Abstract
This article discusses about local election in Indonesia from the perspective of the fourth
principle of Pancasila. Restoring the democratic climate in Indonesia based on Pancasila is an
important matter of national concern. The government in carrying out democracy should be
consistent with what has been agreed in the Pancasila. Indonesia has agreed that Pancasila is
placed as an agreement, and a value system that must be used as a guideline for developing and
achieving the country's goals. Elections should be held by people's representative body as a
manifestation of the fourth precepts. Pancasila which prioritizes the principle of deliberation to
reach consensus through its representatives and representative bodies in fighting for the people's
mandate. Therefore, it is necessary to think about local head elections through people’s
representatives body in accordance with the mandate of Pancasila.
Abstrak
Artikel ini membahas mengenai pemilihan kepala daerah di Indonesia dari perspektif sila ke-
empat Pancasila. Mengembalikan iklim demokrasi di Indonesia berdasarkan Pancasila menjadi
hal yang penting menjadi perhatian bangsa. Pemerintah dalam menjalankan demokrasi
hendaknya konsisten dengan apa yang sudah disepakati dalam Pancasila. Indonesia sudah
menyepakati bahwa Pancasila sebagai konsensus luhur dan satu kesatuan nilai yang harus
digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan negara. Pemilu hendaknya diselenggarakan
oleh lembaga perwakilan rakyat sebagai perwujudan amanat sila ke-empat. Pancasila yang
mengedepankan prinsip musyawarah untuk mufakat melalui wakil-wakilnya dan badan-badan
perwakilan dalam memperjuangkan mandat rakyat sebagai konsep perwakilan yang diamanatkan
oleh Pancasila. Oleh karena itu, perlu dipikirkan pemilihan kepala daerah melalui badan
perwakilan rakyat, sesuai dengan amanat dari Pancasila.
84
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
dalam Bab XI tentang Agama Pasal 29 ayat notabene memiliki ideologi lebih baik
(1) UUD NRI 1945. Pernyataan tersebut dibandingkan negara-negara di dunia. Hal
membawa pengertian dan pengakuan bahwa inilah yang kemudian seringkali Pancasila
keberadaan dan asal usul bangsa Indonesia disalahkan sebagai penyebab negara
adalah karena campur tangan dan kehendak Indonesia belum mengalami kemajuan yang
Allah Yang Maha Kuasa bukan dihasilkan pesat.
oleh suatu perjanjian masyarakat dari Mengetahui manfaat Pancasila
individu-individu yang bebas seperti konsep hendaknya mengupas lebih ke dalam lagi,
negara liberal. Bagi bangsa Indonesia ada hingga muncul pertanyaan mendasar
hubungan yang erat antara negara dan mengenai bagaimana implementasi nilai-
agama yang bertumpu pada Ketuhanan nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam
Yang Maha Esa yang merupakan sila kehidupan demokrasi di Indonesia saat ini?
pertama dari Pancasila, dan dengan Apakah nilai-nilai Pancasila sudah
demikian bangsa Indonesia memiliki terimplementasi dengan baik dan konsisten?
perangkat hukum yang luhur sebagai Dalam konteks ini, penulis ingin membatasi
landasan kehidupan berbangsa dan permasalahan yang akan dikaji, yaitu
bernegara yaitu Pancasila dan UUD 1945 perkembangan demokrasi yang berkaitan
(Wahyuningsih, 2014). dengan pemilihan kepala daerah secara
Pancasila sebagai ideologi bangsa yang langsung, sebagaimana yang diatur dalam
sudah disepakati dan bersifat final selalu UUD NRI Tahun 1945 Pasal 22E dan Pasal
menjadi bahan yang menarik untuk 18 ayat (4), apakah sudah sesuai dengan
dibicarakan hingga saat ini, khususnya nilai-nilai Pancasila atau belum, khususnya
berkaitan dengan implementasi sila-sila amanat dari sila ke-empat Pancasila.
Pancasila dalam praktik kehidupan manusia Setelah runtuhnya rezim orde baru dan
dan bernegara. Pancasila dijadikan sebagai bergulirnya rezim reformasi terjadi
pijakan kehidupan bernegara untuk perubahan yang sangat besar dalam sistem
mencapai kesejahteraan yang adil, makmur ketatanegaraan Indonesia, salah satunya
dan sentosa sebagaimana yang menjadi mengenai sistem demokrasi dari demokrasi
amanat dari Alinea IV Pembukaan UUD tidak langsung menjadi demokrasi langsung.
