Anda di halaman 1dari 10

Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.

1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

SILA KE-EMPAT PANCASILA DAN IKLIM DEMOKRASI


INDONESIA SAAT INI
Efendi Susanto
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Prof. Dr. H.R. Boenyamin No. 708, Grendeng, Purwokerto
fendipratama1982@gmail.com

Abstract

This article discusses about local election in Indonesia from the perspective of the fourth
principle of Pancasila. Restoring the democratic climate in Indonesia based on Pancasila is an
important matter of national concern. The government in carrying out democracy should be
consistent with what has been agreed in the Pancasila. Indonesia has agreed that Pancasila is
placed as an agreement, and a value system that must be used as a guideline for developing and
achieving the country's goals. Elections should be held by people's representative body as a
manifestation of the fourth precepts. Pancasila which prioritizes the principle of deliberation to
reach consensus through its representatives and representative bodies in fighting for the people's
mandate. Therefore, it is necessary to think about local head elections through people’s
representatives body in accordance with the mandate of Pancasila.

Keywords: Elections; Pancasila; Democracy; People's Representative Body.

Abstrak

Artikel ini membahas mengenai pemilihan kepala daerah di Indonesia dari perspektif sila ke-
empat Pancasila. Mengembalikan iklim demokrasi di Indonesia berdasarkan Pancasila menjadi
hal yang penting menjadi perhatian bangsa. Pemerintah dalam menjalankan demokrasi
hendaknya konsisten dengan apa yang sudah disepakati dalam Pancasila. Indonesia sudah
menyepakati bahwa Pancasila sebagai konsensus luhur dan satu kesatuan nilai yang harus
digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan negara. Pemilu hendaknya diselenggarakan
oleh lembaga perwakilan rakyat sebagai perwujudan amanat sila ke-empat. Pancasila yang
mengedepankan prinsip musyawarah untuk mufakat melalui wakil-wakilnya dan badan-badan
perwakilan dalam memperjuangkan mandat rakyat sebagai konsep perwakilan yang diamanatkan
oleh Pancasila. Oleh karena itu, perlu dipikirkan pemilihan kepala daerah melalui badan
perwakilan rakyat, sesuai dengan amanat dari Pancasila.

Kata Kunci: Pemilu; Pancasila; Demokrasi; Lembaga Perwakilan Rakyat.

A. Pendahuluan Indonesia. Pancasila memiliki kekebalan


dengan tidak dapat diintervensi oleh
Setiap negara mempunyai ideologi yang
pengaruh ideologi lain (Mulyono & Fatoni,
berbeda-beda, termasuk Indonesia.
2019).
Indonesia menciptakan ideologinya sendiri
Bangsa dan negara Indonesia adalah
sesuai dengan corak dari masyarakatnya,
suatu bangsa yang lahir ”atas berkat Rahmat
yaitu ideologi berdasarkan Pancasila.
Allah Yang Maha Kuasa”, dan pengakuan
Pancasila sebagai ideologi memiliki peran
ini secara resmi dituangkan dalam dokumen
penting untuk membangun bangsa dan
tertinggi Pembukaan UUD 1945, dan
negara pada kehidupan praktik rakyat
Ketuhanan Yang Maha Esa dimasukkan

