Anda di halaman 1dari 9

Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
hlm. 338-346
Info Artikel:
Diterima01/01/2013
Direvisi12/01/2013
Dipublikasikan 25/02/2013

HUBUNGAN ANTARA PERLAKUAN ORANGTUA DENGAN


PENERIMAAN DIRI SISWA
Juli Hartati1), Erlamsyah2), Syahniar3)

ABSTRACT
Parents greatly contribute to helping the child's personality, especially in the reception children. Guiding
children to treat them well, so that self-acceptance to the child being good. Phenomena that occur in the field
are still many parents who guide their children in the form of unfavorable treatment so that the child becomes
low self-acceptance. The purpose of this study was to describe the treatment of parent and student self-
acceptance and to see the relationship between parental treatment with self-acceptance. This research is a
descriptive correlational, The research found that: good treatment of parents classified, categorized as either
self-acceptance, there is a significant relationship between parental treatment with self-acceptance of
students.

Keywords: Parenting; Student Self-Acceptance

PENDAHULUAN Sebagaimana yang dikemukakan oleh Havighurt


(dalam Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang
Manusia diciptakan oleh Sang Maha
mencapai tugas perkembangannya mampu
Pencipta dengan beragam bentuk rupa, kondisi
menerima keadaann fisiknya dan
diri dan kepribadian yang berbeda satu dengan
mempergunakannya secara efektif. Remaja perlu
yang lainnya. Dimana setiap manusia memiliki
mengenal dan menerima kondisi dirinya dan
keunikan masing-masing terhadap apa yang dia
kepribadiannya yang pada hakikatnya terdiri dari
miliki baik itu dari segi fisik maupun psikologi.
dua aspek yaitu: dari aspek aspek fisiologis
Menurut Allport (dalam Jess Feist & Gregory
(kondisi fisik, penampilan fisik, ketahanan fisik,
2010) semua manusia memberikan tanda atau
kesehatan fisik,) psikologis (kemampuan
ukuran khas mereka pada setiap kepribadian
berpikir, kondisi perasaan dengan orang lain,
mereka, serta karakteristik perlakuan dan pikiran
keyakinan-keyakinan, bakat, minat,sifat-sifat
mereka membuat mereka berbeda dengan yang
pribadi). Kesadaran diri akan segala kelebihan
lainnya. Sependapat dengan itu Dobzhansky
dan kekurangan diri haruslah dibarengi dengan
(dalam Hurlock 1980) mengatakan “ setiap
penerimaan diri sebagaimana apa adanya,
orang secara biologis dan genetis benar-benar
sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang
berbeda satu dengan yang lainnya.” Kepribadian
sehat.
serta kondisi diri seseorang tidak bisa
Menurut pendapat Theo Riyanto,
dikembangkan tanpa dikenali terlebih dahulu
(2006) “penerimaan diri adalah kemampuan
serta diterima apa adanya. Begitu juga yang
seseorang untuk mengakui kenyataan diri secara
harus dilakukan oleh remaja yang sedang
apa adanya”. Selanjutnya pendapat Allport
menjalankan tugas perkembangan mereka.

1
Juli Hartati, Jurusan Bimbingan dan Konseing, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
datajulihartati@ymail.com
2
Erlamsyah, Jurusan Bimbingan dan Konseing, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
Erlamsyah1537@ gmail.com
3
Syahniar, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
syahniar9@gmail.com
338
©2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
339

