http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
hlm. 338-346
Info Artikel:
Diterima01/01/2013
Direvisi12/01/2013
Dipublikasikan 25/02/2013
ABSTRACT
Parents greatly contribute to helping the child's personality, especially in the reception children. Guiding
children to treat them well, so that self-acceptance to the child being good. Phenomena that occur in the field
are still many parents who guide their children in the form of unfavorable treatment so that the child becomes
low self-acceptance. The purpose of this study was to describe the treatment of parent and student self-
acceptance and to see the relationship between parental treatment with self-acceptance. This research is a
descriptive correlational, The research found that: good treatment of parents classified, categorized as either
self-acceptance, there is a significant relationship between parental treatment with self-acceptance of
students.
1
Juli Hartati, Jurusan Bimbingan dan Konseing, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
datajulihartati@ymail.com
2
Erlamsyah, Jurusan Bimbingan dan Konseing, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
Erlamsyah1537@ gmail.com
3
Syahniar, Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email:
syahniar9@gmail.com
338
©2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
339
(dalam Shultz Duane 1991) penerimaan diri Hurlock, E.B (dalam Syamsu Yusuf,
merupakan sifat dari suatu kepribadian yang 2007) mengemukakan seorang anak yang
sehat. Dimana mereka mampu menerima segala dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
kekurangan kekurangan dan kelebihan-kelebihan harmonis dan agamais, maka perkembangan
yang mereka miliki. Dapat dikatakan bahwa kepribadian anak khususnya pada penerimaan
pada dasarnya penerimaan diri merupakan aset diri anak cendrung positif. Selain itu perlakuan
pribadi yang sangat berharga. yang diberikan orangtua secara baik, akan
Individu yang sehat akan menunjukan mampu mengubah pandangan anak kearah yang
rasa hormat terhadap dirinya dan orang lain, positif terhadap dirinya dan orangtuanya. Anak
menerima dirinya dengan keterbatasan, akan memandang orangtuanya baik dimata
kelemahan, kerapuhannya individu ini bebas mereka, menjadikan orangtua sebagai teman
dari rasa bersalah, malu, dan rendah diri, juga curhat di rumah, panutan dan lain sebagainya.
dari kecemasan akan penilaian orang lain Sebaliknya anak yang tidak
terhadap dirinya. Menurut Havighurt (dalam diperlakukan secara hangat dan perlakuan
Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang dapat kontrol oleh orangtua di rumah akan tidak
menerima dirinya akan memelihara bentuk mampu menerima keadaan diri sebagaimana
tubuh, penampilan, serta menghargai dan bangga adanya, merasa rendah di hadapan orang lain,
dengan penampilannya. Sedangkan pendapat tidak mampu menampilkan diri baik dari segi
Theo Riyanto, (2006) seseorang akan mendapat positif ataupun negatif. Sebagaimana yang
menerima diri apa adanya akan mendapatkan dikemukakan Hurlock, E.B (dalam Syamsu
kebahagian dalam hidupnya. Ia akan hidup apa Yusuf, 2007) anak yang dikembangkan dalam
adanya, asli, tidak meniru milik orang lain, dan lingkungan keluarga yang broken home, kurang
tidak menutup dirinya, serta tidak bermain harmonis, orangtua bersikap keras terhadap anak
sandiwara dengan topeng-topeng kehidupannya. atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama
Penerimaan diri pada anak akan dalam keluarga, maka perkembangan
berkaitan dengan berbagai faktor, seperti kepribadiannya cenderung mengalami distorsi
keadaan fisik, bakat yang dimiliki, kemampuan atau kelainan dalam penyesuaian diri.