84
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

dalam Bab XI tentang Agama Pasal 29 ayat notabene memiliki ideologi lebih baik
(1) UUD NRI 1945. Pernyataan tersebut dibandingkan negara-negara di dunia. Hal
membawa pengertian dan pengakuan bahwa inilah yang kemudian seringkali Pancasila
keberadaan dan asal usul bangsa Indonesia disalahkan sebagai penyebab negara
adalah karena campur tangan dan kehendak Indonesia belum mengalami kemajuan yang
Allah Yang Maha Kuasa bukan dihasilkan pesat.
oleh suatu perjanjian masyarakat dari Mengetahui manfaat Pancasila
individu-individu yang bebas seperti konsep hendaknya mengupas lebih ke dalam lagi,
negara liberal. Bagi bangsa Indonesia ada hingga muncul pertanyaan mendasar
hubungan yang erat antara negara dan mengenai bagaimana implementasi nilai-
agama yang bertumpu pada Ketuhanan nilai Pancasila sebagai dasar negara dalam
Yang Maha Esa yang merupakan sila kehidupan demokrasi di Indonesia saat ini?
pertama dari Pancasila, dan dengan Apakah nilai-nilai Pancasila sudah
demikian bangsa Indonesia memiliki terimplementasi dengan baik dan konsisten?
perangkat hukum yang luhur sebagai Dalam konteks ini, penulis ingin membatasi
landasan kehidupan berbangsa dan permasalahan yang akan dikaji, yaitu
bernegara yaitu Pancasila dan UUD 1945 perkembangan demokrasi yang berkaitan
(Wahyuningsih, 2014). dengan pemilihan kepala daerah secara
Pancasila sebagai ideologi bangsa yang langsung, sebagaimana yang diatur dalam
sudah disepakati dan bersifat final selalu UUD NRI Tahun 1945 Pasal 22E dan Pasal
menjadi bahan yang menarik untuk 18 ayat (4), apakah sudah sesuai dengan
dibicarakan hingga saat ini, khususnya nilai-nilai Pancasila atau belum, khususnya
berkaitan dengan implementasi sila-sila amanat dari sila ke-empat Pancasila.
Pancasila dalam praktik kehidupan manusia Setelah runtuhnya rezim orde baru dan
dan bernegara. Pancasila dijadikan sebagai bergulirnya rezim reformasi terjadi
pijakan kehidupan bernegara untuk perubahan yang sangat besar dalam sistem
mencapai kesejahteraan yang adil, makmur ketatanegaraan Indonesia, salah satunya
dan sentosa sebagaimana yang menjadi mengenai sistem demokrasi dari demokrasi
amanat dari Alinea IV Pembukaan UUD tidak langsung menjadi demokrasi langsung.
1945. Namun, keberadaan Pancasila selalu Perubahan ini membawa implikasi pada
menjadi kambing hitam atas kondisi bangsa mekanisme pengambilan keputusan dalam
yang belum tertib dan sejahtera seperti pemilihan umum di Indonesia. Jika
kondisi saat ini. Keberadaan Pancasila sebelumnya pemilihan umum dilakukan oleh
dianggap tidak mampu memberikan lembaga perwakilan, sekarang menggunakan
kesejahteraan kepada manusia Indonesia. sistem pemilihan umum langsung di mana
Pancasila sebagai ideologi dianggap tidak rakyat langsung memilih. Artinya, saat ini
bisa memenuhi harapan dari negara untuk digunakan sistem pemungutan suara yang
mewujudkan tujuan bernegara dan konsekuensinya suara terbanyak itulah yang
berbangsa. Pancasila diragukan tidak bisa menang.
digunakan untuk menghadapi tantangan Demokrasi yang merupakan
globalisasi di tengah tuntutan yang begitu pencerminan Pancasila dapat dilihat dari
besarnya. penyelenggaraan Pemilu sebagai pilihan
Perkembangan mendeskreditkan cara berdemokrasi saat ini. Hal ini berangkat
Pancasila menjadi penanggungjawab kondisi dari beberapa negara yang menganggap
negara yang masih jauh dari kesejahteraan. bahwa negara yang demokratis adalah
Negara-negara di dunia yang berideologi negara yang dapat menjadi sarana
liberal maupun sosialis justru dianggap lebih terpilihnya para wakil rakyat, di mana hal ini
mampu menghadapi perubahan kehidupan menggambarkan suasana demokrasi itu
dan dapat tampil dalam pergaulan dunia sendiri (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
dibandingkan negara Indonesia yang rakyat). Tentunya parameter yang digunakan

