Anda di halaman 1dari 13

Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara agraris di mana mayoritas penduduknya adalah kaum


tani. Negara agraris menjadikan Indonesia memiliki wilayah yang luas serta kaya akan lahan
yang subur untuk bertani. Atas dasar ini, Indonesia mulai mengenal agribisnis.
Sektor pertanian mempunyai peranan penting di Indonesia, khususnya agribisnis.
Pengembangan sistem agribisnis menjadi tuntutan logis dalam perkembangan keadaan
perekonomian. Sistem agribisnis memberikan sumbangan nyata bagi perekonomian
Indonesia dalam bentuk hasil produksi pertanian, pasar, faktor produksi, dan kesempatan
kerja. Agribisnis mampu mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun industri hilir.
Dikutip dari tribunnews.com, Program dan kebijakan pembangunan pertanian yang
dijalankan pemerintah saat ini mampu mendongkrak dan berkontribusi nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian
Pertanian (Kementan) I Ketut Kariyasa menyatakan bahwa nilai PDB sektor pertanian pada
tahun 2018 mencapai 395,7 triliun dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional
sebanyak 13,53%.
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk merupakan perusahaan manufaktur yang
memproduksi pakan ternak, menyediakan day old chicks dan berbagai makanan olahan yang
terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972 dengan pabrik pakan ternak
terbesar pertama di Jakarta untuk mengasilkan pakan ternak berkualitas. Perusahaan ini
didirikan di Indonesia dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co.
Limited dan merupakan perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak dalam Industri pakan
ternak.
Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba ataupun keuntungan,
Menurut I Made Sudana (2015:25), salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat profitabilitas yang diraih oleh perusahaan adalah Rasio Profit Margin, dalam
penelitian ini penulis menggunakan rasio Net profit margin untuk mengukur tingkat
profitabilitas perusahaan. Rasio Profit Margin atau Profit Margin Ratio adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan
yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio Net profit margin, menunjukkan perusahaan
semakin efisien dalam menjalankan operasinya.
Pada dasarnya setiap perusahaan didalam menjalankan usahanya, baik yang bergerak
dalam bidang perdagangan, perindustrian, manufaktur, maupun jasa, pasti mempunyai tujuan
yang sama, yaitu mendapatkan laba atau keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan
sumber daya yang dimiliki seefisien mungkin. Untuk itu perusahaan harus mempersiapkan
strategi untuk dapat meningkatkan hasil produksinya demi kelangsungan perusahaan itu
sendiri, yang dalam hal ini dana yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan
adalah Modal Kerja.
Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan
tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari.
Untuk menunjang setiap aktivitas yang ada dalam suatu perusahaan, tentunya diperlukan
modal kerja yang cukup dan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas.
Dengan adanya modal kerja yang cukup dan baik, perusahaan tidak akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi krisis ekonomi atau masalah keuangan, sehingga perusahaan
dapat beroperasi dengan baik dan optimal sehingga dapat terus melakukan kegiatan
operasional perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan
keuntungan.
Salah satu komponen yang terdapat dalam Modal kerja adalah Aktiva Lancar, Menurut
Jumingan (2009) ”Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan
untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode
berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegitan perusahaan yang normal).”
Menurut Indriyo (2014:61) Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang dalam
perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat dapat diuangkan
sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi
likuiditasnya. Kas sangat penting bagi perusahaan karena kas adalah unsur modal kerja dan
bagian dari investasi. Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas yang dimulai saat
kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali menjadi kas-kas
sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya.
Selain harus memperhatikan ketersediaan kas untuk membiayai kegiatan operasional, ada
aspek lain yang harus menjadi perhatian perusahaan, yaitu persediaan. Tanpa adanya kas,
perusahaan tidak akan mampu untuk membeli bahan baku atau persediaan dan tanpa adanya
persediaan, perusahaan tidak akan mampu melaksanakan kegiatan operasi perusahaan,
sehingga akan berpengaruh terhadap penjualan dan tingkat profitabilitas yang akan dicapai.
Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya
cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan faktor yang
penting dalam menentukan kelancaran kegiatan operasional perusahaan. Dapat dikatakan
investasi yang penting bagi perusahaan adalah persediaan dikarenakan persediaan
diperlukan dalam rangka menciptakan penjualan dan penjualan diperlukan untuk
menghasilkan laba.
Dapat dikatakan investasi yang penting bagi perusahaan adalah persediaan, dikarenakan
persediaan diperlukan dalam rangka menciptakan penjualan dan penjualan diperlukan untuk
menghasilkan laba.
Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal
atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan
dijual. Persediaan merupakan aktiva yang selalu bergerak dan mengalami perubahan, seirama
dengan tingkat aktiva perusahaan. Tanpa persediaan, perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi permintaan konsumennya (Brigham dkk 2015:134).
Besar kecilnya persediaan yang dimiliki perusahaan juga ikut mempengaruhi laba yang
diperoleh perusahaan. Apabila persediaan terlalu kecil maka kegiatan operasi perusahaan
besar kemungkinannya mengalami penundaan dan hambatan, atau perusahaan beroperasi
pada kapasitas rendah. Sebaliknya apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan
perputaran persediaan yang rendah sehingga laba perusahaan menurun karena dana yang
tertanam dalam persediaan.
Menurut Kasmir (2012:116) “Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar
dalam satu periode”.
Berdasarkan uraian latar belakang dan fenomena tersebut Penulis akhirnya tertarik untuk
membuat suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran
Persediaan terhadap Profit Margin pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk”.
Pengaruh Perputaran kas terhadap Profit Margin
Menurut Musthafa (2017:25) “Kas adalah berupa uang tunai yang terdapat dalam
perusahaan dan surat berharga lainnya, serta uang yang ada di bank dalam bentuk rekening
koran dan deposito atau tabungan yang dalam jangka pendek atau waktu segera dapat
diuangkan sebagai alat pembayaran”.
Menurut Indriyo (2014:61) “Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi
penggunaan kas yang dilakukan oleh Perusahaan, karena tingkat perputaran kas
menggambarkan kecepatan arus kas yang telah ditanamkan didalam modal kerja menjadi kas
kembali”.
Menurut Kasmir (2011:140) rasio perputaran kas (cash turn Over) berfungsi untuk
mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan. Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan
dengan jumlah kas rata-rata. Perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam
menghasilkan pendapatan sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu
periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik profitabilitasnya.
Perputaran kas yang realatif tinggi diharapkan dapat kembali dalam waktu yang relatif
cepat, sehingga uang kas akan dengan cepat kembali ke perusahaan dan dapat digunakan
untuk biaya operasional selanjutnya, sehingga akan terjadi peningkatan volume penjualan
daripada sebelumnya dan akan berdampak terhadap tingkat penerimaan laba yang lebih besar.
Menurut Harmono (2011:109) “Indikator perputaran kas adalah penjualan dibagi rata-
rata kas”. Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk
pada perusahaan. Dengan demikian, kas akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai
kegiatan operasional sehingga tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaan dan dapat
meningkatkan profit bagi perusahaan.
Penjualan bersih
Perputaran kas=
Rata−ratakas

