Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2

Nama :Tri wahyuni

Nim :154012012038

MK :Pancasila

Dosen pengampu :tyas Masitoh Mutiara, M.pd

1. Dinamika dan tantangan pendidikan pancasila


Jawab:

Dinamika Pendidikan Pancasila


Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara Indonesia
adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk kepadanya,
membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. menurut Ernest Renan:
kehendak untuk bersatu (le desir d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya
dapat diketahui bahwa Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena
memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.
. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan
(indifferentism), tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang
dinyatakan dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Maka Pancasila merupakan intelligent choice
karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap
adanya perbedaan
Mengenai hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu
negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak asasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang
adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan
dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin, memajukan
kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan mencerdaskan
kehidupan bangsa (keadilan sosial).”
Tantangan Pendidikan Pancasila
Masih ada sederet fakta empiris yang menunjukkan betapa Pancasila sebagai dasar negara
Republik Indonesia kini tak lebih bagaikan macan kertas. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan,
misalnya, sudah mulai ditinggalkan pelan-pelan digantikan sistem ekonomi pro-”kapital”. Pasar-
pasar tradisional digusur digantikan dengan supermarket. Semuanya dilakukan seolah-olah
sebagai hal wajar dan tidak memiliki dampak jangka panjang Akibatnya, rakyat mulai
kehilangan mata pencarian di satu sisi dan di sisi lain bangsa ini mulai kehilangan daya kritisnya
karena bekerja dalam bidang apa pun berada di bawah tekanan global. Nasib buruh semakin
ternistakan karena keserakahan juragannya dan kebijakan pemerintah yang membiarkan praktik
outsourcing yang kerap tak manusiawi.
Elite politik tampak membiarkan dirinya tercebur dalam pusaran arus global tanpa proteksi.
Kebanggaan diri sebagai bangsa bukan lagi menjadi acuan. Orientasi hidup hanya mencari
popularitas, maka munculnya fenomena ”mengiklankan diri sendiri” tanpa memerhatikan aspek
penderitaan rakyat. Pemerintah sulit menjadikan rasa empati sebagai bahan pertimbangan utama
merancang kebijakan, yang di luar terlihat populis tetapi substansinya sebenarnya menindas.
Pancasila kita sedang menghadapi krisis multidimensional. Pancasila kita sedang berhadapan
dengan pola perilaku elite yang tidak lagi peka terhadap rakyatnya. Pancasila kita juga sedang
menghadapi tantangan bagaimana membuat orang-orang beragama lebih toleran terhadap
lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus dimaknai bersama-sama dengan sila-sila lainnya.
Sebagai bangsa yang bertuhan, meyakini kebenaran Tuhan tidak boleh dilakukan dengan cara
menegasikan kemanusiaan. Kemanusiaan harus tetap dijunjung sehingga tercipta suasana adil
dan beradab. Untuk bisa menciptakan kemanusiaan yang adil dan beradab, kebijakan sosial-
politik-ekonomi harus berlandaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika kita gagal
menerapkan Pancasila dalam makna sesungguhnya, sebenarnya Pancasila tak sakti lagi.
Telah bertahun-tahun tahun  kita hidup hanya sebagai bangsa yang dipaksa untuk menghafal sila-
sila Pancasila demi kekuasaan, bukan manifestasinya dalam kehidupan nyata.
Ketidakjelasan secara etis berbagai tindakan politik di negeri ini membuat keadaban publik saat
ini mengalami kehancuran. Fungsi sebagai pelindung rakyat tidak berjalan sesuai dengan
komitmen. Keadaban publik yang hancur inilah yang sering kali merusak wajah hukum, budaya,
pendidikan, dan agama. Rusaknya sendi-sendi ini rupanya membuat wajah masa depan bangsa
ini semakin kabur.
Upaya untuk “membumikan” Pancasila di tengah bangsa Indonesia ternyata banyak menghadapi
tantangan dan cobaan. Tantangan terhadap Pancasila sudah mulai tampak sejak masa-masa awal
bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Tantangan terhadap eksistensi Pancasila tidak
hanya bersifat internal tetapi juga bersifat eksternal.
Tantangan dari dalam di antaranya berupa berbagai gerakan separatis yang hendak memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apa yang terjadi di Aceh, Maluku, dan
Papua merupakan sebagian contoh di dalamnya. Penanganan yang tidak tepat dan tegas dalam
menghadapi gerakan-gerakan tersebut akan menjadi ancaman serius bagi tetap eksisnya keutuhan
Bangsa Indonesia dan pancasila.
Pancasila juga kini tengah dihadapkan dengan tantangan eksternal berskala besar berupa
mondialisasi atau globalisasi. Di era modernisasi seperti saat ini, dimana batas negara sudah
tidak tampak lagi dan semua ini menuntut adanya keterbukaan dan transparansi. Maka Pancasila
sebagai benteng terakhir bangsa, menghadapi tantangan yang cukup berat. satu tantangan
terbesar yang perlu segera dijawab bangsa yang besar ini, khususnya oleh para pemegang
kekuasaan, adalah menjawab tantangan atas lemahnya kesejahteraan rakyat dan penegakkan
keadilan. Ketimpangan kesejahteraan antara kota dan desa, terlebih Jawa dan luar Jawa
merupakan salah satu permasalahan besar yang harus segera dijawab oleh bangsa ini. Terasa
sesak bagi kita semua bila mengingat bahwa dialam sejarah dewasa ini masih ada bagian dari
bangsa ini yang secara mengenaskan masih hidup di alam prasejarah! Masalah penegakkan
keadilan juga menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian serius para pengambil kebijakan.
Keadilan sosial yang telah lama digariskan para pendiri negeri ini sering menjadi kontraproduktif
manakala hendak ditegakkan di kalangan para penguasa dan pemilik uang. Jadilah hingga
sekarang ini pisau keadilan yang dimiliki bangsa ini masih merupakan pisau keadilan bermata
ganda, tajam manakala diarahkan kepada rakyat kebanyakan, dan tumpul atau bahkan kehilangan
ketajamannya sama sekali manakala dihadapkan dengan para pemegang kekuasaan atau pemilik
sumber-sumber ekonomi.
Globalisasi yang berbasiskan pada perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan
transportasi, secara drastis mentransendensi batas-batas etnis bahkan bangsa. Jadilah Indonesia
kini, tanpa bisa dihindari dan menghindari, menjadi bagian dari arus besar berbagai perubahan
yang terjadi di dunia. Sekecil apapun perubahan yang terjadi di belahan dunia lain akan langsung
diketahui atau bahkan dirasakan akibatnya oleh Indonesia. Sebaliknya, sekecil apaun peristiwa
yang terjadi di Indonesia secara cepat akan menjadi bagian dari konsumsi informasi masyarakat
dunia. Pengaruh dari globalisasi ini dengan demikian begitu cepat dan mendalam.
Tantangan yang paling berat dan utama, adalah masalah ekonomi dan budaya yang menggilas
bangsa ini tanpa ampun. Sebab, ajaran Pancasila yang hakiki sama sekali tidak sesuai dengan
arus modernisasi yang masuk ke bumi tercinta, Indonesia.