85
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

oleh Indonesia adalah Pancasila, tepatnya daerah ke depannya sesuai dengan nilai-nilai
dalam implementasi nilai Pancasila pada sila Pancasila.
ke-empat yang berbunyi “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam B. Pembahasan
permusyawaratan/perwakilan”. Hal inilah
1. Pemilihan Umum dan Demokrasi
yang menjadi alasan penulis untuk
melakukan kajian mengenai hal tersebut. Ketika membicarakan Pemilu, maka
Oleh karena itu, dalam penulisan ini akan harus berangkat dari uraian mengenai apa
mengkaji dan menganalisis apakah arti penting dari konsep demokrasi itu.
pemilihan kepala daerah di Indonesia saat Pemilu dan demokrasi adalah dua hal yang
ini sudah sesuai dengan amanat dari sila ke- mempunyai hubungan erat dan
empat Pancasila. pengkajiannya tidak dapat dipisahkan.
Penelitian tentang sistem pemilihan Menurut Arbi Sanit (Sanit, 2009), Pemilu
kepala daerah telah dilakukan sebelumnya, merupakan institusi yang
seperti Nopyandri dengan judul “Pemilihan mengejawantahkan demokrasi. Pemilu
Kepala Daerah Yang Demokratis Dalam adalah suatu kegiatan yang dapat menjadi
Perspektif UUD 1945”. Penelitian ini sarana untuk menyalurkan hak-hak warga
berfokus pada politik hukum pemilihan negara yang sangat prinsip (Asshiddiqie,
kepala daerah dengan menampilkan 2013). Keharusan pemerintah menjamin
kelebihan dan kekurangan pemilihan kepala penyelenggaraan kedaulatan rakyat tersebut.
daerah yang sekarang ini dilakukan. UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa
Penelitian juga dilakukan oleh M. negara harus memenuhi hak-hak warga
Aminullah dengan judul “Membangun negara, yaitu hak politik warga negara,
Politik Hukum Pemilihan Kepala Daerah khususnya hak pilih dan memilih setiap
Yang Demokratis Di Indonesia”. Penelitian Warga Negara Indonesia. Artinya, hal ini
ini juga melihat bagaimana politik hukum menegaskan bahwa segala bentuk peraturan
pemilihan kepala daerah secara demokratis perundang-undangan yang mengatur tentang
dengan mengkaji kelemahan Undang- Pemilu, seharusnya membuka ruang yang
Undang Nomor 8 Tahun 2015. Penelitian seluas-luasnya bagi setiap warga negara
dilakukan oleh Wahyu Widodo dengan judul untuk bisa menggunakan hak pilihnya dalam
“Pelaksanaan Pilkada Berdasarkan Asas Pemilu.
Demokrasi dan Nilai-Nilai Pancasila”. Dalam kerangka negara demokrasi,
Penelitian ini berfokus pada reduksi nilai pelaksanaan Pemilu merupakan momentum
dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang sangat penting bagi pembentukan
saat ini karena pelaksanaan Undang-Undang pemerintahan dan penyelenggaraan negara
tentang Pemilihan Kepala Daerah tidak periode berikutnya. Pemilu merupakan
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. mekanisme bagi rakyat untuk memilih para
Berdasarkan penelitian sebelumnya, wakil juga dapat dilihat sebagai proses
maka fokus penulisan ini yang berbeda evaluasi dan pembentukan kembali kontrak
dengan penelitian sebelumnya adalah sosial. Peran sentral Pemilu ini terlihat
mengenai hakikat dan legitimasi pemilihan sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, maka
kepala daerah secara langsung sebagaimana dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 1
yang dilakukan Indonesia saat ini, ayat (2) memberikan jaminan bahwa Pemilu
berdasarkan amanat dari sila ke-empat adalah salah satunya cara untuk
Pancasila serta bagaimana kedudukan mewujudkan kedaulatan rakyat. Artinya,
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber Pemilu merupakan pranata wajib dalam
hukum dalam pelaksanaan pemilihan kepala pelaksanaan kedaulatan rakyat dan
daerah, sehingga diharapkan menggunakan konstitusi memberikan arah dan mengatur
model perwakilan dalam pemilihan kepala tentang prinsip-prinsip dasar Pemilu yang
akan dilaksanakan (Soerya, 2013).