Pengaruh Perputaran persediaan terhadap Profit Margin


Menurut I Made Sudana (2015:24) “Perputaran persediaan adalah rasio untuk
mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan”. Semakin tinggi rasio ini
bearti semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk menghasilkan penjualan, dan sebaliknya.
Uraian I Made Sudana diatas didukung oleh pendapat Brigham dkk (2006:97) yang
menyatakan bahwa perputaran persediaan secara langsung akan mempengaruhi keuntungan
atau tingkat laba yang diperoleh perusahaan.
Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi transaksi penjualan
barang yang tinggi juga. Dengan tingkat perputaran persediaan yang tinggi dapat menekan
biaya atau risiko yang ditanggung, seperti biaya penyimpanan persediaan di gudang dan
biaya pemeliharaan, sehingga akan menghasilkan volume penjualan yang tinggi. Akibatnya
laba yang akan diproleh perusahaan akan meningkat.
Harga pokok penjualan
Perputaran Persediaan=
Rata−rata persediaan

Profit Margin
Menurut I Made Sudana (2015:25) “Profit margin ratio mengukur kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam
menjalankan operasinya”. Menurut I Made Sudana, rasio profit margin merupakan bagian
dari rasio profitabilitas.
Net Profit Margin
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari
penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu
bagian produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan.
Rumus NPM:
Earning after taxes
Net Profit Margin=
Net sales

