = σ3/σ1. Bila σ1 = σ3 maka K = 1.
Lintasan tegangan K = 1, adalah kondisi tegangan isotropis tanpa tegangan geser.
Di dalam uji oedometer (konsolidasi), karena regangan lateral nol, nilai K = K0 (yaitu sama
dengan koefisien tekanan tanah diam). Lintasan tegangan dengan tanda K0 dapat digunakan
juga untuk menggambarkan penambahan tegangan oleh beban akibat proses pengendapan
dalam tanah lempung normally consolidated.
Ditinjau suatu kasus di mana benda uji di dalam pembebanan pada alat oedometer (konsolidasi
satu dimensi /one-dimensional), seperti yang terlihat pada Gambar 6. Untuk kasus ini, nilai
koefisien tekanan lateral K0 dalam tinjauan tegangan efektif adalah:
K0 = σ3’/σ1’…………………………..(13)
Untuk lingkaran Mohr dalam tinjauan tegangan efektif (Gambar 6), koordinat titik E dapat
diberikan oleh persamaan,
σ1’− σ3’ σ1’−(1−Ko)
q’= = ……………(14)
2 2
σ1’+σ3’ σ1’−(1−Ko)
p’= = ………….(15)
2 2

Jadi,
𝑞′ 1−𝑘𝑜
𝛽 = 𝑎𝑟𝑐 tan 𝑝′ = 𝑎𝑟𝑐 tan 1+𝑘𝑜 ……………..(16)

Atau
1−𝑡𝑎𝑛 𝛽
𝐾𝑜 = …………………………………(17)
1+𝑡𝑎𝑛 𝛽

Gambar 6 Penentuan Kemiringan Ko


dengan β adalah sudut garis OE (garis K0) terhadap sumbu tegangan normal. Untuk
perbandingan, kedudukan garis K0 terhadap garis Kf , dapat dilihat pada Gambar 4.
Dalam kasus tertentu, jika diberikan lintasan tegangan dalam sistem koordinat p - q, dapat
diperoleh nilai-nilai tegangan utama mayor (σ1') dan minor (σ3) pada sembarang titik di
lintasan tegangan. Hal ini diperlihatkan dalam Gambar 7, di mana ABC adalah lintasan
tegangan efektif.

Jika tanah diendapkan dalam


lingkungan sedimentasi seperti danau
atau laut, maka pada sembarang
kedalaman akan terjadi tambahan
tegangan secara berangsur-angsur
akibat tambahan material yang
mengendap di atasnya. Karena
tegangan bertambah, lapisan tanah di
bawahnya berkonsolidasi dan
volumenya berkurang.

Gambar 7 Penentuan σ1 dan σ3 , pada


titik di lintasan
Tegangan ( Lambe dan Whitman,1969)
Jika luas pengendapan relatif sangat besar dibandingkan dengan ketebalannya, maka kompresi
yang terjadi dapat dianggap satu dimensi. Dalam kasus ini, nilai banding tegangan-tegangan
akan konstan, yaitu sama dengan K0.
Lintasan tegangan selama pengendapan
dan konsolidasi, ditunjukkan oleh
lintasan AB (Gambar 8). Jika tanah
mengalami pengurangan tekanan akibat
adanya erosi atau sembarang proses
geologi, lintasan tegangan karena
pengurangan beban ini, mengikuti
lintasan BC. Kalau tekanan vertikal
berkurang terus, lintasan akan
memanjang ke titik di bawah sumbu p′.
Akibatnya, tanah ini berubah menjadi
Gambar 8 Lintasan tekanan selama sedimentasi
overconsolidated dan K0 akan lebih
dan akibat pengambilan contoh benda uji, pada
besar 1 (Lambe dan Whitman,
lempung normally consolidated, dengan K0 < 1
1969).Besarnya nilai perkiraan K0
(Holtz da Kovacs, 1981)TegaWhitman,1969)
untuk tanah granuler adalah sekitar 0,4
sampai 0,6 sedangkan untuk lempung
normally consolidated sedikit lebih kecil dari 0,5 sampai 0,9. Nilai rata-rata yang baik adalah
K0 = 0,5. Ketika tanah benda uji diambil untuk dibawa ke laboratorium, terjadi pengurangan
tegangan, lintasan tegangan akan mendekati garis BC (Gambar 8). Setelah sampai di C, maka
K = 1 (Kovacs, dan Holtz, 1981).