86
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Pemilu merupakan sebuah sarana rakyat untuk bertindak dan menentukan


kompetisi untuk pengisian jabatan-jabatan jalannya pemerintahan, baik dalam jangka
politik yang didasarkan pada pemilihan oleh waktu panjang maupun pendek. Para wakil
warga negara yang telah memenuhi syarat rakyat inilah yang akan menampung aspirasi
untuk memilih dalam pemilihan umum rakyat guna mencapai tujuan yang
(Sarbaini, 2015). Lahirnya pemilu berasal dikehendaki oleh rakyat sebagai pemegang
dari konsep dan gagasan besar demokrasi kekuasaan tertinggi di dalam negara.
dari John Lock dan Rousseau, terjaminnya
keadilan, kebebasan dan kesetaraan bagi 2. Pokok-Pokok yang Terkandung dalam
rakyat. Terdapat nilai-nilai dalam demokrasi Sila ke-empat Pancasila
yang selalu dijalankan oleh warga negara Pancasila terdiri atas lima sila yang
dan organ-organ negara, baik di lingkungan pada hakikatnya merupakan suatu sistem.
legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Nilai- Sebagai suatu sistem, Pancasila terdiri atas
nilai tersebut adalah nilai-nilai sila-sila yang memiliki fungsi masing-
keterlibatan/partisipatif dan nilai kedaulatan masing namun merupakan satu kesatuan
oleh rakyat (Bachtiar, 2014). Pemilihan utuh yang tidak terpisahkan demi mencapai
umum menjadi sebuah peluang bagi rakyat tujuan negara berdasarkan Pancasila dan
untuk menyalurkan kehendak politiknya dan konstitusi (Juliardi, 2015). Dalam konteks
memilih orang-orang yang harus permasalahan dalam penulisan ini, sangat
menjalankan kebijaksanaan politik rakyat berkaitan dengan sila ke-empat Pancasila.
secara serentak oleh seluruh warga negara Sila ke-empat Pancasila menyebutkan
(Azed, 1987). Pemilu demokratis bukan saja “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
menghajatkan proses penyelenggaraannya kebijaksanaan dalam
yang free and fair, tetapi juga membutuhkan permusyawaratan/perwakilan”. Kerakyatan
sistem Pemilu yang benar-benar adalah kekuasaan tertinggi berada di
memberikan tempat utama bagi suara atau tangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan
pilihan rakyat (Ismatullah & Gatara, 2007). artinya bahwa menggunakan pikiran yang
Mekanisme utama dalam membentuk sehat dan dilaksanakan dengan jujur dan
dan menyelenggarakan pemerintahan adalah bertanggung jawab sesuai hati nurani,
pemilu. Pemilu dipandang sebagai sarana dengan selalu mengutamakan kepentingan
paling nyata dari kedaulatan rakyat. rakyat, persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan hal tersebut, maka sistem Permusyawaratan artinya menggunakan
penyelenggaraan pemilu selalu dijadikan musyawarah untuk mufakat apabila
perhatian utama dari pemerintahan agar merumuskan dan memutuskan suatu hal
prinsip dari, oleh, dan untuk rakyat benar- berdasarkan kehendak rakyat. Perwakilan
benar dapat terwujud dengan menata sistem berarti dalam hal melaksanakan kehendak
penyelenggaraan pemilu, khususnya pada rakyat dalam kehidupan bernegara dilakukan
kualitas penyelenggaraannya (Hardiyanto melalui badan perwakilan rakyat.
dkk, 2016). Bila dicermati, arti dan makna Sila ke-
Di dalam negara yang memiliki empat sebagai berikut: a) Kerakyatan yang
masyarakat yang majemuk (plural), mencerminkan demokrasi, adalah pemerintahan
kedaulatan rakyat tidak dapat dilakukan dari, oleh, dan untuk rakyat; b)
secara sendiri, tetapi memerlukan Permusyawaratan berarti memutuskan sesuatu
perwakilan. Pelaksanaan kedaulatan rakyat secara bersama-sama untuk mencapai
semacam ini dinamakan sistem demokrasi kesepakatan yang bulat melalui jalan
perwakilan atau demokrasi tidak langsung. kebijaksanaan; c) Menjalankan keputusan
Pada sistem demokrasi perwakilan, dengan penuh tanggung jawab dan jujur. Dengan
kedaulatan rakyat dijalankan oleh wakil memutuskan suatu hal secara bulat, maka
haruslah adanya kejujuran bersama-sama pula
rakyat yang ada di lembaga perwakilan. Para
sebagai konsekuensinya. Permusyawaratan
wakil rakyat ini diberikan mandat oleh sebagai identitas; dan, d) Mengandung asas

