PENDAHULUAN
1.1 Umum
Suatu bangunan teknik sipil haruslah memiliki elemen-elemen struktur (seperti balok, kolom,
pelat dll.) dengan dimensi penampang serta tulangan yang cukup agar bangunan tersebut
kuat, aman, nyaman dan ekonomis. Struktur yang kuat berarti tegangan yang terjadi pada
setiap penampang tidak melebihi kekuatan bahan dari struktur. Struktur yang aman berarti
untuk segala kondisi pembenanan, struktur tersebut tidak runtuh. Struktur yang nyaman
berarti deformasi dari struktur tidak sampai membuat pemakainya merasa tidak nyaman atau
was-was dalam memakainya. Sedangkan struktur yang ekonomis berarti dimensi penampang
tidak jauh melebihi yang diperlukan atau tegangan yang terjadi tidak terlalu kecil
dibandingkan dengan kekuatan bahan. Struktur yang ekonomis memiliki tegangan pada
setiap penampang yang sedikit lebih kecil dari, atau hampir mendekati, kekuatan bahan.
Untuk menghitung dimensi penampang serta tulangan, perlu diketahui sebelumnya besar
tegangan-tegangan, atau besar gaya-gaya dalam dan momen yang akan terjadi pada elemen
struktur sebelum dan setelah dipergunakan. Tegangan atau gaya dalam pada elemen-elemen
struktur bisa didapatkan setelah melakukan perhitungan analisa struktur. Hasil analisa
struktur selain berupa tegangan atau gaya dalam juga berupa deformasi pada titik-titik joint
dari struktur.
Sebelum melakukan analisa struktur, struktur riil (seperti gedung, kubah, bendungan dll.)
yang akan dianalisa, harus dibuat model mekanika teknik nya. Ada tiga jenis model
mekanika teknik untuk struktur yaitu:
(i). Struktur rangka seperti; rangka kuda-kuda, rangka gedung atau jembatan dll. Struktur
ini menggunakan elemen batang (elemen 1 dimensi).
(ii). Struktur plat / shell seperti; plat lantai, tangki, kubah dll. Struktur ini memakai elemen
pelat / shell (elemen 2 dimensi).
1
(iii). Struktur solid seperti: bendungan, terowongan dll. Struktur ini memakai elemen kubus
(elemen 3 dimensi).
Khusus yang dibahas disini adalah struktur rangka dengan elemen batang. Ada banyak
metoda yang dipakai dalam menganalisa struktur ini seperti metoda Slope Deflection, metoda
Cross, metoda Takabeya, metoda Flexibilitas, dan metoda Kekakuan. Secara global metoda-
metoda itu dapat dikelompokan dalam dua kelompok yaitu kelompok yang berbasis pada
teori flexibilitas dan yang berbasis pada teori kekakuan. Semua metoda analisa diatas selain
metoda kekakuan termasuk dalam kelompok yang pertama.
Metoda yang berbasis pada teori flexibilitas memiliki banyak variasi langkah perhitungan
sehingga program komputernya susah dibuat. Sedangkan metoda yang berbasis pada teori
kekakuan langkah perhitungannya standar / tidak bervariasi sehingga lebih mudah dibuat
program komputernya. Hampir semua program komputer untuk analisa struktur pada
dasarnya memakai konsep kekauan, walaupun dihitung dengan cara elemen hingga. Untuk
itulah buku ini hanya akan menbahas analisa struktur dengan metoda kekakuan.
h
L
h L
Gambar 1.1 Contoh struktur rangka Gambar 1.2 Bukan struktur rangka
2
Gambar 1.1 menunjukkan struktur yang dapat dimodelkan sebagai struktur rangka, dan
gambar 1.2 menunjukkan struktur yang tidak tepat memakai model struktur rangka.
Berdasarkan perilaku batang atau perilaku titik joint nya, struktur rangka dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu; struktur rangka batang, struktur balok menerus, struktur balok
silang, struktur portal bidang dan struktur portal ruang. Jenis struktur portal ruang merupakan
model yang paling tepat untuk memodelkan struktur rangka apa saja. Namun jenis struktur
ini memiliki variable yang jauh lebih banyak dari jenis struktur lainnya sehingga lebih susah
menganalisanya. Untuk itu biasanya jika struktur bisa disederhanakan dengan model jenis
lainnya, maka tidak perlu memakai model struktur portal ruang.