(dalam Shultz Duane 1991) penerimaan diri Hurlock, E.B (dalam Syamsu Yusuf,
merupakan sifat dari suatu kepribadian yang 2007) mengemukakan seorang anak yang
sehat. Dimana mereka mampu menerima segala dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
kekurangan kekurangan dan kelebihan-kelebihan harmonis dan agamais, maka perkembangan
yang mereka miliki. Dapat dikatakan bahwa kepribadian anak khususnya pada penerimaan
pada dasarnya penerimaan diri merupakan aset diri anak cendrung positif. Selain itu perlakuan
pribadi yang sangat berharga. yang diberikan orangtua secara baik, akan
Individu yang sehat akan menunjukan mampu mengubah pandangan anak kearah yang
rasa hormat terhadap dirinya dan orang lain, positif terhadap dirinya dan orangtuanya. Anak
menerima dirinya dengan keterbatasan, akan memandang orangtuanya baik dimata
kelemahan, kerapuhannya individu ini bebas mereka, menjadikan orangtua sebagai teman
dari rasa bersalah, malu, dan rendah diri, juga curhat di rumah, panutan dan lain sebagainya.
dari kecemasan akan penilaian orang lain Sebaliknya anak yang tidak
terhadap dirinya. Menurut Havighurt (dalam diperlakukan secara hangat dan perlakuan
Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang dapat kontrol oleh orangtua di rumah akan tidak
menerima dirinya akan memelihara bentuk mampu menerima keadaan diri sebagaimana
tubuh, penampilan, serta menghargai dan bangga adanya, merasa rendah di hadapan orang lain,
dengan penampilannya. Sedangkan pendapat tidak mampu menampilkan diri baik dari segi
Theo Riyanto, (2006) seseorang akan mendapat positif ataupun negatif. Sebagaimana yang
menerima diri apa adanya akan mendapatkan dikemukakan Hurlock, E.B (dalam Syamsu
kebahagian dalam hidupnya. Ia akan hidup apa Yusuf, 2007) anak yang dikembangkan dalam
adanya, asli, tidak meniru milik orang lain, dan lingkungan keluarga yang broken home, kurang
tidak menutup dirinya, serta tidak bermain harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak
sandiwara dengan topeng-topeng kehidupannya. atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama
Penerimaan diri pada anak akan dalam keluarga, maka perkembangan
berkaitan dengan berbagai faktor, seperti kepribadiannya cenderung mengalami distorsi
keadaan fisik, bakat yang dimiliki, kemampuan atau kelainan dalam penyesuaian diri.
berfikir, kemampuan berkomunikasi, persepsi Fenomena yang terjadi di lapangan
terhadap diri, faktor teman sebaya serta berdasarkan hasil wawancara penulis pada
perlakuan orangtua. Sebagaimana Hurlock. E,B tanggal 25 Juli 2012 di SMA Negeri 1 Pantai
(1978) salah satu faktor yang mempengaruhi Cermin, Kabupaten Solok dengan seorang guru
penerimaan diri adalah perlakuan awal dalam pembimbing, mengemukakan bahwa adanya
lingkungan keluarga yaitu perlakuan yang siswa merasa kecewa dengan permintaan
diberikan oleh orangtua. Dimana perlakuan orangtua yang terlalu banyak karena melebihi
orangtua berkontribusi dalam pengembangan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh
kepribadian anak serta memandang dan menilai siswa. Siswa merasa dirinya tidak bisa seperti
dirinya. Orangtua adalah pemegang amanah, teman lainnya yang berprestasi, siswa kurang
sehingga orangtua bertanggung jawab mendidik, pecaya diri dari segi penampilan dan
memelihara, menjaga dan meningkatkan amanah kemampuannya. Selain itu ada siswa yang tidak
yang diberikan kepadanya. menerima dirinya yang berasal dari keluarga
broken home, tidak puas terhadap