87
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

kerakyatan dan musyawarah untuk mufakat. negara yang diwakili oleh perwakilan rakyat
Asas kerakyatan dalam hal ini adalah adanya yaitu oleh lembaga DPR dan DPD. Lembaga
rasa cinta kepada rakyat dan ingin perwakilan rakyat dalam mengambil
memperjuangkan cita-cita rakyat. Asas kebijakan perlu mendahulukan kepentingan
musyawarah untuk mufakat, berarti aspirasi rakyat di atas kepentingan pribadi. Jangan
rakyat diperhatikan dan dihargai serta
sampai pemimpin hanya mengutamakan
diperjuangkan melalui majelis
permusyawaratan, menghargai perbedaan, kepentingan kelompok/pribadinya saja
mengutamakan kepentingan rakyat, bangsa dan (Pinilih & Hikmah, 2018).
negara (Yusdiyanto, 2016).
Berdasarkan sila ke-empat Pancasila, 3. Pemilihan Kepala Daerah dalam
negara berkedaulatan rakyat menjadi Perspektif Sila ke-empat Pancasila
landasan absolut dalam kehidupan politik Indonesia sebagai negara hukum, maka
negara Indonesia. Artinya, bahwa sifat segala sesuatu harus didasarkan kepada
demokrasi tidak dapat diubah atau bahkan hukum baik tertulis maupun hukum tidak
dihilangkan dalam politik negara. tertulis. Demikian halnya dengan sistem
Demokrasi menjadi suatu hal yang mutlak. ketatanegaraan sudah seharusnya
Namun, dalam sila ke-empat mengandung dilaksanakan sesuai dengan hukum (rule of
pula sila-sila yang lain yang menjadi law). UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum
konsekuensi Pancasila sebagai suatu sistem. dasar dan Pancasila menjadi sumber dari
Kerakyatan dalam konteks sila ke-empat ini segala sumber hukum di Indonesia. UUD
adalah kerakyatan yang berke-Tuhanan NRI Tahun 1945 merupakan bentuk
Yang Maha Esa, Yang berkemanusiaan adil pengejawantahan dari nilai-nilai yang ada
dan beradab, yang berpersatuan Indonesia dalam sila Pancasila, artinya segala
dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh pengaturan yang terdapat dalam UUD NRI
rakyat Indonesia. Artinya, jalannya Tahun 1945 dan peraturan di bawah UUD
demokrasi di Indonesia adalah demokrasi NRI Tahun 1945 tidak boleh bertentangan
yang disinari oleh sinar-sinar Ketuhanan, dengan nilai-nilai Pancasila. Begitu juga
yang dijalankan secara beradab dan pemilihan umum, pemilihan umum
berkemanusiaan dalam persatuan Indonesia diletakkan pada bab khusus dalam UUD
dan untuk keadilan sosial bagi seluruh NRI Tahun 1945 karena pemilu dianggap
rakyat Indonesia. sesuatu yang sangat penting karena
Sila ke-empat mengharuskan negara merupakan sarana kedaulatan rakyat yang
untuk menjamin bahwa rakyat dalam menjadi prinsip penyelenggaraan negara (Al
menjalankan kedaulatannya benar-benar Hidayat, 2018).
secara demokratis dan tanpa diskriminasi Pemilu telah diatur dalam Pasal 22E
melalui wakil-wakilnya. Negara wajib UUD NRI Tahun 1945. Pasal 22E
menampung dan memperjuangkan aspirasi mengamanatkan bahwa pemilu dilaksanakan
dan kepentingan dari seluruh rakyat yang dalam setiap lima tahun secara langsung,
memiliki kedaulatan tersebut. Pemimpin umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
harus memiliki akal yang sehat, rasional, Pemilu diselenggarakan oleh Komisi
berhati nurani, arif dan bijaksana, jujur serta Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat tetap
adil sehingga dapat menjadi pemimpin yang dan mandiri, baik KPU di tingkat nasional
mumpuni dan berintegritas melalui bentuk maupun daerah. Dalam konteks penulisan
dan arahan permusyawaratan/perwakilan. ini adalah pemilihan kepala daerah. Jika
Sila ke-empat ini mengamanatkan dikaji secara filosofis, menurut penulis,
bahwa dalam mengatasi tiap-tiap ketentuan “dipilih secara langsung oleh
permasalahan sebaiknya dengan rakyat” bertentangan dengan esensi sila ke 4
mengutamakan musyawarah mufakat Pancasila yang menentukan “kerakyatan
sebagai prinsip dari demokrasi, khususnya dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
dalam konteks pengambilan keputusan permusyawaratan perwakilan”. Hal ini