1945. Namun, keberadaan Pancasila selalu Perubahan ini membawa implikasi pada
menjadi kambing hitam atas kondisi bangsa mekanisme pengambilan keputusan dalam
yang belum tertib dan sejahtera seperti pemilihan umum di Indonesia. Jika
kondisi saat ini. Keberadaan Pancasila sebelumnya pemilihan umum dilakukan oleh
dianggap tidak mampu memberikan lembaga perwakilan, sekarang menggunakan
kesejahteraan kepada manusia Indonesia. sistem pemilihan umum langsung di mana
Pancasila sebagai ideologi dianggap tidak rakyat langsung memilih. Artinya, saat ini
bisa memenuhi harapan dari negara untuk digunakan sistem pemungutan suara yang
mewujudkan tujuan bernegara dan konsekuensinya suara terbanyak itulah yang
berbangsa. Pancasila diragukan tidak bisa menang.
digunakan untuk menghadapi tantangan Demokrasi yang merupakan
globalisasi di tengah tuntutan yang begitu pencerminan Pancasila dapat dilihat dari
besarnya. penyelenggaraan Pemilu sebagai pilihan
Perkembangan mendeskreditkan cara berdemokrasi saat ini. Hal ini berangkat
Pancasila menjadi penanggungjawab kondisi dari beberapa negara yang menganggap
negara yang masih jauh dari kesejahteraan. bahwa negara yang demokratis adalah
Negara-negara di dunia yang berideologi negara yang dapat menjadi sarana
liberal maupun sosialis justru dianggap lebih terpilihnya para wakil rakyat, di mana hal ini
mampu menghadapi perubahan kehidupan menggambarkan suasana demokrasi itu
dan dapat tampil dalam pergaulan dunia sendiri (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
dibandingkan negara Indonesia yang rakyat). Tentunya parameter yang digunakan
85
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
oleh Indonesia adalah Pancasila, tepatnya daerah ke depannya sesuai dengan nilai-nilai
dalam implementasi nilai Pancasila pada sila Pancasila.
ke-empat yang berbunyi “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam B. Pembahasan
permusyawaratan/perwakilan”. Hal inilah
1. Pemilihan Umum dan Demokrasi
yang menjadi alasan penulis untuk
melakukan kajian mengenai hal tersebut. Ketika membicarakan Pemilu, maka
Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan harus berangkat dari uraian mengenai apa
mengkaji dan menganalisis apakah arti penting dari konsep demokrasi itu.
pemilihan kepala daerah di Indonesia saat Pemilu dan demokrasi adalah dua hal yang
ini sudah sesuai dengan amanat dari sila ke- mempunyai hubungan erat dan
empat Pancasila. pengkajiannya tidak dapat dipisahkan.
Penelitian tentang sistem pemilihan Menurut Arbi Sanit (Sanit, 2009), Pemilu
kepala daerah telah dilakukan sebelumnya, merupakan institusi yang
seperti Nopyandri dengan judul “Pemilihan mengejawantahkan demokrasi. Pemilu
Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam adalah suatu kegiatan yang dapat menjadi
Perspektif UUD 1945”. Penelitian ini sarana untuk menyalurkan hak-hak warga
berfokus pada politik hukum pemilihan negara yang sangat prinsip (Asshiddiqie,
kepala daerah dengan menampilkan 2013). Keharusan pemerintah menjamin
kelebihan dan kekurangan pemilihan kepala penyelenggaraan kedaulatan rakyat tersebut.
daerah yang sekarang ini dilakukan. UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa
Penelitian juga dilakukan oleh M. negara harus memenuhi hak-hak warga
Aminullah dengan judul “Membangun negara, yaitu hak politik warga negara,
Politik Hukum Pemilihan Kepala Daerah khususnya hak pilih dan memilih setiap
Yang Demokratis Di Indonesia”. Penelitian Warga Negara Indonesia. Artinya, hal ini
ini juga melihat bagaimana politik hukum menegaskan bahwa segala bentuk peraturan
pemilihan kepala daerah secara demokratis perundang-undangan yang mengatur tentang
dengan mengkaji kelemahan Undang- Pemilu, seharusnya membuka ruang yang
Undang Nomor 8 Tahun 2015. Penelitian seluas-luasnya bagi setiap warga negara
dilakukan oleh Wahyu Widodo dengan judul untuk bisa menggunakan hak pilihnya dalam
“Pelaksanaan Pilkada Berdasarkan Asas Pemilu.
Demokrasi dan Nilai-Nilai Pancasila”. Dalam kerangka negara demokrasi,
Penelitian ini berfokus pada reduksi nilai pelaksanaan Pemilu merupakan momentum
dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang sangat penting bagi pembentukan
saat ini karena pelaksanaan Undang-Undang pemerintahan dan penyelenggaraan negara
tentang Pemilihan Kepala Daerah tidak periode berikutnya. Pemilu merupakan
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. mekanisme bagi rakyat untuk memilih para
Berdasarkan penelitian sebelumnya, wakil juga dapat dilihat sebagai proses
maka fokus penulisan ini yang berbeda evaluasi dan pembentukan kembali kontrak
dengan penelitian sebelumnya adalah sosial. Peran sentral Pemilu ini terlihat
mengenai hakikat dan legitimasi pemilihan sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, maka
kepala daerah secara langsung sebagaimana dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 1
yang dilakukan Indonesia saat ini, ayat (2) memberikan jaminan bahwa Pemilu
berdasarkan amanat dari sila ke-empat adalah salah satunya cara untuk
Pancasila serta bagaimana kedudukan mewujudkan kedaulatan rakyat. Artinya,
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber Pemilu merupakan pranata wajib dalam
hukum dalam pelaksanaan pemilihan kepala pelaksanaan kedaulatan rakyat dan
daerah, sehingga diharapkan menggunakan konstitusi memberikan arah dan mengatur
model perwakilan dalam pemilihan kepala tentang prinsip-prinsip dasar Pemilu yang
akan dilaksanakan (Soerya, 2013).