Kadang-kadang dalam praktek, benda


uji dikonsolidasikan kembali di
laboratorium pada kondisi K0 untuk
mengembalikan kedudukannya seperti
waktu di lapangan. Kondisi demikian
diperlihatkan dalam Gambar 9 pada
titik A. Dalam Gambar 9, lintasan
tegangan ini adalah untuk kondisi
pembebanan drained, yaitu tidak terjadi
kelebihan tekanan air pori. Karena itu,
Gambar 9 Lintasan tekanan selama pembebanan tegangan total sama dengan tegangan
drained pada lempung normally consolidated dan efektif dan lintasan tegangan total (total
pasir (Holtz dan Kovacs, 1981 stress path = TSP) identik dengan
lintasan tegangan efektif (effective
stress path = ESP). Dalam hitungan sering diperhatikan kondisi pada saat kegagalan. Karena
itu, hubungan antara garis lintasan tegangan Kf dengan selubung kegagalan Mohr-Coulomb
perlu diperhatikan (Holtz dan Kovacs, 1981).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pada kondisi pembebanan drained,
lintasan tegangan total (TSP) akan
identik dengan lintasan tegangan efektif
(ESP). Hal ini terjadi karena pengaruh
tekanan air pori nol, selama proses
penggeseran. Akan tetapi, umumnya,
Gambar 10 Lintasan tekanan selama pembebanan untuk pembebanan pada kondisi tak
aksial kondisi undrained dari lempung normally terdrainase atau drainase tertutup
consolidated (Holtz dan Kovacs, 1981). (undrained), TSP tidak sama dengan
ESP, sebab tekanan air pori
berkembang. Pembebanan secara
kompresi aksial pada lempung normally consolidated (K0 < 1), kelebihan tekanan air pori
(∆u) positif berkembang. Karena itu, ESP terletak di sebelah kiri dari TSP sebab σ' = σ - ∆u.
Pada sembarang titik selama pembebanannya, tekanan air pori ∆u akan terletak di antara TSP
dan ESP (Gambar 10).

Gambar 11 Lintasan tekanan selama kompresi


aksial dari lempung overconsolidated (Holtz dan
Kovacs, 1981)

Jika lempung overconsolidated (K0 > 1) , untuk sistem pembebanan kompresi aksial, lintasan
tegangan akan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 11. Dengan cara yang sama, dapat
digambarkan lintasan tegangan total maupun lintasan tegangan efektifhya.
Dalam banyak masalah, dijumpai
air di dalam tanah pada kondisi
statis. o Jadi, tekanan air pori awal
u0 yang bekerja pada benda uji
perlu diperhitungkan. o Maka,
terdapat tiga macam lintasan
tegangan yang harus digunakan
yaitu ESP, TSP, dan (T - u0) SP
(lintasan tegangan dari tegangan
Gambar 12 Kedudukan ESP,TSP, dan (T – U0) SP total dikurangi tekanan air pori
untuknormally cosolidated (Lambe, 1967). statis). Ketiga lintasan tegangan
diperlihatkan dalam Gambar 12,
untuk lempung normally
consolidated dengan tekanan air pori awal u0 dan dengan sistem pembebanan kompresi aksial
Daftar Pustaka
Herman."Bahan Ajar Mekanika Tanah II Pertemuan II and III".
https://www.academia.edu/7074811/Bahan_Ajar_Mekanika_Tanah_II_Pertemuan_II_and_III
. Diakses tanggal 13 Maret 2021
Wulansari,Dwi Novi dan Tri Wahyu Kuningsih.2019. PENGARUH MUKA AIR TANAH
TERHADAP TEGANGAN EFEKTIF TANAH DASAR CANDI PRAMBANAN
BERDASAR METODE ELEMEN HINGGA,18(1),2.
Kuliah 4-5 Lintasan tegangan oleh Dr.Ir.Anissa Maria Hidayati,MT.

Anda mungkin juga menyukai