88
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

menunjukkan sila ke-empat Pancasila pemilihan secara langsung menggunakan


mengedepankan prinsip musyawarah untuk demokrasi secara murni yang dilakukan oleh
mufakat melalui wakil-wakilnya dalam rakyat, sedangkan pemilihan melalui
memperjuangkan mandat rakyat. Artinya, keterwakilan merupakan perwujudan dari
terkait pemilihan kepala daerah seharusnya pelaksanaan demokrasi Pancasila. Anggota
dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat DPR/DPRD merupakan perwujudan rakyat
resmi yang merupakan representasi dari Indonesia, dengan demikian pemilihan
rakyat Indonesia. melalui wakil rakyat tidak bertentangan
Jika dikaji berdasarkan arti dari dengan demokrasi Pancasila (Wawan S.,
“musyawarah mufakat” dalam pengambilan 2015).
keputusan, pelaksanaan pemilihan kepala Hal ini menggambarkan bahwa rakyat
daerah yang dilakukan secara langsung tidak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam negara dipimpin oleh seorang yang
dalam demokrasi Pancasila yang benar-benar mencerminkan hikmat dan
mengedepankan musyawarah mufakat. Hal bijaksana serta mengedepankan
ini dapat dimaknai bahwa terdapat permusyawaratan di dalam pengambilan
ketidaksesuaian antara aturan-aturan setiap keputusan yang dilandaskan atas
normatif terkait pemilihan kepala daerah, kemanfaatan bagi seluruh rakyat Indonesia
baik yang terdapat dalam UUD 1945 tanpa terkecuali melihat suku, ras, agama
maupun peraturan perundang-undangan maupun golongan semata. Pemilu yang
yang lebih rendah dengan tataran demikian merupakan wujud dari Pancasila
filosofisnya yaitu Pancasila sebagai dasar sila ke-empat yang merupakan bentuk
negara. Dalam praksisnya, jika pemilihan demokrasi yang berasaskan nilai-nilai
kepala daerah dilakukan oleh lembaga Pancasila. Oleh karena itu, perlu disiapkan
perwakilan rakyat akan lebih efektif dan sebuah mekanisme untuk meminimalisir hal
efisien mengingat luasnya wilayah Indonesia tersebut, juga perlu disiapkan kader-kader
sehingga akan mempersingkat waktu dan anggota parlemen yang jujur, amanah, dan
biaya dapat ditekan. memiliki kredibilitas yang tinggi. Menurut
Pemilihan kepala daerah melalui penulis, mekanisme yang dapat dilakukan
perwakilan sebenarnya sudah memiliki untuk memilih kepala daerah melalui DPRD
legitimasi dalam konstitusi Indonesia. Pasal sebagai lembaga perwakilan dari rakyat
18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 daerah. Namun, hal ini sebaiknya tidak
menyatakan bahwa Gubernur, Bupati dan terlepas dari pengawasan rakyat. Rakyat
Walikota dipilih secara demokratis. Kata diberikan hak pula untuk mengawasi
demokratis ini mengacu pada demokrasi mekanisme tersebut. Mekanisme pemilihan
Pancasila. Artinya, demokrasi Pancasila ini melalui DPRD tetap harus dalam konteks
mengutamakan musyawarah mufakat tanpa negara demokrasi yang berdasarkan hukum
oposisi. Demokrasi Pancasila menginginkan dan Pancasila.
bahwa kompetisi berbagai cara dan ide Selain itu, apabila dikaitkan dengan
untuk penyelesaian masalah bukan kondisi politik di negara Indonesia saat ini,
berdasarkan suara terbanyak, tetapi dengan pemilihan kepala daerah secara langsung
cara keterwakilan (Nugraha & Mulyandari, memiliki sejumlah kelemahan, sehingga
2016). Pemilihan kepala daerah pada tidak menguntungkan bagi demokrasi
awalnya dilakukan melalui keterwakilan Indonesia. Kelemahan-kelemahan yang
oleh DPRD, yang kemudian mekanisme ini sering kali muncul dari pemilihan kepala
berganti kembali secara langsung oleh daerah secara langsung menurut penulis,
rakyat. Baik pemilihan secara langsung antara lain:
maupun melalui perwakilan pada dasarnya a. Rawan terjadinya konflik horizontal.
tidak bertentangan dengan konstitusi dan Rawan terjadi konflik di sini adalah
Pancasila sebagai dasar negara. Bedanya, konflik antar kubu peserta pemilu.