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


340

penampilannya dari segi fisik yaitu warna kulit Populasi penelitian ini adalah siswa
yang agak gelap, tidak percaya diri karena berat SMAN 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok
badan yang berlebihan atau yang terlalu kurus, kelas XI, XII yang berjumlah 330 dan jumlah
bahkan dengan adanya jerawat diwajah, merasa sampel sebanyak 77 orang dengan
tidak cantik,merasa tidak punya potensi yang menggunakan teknik proportional random
bisa di kembangkan,merasa ingin pindah jurusan sampling. Alat pengumpul data berbentuk
ke IPS karena merasa tidak mampu di jurusan angket. Prosedur yang ditempuh dalam
IPA, ingin pindah pengembangan diri, dan lain- pengumpulan data adalah dengan
lainnya mengadministrasikan angket kepada sampel
Selanjutnya hasil wawancara dengan 4 penelitian. Data yang telah terkumpul akan
orang siswa pada tanggal 25 Juli 2012 di SMA dianalisis dengan menggunakan teknik
Negeri 1 Pantai Cermin terungkap bahwa siswa persentase dan menggunakan korelasi product
kesulitan dalam memilih bidang pengembangan moment yang diolah dengan program computer
diri, kurangnya waktu berinteraksi dengan SPSS (statistical Product and Service Solution
orangtua dirumah, merasa di beda-bedakan ) relase 17.0 for windows.
dengan saudara yang lain yang lebih pintar dan HASIL
cantik, kurangnya diberi kesempatan untuk
Berdasarkan temuan penelitian tentang
memilih satu bakat yang diminati. Selain itu
perlakuan orangtua dan penerimaan diri siswa
mereka juga tidak percaya diri dengan apa yang
maka diperoleh hasil seperti berikut:
mereka miliki, merasa bingung dengan jurusan
yang telah mereka pilih, merasa tidak menarik Tabel 1. Perlakuan Orangtua SMAN 1
Pantai Cermin
untuk di pandang serta tidak merasa puas dengan (N=77)
diri mereka sendiri.
Perlakuan Orangtua
Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan maka fokus dalam penelitian ini Kategori Skor f %

adalah 1) Mendeskripsikan perlakuan orangtua, Sangat baik ≥137 10 13


2) Penerimaan diri siswa 3) Hubungan antara Baik 29 38
119-136
perlakuan orangtua dengan penerimaan diri
Cukup 101-118 27 35
siswa.
Kurang ≤ 100 11 14
METODOLOGI
Total 77 100
Penelitian ini berbentuk penelitian
kuantitatif dengan pendekatan analisis
deskriptif korelasional yang bertujuan untuk
Dari tabel di atas terungkap bahwa
mendeskripsikan dan mengetahui hubungan
sebagian besar perlakuan orangtua terhadap
antar variabel penelitian. Penelitian ini terdiri
anak baik (38%), cukup (35%), kurang (14%),
dari dua variabel, yaitu; perlakuan orangtua
dan sangat baik (13%).
(X) merupakan variabel bebas dan penerimaan
diri siswa (Y) merupakan variabel terikat.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


341

Tabel 2. Penerimaan Diri Siswa SMAN 1 Tabel 4. Penerimaan Psikologis Siswa


Pantai Cermin SMAN 1 Pantai Cermin
(N=77) (N=77)

Penerimaan Diri Penerimaan Psikologis


Kategori Skor F % Kategori Skor F %
Sangat 12 16 Sangat 15 19
≥137 ≥83
Baik Baik
Baik 118- 32 41 Baik 70-82 28 36
136
Cukup 57-69 25 32
Cukup 99-117 22 29
Kurang ≤ 56 9 10
Kurang ≤ 98 11 14
Total 77 100
Total 77 100

Dari tabel di atas terungkap bahwa


Dari tabel di atas terungkap bahwa
sebagian besar penerimaan psikologis siswa
sebagian besar penerimaan diri siswa baik
baik (36%), cukup (32), sangat baik (19%),
(41%), cukup (29%), sangat baik (16%) dan
dan Kurang (10%).
kurang (14%).

Tabel 5. Hubungan antara Perlakuan


Tabel 3. Penerimaan Fisiologis Siswa Orangtua dengan Penerimaan Diri Siswa.
SMAN 1 Pantai Cermin Hubungan r r tabel Sig.
(N=77)
variable hitung
Penerimaan Fisiologis Perlakuan
Kategori Skor F % orangtua 0, 343 0, 117 0,001
dengan
Sangat 9 12 penerimaan
≥58 diri siswa
Baik
Baik 48-57 38 49
Hasil uji hipotesis dimaksudkan untuk
Cukup 38-47 21 27 mengetahui hubungan perlakuan orangtua
Kurang ≤ 37 9 12 dengan penerimaan diri siswa SMAN 1 Pantai