berfikir, kemampuan berkomunikasi, persepsi Fenomena yang terjadi di lapangan
terhadap diri, faktor teman sebaya serta berdasarkan hasil wawancara penulis pada
perlakuan orangtua. Sebagaimana Hurlock. E,B tanggal 25 Juli 2012 di SMA Negeri 1 Pantai
(1978) salah satu faktor yang mempengaruhi Cermin, Kabupaten Solok dengan seorang guru
penerimaan diri adalah perlakuan awal dalam pembimbing, mengemukakan bahwa adanya
lingkungan keluarga yaitu perlakuan yang siswa merasa kecewa dengan permintaan
diberikan oleh orangtua. Dimana perlakuan orangtua yang terlalu banyak karena melebihi
orangtua berkontribusi dalam pengembangan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh
kepribadian anak serta memandang dan menilai siswa. Siswa merasa dirinya tidak bisa seperti
dirinya. Orangtua adalah pemegang amanah, teman lainnya yang berprestasi, siswa kurang
sehingga orangtua bertanggung jawab mendidik, pecaya diri dari segi penampilan dan
memelihara, menjaga dan meningkatkan amanah kemampuannya. Selain itu ada siswa yang tidak
yang diberikan kepadanya. menerima dirinya yang berasal dari keluarga
broken home, tidak puas terhadap
penampilannya dari segi fisik yaitu warna kulit Populasi penelitian ini adalah siswa
yang agak gelap, tidak percaya diri karena berat SMAN 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok
badan yang berlebihan atau yang terlalu kurus, kelas XI, XII yang berjumlah 330 dan jumlah
bahkan dengan adanya jerawat diwajah, merasa sampel sebanyak 77 orang dengan
tidak cantik,merasa tidak punya potensi yang menggunakan teknik proportional random
bisa di kembangkan,merasa ingin pindah jurusan sampling. Alat pengumpul data berbentuk
ke IPS karena merasa tidak mampu di jurusan angket. Prosedur yang ditempuh dalam
IPA, ingin pindah pengembangan diri, dan lain- pengumpulan data adalah dengan
lainnya mengadministrasikan angket kepada sampel
Selanjutnya hasil wawancara dengan 4 penelitian. Data yang telah terkumpul akan
orang siswa pada tanggal 25 Juli 2012 di SMA dianalisis dengan menggunakan teknik
Negeri 1 Pantai Cermin terungkap bahwa siswa persentase dan menggunakan korelasi product
kesulitan dalam memilih bidang pengembangan moment yang diolah dengan program computer
diri, kurangnya waktu berinteraksi dengan SPSS (statistical Product and Service Solution
orangtua dirumah, merasa di beda-bedakan ) relase 17.0 for windows.
dengan saudara yang lain yang lebih pintar dan HASIL
cantik, kurangnya diberi kesempatan untuk
Berdasarkan temuan penelitian tentang
memilih satu bakat yang diminati. Selain itu
perlakuan orangtua dan penerimaan diri siswa
mereka juga tidak percaya diri dengan apa yang
maka diperoleh hasil seperti berikut:
mereka miliki, merasa bingung dengan jurusan
yang telah mereka pilih, merasa tidak menarik Tabel 1. Perlakuan Orangtua SMAN 1
Pantai Cermin
untuk di pandang serta tidak merasa puas dengan (N=77)
diri mereka sendiri.
Perlakuan Orangtua
Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan maka fokus dalam penelitian ini Kategori Skor f %
adanya hubungan antara variabel perlakuan yang dibuat oleh orangtua, berorientasi pada
orangtua dengan penerimaan diri siswa. Hasil hukuman (fisik maupun verbal), dan orangtua
tersebut membuktikan menyatakan adanya jarang memberikan hadiah ataupun pujian.
hubungan antara perlakuan orangtua dengan David R Saffer (1994) juga mengungkapkan
penerimaan diri pada siswa SMAN 1 Pantai bahwa perlakuan orangtua otoriter merupakan
Cermin dapat diterima. peran orangtua yang sangat membatasi, dimana
orang dewasa menerapkan banyak peraturan,
PEMBAHASAN
mengaharapkan kepatuhan yang keras, akan
Pembahasan ini dilakukan jarang menjelaskan pada anak mengapa hal
berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu menuruti semua peraturan-peraturan tersebut
begaimana gambaran perlakuan orangtua perlu.
terhadap anak, baik perlakuan otoriter,
Selanjutnya Baumrind (dalam Santrock
demokratis dan permissif. Bagaimana tingkat
2007) menambahkan perlakuan otoriter adalah
penerimaan diri siswa. Apakah terdapat
gaya pengasuhan yang membatasi dan
hubungan antara perlakuan orangtua dengan
menghukum, dimana orangtua mendesak anak
penerimaan diri siswa.
untuk mengikuti arahan mereka dan
Perlakuan Orangtua menghormati pekerjaan dan upaya mereka.