Kerangka Pemikiran
Tujuan utama suatu perusahaan adalah mendapatkan laba dan meningkatkan
nilai perusahaan. Oleh karena itu, rasio profitabilitas menjadi ukuran utama tentang performa
sebuah perusahaan. Menurut I Made Sudana (2015) Salah satu rasio profitabilitas yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah
Rasio Profit Margin.
Profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai. Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasinya. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan Rasio Net Profit Margin yang menjadi bagian dari Profit
Margin.
Rasio Net profit margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih melalui penjualan bersihnya, perusahaan akan dikatakan dalam
kondisi yang baik apabila tingkat net profit marginnya tinggi atau bahkan mendekati nilai
penjualannya. Hanya saja tingkat net profit margin ini tidak mungkin mendekati sampai
100%, karena itu berarti tidak ada beban-beban yang dikeluarkan dalam proses produksi
perusahaan.
Menurut Kasmir (2005:70), manfaat Net profit margin merupakan salah satu upaya
perusahaan di dalam menghindari adanya pemborosan-pemborosan sehingga setiap dana
yang dioperasikan oleh suatu perusahaan dapat terarah secara efektif dan dana operasi dapat
segera kembali dengan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Rasio Net profit margin
ini cukup penting bagi perusahaan, karena dengan rasio tersebut perusahaan akan mengetahui
apakah perusahaan sudah cukup efektif dalam meminimalkan beban-beban operasionalnya.
Untuk mendapatkan tingkat NPM yang tinggi, perusahaan tentunya harus mampu untuk
meningkatkan penjualan. Besar kecilnya NPM juga dipengaruhi oleh harga pokok penjualan
(HPP) maupun biaya-biaya operasional yang secara langsung berhubungan dengan penjualan.
Semakin besar nilai NPM, maka semakin besar profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Artinya, semakin besar laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan.
Menurut I Made Sudana (2015:25) Rasio NPM mencerminkan efisiensi seluruh
bagian perusahaan, yaitu bagian produksi, personalia, pemasaran dan keuangan. Ini berarti
semakin besar tingkat NPM suatu perusahaan, menggambarkan semakin efektif pula
perusahaan dalam menekan biaya ataupun beban-beban operasionalnya yang berhubungan
dengan bagian produksi, personalia, pemasaran dan juga keuangan. Untuk menekan biaya di
bagian produksi, perusahaan bisa mengambil langkah untuk mencari suplier yang lebih
murah namun dengan kualitas yang sama baiknya, lalu untuk bagian pemasaran perusahaan
juga bisa menekan biaya iklan dan untuk bagian keuangan, perusahaan harus menghindari
pinjaman dari bank untuk memenuhi kebutuhan akan modal, sehingga apabila perusahaan
sudah mampu menekan biaya operasional atau beban-beban di bidang-bidang perusahaan
diatas, tingkat NPM perusahaan pun akan meningkat.
Pada dasarnya modal kerja merupakan sumber daya ekonomi yang diharapkan dapat
memberikan nilai serta manfaat di masa depan kepada perusahaan. Dalam hal ini perusahaan
harus mampu memanfaatkan modal kerja secara optimal agar dapat menunjang kelangsungan
hidup perusahaan, sehingga tujuan utama perusahaan dapat tercapai dengan mudah yaitu
untuk mendapatkan keuntungan.
Menurut Sutrisno (2013:39) “Modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari seperti pembelian bahan
baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya”.
Kas merupakan aktiva paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja
yang paling tinggi likuiditasnya (yang paling mudah diubah menjadi uang dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek perusahaan), yang berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang
dimiliki suatu perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa
perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban
finansialnya. Kas adalah harta penting yang harus dimiliki oleh perusahaan yang memiliki
tingkat likuiditas paling tinggi, untuk membiayai kegiatan operasional peusahaan sehari-hari,
karena dengan tersedianya kas yang cukup maka perusahaan dapat menjalankan kegiatan
operasinya dengan baik, baik itu untuk membeli bahan baku, membayar gaji, membayar
hutang dan pembayaran lainnya. Untuk mengetahui seberapa besar perputaran kas dalam
suatu perusahaan, dapat diketahui dengan menggunakan rasio perputaran kas.
Menurut Bambang Riyanto (2011:95), “Perputaran kas merupakan periode
berputarnya kas yang dimulai saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai
saat kembali menjadi kas-kas sebagai unsur modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya.
Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan rata-rata kas. Semakin tinggi
perputaran kas akan semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan
kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar”. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi Noratika (2015), Olivia Mada (2014) dan Neneng Sri
(2016) yang menyatakan bahwa perputaran kas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Net profit margin.
Selain kas, aktiva lain yang menjadi penunjang dalam kegiatan operasional
perusahaan adalah persediaan. Persediaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting
untuk dikelola oleh perusahaan, terutama bagi perusahaan manufaktur. Ada tidaknya
persediaan mulai dari bahan mentah ataupun bahan setengah jadi akan sangat berpengaruh
terhadap kegiatan operasi perusahaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan kesulitan
untuk melakukan kegiatan produksi sehingga memungkinkan kehilangan kesempatan untuk
memperoleh laba.
Menurut Indriyo dan Basri (2014:93), “Persediaan merupakan bagian utama dari
modal kerja, dan merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan”. Untuk
mengetahui seberapa besar efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola
persediaannya dapat diketahui dengan menggunakan rasio perputaran persediaan.