Total 77 100 Cermin. Analisis Pearson Product Moment


menunjukkan seberapa besar hubungan antara
perlakuan orangtua dengan penerimaan diri
Dari tabel di atas terungkap bahwa
siswa melalui r hitung = 0,404 dengan sig =
sebagian besar penerimaan fisiologis siswa baik
0.001 (sig<0,05, dan r table sebesar 0,296,
(49%), cukup (27%), sangat baik (12%), dan
artinya r hitung lebih besar dari r table sehingga
kurang (12%).
dapat ditafsirkan korelasi positf antara perlakuan
orangtua dengan penerimaan diri siswa.
Koefisien korelasi tersebut mengindikasikan

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


342

adanya hubungan antara variabel perlakuan yang dibuat oleh orangtua, berorientasi pada
orangtua dengan penerimaan diri siswa. Hasil hukuman (fisik maupun verbal), dan orangtua
tersebut membuktikan menyatakan adanya jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
hubungan antara perlakuan orangtua dengan David R Saffer (1994) juga mengungkapkan
penerimaan diri pada siswa SMAN 1 Pantai bahwa perlakuan orangtua otoriter merupakan
Cermin dapat diterima. peran orangtua yang sangat membatasi, dimana
orang dewasa menerapkan banyak peraturan,
PEMBAHASAN
mengaharapkan kepatuhan yang keras, akan
Pembahasan ini dilakukan jarang menjelaskan pada anak mengapa hal
berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu menuruti semua peraturan-peraturan tersebut
begaimana gambaran perlakuan orangtua perlu.
terhadap anak, baik perlakuan otoriter,
Selanjutnya Baumrind (dalam Santrock
demokratis dan permissif. Bagaimana tingkat
2007) menambahkan perlakuan otoriter adalah
penerimaan diri siswa. Apakah terdapat
gaya pengasuhan yang membatasi dan
hubungan antara perlakuan orangtua dengan
menghukum, dimana orangtua mendesak anak
penerimaan diri siswa.
untuk mengikuti arahan mereka dan
Perlakuan Orangtua menghormati pekerjaan dan upaya mereka.

Hasil temuan penelitian menunjukan Perlakuan otoriter ini dapat menimbulkan akibat

bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1 hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan

Pantai Cermin menerapkan perlakuan otoriter aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak

pada kategori cukup. Perlakuan otoriter yang menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya

diterapkan oleh orangtua bisa saja dipengaruhi


Hasil temuan penelitian menunjukan
oleh latar belakang orangtua yang juga
bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1
diperlakukan otoriter oleh keluarga. Orangtua
Pantai Cermin menerapkan perlakuan
yang otoriter ditandai dengan adanya aturan-
demokratis pada kategori baik. Perlakuan
aturan yang kaku dari orangtua, kebebasan anak
orangtua yang demokratis merupakan perlakuan
sangat dibatasi, dan memaksa anak berperilaku
yang menghargai pendapat anak, orangtua
seperti yang diinginkannya, seperti orangtua
membimbing dan mengarahkan tanpa
mengatur dengan siapa saja anak boleh berteman
memaksakan kehendak anak, adanya
dan orangtua menuntut anak pulang sekolah
musyawarah, rasional, pemberian hukuman
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
disesuaikan dengan kesalahan, member pujian
lain sebagainya.
ataupun hadiah untuk perilaku yang benar,

Hurlock, E.B (1997), mengemukakan mempunyai pandangan masa depan yang jelas

bahwa orangtua yang mendidik anak dengan terhadap anak.

menggunakan perlakuan orangtua otoriter


Menurut Hurlock, E.B (1997),
memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
mengemukakan bahwa orangtua yang
orangtua menerapkan peraturan yang ketat, tidak
menerapkan perlakuan demokratis
adanya kesempatan untuk mengemukakan
memperlihatkan ciri-ciri: Adanya kesempatan
pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan
anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