89
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Semakin bertambahnya peserta tentang Pemberhentian Kepala Daerah.


pemilihan, maka akan semakin banyak Namun, kedua undang-undang tersebut
pesaing. Masing-masing peserta juga hanya mengatur sanksi pidana terhadap
memiliki kubu-kubunya. Data dari pengurus partai politik, calon peserta,
Kementerian Dalam Negeri sampai juru kampanye, individu, dan organisasi
dengan tahun 2013, terdapat 50 korban yang ditunjuk sebagai peserta pemilu,
jiwa kerusuhan akibat pemilihan kepala tetapi belum mengatur sanksi pidana
daerah yang tentunya disebabkan karena atas tindakan politik uang tersebut
ketidakpuasan dari kubu peserta (Firdaus, 2020).
terhadap hasil pemilihan kepala daerah
Melihat pula bahwa penyelenggaran
di seluruh Indonesia, bahkan di tahun
pemilihan secara langsung menimbulkan
2011 timbul korban jiwa sebanyak 57
banyak kelemahan dalam praktiknya, maka
orang akibat konflik antar kubu pada
perlu dipikirkan untuk kembali pada konsep
pemilihan kepala daerah di Kabupaten
demokrasi sebagaimana yang diamanatkan
Puncak Papua (Insiyah, Nugraha, &
oleh Pancasila, yaitu pemilihan kepala
Danmadiyah, 2019). Tingginya korban
daerah melalui badan perwakilan rakyat,
jiwa ini menggambarkan bahwa
dalam hal ini adalah DPRD.
pemilihan secara langsung sangat rawan
Berdasarkan kondisi-kondisi
terjadinya konflik horizontal. Hal ini
sebagaimana di atas, dapat disimpulkan pada
tentunya tidak sesuai dengan tujuan dari
saat ini kehadiran Pancasila sebagai dasar
prinsip-prinsip demokrasi yang justru
negara Indonesia telah bergeser fungsi dan
melanggar hak hidup dari masyarakat.
kedudukannya. Hal ini disebabkan
Dengan pemilihan melalui DPRD, maka
kurangnya kesadaran para penyelenggara
besar kemungkinan dapat menekan
pemerintahan terhadap esensi dasar Negara
terjadinya konflik horizontal, namun
Indonesia yaitu Pancasila. Demokrasi yang
pemilihan oleh DPRD ini tentunya tetap
dijalankan oleh Indonesia selama ini tidak
harus ada pengawasan dari publik pula.
konsisten dengan apa yang sudah disepakati
b. Tingginya biaya pengadaan pemilihan.
bersama dalam Pancasila. Demokrasi di
Selain rawan terjadi konflik antar kubu,
Indonesia bukanlah demokrasi sebagaimana
tingginya anggaran penyelanggaraan
yang dijalankan oleh negara barat, tetapi
pemilihan secara langsung juga ikut
demokrasi yang Indonesia jalankan adalah
andil. Anggaran yang harus dikeluarkan
demokrasi yang berlandaskan serta
cukup besar oleh pemerintah daerah,
berasaskan sila-sila Pancasila, yang berasal
mulai dari proses pemuthakiran data
dari corak masyarakat Indonesia itu sendiri.
pemilih, pengadaan, distribusi logistik,
Prinsip pemilu berdasarkan Pancasila