Gambar 1.3 Struktur rangka batang bidang Gambar 1.4 Deformasi normal batang
3
Pada struktur rangka batang bidang, setiap joint memiliki dua variabel deformasi yaitu
translasi horisontal (sb. x) dan translasi vertikal (sb. y). Pada struktur rangka batang ruang,
setiap joint memiliki tiga variabel deformasi yaitu translasi arah x, y, dan z.
Selaras dengan deformasi pada joint maka setiap joint tersebut mampu menerima hanya dua
buah gaya pada struktur rangka batang bidang dan tiga buah gaya pada struktur rang batang
ruang. Gambar 1.3 menunjukkan model struktur rangka batang bidang dimana pada setiap
titik joint memiliki 2 variabel deformasi atau mampu menerima 2 buah gaya. Gambar 1.5
menunjukan model struktur rangka batang ruang yang digambar secara perspektif. Setiap
joint pada struktur ini memiliki 3 variable deformasi atau mampu menerima 3 buah gaya.
Kedua struktur ini memiliki kesamaan dalam perilaku elemen batangnya yaitu hanya
mengalami gaya normal dan deformasi normal saja seperti pada gambar 1.4
Gambar 1.7 Struktur Balok Menerus Gambar 1.8 Perilaku Elemen Batang
Struktur ini merupakan struktur balok yang saling bersilangan pada bidang horisontal. Setiap
joint memiliki tiga variabel deformasi atau mampu menerima tiga buah aksi. Deformasi dan
aksi yang selaras dengan nya adalah:
4
(1). Rotasi arah sumbu x, selaras dengan momen searah sumbu x
(2). Rotasi arah sumbu y, selaras dengan momen searah sumbu y
(3). Translasi vertikal, selaras dengan aksi berupa gaya vertikal ( sumbu z )
Elemen batangnya dapat mengalami tiga buah gaya dalam yaitu; gaya lintang, momen lentur
dan momen torsi. Gambar 1.9 menunjukkan struktur balok silang dengan variabel aksi atau
deformasi pada titik joint nya. Mx adalah momen yang vektornya sejajar sumbu x, My adalah
momen yang vektornya sejajar sumbu y dan Vz adalah gaya vertikal sejajar sumbu z.
Sb. Y Mx
Sb. Z
My
Vz
Sb. X
My
Gambar 1.9 Struktur Balok Silang Vz
Mx
Vz Vz
Mx Mx Vz
Mx
My My
My
Gambar 1.10 menunjukkan perilaku tiap elemen batang dengan gaya dalam yang tergambar
pada ujungnya. Pada batang searah sumbu y terlihat bahwa Mx adalah momen torsi dan My
adalah momen lentur, sedangkan pada batang searah sumbu y terlihat bahwa Mx menjadi
momen lentur dan My adalah momen torsinya.
5
titik joint tersebut memiliki tiga variable deformasi atau dapat menerima tiga buah aksi.
Deformasi serta aksinya yang selaras itu adalah:
(1). Translasi arah sumbu x, yang selaras dengan gaya searah sumbu x
(2). Translasi arah sumbu y, yang selaras dengan gaya searah sumbu y
(3). Rotasi arah sumbu z, yang selaras dengan momen lentur arah sumbu z
Elemen batangnya dapat mengalami tiga gaya dalam yaitu gaya normal, gaya lintang dan
momen lentur. Gambar 1.11 menunjukkan struktur portal bidang dengan tiga variable aksi
atau deformasi pada tiap titik kumpulnya. Gambar 1.12 menunjukan gaya-gaya dalam pada
tiap elemen batang yang tergambar pada ujung-ujung batang. Terlihat bahwa pada batang
horisontal, gaya arah x merupakan gaya normal dan gaya arah y merupakan gaya lintang.
Sebaliknya pada batang vertikal gaya arah x menjadi gaya lintang dan gaya arah y menjadi
gaya normal.