Hasil temuan penelitian menunjukan Perlakuan otoriter ini dapat menimbulkan akibat
bahwa secara umum orangtua siswa SMAN 1 hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan
Pantai Cermin menerapkan perlakuan otoriter aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak
pada kategori cukup. Perlakuan otoriter yang menjadi tidak percaya diri pada kemampuannya
Hurlock, E.B (1997), mengemukakan mempunyai pandangan masa depan yang jelas
Perlakuan orangtua kepada anak adalah Penerimaan diri perlu dimiliki oleh
tindakan orangtua dalam membimbing dan setiap individu, Individu yang dapat menerima
mengawasi anaknya. Perlakuan orangtua dirinya dan beberapa aspek hidupnya, tentu tidak
terhadap anaknya tentu akan berbeda antara satu akan kesulitan dalam menjalankan
keluarga dengan keluarga yang lainnya, ada kehidupannya karena selalu bersyukur terhadap
orangtua yang menerapkan perlakuan otoriter, apa yang dimilikinya. Penerimaan diri ini
demokratis, dan permissif. Namun pada mengandaikan adanya kemampuan diri dalam
dasarnya orangtua tidak menerapkan perlakuan psikologis seseorang, yang menunjukkan
yang tunggal terhadap anak karena dalam kualitas diri. Sebagaimana pendapat Theo
kenyataannya ketiga perlakuan tersebut Riyanto, (2006) bahwa kemampuan menerima
digunakan secara bersamaan di dalam mendidik, diri juga merupakan landasan untuk mengadakan
membimbing, dan mengarahkan anaknya, perubahan-perubahan serta perkembangan dalam
adakalanya orangtua menerapkan perlakuan hidup untuk menjadi lebih baik. Sehingga ketika
otoriter, demokratis dan permissif. Perlakuan seseorang mampu menerima dirinya maka dia
yang diterapkan orangtua cenderung mengarah akan melakukan perubahan- perubahan kearah
pada perlakuan situasional. yang positif dalam hidupnya. Hal ini berarti
bahwa tinjauan tersebut akan diarahkan pada
Hal ini senada dengan apa yang
seluruh kemampuan diri yang mendukung
dikemukakan oleh Agoes Dariyo (2004), bahwa
perwujudan diri secara utuh serta
perlakuan yang diterapkan cenderung mengarah
mengembangkannya.
pada perlakuan situasional, di mana tidak
menerapkan salah satu jenis perlakuan tertentu, Penerimaan Psikologis
tetapi memungkinkan menerapkan perlakuan
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
secara fleksibel, luwes, sesuai dengan situasi dan
secara umum siswa SMA N 1 Pantai Cermin
kondisi yang berlangsung saat itu.
menerima keadaan diri secara psikologis pada
Penerimaan Diri Siswa kategori baik dengan persentase 36%.
Penerimaan Fisiologis
Menerima keadaan diri secara
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa psikologis perlu dimiiki oleh setiap remaja agar
secara umum siswa SMA N 1 Pantai Cermin mereka dapat hidup apa adanya. Menurut
menerima keadaan diri secara fisiologis pada pendapat Theo Riyanto, (2006) “penerimaan diri
kategori baik dengan persentase 49%. adalah kemampuan seseorang untuk mengakui
kenyataan diri secara apa adanya”. Selanjutnya
Penerimaan diri secara fisiologis
pendapat Allport (dalam Shultz Duane 1991)
sangatlah penting bagi seorang remaja.
penerimaan diri merupakan sifat dari suatu
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Havighurt
kepribadian yang sehat. Dimana mereka mampu
(dalam Elida Prayitno 2006) bahwa remaja yang
menerima segala kekurangan kekurangan dan
mencapai tugas perkembangannya mampu
kelebihan-kelebihan yang mereka miliki. Dapat
menerima keadaann fisiknya dan
dikatakan bahwa pada dasarnya penerimaan diri
mempergunakannya secara efektif.
merupakan aset pribadi yang sangat berharga.
Sikap menerima diri mengarahkan seseorang