343

peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, menerapkan perlakuan permissif


hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku Orangtua cenderung memberikan kebebasan
yang benar. penuh pada anak tanpa ada batasan dan aturan
dari orangtua, tidak adanya hadiah ataupun
David R, Shaffer (1994) menjelaskan
pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak
perlakuan orangtua demokratis adalah peran
adanya hukuman meski anak melanggar
orang tua yang fleksibel dimana orang dewasa
peraturan.
membiarkan anak-anak mereka
mempertimbangkan kebebasan tetapi tetap Selanjutnya Baumrid (dalam
berhati-hati menetapkan dasar rasionil untuk Syamsul,Yusuf 2007) Perlakuan orangtua acuh
membatasi, mereka menentukan dan tak acuh / permissif, memiliki ciri-ciri antara
meyakinkan anak-anak tersebut mengikuti lain:
petunjuk-petunjuk tersebut.
“Sikap kepercayaan yang tinggi
Sedangkan pendapat Baumrind (dalam kontrol rendah, memberikan
Santrock 2007) perlakuan demokratis dimana kebebasan kepada anak untuk
mendorong anak untuk mandiri namun masih menyatakan dorongan keinginan.
menerapkan batas dan kendali pada tindakan Sedangkan ciri-ciri dan tingkah laku
mereka. Tindakan verbal memberi dan anaknya yaitu : bersifat agresif, suka
menerima dimungkinkan dan orangtua bersikap membrontak, kurang memiliki rasa
hangat dan penyayang terhadap anak. percaya diri dan pengendalian diri,
suka mendominasi, tidak jelas arah
Hasil temuan penelitian menunjukan
hidupnya, prestasinya rendah.”
bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1
Dari pendapat para ahli seperti di atas,
Pantai Cermin menerapkan perlakuan permisisf
dapat diambil pemahaman bahwa perlakuan
pada kategori cukup. Orangtua yang
permissif mempunyai ciri sebagai berikut: anak
menerapkan perlakuan permisif akan
diberi kebebasan penuh menentukan
mengizinkan anak - anak mereka untuk secara
tindakannya sendiri, hadiah dan hukuman tidak
terbuka mengekpresikan perasaan dan hati
diterapkan, orangtua kurang membimbing dan
mereka, Menurut David R, Shaffer (1994)
kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan
mengemukakan bahwa perlakuan orangtua
sehari-hari.
permisif adalah dimana orang dewasa secara
relative membuat beberapa tuntutan, Dapat disimpulkan secara keseluruhan
mengizinkan anak-anak mereka untuk secara bahwa perlakuan orangtua terhadap siswa
terbuka mengekpresikan perasaan dan hati tergolong baik, dengan persentase 38%. Hal ini
mereka, tidak begitu dekat mengontrol kegiatan- dapat dilihat dari aspek perlakuan orangtua
kegiatan mereka dan jarang dengan tegas meliputi perlakuan otoriter, demokratis dan
mengontrol prilaku mereka. permisif. Temuan ini menunjukkan bahwa
perlakuan orangtua siswa SMAN 1 Pantai
Selanjutnya Hurlock, E.B (1997),
Cermin berada pada katagori baik.
mengemukakan bahwa orangtua yang

