Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang
barang tersebut atau penjualannya. Jadi, sebuah label itu mungkin merupakan bagian dari
pembungkusannya, atau mungkin merupakan suatu etiket yang tertempel secara langsung pada
sebuah barang. Misalnya : pada obat-obatan, kadang-kadang ditemui tulisan ‘hanya untuk orang
dewasa”. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang label, berikut ini akan diberikan
penggolongan label beserta contohnya.
Adapun macam-macam label yang sering digunakan oleh beberapa perusahaan adalah :
1. Brand Label
Brand label adalah label yang semata-mata sebagai brand. Misalnya pada kain atau tekstil, kita
dapat mencari tulisan berbunyi : “sanforized, berkolin, tetoron”, dan sebagainya. Nama-nama
tersebut digunakan oleh semua perusahaan yang memperoduksinya. Selain brand label ini,
masing-masing perusahaan juga mencantumkan merk yang dimilikinya pada tekstil yang
diproduksi.
2. Grade Label
Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang. Label ini
dinyatakan dengan suatu tulisan atau kata-kata. Misalnya pada terigu, sering tercantum tulisan
yang berbunyi : “kualitas nomor 1, kualitas superior”, dan sebagainya.
3. Descriptive Label
Descriptive label atau juga disebut informative label merupakan label yang menggambarkan
tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan, hasil kerja dari suatu barang. Pada barang jenis
obat-obatan sering kita jumpai label seperti ini pada pembungkusnya
Product bundling sangat tepat untuk produk yang memiliki volume penjualan dan tingkat
keuntungan yang tinggi.
Berikut adalah masalah – masalah yang umum terjadi terkait keuangan pada UMKM :
1. TIDAK ADA PEMISAHAN REKENING ANTARA UNTUK USAHA DENGAN
PRIBADI
Sebagian besar pemilik bisnis UMKM masih mencampurkan uang antara untuk keperluan
pribadi (rumah tangga) dengan keperluan bisnis. Resiko yang paling sederhananya adalah
Anda tidak dapat mengukur dengan pasti performa usaha Anda. Apakah untung atau rugi.
Apakah usaha Anda memiliki arus kas yang surplus atau defisit. Resiko yang paling
parahnya adalah ketika ternyata uang usaha Anda lebih banyak digunakan untuk keperluan
pribadi sehingga tidak mampu belanja modal lagi atau tidak mampu membayar operasional
usaha. Maka usaha Anda akan tutup.
2. TIDAK MEMILIKI PERENCANAAN KEUANGAN YANG MATANG
Biasanya para pemilik bisnis UMKM masih mengerjakan semuanya sendirian. Atas dasar itu
maka mereka merasa punya alasan yang cukup kuat untuk tidak membuat laporan keuagan.
Segala sesuatu pengeluaran dan pembelanjaan dilakukan berdasarkan instring atau suka –
suka pemilik bisnis.
3. TIDAK MEMILIKI LAPORAN KEUANGAN
Dengan memiliki Laporan Keuangan standar bisnis, Anda akan mengetahui berapa banyak
uang usaha yang sudah Anda gunakan untuk keperluan pribadi. Juga berapa besar nilai aset
Anda dibandingkan dengan revenue yang dihasilkan atau ketersediaan kas. Yang disebut
dengan laporan keuangan itu minimal Anda memiliki NERACA, LABA RUGI, dan ARUS
KAS
Menganalisis kebutuhan jumlah dana untuk keperluan investasi awal dan modal kerja
usaha
Dihubungkan dengan jenis penggunaan dana, maka dana yang diperlukan dibedakan
menjadi:
Dana investasi awal atau initial investment
Dana modal kerja (working capital)
Investasi Inisial adalah dana investasi yang diperlukan untuk mengadakan barang modal
(mesin pabrik, bangunan pabrik dan gudang, bangunan kantor dan perumahan untuk tenaga
kerja langsung), tanah lokasi, pemasangan, produksi percobaan, serta pengadaan alat-alat
kantor (mesin kantor dan mebel), jasa-jasa umum (listrik, air, telepon), serta sarana
pendukung lainnya (jalanan proyek, kendaraan bermotor, rumah dinas, dan fasilitas lainnya).
Modal kerja (working capital) adalah dana yang diperlukan untuk membiayai aktivitas
operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial. Memperhatikan uraian di atas,
maka sebuah proyek memerlukan dua macam pengeluaran, yaitu :
1. Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran untuk investasi inisial.
2. Pengeluaran operasi untuk pendapatan (operating or revenue expenditure), yaitu
modal kerja yang dibutuhkan untuk membiayai operasi sesudah memasuki fase
operasi komersial.
Menganalisis sumber sumber dana, biaya modal dan struktur modal yang akan
digunakan
Sumber Dana dan Struktur Modal
Secara umum dan dapat dipenuhi melalui tiga sumber lazim, yaitu;
Dana sendiri dari pengusaha (investor, self financing)
Dana sendiri dan dana pinjaman investasi (leverage financing)
Dana sendiri dan pinjaman atau kerja sama asing (joint venture)
Di dunia nyata, permodalan pada umumnya dipenuhi dengan cara yang kedua, yaitu leverage
financing. Kebijakan pendanaan demikian membawa konsekuensi terhadap struktur modal
proyek atau perusahaan, dan selanjutnya berdampak pada biaya modal dan nilai perusahaan.
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik, baik dalam unit maupun rupiah yang
menunjukan besaran biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut,
berarti belum diperoleh keuntungan, dengan kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga
dimana jumlah penjualan melampaui angka BEP, maka selisih besaran nilai antara titik
impas dengan total penjualan menunjukkan keuntungan yang diperoleh. Sasaran Analisis
BEP tidak lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada.