Anda di halaman 1dari 3

MATA UANG FUNGSIONAL

Menurut PSAK 10, Mata Uang Fungsional entitas adalah mata uang yang berlaku di
lingkungan ekonomi utama tempat entitas beroperasi. PSAK 10 menjelaskan yang dimaksud
lingkungan ekonomi utama tempat entitas beroperasi biasanya adalah lingkungan yang menjadi
tempat utama entitas menghasilkan dan mengeluarkan kas. Secara sederhana, Mata Uang
Fungsional atau Mata Uang Pengukuran berarti mata uang yang digunakan dalam pengukuran
transaksi pencatatan satuan mata uang dalam jurnal dan akun-akun buku besar.

PSAK 10 mengharuskan entitas menetapkan mata uang fungsional dan mengukur


transaksi yang dilakukannya menggunakan mata uang fungsional itu. Meskipun demikian, PSAK
10 paragraf 38 juga menegaskan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia umumnya adalah
rupiah. Jika entitas melakukan transaksi dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang
fungsional, maka entitas itu harus “menghitung transaksi tersebut dalam mata uang fungsional”.

Prosedur akuntansi yang diperlukan untuk mengonversi laporan keuangan entitas asing
ke dalam mata uang perusahaan induk tergantung pada mata uang fungsional perusahaan anak di
luar negeri atau asing itu. Karena pembukuan entitas asing diselenggarakan dalam mata uang
lokal, yang mungkin merupakan mata uang fungsional atau mata uang yang berbeda dari mata
uang fungsional,penggabungan atau pengonsolidasian tersebut mungkin memerlukan translasi,
pengukuran ulang, dan keduanya.

Dalam perekonomian yang sangat inflasioner, nilai mata uang lokal akan cepat menyusut,
sehingga menimbulkan eskalasi harga barang dan jasa. Secara umum, mata uang lokal itu juga
melem terhadap mata uang lainnya. Tidak adanya unit pengukuran yang stabil akan
menimbulkan masalah khusus ketika mengonversi laporan dalam mata uang asing ke dalam
dolar A.S.FASB mengakui bahwa translasi dengan metode kurs saat ini akan menimbulkan
masalah bagi entitas asing yang beroperasi di negara yang tingkat inflasinya tinggi. Laporan
keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga bukan merupakan laporan keuangan dasar
menurut GAAP, sehingga FASB menetapkan alternatif yang praktis. Ingat bahwa inflasi adalah
determinan kurs yang utama untuk merefleksikan dampak hiperinflasi dalam laporan keuangan
konsolidasi, mata uang pelaporan (dolar A.S.) akan digunakan untuk mengukur kembali laporan
keuangan entitas asing dalam perekonomian yang sangat inflasioner. Keuntungan dan kerugian
kurs akibat pengukuran kembali laporan keuangan milik entitas asing akan diakui sebagai laba
periode berjalan, sehingga merefleksikan dampak hiperinflasiterhadap entitas konsolidasi.

Aktiva dan kewajiban entitas asing ditranslasi ke dalam dolar A.S. dengan menggunakan
kurs saat ini yang berlaku pada tanggal penggabungan usaha. Aktiva dan kewajiban yang dapat
diidentifikasi dari operasi di luar negeri akan disesuaikan dengan nilai wajar mata uang
lokalnya dan ditranslasi pada kurs yang berlaku pada tanggaL penggabungan usaha
melalui pembelian.

LATIHAN SOAL

1.PT ABC merupakan entitas yang didirikan di Indonesia dengan tahun pelaporan keuangan
berakhir pada tanggal 31 Desember dan menggunakan Rupiah Indonesia (IDR) sebagai mata
uang fungsional. Pada tanggal 15 Mei 2018, PT ABC membeli barang seharga USD100.000 dari
XYZ Co. ketika kurs pada saat itu adalah USD1 = IDR9.900. XYZ Co. merupakan entitas yang
didirikan di Amerika Serikat yang menggunakan dolar AS (USD) sebagai mata uang fungsional.
Buatlah jurnalnya.
Jawab:
Berdasarkan PSAK 10, transaksi valuta asing ini harus diakui dalam IDR dengan kurs spot pada
tanggal transaksi, yaitu sebagai berikut:

Perhatikan, pada tanggal tersebut PT ABC tidak menyerahkan USD kepada siapapun, hanya
menerima faktur yang senilai USD100.000. Nilai faktur itu kemudian diukur kembali pada
pembukuan PT ABC dalam IDR dengan menggunakan kurs spot tanggal transaksi. Utang usaha
biasa juga disebut utang dagang.

2. Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI membeli saham beberapa entitas di Amerika untuk
tujuan spekulasi. Berdasarkan PSAK 55, pelaporan investasi dalam sekuritas untuk tujuan
spekulasi (trading) dilakukan berdasarkan nilai wajar. Biaya investasi saham yang dikeluarkan
PT GHI adalah sebesar USD120.000 dan nilai wajar pada tanggal 31 Desember 2018 adalah
sebesar USD165.000. Kurs spot pada tanggal 1 Oktober 2018 dan 31 Desember 2018 masing-
masing adalah USD1 = IDR9.700 dan USD1 = IDR9.600. Buatlah jurnal dan jelaskan.
Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT GHI mendebit investasi dalam saham sebagai berikut:

Meskipun kas yang dibayarkan dalam transaksi ini berupa USD (valuta asing), pada saat
pengakuan awal PT GHI mencatat investasi ini dalam mata uang fungsional (IDR) dengan kurs
spot yang berlaku pada tanggal transaksi, sehingga berjumlah Rp1.164.000.000 (USD120.000 ×
IDR9.700). Saham dalam kasus ini adalah contoh pos nonmoneter yang dilaporkan dengan nilai
wajar, sehingga nilai wajar aset itu harus diukur kembali menggunakan kurs yang berlaku pada
saat nilai wajar itu ditentukan, yaitu dengan kurs penutup tanggal 31 Desember 2018. Jumlah
investasi yang harus dilaporkan di laporan posisi keuangan adalah IDR1.584.000.000
(USD165.000 × IDR9.600).
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

Selisih antara nilai wajar investasi dalam saham yang diukur dengan kurs penutup
(IDR1.584.000.000) dengan biaya perolehan yang diukur dengan kurs spot tanggal transaksi
(IDR1.164.000.000), diakui sebagai keuntungan investasi yang tidak direalisasi dan dilaporkan
sebagai komponen penghasilan dalam penghitungan laba-rugi. Karena investasi bukan pos
moneter, tidak ada pengakuan keuntungan/kerugian selisih kurs sebagaimana yang diatur dalam
PSAK 10.

Referensi soal

Warsidi, C.A. 5 april 2018. Transaksi mata uang asing. Diakses pada 14 februari 2021, dari
https://www.warsidi.com/2018/04/transaksi-mata-uang-asing.html

Anda mungkin juga menyukai