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


344

Perlakuan orangtua kepada anak adalah Penerimaan diri perlu dimiliki oleh
tindakan orangtua dalam membimbing dan setiap individu, Individu yang dapat menerima
mengawasi anaknya. Perlakuan orangtua dirinya dan beberapa aspek hidupnya, tentu tidak
terhadap anaknya tentu akan berbeda antara satu akan kesulitan dalam menjalankan
keluarga dengan keluarga yang lainnya, ada kehidupannya karena selalu bersyukur terhadap
orangtua yang menerapkan perlakuan otoriter, apa yang dimilikinya. Penerimaan diri ini
demokratis, dan permissif. Namun pada mengandaikan adanya kemampuan diri dalam
dasarnya orangtua tidak menerapkan perlakuan psikologis seseorang, yang menunjukkan
yang tunggal terhadap anak karena dalam kualitas diri. Sebagaimana pendapat Theo
kenyataannya ketiga perlakuan tersebut Riyanto, (2006) bahwa kemampuan menerima
digunakan secara bersamaan di dalam mendidik, diri juga merupakan landasan untuk mengadakan
membimbing, dan mengarahkan anaknya, perubahan-perubahan serta perkembangan dalam
adakalanya orangtua menerapkan perlakuan hidup untuk menjadi lebih baik. Sehingga ketika
otoriter, demokratis dan permissif. Perlakuan seseorang mampu menerima dirinya maka dia
yang diterapkan orangtua cenderung mengarah akan melakukan perubahan- perubahan kearah
pada perlakuan situasional. yang positif dalam hidupnya. Hal ini berarti
bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan pada
Hal ini senada dengan apa yang
seluruh kemampuan diri yang mendukung
dikemukakan oleh Agoes Dariyo (2004), bahwa
perwujudan diri secara utuh serta
perlakuan yang diterapkan cenderung mengarah
mengembangkannya.
pada perlakuan situasional, di mana tidak
menerapkan salah satu jenis perlakuan tertentu, Penerimaan Psikologis
tetapi memungkinkan menerapkan perlakuan
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
secara fleksibel, luwes, sesuai dengan situasi dan
secara umum siswa SMA N 1 Pantai Cermin
kondisi yang berlangsung saat itu.
menerima keadaan diri secara psikologis pada
Penerimaan Diri Siswa kategori baik dengan persentase 36%.
Penerimaan Fisiologis
Menerima keadaan diri secara
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa psikologis perlu dimiiki oleh setiap remaja agar
secara umum siswa SMA N 1 Pantai Cermin mereka dapat hidup apa adanya. Menurut
menerima keadaan diri secara fisiologis pada pendapat Theo Riyanto, (2006) “penerimaan diri
kategori baik dengan persentase 49%. adalah kemampuan seseorang untuk mengakui
kenyataan diri secara apa adanya”. Selanjutnya
Penerimaan diri secara fisiologis
pendapat Allport (dalam Shultz Duane 1991)
sangatlah penting bagi seorang remaja.
penerimaan diri merupakan sifat dari suatu
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Havighurt
kepribadian yang sehat. Dimana mereka mampu
(dalam Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang
menerima segala kekurangan kekurangan dan
mencapai tugas perkembangannya mampu
kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Dapat
menerima keadaann fisiknya dan
dikatakan bahwa pada dasarnya penerimaan diri
mempergunakannya secara efektif.
merupakan aset pribadi yang sangat berharga.
Sikap menerima diri mengarahkan seseorang