Menurut I Made Sudana (2015:24) “Perputaran persediaan adalah rasio untuk
mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan”. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Uraian I Made Sudana diatas didukung oleh
pendapat Brigham dkk (2015:97) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan secara
langsung akan mempengaruhi keuntungan atau tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Pada
tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi transaksi penjualan barang yang
tinggi juga. Dengan tingkat perputaran persediaan yang tinggi dapat menekan biaya atau
risiko yang ditanggung dan menghasilkan volume penjualan yang tinggi, sehingga laba yang
akan diperoleh perusahaan akan meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nabila Inastia (2018), Indah W (2015) dan Said Shobri (2017) yang
menyatakan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Net
profit margin.
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa tingkat Net profit margin suatu
perusahaan dapat dipengaruhi oleh tingkat perputaran kas dan perputaran persediaan yang
baik. Semakin cepat perputaran kas dan persediaan, maka kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba menjadi semakin besar.
4.1.1 Perputaran Kas Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa selama tahun 2004-2018, Perputaran kas pada PT.
Charoen Pokphand Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan. Tingkat perputaran kas
tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar 64,39 kali, yang artinya setiap Rp.1,- kas
menghasilkan penjualan sebesar Rp. 64,39,- . Sedangkan tingkat perputaran kas terendah
dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 16,38 kali, yang artinya setiap Rp.1,- kas
menghasilkan penjualan sebesar Rp.16,38,- . Standar industri untuk perputaran kas adalah
sebesar 10 kali, berdasarkan data pada tabel 4.1 tingkat perputaran kas PT. Charoen
Pokphand Indonesia, tbk dari tahun ke tahun selalu berada di atas standar industri, terlihat
dari angka penjualan yang selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya hal tersebut
menunjukkan bahwa perputaran kas pada perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik yang
berarti perusahaan telah berhasil mengelola kas nya dengan baik sehingga menghasilkan
penjualan dalam jumlah yang besar dan dapat menghasilkan tingkat perputaran kas yang
tinggi pula.
4.1.2 Perputaran Persediaan Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa selama tahun 2004-2018, Perputaran persediaan
pada PT. Charoen Pokphand Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan. Tingkat
perputaran persediaan tertinggi dicapai pada tahun 2007 yaitu sebesar 14,74 kali, yang artinya
setiap Rp.1,- persediaan menghasilkan harga pokok penjualan sebesar Rp.14,74,- . Sedangkan
tingkat perputaran persediaan terendah dicapai pada tahun 2015 yaitu sebesar 5,10 kali, yang
artinya setiap Rp.1,- persediaan menghasilkan harga pokok penjualan sebesar Rp.5,10,-.
Standar industri untuk perputaran persediaan adalah sebesar 20 kali, berdasarkan data pada
tabel 4.1 tingkat perputaran persediaan PT. Charoen Pokphand Indonesia, tbk dari tahun ke
tahun selalu berada di bawah standar industri sehingga dapat dikatakan perputaran persediaan
perusahaan dalam kondisi yang kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah
gagal mengelola persediaannya dengan baik melalui penjualan sehingga terjadi penumpukan
persediaan di gudang. Rasio perputaran persediaan yang rendah tersebut juga menandakan
bahwa perusahaan tidak mampu untuk menghindari adanya pemborosan-pemborosan biaya
yang muncul ketika persediaan tertanam di gudang dan belum berhasil untuk dijual.
4.1.3 Net Profit Margin Pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa selama tahun 2004-2018, Net profit margin pada
PT. Charoen Pokphand Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan. Tingkat Net profit
margin tertinggi dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 14,66% yang artinya, setiap Rp.100,-
penjualan bersih menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp.14,66,- . Tingkat Net Profit
margin terendah dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,74% yang artinya, setiap Rp.100,-
penjualan bersih menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp.0,74,- . Standar industri untuk
net profit margin adalah sebesar 20%, berdasarkan data pada tabel 4.1 tingkat net profit
margin PT. Charoen Pokphand Indonesia, tbk pada tahun 2004-2018 selalu berada di bawah
standar industri, hal tersebut menunjukkan kinerja perusahaan pada saat itu dalam kondisi
yang kurang baik karena laba yang diterima perusahaan berada pada jumlah yang kecil dan
juga perusahaan tidak mampu untuk menekan beban-beban yang tidak perlu sehingga tidak
mampu memaksimalkan laba bersih yang diterimanya.
4.2 Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Profit Margin pada
PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk Periode 2004-2018
4.2.1 Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dengan menggunakan SPSS Versi 24.00 hasil perhitungan diperoleh nilai uji normalitas
dengan beberapa uji sebagai berikut:
1. Berdasarkan tampilan histogram (terlampir), terlihat bahwa kurva dependent dan
regression standardized residual kurva lebih melenceng ke kanan atau membentuk
gambar seperti lonceng. Oleh karena itu berdasarkan uji normalitas, analisis regresi
berdistribusi normal dan layak digunakan.
2. Berdasarkan tampilan Normal P-P Plot Regression Standarized (terlampir), terlihat
bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal. Oleh karena itu berdasarkan uji
normalitas, analisis regresi layak digunakan.
3. Berdasarkan output pada table One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada
Lampiran, terlihat bawa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,20 > 0.05. hal ini berarti nilai
residual terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal.

