Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU DAN SEJARAH

PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU

DisusunOleh:

RAHMAT AL FAUZI SIREGAR (1910300043)


SAHRIZAL RAMBE (1920300026)
PUTRI SUCI WIBOWO (1920300036)
Putri Suci Wibowo

DosenPengampu:

ABDUL AZIS HARAHAP , M.A.

HukumTataNegara
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan
2021
KATAPENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT,TuhanYang Maha Esa


yang telah memberikan kesehatandan rahmat kepada penulis sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah initepat pada waktu. Shalawat dan salam
Penulis Sampaikan kepada Nabi besar,Muhammad SAWbeserta Keluarga
dan sahabatnya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua yang telah membantu
dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.Khususnya kepada dosen mata
kuliah FILSAFAT ILMU yaitu Bapak ABDUL AZIS HARAHAP , M.A. yang
sudah membimbing penulis dalam pemahaman materi. Penulis menyadari
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena
penulis masih dalam tahap belajar.Kritikdansarantentang makalah ini sangat
penulis harapkan untuk perbaikan makalah penulis berikutnya. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih.

PadangSidempuan,3Mei2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.................................................................................................

DAFTARISI...............................................................................................................

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang Masalah...................................................................................
2.Rumusan Masalah............................................................................................
3.Tujuan Makalah.................................................................................................

PEMBAHASAN
1.Benda Milik Pribadi....................................................................................
2.Benda Milik Pemerintah ................................................................
3.Benda Milik Publik ................................................................

PENUTUP
1.Kesimpulan........................................................................................................
2.Saran..................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA
Benda Milik Pribadi

