Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam,2011). Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi maupun cairan diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh
perawat dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut.
B. Tujuan Pengelolaan Obat
Menurut Nursalam (2002) sentralisasi obat bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian obat.
b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara moral.
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
d. Menyeragamkan pengelolaan obat.
e. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
f. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis, waktu, cara.
C. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang diberikan
kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan sepenuhnya kepada perawat
(Nursalam.2002). Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruang yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk (Nursalam.2002). pengeluaran
dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau keluarga wajib
mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut : Prinsip Enam Benar.
1. Benar pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung pada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai,misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi dari akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus diidentifikasi dari gelang identitasnya
2. Benar obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya
harus di periksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya
diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta,
ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan
obatnya, perawat harus memeriksa lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat
untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar dosis
Sebelum memberi obat perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya 1
amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi harus tetap hati-hati dan teliti.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
a. Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga
mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b. Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c. Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,
losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek
lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak
sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang
lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun
sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
e. Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk
pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin),
combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi
oksigen.
f. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus
diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
5. Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
D. Penerimaan Obat
a. Obat yang telah diresepkan oleh dokter ditunjukkan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu)
dalam kartu control, dan diketahui (ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam
buku masuk obat. Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan
atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 6 BENAR.
c. Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum
beserta kartu sediaan obat.
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat
(Nursalam, 2002)

E. Pembagian Obat
a. Obat yang telah diterima oleh perawat kemudian selanjutnya disalin dalam buku
daftar pemberian obat
b. Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat, dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang
ada pada pasien.
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah
obat, dan efek samping. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke perawat setelah
obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada pasien.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang atau
petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat.
e. Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga dan kemudian
dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab.
(Nursalam, 2002).
F. Penambahan Obat Baru.
a. Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal pemberian
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian obat oral / injeksi
dan di informasikan pada depo farmasi.
b. Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka dokumentasi
dilakukan pada format pemberian obat khusus dan selanjutnya diinformasikan kepada
keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,2007).
G. Obat Khusus
a. Obat di kategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup mahal,
menggunakan alur pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar hanya diberikan dalam waktu tertentu /sewaktu saja.
b. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunkan format pemberin obat
oral/injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.
c. Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga, nama obat, kegunaan obat,
waktu pemberian efek samping, penanggung jawab pemberian, dan wadah obat
sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan
terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.
H. Pengembalian Obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada klien / keluarga dengan ditanda tangani oleh klien / keluarga serta
tanggal dan waktu penyerahan. (Nursalam, 2002.

I. Alur Sentralisasi Obat

DOKTER PERAWAT

PASIEN /
KELUARGA
Surat persetujuan
sentralisasi obat Pendekatan
perawat
Dari perawat
FARMASI/
APOTEK

PASIEN /
KELUARGA Lembar serah terima obat

Buku serah terima/masuk


PP/ Perawat obat
yang menerima

Pengaturan dan
pengelolaan oleh
perawat

Pasien / keluarga
J. Menyimpan Persediaan Obat (Sentralisasi Obat)
a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, dan menulis etiket
dan alamat pasien (pedoman, 1997). Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur
dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yang diterima
dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan (Nursalam,2007)
b. System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk menggantikan
buku persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar persediaan, yakni neraca
diseimbangkan dengan menambahkan barang yang diterima dan mengurangi dengan
jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing
barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu
persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kartu terpisah.
c. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan oral
(untuk diminum) dan obat luar. Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan
manajemen farmasi yang sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat
menyembuhkan penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan
tertentu. Obat harus ada, dalam persediaan setiap rumah sakit sebagai bahan utama
dalam rangka mencapai misi utamanya sebagai health provider.
K. Peran dalam Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
1. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanaannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanaanya sentralisasi obat
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan control terhadap pemakaian obat selama pasien
dirawat
e. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi.
2. Perawat primer lain dan supervisor
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan malpraktik
b. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
c. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi
L. Contoh  Pelaksanaan Sentralisasi Obat (Nursalam, 2007)
1) Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat sebagai berikut :
a. Membuat informed consent
b. Membuat formulir pemberian obat oral dan injeksi, buku serah terima obat dan
kartu obat, format daftar sentralisasi obat (buku serah terima obat).
c. Melakukan sosialisasi dikelompok untuk menyamakan persepsi antara petugas.
d. Mensosialisasikan jadwal pemberian obat dan teknik penulisan.
Dengan rincian sebagai berikut :
Obat oral :
2 x 1 : Jam 08.00 dan 18.00
3 x 1 :  Jam 08.00, jam 12.00 dan jam 18.00
Obat Injeksi :
2 x 1 :  Jam 08.00 dan jam 20.00

                      3 x 1 :  Jam 08.00, jam 16.00 dan jam 24.00

2) Kendala dalam pelaksanaan


a. Fasilitas : tempat penyimpanan obat terlalu sempit (almari)
b. Butuh waktu dan tenaga ekstra.
3) Keuntungan
a. Pemberian sesuai dengan prinsip 6 BENAR yaitu benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu dan benar dokumentasi
b. Pasien patuh terhadap program terapi.
c. Pemberian obat dapat dipertanggung jawabkan.
Standar Operating Procedure (SOP)
Sentralisasi Obat

 Hadi Saputra.2018.Sentralisasi Obat.Jakarta


.https://lumalilaresearch.com/2018/07/16/sentralisasi-obat/Di unduh pada tanggal 14
November 2020.
 Habib Nur Anshori.2013.Sentralisasi Obat Praktek Manajemen Keperawatan.Mojokerto.
http://habibnurhidayah.blogspot.com/2013/06/sentralisasi-obat_1803.html.Di unduh
pada tanggal 14 November 2020.
 Anggora.2016.Proposal Sentralisasi Obat Managemen
Keperawatan.Jakarta.https://www.google.com/search?q=alur+sentralisasi+obat. Di
unduh pada tanggal 14 November 2020.
 Luchy.2019.Makalah Managemen Keperawatan “ Sentralisasi Obat”.Sumenep.
https://www.scribd.com/document/402520389/SO. Di unduh pada tanggal 14 November
2020

Anda mungkin juga menyukai