b. Uji Linieritas

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 11.1315 dan F tabel
sebesar 3.4780 (terlampir) dimana F hitung 11.1315 > F tabel 3.4780 maka dapat
disimpulkan model regresi dinyatakan linier.

c. Uji Multikolinieritas

Metode untuk menguji adanya multikolinieritas ini dapat dilihat dari tolerance value
atau variance inflantion factor (VIF). Batas dari tolerance value > 0, 1 atau nilai VIF lebih
kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Berdasarkan tabel pengolahan data
(terlampir) diperoleh nilai VIF sebesar 1,863 dimana nilai VIF 1,863 < 10 maka dapat
disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Apabila


hasil uji di atas level signifikan > 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya.
Berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir) diperoleh nilai sig. X1 sebesar 0,403 dan sig.
X2 sebesar 0,915 (terlampir) dimana nilai sig. X1 dan X2 > 0,05 maka dapat disimpulkan
dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.

e. Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Run
test. Dasar pengambilan dalam uji Run test adalah apabila nilai sig. > 0,05 maka tidak
terdapat gejala autokorelasi, begitupun sebaliknya. Model regresi yang baik adalah tidak
terdapat gejala autokorelasi. Berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir) diperoleh nilai
sig. sebesar 0,290, dimana 0,290 > 0,05 maka dapat disimpulkan dalam model regresi tidak
terdapat gejala autokorelasi.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 25.0 diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:

Y = 10,874 – 0,257X1 + 0,556X2

Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah:

a = konstanta sebesar 10,874 artinya jika perputaran kas (X1) nilainya 0 dan perputaran
persediaan (X2) nilainya 0 maka profit margin (Y) sebesar 10,874.

b1 = koefisien regresi variabel perputaran kas sebesar -0,257 artinya jika perputaran kas
mengalami kenaikan sebesar 1 dan variabel independen lainnya tetap, maka profit margin
akan turun sebesar 0,257.

b2 = koefisien regresi variabel perputaran persediaan sebesar 0,556 artinya jika perputaran
persediaan mengalami kenaikan sebesar 1 dan variabel independen lainnya tetap, maka profit
margin akan naik sebesar 0,556.

4.2.3 Koefisien Determinasi

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel independent (X)


mengetahui variabel dependent (Y).

Berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir) diperoleh nilai koefisien determinasi


(R square) sebesar 0,440 atau 44% . Hal ini berarti Profit margin dipengaruhi oleh perputaran
kas dan perputaran persediaan sebesar 44%, sedangkan sisanya sebesar 56% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

4.2.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan hipotesis yang sebelumnya telah diajukan,
yakni terdapat pengaruh perputaran kas dan perputaran persediaan terhadap profit margin
pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk baik secara parsial maupun simultan.

4.2.4.1 Pengujian secara simultan (Uji F)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-
sama perputaran kas dan perputaran persediaan terhadap profit margin.
Berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir), diperoleh tingkat signifikansi sebesar
0,031 sedangkan tingkat kesalahan sebesar 5% (α = 0,05) sehingga sig > α atau 0,031 < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profit Margin pada
PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk.

4.2.4.2 Pengujian secara parsial (Uji t)

Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel


independen perputaran kas dan perputaran persediaan terhadap variabel dependen profit
margin.

a) Pengaruh Perputaran Kas terhadap Profit Margin

Berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir) diperoleh nilai Sig. untuk perputaran
kas sebesar 0,016 dimana 0,016 < 0,05 maka perputaran kas secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap profit margin. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi Noratika (2014) dan Neneng Sri (2016) dimana hasilnya menunjukan
Perputaran kas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profit margin (NPM).

Menurut Bambang Riyanto (2011:95), “Perputaran kas adalah perbandingan antara


penjualan dengan rata-rata kas”. Secara teori menyatakan semakin tinggi perputaran kas akan
semakin baik, karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan
yang diperoleh akan semakin besar.

Hasil penelitian di atas sesuai dengan teori tersebut, karena ketika perputaran kas
mengalami kenaikan, maka berpengaruh pula terhadap kenaikan tingkat profit margin (Net
profit margin). Hubungan dengan penelitian di atas yang menyatakan bahwa perputaran kas
berpengaruh signifikan, hal tersebut membuktikan perusahaan telah berhasil menggunakan
kasnya secara efisien sehingga mampu menghasilkan angka perputaran kas yang tinggi
melalui penjualan dan juga meningkatkan keuntungan perusahaan.

b) Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profit Margin

Berdasarkan tabel pengolahan data (terlampir) diperoleh nilai Sig. untuk perputaran
kas sebesar 0,359 dimana 0,359 > 0,05 maka perputaran persediaan secara parsial
berpengaruh tidak signifikan terhadap profit margin. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Olivia Mada R (2014) dan Indah W (2015) dimana hasilnya
menunjukan Perputaran persediaan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap
profit margin (NPM). Menurut I Made Sudana (2015:24) “Perputaran persediaan adalah rasio
untuk mengukur perputaran persediaan dalam menghasilkan penjualan”. Secara teori
menyatakan semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan
persediaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan
akan meningkatkan laba perusahaan.
Akan tetapi hasil penelitian di atas tidak sesuai dengan teori tersebut, meskipun
tingkat perputaran persediaan mengalami kenaikan, tidak berpengaruh terhadap tingkat profit
margin (Net profit margin), karena pada kenyataannya tingkat net profit margin terus
mengalami penurunan. Hubungan dengan penelitian di atas yang menyatakan bahwa
perputaran persediaan berpengaruh tidak signifikan besar kemungkinan disebabkan oleh
rendahnya tingkat penjualan yang dialami perusahaan, sehingga menyebabkan persediaan
menumpuk di gudang dan berdampak terhadap lambatnya tingkat perputaran serta munculnya
biaya pemeliharaan yang harus ditanggung perusahaan.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Perputaran Kas pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk periode 2004-2018
berada di atas standar industri, hal ini menunjukkan perusahaan telah berhasil
mengelola kas nya dengan baik sehingga menghasilkan penjualan dalam jumlah
yang besar dan dapat menghasilkan tingkat perputaran kas yang tinggi pula.

2. Perputaran Persediaan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk periode 2004-
2018 berada di bawah standar industri, sehingga dapat dikatakan perusahaan tidak
berhasil mengelola persediaannya dengan baik melalui penjualan sehingga terjadi
penumpukan persediaan di gudang. Rasio perputaran persediaan yang rendah
tersebut juga menandakan bahwa perusahaan belum mampu untuk menghindari
adanya pemborosan biaya penanganan yang muncul ketika persediaan tertanam di
gudang dan belum berhasil untuk dijual.
3. Net Profit Margin pada PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk periode tahun
2004-2018 selalu berada dibawah standar industri, hal tersebut menunjukkan
kinerja perusahaan pada saat itu dalam kondisi yang kurang baik dalam
menghasilkan laba.
4. Perputaran Kas berpengaruh terhadap Profit Margin pada PT. Charoen Pokphand
Indonesia, Tbk periode 2004-2018. Hal tersebut menunjukan bahwa untuk
meningkatkan profit margin, salah satunya dapat ditentukan oleh tingkat
perputaran kas.
5. Perputaran Persediaan tidak berpengaruh terhadap Profit Margin pada PT.
Charoen Pokphand Indonesia, Tbk periode 2004-2018. Hal tersebut menunjukan
bahwa untuk meningkatkan profit margin tidak hanya ditentukan oleh perputaran
persediaan saja, tetapi masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
diantaranya adalah pertumbuhan penjualan, rasio lancar dan lainnya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, adapun saran
penulis sebagai berikut:
1. Langkah yang dapat diambil Perusahaan untuk dapat mempertahankan serta
meningkatkan Perputaran kas adalah berusaha untuk tidak melakukan penjualan
seara kredit atau berupa piutang, apabila melakukan penjualan secara kredit,
diharapkan untuk memperhatikan jangka waktu kredit tersebut, sehingga piutang
yang tertahan di konsumen dapat segera kembali ke perusahaan dalam bentuk kas,
agar tingkat perputaran kas semakin cepat dan menghasilkan tingkat perputaran
kas yang semakin tinggi, serta berpengaruh terhadap keuntungan tahun-tahun
selanjutnya.
2. Untuk meningkatkan Perputaran Persediaan hendaknya perusahaan berusaha
untuk meningkatkan penjualan, sehingga persediaan tidak terus menerus
menumpuk di gudang dan mengakibatkan timbulnya biaya pemeliharaan yang
akan merugikan perusahaan.
3. Perusahaan harus mampu meningkatkan Profit margin yang dalam penelitian ini
diukur dengan Net profit margin, atau setidaknya menjaga agar profit margin tetap
stabil sehingga tidak mengalami penurunan terus menerus dengan cara
meningkatkan volume penjualan sehingga tingkat laba bersih yang dicapai
semakin besar.
4. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sifatnya pengembangan,
dengan menambahkan periode waktu penelitian yang lebih lama dan juga
tambahan variabel lainnya, sehingga dapat dilihat apakah hasil yang didapat akan
sama ataukah berbeda serta akan menjadi perbandingan dan dapat menambah
wawasan tentang permasalahan yang sama.

Anda mungkin juga menyukai