Konsep Hukum Benda


Beberapa perkara menyangkut perbuatan hukum tidak jarang berkaitan
dengan hak-hak perseorangan yang bersifat kebendaan. Dalam hukum
keperdataan kita mengenal adanya subjek hukum, yaitu badan pribadi atau
orang per orang serta badan hukum, dan adanya objek hak yang dikenal dengan
sebutan benda. Benda yang dimaksud dalam sistematika hukum perdata di
Indonesia adalah semua objek hak yang dapat menjadi objek hak milik, baik
dalam arti benda berwujud ataupun yang tidak berwujud, sebagaimana Pasal
499 KUHPerdata. Pemahaman tentang benda berwujud adalah semua barang
yang berwujud yang dapat ditangkap dengan pancaindra, sedangkan benda
tidak berwujud adalah beberapa hak tertentu yang dapat dijadikan objek hak
milik, seperti hak atas bunga, perutangan, penagihan, dan sebagainya. Untuk
pengertian mengenai benda berwujud, sistem hukum KUHPerdata Indonesia
membagi lagi dalam pengertian benda bergerak, misalnya sepeda motor, jam
tangan, radio, televisi, termasuk beberapa hak tidak bergerak, antara lain tanah
dan segala sesuatu yang melekat di atasnya, seperti bangunan permanen dan
tanaman, serta mesin-mesin pabrik yang tertanam dan digunakan secara tetap.
Dalam hukum perdata, masalah benda diatur dalam Buku II KUHPerdata, tidak
sama dengan bidang disiplin ilmu fisika, yang dikatakan bahwa bulan adalah
benda (angkasa), sedangkan dalam pengertian hukum perdata bulan itu bukan
(belum) dapat dikatakan sebagai benda karena tidak/belum ada yang (dapat)
memilikinya. Pengaturan tentang hukum benda dalam Buku II KUHPerdata
mempergunakan sistem tertutup. Artinya, orang tidak diperbolehkan
mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang telah diatur dalam
undangundang ini. Selain itu, hukum benda bersifat memaksa (dwingend
recht), artinya harus dipatuhi, tidak boleh disimpangi, termasuk memuat
peraturan baru yang menyimpang dari yang telah ditetapkan. Dalam
KUHPerdata benda dibagi atas dua jenis macam, yaitu benda berwujud dan
benda tidak berwujud9 serta benda bergerak dan benda tidak bergerak. Berikut
penjelasan mengenai masing-masing macam benda :
1. Benda berwujud dan tidak berwujud
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak
Kepemilikan suatu benda merupakan hal yang erat kaitannya dengan
hak milik atas benda tersebut. Hak milik yang akan dibahas dalam hal ini
merupakan hak milik atas suatu kebendaan merupakan hak yang paling kuat
atau paling penuh di antara hak-hak yang lainnya. Hak milik yang bersifat
KUHPerdata. 10 Pasal 504 KUHPerdata. penuh diakui oleh hukum karena
dianggap bagian dari hak asasi manusia. Menurut ketentuan Pasal 570
KUHPerdata, “Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara
lebih leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap barang itu sepenuhnya, asal
tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang
ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu hak;hak
orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak
demi kepentingan umum dan penggantian kerugian yang pantas, bedasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.” Berdasarkan ketentuan tersebut
terlihat bahwa hak milik walaupun terlihat penuh, namun masih tetap dibatasi
dengan peraturan perundang-undangan, tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, dan hak-hak orang lain. Serta hak milik merupakan hak yang paling
utama artinya menjadi dasar bagi segala hak kebendaan lainnya. Karena tanpa
adanya hak milik tidak akan hak-hak yang lain yang akan muncul atas suatu
kebendaan. Kemudian pemilik dapat menikmati sepenuhnya. Dan hak milik
tidak dapat diganggu gugat sejauh untuk memenuhi kebutuhan pemiliknya
secara wajar. Konsep Kepemilikan Benda Secara bahasa kepemilikan bermakna
pemilikan seseorang atas suatu harta dan kewenangan untuk bertransaksi secara
bebas terhadapnya. Kepemilikan merupakan suatu keistimewaan atas suatu
benda yang menghalangi pihak lain bertindak atasnya dan memungkinkan
pemiliknya untuk bertransaksi secara langsung selama tidak bertentangan
dengan peraturan yang berlaku. Kepemilikan dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dapat dikuasai. Seseorang dapat jika ingin menguasai suatu benda,
tentunya harus memiliki kepemilikan atas benda tersebut. Menurut KUH
Perdata kepemilikan sebuah benda diterapkan dalam bentuk hak-hak atas
kebendaan. Hak tersebut diantaranya hak milik, bezit, dan hak-hak kebendaan
di atas kebendaan milik orang lain. Hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan umum yang ditetapka oleh suatu kekuasaan yang
berhak menetapkannnya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain,
kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu
demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan
dengan pembayaran ganti rugi. (Pasal 570 KUH Perdata). Sedangkan bezit
merupakan suatu bentuk menguasai atas sebuah benda yang mana benda
tersebut ada dalam kekuasaan seseorang atau dengan perantara orang lain. Serta
hak-hak kebendaan di atas kebendaan milik orang lain merupakan suatu hak
yang dimiliki oleh seseorang yang benda tersebut merupakan milik orang lain,
seperti hak tanggungan, hak guna bangunan, hak gadai. Hak milik dapat
diperoleh dengan berbagai cara seperti yang tercantum dalam pasal 584
KUHPerdata yaitu pemilikan, perlekatan, daluarsa, pewarisan dan penyerahan.
Sehingga dapat diuraikan bahwa dalam memperoleh hak milik, yaitu sebagai
berikut :
1) Pemilikan
2) Perlekatan
3) Daluarsa
4) Perwarisan
5) Penyerahan
Adapun dalam konsep penyerahan benda, terdapat jenis-jenis penyerahan
yang bergantung pada benda yang akan diserahkan, yaitu benda bergerak
berwujud, bergerak tidak berwujud, dan benda tidak bergerak. 1) Penyerahan
benda bergerak berwujud 2) Penyerahan benda bergerak tidak berwujud 3)
Penyerahan benda tidak bergerak Ada tiga ciri hak milik, yaitu hak utama, hak
itu utuh dan lengkap, serta hak itu tetap, tidak lenyap.
1) Hak Utama
2) Utuh dan Lengkap
3) Tetap, Tidak Lenyap
Benda Milik Pemerintah/ Negara

Barang milik negara/daerah meliputi barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBN/D, barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah seperti
barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, barang yang
diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, barang yang diperoleh
berdasarkan ketentuan undang-undang, atau barang yang diperoleh berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Di dalam melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah, maka hal-hal yang
harus diperhatikan adalah, perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Pengertian Barang Milik Negara.


Barang Milik Negara, atau yang biasa disingkat BMN, merupakan bagian tak
terpisahkan dari Keuangan Negara sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa:
“Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.” Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara,pada pasal disebutkan bahwa: “Barang Milik Negara adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.” Dimana tidak termasuk dalam pengertian BMN adalah barang-barang
yang dikuasai dan atau dimiliki oleh:

a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD termasuk yang sumber
dananya berasal dari APBN tetapi sudah diserahterimakan kepada Pemerintah
Daerah).

b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari:
1) Perusahaan Perseroan, dan
2) Perusahaan Umum.

c. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah.


Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, pengertian “perolehan lainnya yang sah” disebutkan
antara lain meliputi hibah/sumbangan, pelaksanaan perjanjian/kontrak, diperoleh
berdasarkan ketentuan undang-undang, dan berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

B. Klasifikasi Barang Milik Negara.


Dalam akuntansi pemerintahan, BMN merupakan bagian dari aset pemerintah
pusat yang berwujud. Sedangkan pengertian aset menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah sebagai
berikut: Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan
sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam
modul Sistem Informasi dan Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-
BMN), Tim PPAKP ( 2008, 8 ) menyatakan bahwa BMN dalam SIMAK-BMN
terbagi menjadi aset lancar, aset tetap, aset lainnya, dan aset bersejarah dengan
penjelasan sebagai berikut :
Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi
siap dipakai.
Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektonik,
inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap dipakai.
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh
pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap
dipakai.
Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
Konstruksi dalam Pengerjaan.
Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya.
Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN diklasifikasikan dengan
cara tertentu sehingga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi
Barang Milik Negara sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor
18/KMK.018/1999 tentang Klasifikasi dan Kodefikasi Barang Inventaris
Milik/Kekayaan Negara membagi BMN dalam klasifikasi Golongan, Bidang,
Kelompok, Sub Kelompok, dan Sub-sub kelompok.
Golongan BMN meliputi: Barang Tidak Bergerak; Barang Bergerak; Hewan,
Ikan dan Tanaman, Barang Persediaan, Konstruksi Dalam Pengerjaan, Aset Tak
Berwujud dan Golongan Lain-lain. Dari masing-masing Golongan tersebut
selanjutnya dirinci lagi ke dalam klasifikasi bidang, kelompok, sub kelompok, dan
sub-sub kelompok. Dengan demikian, klasifikasi paling rinci (detil) ada di level
Sub-sub kelompok.
Macam-macam Benda Milik Negara
1. Privat Domein (kepunyaan privat).
adalahl benda-benda milik negara yang dipakai untuk kepentingan penyelenggaraan
pemerintahan itu sendiri. Hukum yg mengatur kepunyaan privat ini tidak berbeda
dengan hak yg mengatur kepunyaan perdata biasa. ex: rumah dinas pegawai,
gedung perusahaan negara, perkebunan pemerintah, dsb.
2. Publik Domein (kepunyaan publik).
adalahl segala benda yg disediakan oleh pemerintah untuk kepentingan umum.
Hukum yg mengatur benda2 ini bukan hukum perdata biasa melainkan hukum
tersendiri yg disebut hukum “domaine publik” ex: gedung-gedung pengadilan,
gedung-gedung sekolah, jalan raya, dsb.

Benda Milik Negara di Indonesia


Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan No. 225/MK/V/4/1971 ,
membedakan benda-benda milik negara menjadi:
1. Benda Tetap
2. Benda Bergerak
3. Hewan-hewan
4. Barang-barang persediaan yang masuk gudang FEM.
Benda Milik Publik/Domain

Kedudukan negara mengayomi warganya dalam rangka mencapai tujuan yang


telah ditetapkan. Dalam rangka itu ia memerlukan fasilitas-fasilitas agar memudahkan
pelaksanaan tugas dan fungsi itu sehingga target dan tujuan bisa tercapai.
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud adalah barang-barang atau benda-benda yang
diadakan dan keberadaannya tentu dipunyai oleh negara. Benda itulah kemudian
dikatakan sebagai Publik Domein.
Jadi, Publik Domain ialah suatu benda pendukung yang dimiliki oleh Negara akan
tetapi tidak dapat diperjual belikan karena sifatnya diluar perniagaan seperti jalan,
sungai, gedung, dll. Kemudian pemerintah sendiri lebih kepada memilikinya sebagai
pengawas.