86
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
87
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
kerakyatan dan musyawarah untuk mufakat. negara yang diwakili oleh perwakilan rakyat
Asas kerakyatan dalam hal ini adalah adanya yaitu oleh lembaga DPR dan DPD. Lembaga
rasa cinta kepada rakyat dan ingin perwakilan rakyat dalam mengambil
memperjuangkan cita-cita rakyat. Asas kebijakan perlu mendahulukan kepentingan
musyawarah untuk mufakat, berarti aspirasi rakyat di atas kepentingan pribadi. Jangan
rakyat diperhatikan dan dihargai serta
sampai pemimpin hanya mengutamakan
diperjuangkan melalui majelis
permusyawaratan, menghargai perbedaan, kepentingan kelompok/pribadinya saja
mengutamakan kepentingan rakyat, bangsa dan (Pinilih & Hikmah, 2018).
negara (Yusdiyanto, 2016).
Berdasarkan sila ke-empat Pancasila, 3. Pemilihan Kepala Daerah dalam
negara berkedaulatan rakyat menjadi Perspektif Sila ke-empat Pancasila
landasan absolut dalam kehidupan politik Indonesia sebagai negara hukum, maka
negara Indonesia. Artinya, bahwa sifat segala sesuatu harus didasarkan kepada
demokrasi tidak dapat diubah atau bahkan hukum baik tertulis maupun hukum tidak
dihilangkan dalam politik negara. tertulis. Demikian halnya dengan sistem
Demokrasi menjadi suatu hal yang mutlak. ketatanegaraan sudah seharusnya
Namun, dalam sila ke-empat mengandung dilaksanakan sesuai dengan hukum (rule of
pula sila-sila yang lain yang menjadi law). UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum
konsekuensi Pancasila sebagai suatu sistem. dasar dan Pancasila menjadi sumber dari
Kerakyatan dalam konteks sila ke-empat ini segala sumber hukum di Indonesia. UUD
adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan NRI Tahun 1945 merupakan bentuk
Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan adil pengejawantahan dari nilai-nilai yang ada
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dalam sila Pancasila, artinya segala
dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh pengaturan yang terdapat dalam UUD NRI
rakyat Indonesia. Artinya, jalannya Tahun 1945 dan peraturan di bawah UUD
demokrasi di Indonesia adalah demokrasi NRI Tahun 1945 tidak boleh bertentangan
yang disinari oleh sinar-sinar Ketuhanan, dengan nilai-nilai Pancasila. Begitu juga
yang dijalankan secara beradab dan pemilihan umum, pemilihan umum
berkemanusiaan dalam persatuan Indonesia diletakkan pada bab khusus dalam UUD
dan untuk keadilan sosial bagi seluruh NRI Tahun 1945 karena pemilu dianggap
rakyat Indonesia. sesuatu yang sangat penting karena
Sila ke-empat mengharuskan negara merupakan sarana kedaulatan rakyat yang
untuk menjamin bahwa rakyat dalam menjadi prinsip penyelenggaraan negara (Al
menjalankan kedaulatannya benar-benar Hidayat, 2018).
secara demokratis dan tanpa diskriminasi Pemilu telah diatur dalam Pasal 22E
melalui wakil-wakilnya. Negara wajib UUD NRI Tahun 1945. Pasal 22E
menampung dan memperjuangkan aspirasi mengamanatkan bahwa pemilu dilaksanakan
dan kepentingan dari seluruh rakyat yang dalam setiap lima tahun secara langsung,
memiliki kedaulatan tersebut. Pemimpin umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
harus memiliki akal yang sehat, rasional, Pemilu diselenggarakan oleh Komisi
berhati nurani, arif dan bijaksana, jujur serta Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat tetap
adil sehingga dapat menjadi pemimpin yang dan mandiri, baik KPU di tingkat nasional
mumpuni dan berintegritas melalui bentuk maupun daerah. Dalam konteks penulisan
dan arahan permusyawaratan/perwakilan. ini adalah pemilihan kepala daerah. Jika
Sila ke-empat ini mengamanatkan dikaji secara filosofis, menurut penulis,
bahwa dalam mengatasi tiap-tiap ketentuan “dipilih secara langsung oleh
permasalahan sebaiknya dengan rakyat” bertentangan dengan esensi sila ke 4
mengutamakan musyawarah mufakat Pancasila yang menentukan “kerakyatan
sebagai prinsip dari demokrasi, khususnya dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
dalam konteks pengambilan keputusan permusyawaratan perwakilan”. Hal ini
88
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
89
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
90
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
91
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
92
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
93