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


345

untuk menentukan tujuan hidupnya sebagaimana Lakukan pendekatan dan pendidikan


pendapat Theo Riyanto, (2006) bahwa sikap positif, serta meluangkan waktu berbicara dan
menerima diri mengarahkan seseorang untuk berdiskusi dengan mereka serta mencarikan
dengan bijak menentukan pilihan-pilihan dalam solusi dari permasalahan mereka.
mengadakan perubahan atau perkembangan
SIMPULAN
demi pertumbuhan harga diri .Dari hasil
peneitian dapat di simpulkan bahwa siswa SMA Berdasarkan hasil penelitian, maka
N I Pantai Cermin sudah bisa menerima keadaan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
dirinya secara psikologis. (1) Perlakuan orangtua terhadap anak SMAN 1
Pantai Cermin dikategorikan baik, (2)
Hubungan Perlakuan Orangtua dengan
Penerimaan Diri Siswa Penerimaan diri siswa SMAN 1 Pantai Cermin
dikategorikan baik, (3) Terdapat hubungan yang
Hasil yang diperoleh dari hasil
signifikan antara Perlakuan orangtua dengan
penelitian mengungkapkan bahwa terdapat
kontrol diri siswa di sekolah dengan Pearson
hubungan yang signifikan antara perlakuan
Correlation sebesar 0,404 dan signifikansi
orangtua dengan penerimaan diri siswa SMAN 1
0,001, dengan tingkat hubungan cukup kuat.
Pantai Cermin. Hasil tersebut dibuktikan dengan
angka koefisien korelasi rxy = 0,404 dengan sig SARAN
= 0,001 (sig<0,05). Angka tersebut
1. Kepada guru pembimbing agar
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang
memberikan layanan yang berhubungan
signifikan antara variabel perlakuan orangtua
dengan penerimaan diri, agar nantinya
dengan penerimaan diri siswa.
siswa dapat lebih mengembangkan
Nilai rxy menunjukkan arah hubungan
penerimaan diri yang positif.
kedua variabel signifikan, yaitu semakin baik
2. Kepada orangtua, agar lebih
perlakuan orangtua maka akan semakin baik
memperlakukan anak secara lebih baik
penerimaan diri siswa. Nilai korelasi sebesar
lagi, agar anak memilki kepribadian yang
0,404 menunjukkan adanya hubungan yang
sehat serta mampu menerima dirinya apaa
cukup berarti antara perlakuan orangtua dengan
danya.
penerimaaan diri siswa SMAN 1 Pantai Cermin.
3. Kepada siswa, agar dapat mempertahankan
Hasil ini sesuai dengan permasalahan yang
serta meningkatkan penerimaan dirinya.
ditemukan di SMAN 1 Pantai Cermin. Dimana
terdapat perlakuan orangtua yang baik terhadap
anak dan juga terungkap bahwa penerimaan diri DAFTAR RUJUKAN
siswa juga baik. Hal ini menjelaskan bahwa
Agoes Dariyo. 2004. Psikologi Perkembangan
perlakuan orangtua merupakan salah satu faktor Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Chaplin. JP. 2008. Kamus lengkap
yang mempengaruhi penerimaan diri siswa.
psikologi(Terjemahan Kartini Kartono).
Oleh karena itu, orangtua harus Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Elida Prayitno dan Erlamsyah. 2002. Psikologi
memahami jiwa anak dengan baik, begaullah
Perkembangan Remaja. Padang : UNP
dengan mereka seakrab mungkin, pahami bahasa Press.
Hurlock, E.B.1978. Psikologi Perkembangan:
mereka, berbicaralah kepada anak dengan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
memperhatikan etika dalam berkomunikasi.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013


346

Kehidupan (terjemahan oleh Singgih D Gunarsa. 1991. Psikologi


Istiwidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga. Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: BPK
_______. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Gunung Mulia.
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (terjemahan oleh Syamsu, Yusuf. 2007. Psikologi Perkembangan
Istiwidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga. Anak dan Remaja. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
_______. 1990. Perkembangan Anak
(Terjemahan Meitasari Tjandrasa). Theo, Riyanto. 2006. Jadikan Dirimu Bahagia.
Jakarta: Erlangga. Yogyakarta: Bandung
Jess,Feist&Gregory,J.Feist. 2010. Teori -----------,dkk. 2009. Mau Bahagia ?.
Kepribadian. Jakarta: Salemba Yogyakarta: Bandung
Humanika
Wiryawan, K.G., Luvianti, S., Hermana, W., &
Santrock, Jhon. W. 2007. Perkembangan Anak. Suharti, S. 2007. Peningkatan performa
Edisi ke 7. Jakarta: Erlangga ayam broiler dengan suplementasi daun
salam (syzygium polyantum) sebagai
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan antibakteri escherichia coli. Jurnal
Model-Model Kepribadian Sehat. Media Peternakan. 30 (1): 55-62
Yogyakarta: Kanisius Zuhud, E.A.M. & Damayanti, E.K. 2000. Kamus
penyakit dan tumbuhan obat
Shaffer, David R.1994. Social & Personality (Etnofitomedika). Jakarta: Yayasan
Development. Calivornia: Books/cole OborIndonesia.
Pubhlishing company.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling Volume 2 Nomor 1 Januari 2013

Anda mungkin juga menyukai