Kedudukan Publik Domain dalam Hukum Administrasi Negara


Pada abad XIX, di kalangan ilmuwan banyak sekali berbeda pendapat terkait dengan
benda-benda yang berstatus publik domain yang memiliki kedudukan yang berbeda-
beda. Perbedaan tersebut menurut Utrecth disebabkan karna perselisihan seputar
apakah benda itu dinikmati fungsi publik atau bukan, dan yang membedakan itu
adalah sarjana dari Perancis bernama Proudhon.
Menurut Proudhon seorang ahli hukum dari Perancis yang menguraikan teori
kedudukan hukum hak kepunyaan public dan hukum hak kepunyaan privat, ia
menjelaskan bahwa kepunyaan publik negara adalah benda yang disediakan oleh
pemerintah yang dipergunakan untuk pelayanan publik dan penyelenggaraan fungsi
pemerintahan negara. Kekayaan atau hak kepunyaan publik diatur kepunyaannya
dalam perdata. Dalam konsep penguasaan negara ialah hak kepunyaan publik negara
dikuasai (beheren) oleh negara dan dilakukan pengawasan (toezichtouden) oleh
instrumen negara.
Benda kepunyaan publik negara tidak dapat menjadi obyek perjanjian perdata,
karna sifat hukum (rechstkarakter) kepunyaan publik negara ditunjukan pada benda
atau kekayaan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik. Hak kepunyaan perdata biasa tunduk pada peraturan perdata tidak dapat
diklasifikasikan sebagai kepunyaan atau dikuasai negara (staatseigenaar). Jadi, jika
benda-benda publik itu dinikmati secara pribadi oleh pejabat karena dimaksudkan
penunjang aktivitasnya maka dapat dikatakan sebagai Kepunyaan Privat. Namun
demikian, karena pejabat menggunakan benda itu tidak didasarkan pada hukum privat
maka statusnya bukan hak milik akan tetapi hak menguasai dan mengawasi. Namun
jika benda-benda itu diperuntukan bagi rakyat maka dapat dikatakan sebagai
Kepunyaan Publik.
Namun pendapat Proudhon tersebut disangkal oleh para ilmuwan lain seperti
Prof. Vegting dan Marcel Waline, menurut mereka bahwa pendapat Proudhon itu
telah menyimpang dari pendapat umum yang ada dan mengandung kelemahan
teoritis, karena publik domain berlaku hukum istimewa (privilege) dimana posisi
negara tetap sebagai pemilik (eigenaar), hanya saja kedudukannya sangat terbatas
tidak seperti dalam lapangan keperdataan. Menurut Barckhausen, status publik
domain tidak dimaksudkan menentang hukum perdata melainkan hanya menuntut
pengkhususan pengaturan sehingga dapat atau tidaknya diasingkan benda-benda
publik itu.
Tetapi, ahli hukum Thorbecke sependapat dengan Proudhon, bahwa benda-benda
yang bukan perniagaan tidak dapat menjadi pokok bezit, sehingga benda-benda
tersebut tidak dapat menjadi hak eigendom (milik). Benda-benda yang tidak dapat
dijadikan hak eigendom tentu saja bukanlah milik seorang eigenaar (pemilik),
kemudian ia mendefinisikan bahwa benda-benda yang termasuk kepunyaan publik
ialah benda diluar peniagaan dengan mendasarkan pada pasal 1332 KUH perdata
yang bunyinya : “Hanya barang yang dapat diperdagangkan saja yang menjadi pokok
persetujuan” dan pasal 1953 KUH perdata yang bunyinya: “Seseorang tidak dapat
menggunakan lewat waktu untuk memperoleh hak milik atas barang-barang yang
tidak beredar dalam perdagangan”.
Jadi, benda diluar peniagaan tidak dapat menjadi pokok bezit, maka dengan
sendirinya negara tidak dapat menjadi eigenaar atas benda-benda kepunyaan publik.
Berbeda dengan Thorbecke, menurut Mr. Von Reeken benda-benda yang
diselenggarakan untuk kepentingan umum bukanlah benda di luar perniagaan, sebab
benda-benda di luar perniagaan adalah benda-benda yang dikeluarkan dari pergaulan
hukum biasa (maka domaine public bukanlah benda di luar perniagaan dalam
keseluruhannya). Negara adalah eigenaar (pemilik) menurut hukum privat biasa dari
publik domain sehingga hukum privat berlaku juga bagi benda-benda tersebut
sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan publiknya, maka benda dari
perniagaan yang ditujukkan untuk kepentingan umum dapat disebut dengan domain
publik.
Pendapat modern dan yurisprudesi beranggapan bahwa negara adalah eigenaar
atas domain public. Dalam ranah ilmu hukum dan yurisprudensi di Belanda
berpandangan bahwa negara adalah eigenaar perdata biasa sebagai pemilik dari
domain public, sehingga termasuk juga pada benda-benda yang diselenggarakan
untuk kepentingan umum. Pada pasal 519, 520, 521, dan 523 KUH perdata
menunjukkan benda-benda yang dapat menjadi milik negara. Jadi pada pasal tersebut
menunjukkan alasan yuridis yang menguatkan pandangan bahwa negara adalah
eigenaar atas domain publik. Namun, di Indonesia negara tidak dapat dikatakan
sebagai eigenaar, pada pasal 33 UUD 1945 dan dengan berlakunya UU No. 5 Tahun
1960 tentang UUPA pada buku II BW maka ketentuan mengenai bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan sepanjang
terkait dengan hipotik dicabut.UUPA juga mencabut Agrarische Wet 1870 (yang
mengatur bahwa tanah-tanah yang tak dapat dibuktikan sebagai eigendom (domain
verkelaring) menjadi milik negara, jadi Indonesia tidak dapat dikatakan sebagai
eigenaar atas domain publik melainkan sebagai Instrument terhadap fasilitas yang
diperuntukkan terhadap masyarakat.