2. Esensi dan urgensi pendidikan pancasila untuk masa depan


Jawab:

Pengertian Urgensi jika dilihat dari bahasa latin bernama “urgere” yaitu (kata kerja) yang berarti
mendorong…dan jika dilihat dari bahasa inggris bernama “urgent” yang memiliki arti (kata sifat)
dan dalam dalam bahasa indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah Urgensi menunjuk pada
sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk diselesaikan..dengan demikian
mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak lanjuti. Pengertian esensi: esensi
adalah inti/ hakikat. Bisa juga disebut sebagai ‘hal yang pokok’ dari sesuatu.
Esensi Pendidikan Pancasila
Prof. Dr. Nadiroh, M. Pd., seorang  Guru Besar Pada Prodi PPKN FIS UNJ (Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta) mengtakan bahwa,  Pembentukan Karakter Bangsa Sebagai Esensi
Pendidikan Kewarganegaraan. Beliau mengukuhkan hal tersebut lantaran fenomena dan fakta
empiris yang diberitakan di mass media akhir-akhir ini merupakan gambaran realita kehidupan
bangsa Indonesia yang sampai saat ini masih mengalami krisis multidimensi. Jika keadaan ini
dibiarkan berlarut-larut, kita akan sulit mengejar ketertinggalan dalam upaya
mencapai  Millenium Developments Goals (MDG’s), yaitu: (1) menghapuskan tingkat
kemiskinan dan kelaparan; (2) mencapai Pendidikan Dasar secara Universal (3) mendorong
kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan ; (4) mengurangi tingkat kematian anak; (6)
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya; (7) menjamin pembangunan  berkelanjutan
dan pelestarian lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
(United Nations Development Group, 2003).
Tujuan ini dapat tercapai jika didukung oleh masyarakat dan bangsa yang berkualitas atau SDM
Indonesia yang unggul. Untuk itulah peran pendidikan sangat penting, sebagaimana  tersirat dan
tersurat dalam  Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 2 dikatakan bahwa: Pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Dalam pasal 3, dikatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Urgensi Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
peserta didik baik sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) berupaya mengantarkan warganegara
Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki  rasa kebangsaan dan cinta tanah air; 
menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang tujuan bernegara
Indonesia yang  berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKN berkaitan dan berjalan seiring
dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Maka untuk ke
depannya, bangsa ini harus benar-benar berpedoman terhadap pancasila. Untuk dapat
mengentaskan kemiskinan, membasmi praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), berbagai
bentuk kejahatan, dan lain sebagainya, keberadaan pancasila tetap harus dipertahankan. Karena
jika pancasila sudah diujung tanduk oleh ekses-ekses negatif, maka akan menjadi apa bangsa ini
kemudian.

Anda mungkin juga menyukai