Vy
Vy
Mz
Vx Vx
Vy
Mz
Vx
Mz
Gambar 1.11 Struktur Portal Bidang Gambar 1.12 Gaya Dalam Elemen Batang
6
My
Vz
Mz
Vy
Vx
Vx Mx
Mx Vy
Mz
Vz
Vz
My Vx Mx
My
Mz
Vy
Gambar 1.13 Struktur Portal Bidang Gambar 1.14 Gaya Dalam Elemen Batang
Perilaku elemen batangnya adalah setiap elemen batang dapat menerima 6 buah gaya dalam
seperti pada gambar 1.14 yaitu;
a. Tiga buah gaya yaitu; gaya normal searah sumbu batang dan dua gaya lintang yang tegak
lurus sumbu batang.
b. Tiga buah momen yaitu; momen torsi searah sumbu batang dan dua momen lentur yang
tegak lurus sumbu batang.
Vektor dengan satu panah ( ) menyatakan gaya dan vektor dengan dua panah ( )
menyatakan vektor momen.
7
sangat kecil seperti kuda-kuda dari propil siku yang kecil maka jointnya dapat dimodelkan
sebagai joint sendi dengan kesalahan yang tidak terlalu besar. Joint sendi ini tidak memiliki
kemampuan menerima momen. Jumlah derajat kebebasan joint-joint ini bergantung pada
jenis struktur yang dianalisa seperti yang diuraikan pada bab 1.2. Notasi joint sendi adalah
dengan bulatan kecil sedang joint rigid tidak ada bulatan.
Gambar 1.15
Jenis-jenis Tumpuan dengan variabel deformasi bebas nya
Gambar 1.16
Jenis-jenis Tumpuan serta kemampuan aksi nya
8
(i). Tumpuan jepit penuh, adalah tumpuan yang tidak dapat bertranslasi maupun berotasi.
Tumpuan ini mampu menerima satu momen dan dua arah gaya untuk struktur bidang,
dan tiga momen dan tiga gaya untuk struktur ruang. Gambar (a)
(ii). Tumpuan jepit roll, adalah tumpuan yang bisa bertranslasi arah horisontal saja.
Tumpuan mampu menerima momen dan gaya yang searah batangnya saja. Gambar (b)
(iii).Tumpuan sendi, adalah tumpuan yang hanya bisa berotasi. Tumpuan ini hanya mampu
menerima gaya saja yaitu dua arah gaya untuk struktur bidang dan tiga arah gaya untuk
struktur ruang. Gambar (c) atau (d)
(iv). Tumpuan sendi roll adalah tumpuan yang bisa bertranslasi horisontal dan berotasi.
Tumpuan ini hanya mampu menerima gaya yang searah batangnya saja. Gambar (e)
Gambar 1.15 adalah notasi dari beberapa jenis tumpuan dengan variabel deformasi bebas
yang dimilikinya. Pada gambar 1.15 (a) terlihat bahwa tumpuan jepit tidak memiliki
deformasi dan pada gambar 1.15 (b) dan (c) terlihat bahwa tumpuan sendi hanya memiliki
rotasi. Gambar 1.16 adalah notasi dari berbagai jenis model tumpuan serta kemampuan
menerima aksi yang dimilikinya.
9
aksi dan deformasi pada joint-joint. Beban pada batang tidak perlu ditinjau lagi karena semua
beban yang ada pada batang akan menjadi aksi pada joint. Deformasi pada batang tidak perlu
dipermasalahkan dulu karena deformasi batang akan diwakilkan oleh deformasi pada joint-
joint. Jadi yang dimaksud dengan aksi disini adalah gaya atau momen yang terjadi pada joint
akibat beban langsung pada joint maupun akibat beban pada batangnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan deformasi adalah translasi atau rotasi yang dapat terjadi pada joint tersebut.
Sebagai contoh perilaku struktur kantilever dengan beban merata seperti gambar 1.17
dibawah diwakilkan oleh perilaku aksi dan deformasi titik pada ujung bebasnya (titik B).
1
q
B 2
A
B
L
Gambar 1.17
Titik tersebut memiliki dua derajat kebebasan yaitu translasi vertikal di B (no. 1) dan rotasi di
B (no. 2). Perilaku kantilever tersebut dapat diwakilkan dengan hubungan antara aksi dan
deformasi pada titik B yaitu; deformasi (D) sama dengan suatu konstanta [F] kali aksi (A).
Karena variabelnya lebih dari satu maka hubungan tersebut harus dalam bentuk matriks.