Kedudukan Negara Atas Publik Domein


Pendapat modern dan yurisprudesi beranggapan bahwa Negara adalah eigenaar atas
domain public. Ilmu hukum dan yurisprudensi belanda berpandangan bahwa Negara
adalah eigenaar perdata biasa domain public, bahwa termasuk juga untuk benda-
benda yang diselenggarakan untuk kepentingan umum. Pasal 519,520,521,dan 523
KUH perdata menunjukkan benda-benda yang dapat menjadi milik nagara. Pasal
tersebut menunjukkan alasan yuridis yang menguatkan pandangan bahwa Negara
adalah eigenaar atas domain public. Bagaimana dengan Indonesia?
Menurut hukum positif Indonesia, pemerintah atau negara tidak bisa disebut pemilik
(eigenaar) atas benda-benda obyek Agraria. Pada waktu berlakunya Undang-Undang
Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara tahun 1960
No.104), yang dimaksud dengan “Milik Negara”, ialah “Kepunyaan Negara”
(ditempatkan dibawah hukum yang tercantum dalam KUHPerdata-Buku II). Dengan
adanya ketentuan yang ditegaskan dalam awal diktum UUPA itu, maka di Indonesia
tidak dikenal adanya pemilikan oleh negara terhadap publik domein agraris, tetapi
hukum di Indonesia hanya mengenai “Hak Menguasai”. Jadi, dalam UUPA, negara
Indonesia dalam bidang keagrariaan tidak mengenal Domein Verklaring (tanah tak
bertuan menjadi milik negara), yang dikenal hanyalah hak menguasai oleh negara.
Dasar tentang hak menguasai oleh negara ini secara mendasar ditentukan dalam Pasal
33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.”[3]
Selanjutnya Pasal 2 UUPA menyatakan bahwa: “ Bumi, air dan ruang angkasa
termasuk kekayaan yang terkandung didalamnya pada tingkatan tinggi dikuasai oleh
negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Sedangkan Pasal 2 ayat (2)
UUPA menyatakan bahwa yang dimaksud hak menguasai oleh negara adalah
kewenangan untuk :
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, persediaan, dan pemeliharaan bumi,
air serta ruang angkasa.
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara manusia dengan
bumi, air, serta ruang angkasa.
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara manusia dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, serta ruang angkasa.
Wewenang yang bersumber pada hak yang menguasai negara tersebut
digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti
kebangsaan, kesejahteraan, dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan, makmur. Hak menguasai dari negara
tersebut, pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah masyarakat hukum adat,
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut
ketentuan-ketentuan peraturan pemerintah dan UUD 1945.
Di Indonesia, tata Inventarisasi ternyata tidak mengikuti penggolongan barang
yang dibagi berdasrkan barang pribadi dan barang pribadi milik Pemerintah atau
Negara (Privat Domein), tetapi berdasarkan pada Instruksi Presiden No.3 Tahun 1971
tentang Inventarisasi barang-barang milik negara atau kekayaan negara mensyaratkan
penyusunan daftar Inventarisasi atas semua barang-barang milik negara atau kekayaan
negara yang terdapat dalam lingkungan tiap instansi, baik yang ada di dalam maupun
yang ada di luar negeri, yang berasal atau di beli dengan dana yang bersumber dari
Anggaran Belanja Negara ataupun dengan dana diluar Anggaran Belanja Negara.
Surat Keputusan Menteri Keuangan, No.Kep-225/MK/V/4/1971 tentang Pedoman
Pelaksanaan tentang Inventarisasi Barang-Barang Milik Negara/kekayaan negara
bertanggal 13 April 1971, memformulasikan bahwa : barang-barang milik
negara/kekayaan negara dapat meliputi : Semua barang-barang milik negara/kekayaan
negara yang berasal/di beli dengan dana yang bersumber dari Anggaran Belanja
Negara yang berada dibawah pengurusan departemen, lembaga negara, lembaga
pemerintah non departemen serta unit-unit dalam lingkungan yang terdapat baik di
dalam negeri maupun di luar negeri, tidak termasuk kekayaan negara yang telah di
pisahkan antara lain kekayaan perum dan persero dan barang-barang kepunyaan
daerah otonom.

Anda mungkin juga menyukai