D1 F11 F12 A1
[ D ] = [ F ] [ A ] atau *
D2 F21 F22 A2 (1.1)
[F] dalam hal ini adalah konstanta fleksibilitas dari struktur tersebut. Jika diselesaikan maka
persamaan matriks diatas akan berbentuk:
D1 L3/3EI L2/2EI - q L /2
(1.2)
2 * 2
D2 L /2EI L/EI - q L /12
Jadi perilaku elemen batang dapat diganti menjadi perilaku aksi dan deformasi pada jointnya.
Hal yang sama juga terjadi untuk struktur yang lebih kompleks dengan banyak elemen
batangnya.
10
Perlu diperhatikan bahwa; variabel aksi serta deformasi nya yang selaras, harus memiliki
nomer yang sama. Selaras artinya bahwa vektornya sama, misal aksi gaya selaras dengan
translasi dan aksi momen selaras dengan rotasi. Dalam hal diatas: aksi gaya serta translasinya
bernomer 1, sedangkan aksi momen beserta rotasinya memiliki nomer 2. Pengurutan
penomeran disesuaikan dengan sistem sumbu Cartesian yaitu; yang searah sumbu x diberi
nomer pertama, selanjutnya yang searah sumbu y, lalu sumbu z.
Persamaan aksi deformasi (1.1) diatas bisa ditukar tempatnya sehingga menjadi
A1 S11 S12 D1
[ A ] = [ S ] [ D ] atau
*
A2 S21 S22 D2 (1.3)
[ S ] adalah matriks kekakuan struktur yang merupakan invers atau kebalikan dari matriks
fleksibilitas. Jadi [S] = [F] -1
Jika matriks [ F ] pada persamaan (1.2) diinverskan maka hasilnya adalah matriks kekakuan
dengan nilai
Gambar 1.18
11
1.5.1 Deformasi Balok Statis Tertentu
Pada metoda fleksibilitas, elemen dasarnya adalah batang statis tertentu dan yang diperlukan
adalah deformasi ujung-ujungnya akibat aksi atau beban yang bekerja. Tabel 1.1 berikut
adalah deformasi struktur sederhana tersebut akibat aksi atau beban yang bekerja.
Tabel 1.1 Deformasi Struktur Statis Tertentu
q θa = θb = (q L3 ) / (24 EI)
A L, EI B
a a θa = θb = (qe L3 ) / (24 EI)
q dengan qe = 4 z2 – 3 z3
L, EI z=a/L
A B
a b
θa = Pa b (L+b) / (6 EI L)
θb = Pa b (L+a) / (6 EI L)
A L, EI B
M
θa = M L / (3 EI)
θb = M L / (6 EI)
A B
P
Δ = P L3 / (3 EI)
θ Δ θ = P L2 / (2 EI)
M
Δ = M L2 / (2 EI)
θ Δ θ = M L / (EI)
q Δ = q L4 / (8 EI)
θ = q L3 / (6 EI)
θ Δ
12
1.5.2 Aksi Balok Terjepit (Balok Kinematik Tertentu)
Yang dimaksud dengan Aksi ujung batang balok terjepit sesungguhnya adalah reaksi ujung
batang tersebut (tumpuannya) akibat beban yang dikerjakan pada batang nya atau deformasi
yang dikerjakan pada ujung nya. Aksi ini diperlukan dalam perhitungan yang menggunakan
metoda kekakuan.
Tabel 1.2 Aksi (Reaksi) struktur terjepit akibat beban dan deformasi
Ma Mb Ma = Mb = q L2 / 12
q
Ra = Rb = q L / 2
Ra Rb
Ma = Mb = (qe L2 ) / 12
a b a
Ma dengan qe = (1 – 2 2 + 3) q
Mb
q
=a/L
Ra Rb Ra = Rb = q (L-a) / 2
a b
Ma Mb Ma = P a b2 / L2 Mb = P a2 b / L2
P
Ra = P b2 (3a +b) / L3
Ra Rb Rb = P a2 (a + 3b) / L3
L
Ra Mb Ma = Mb = 6 EI Δ / L2
Δ
Ra = Rb = 12 EI Δ / L3
Ma
Rb
Rb
Ma Ma = 4 EI θ / L Mb = 2 EI θ / L
θ
Mb Ra = Rb = 6 EI θ / L2
Ra
13
= a / L= 1/2
a a
Ma Ma = Mb = (qe L2 ) / 12
Mb
q
dengan qe = 5/8 q
Ra Rb Ra = Rb = q L / 4
L
Ra = Rb = q L / 4
Ra Rb
14