dan sebagainya. Belum lagi jika
ini justru menjadi pembeda dari pemilu yang
dilakukan pemilihan putaran kedua
diselenggarakan oleh negara lain, di mana
yang tentunya biaya akan bertambah.
tidak hanya melihat kuantitas belaka, tetapi
Hal ini bisa ditekan biayanya jika
juga mengedepankan kualitas figur/calon
dilakukan pemilihan melalui DPRD
yang mempunyai jiwa dan pemikiran yang
karena akan meminimalisasi proses
bijaksana dan kehikmatan untuk kebaikan
pemilihan.
bersama. Terselenggaranya pemilihan umum
c. Praktik politik uang (money politic).
yang berkualitas dibutuhkan peran partai
Terjadinya politik uang umumnya pada
politik untuk mendidik para kadernya
proses penjaringan dan penetapan calon.
menjadi kader-kader yang mempunyai
Pelarangan praktik politik uang ini
integritas dan kemampuan serta dedikasi
sudah diatur di Undang-Undang Nomor
kepada bangsa dan negara, sehingga
8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
terwujud serta tercapai tujuan
Anggota DPR, DPD dan DPRD dan
diselenggarakannya pesta kedaulatan rakyat
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008
(Nahuddin, 2017).

90
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

Demokrasi berdasarkan Pancasila sebagai pedoman untuk mengembangkan


sebagaimana yang menjadi kesepakatan dan mencapai tujuan nasional. Untuk
bersama bangsa Indonesia justru mencapai tujuan nasional tersebut, perlu
dilaksanakan oleh Amerika yang merupakan dilakukan pembangunan di segala bidang
sebuah negara liberal dan telah berangsur (Suteki, 2011), termasuk pembangunan
lama menerapkan demokrasi tetapi masih demokrasi.
dalam proses ke arah demokrasi yang lebih Berkaitan dengan sistem nilai ini,
baik. Artinya, saat ini sistem demokrasi Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan,
Amerika masih memerlukan waktu yang bahwa dalam esensinya, sistem nilai itu
cukup panjang untuk mewujudkan proses dapat dibedakan ke dalam nilai dasar (base-
demokrasi yang baik. Namun, demokratisasi values) sebagai landasan dan acuan untuk
yang dijalankan oleh Amerika justru telah mencapai atau memperjuangkan sesuatu,
lebih banyak menghasilkan perkembangan dan nilai tujuan (goal-values) sebagai
yang pesat bagi negaranya. Bahkan, Negara sesuatu yang harus dan layak untuk
Amerika telah menjadi kiblat demokrasi, diperjuangkan atau diwujudkan. Sebagai
yang secara tidak disadari telah menerapkan sistem nilai, Pancasila merupakan “base
Pancasila dalam menjalankan aktivitas values” dan sekaligus juga merupakan
demokrasinya. “goal-values” (Sidharta, 2012).
Hal ini dapat dilihat pada model pemilu
di Amerika tidak menggunakan sistem one C. Simpulan
man one vote seperti di Indonesia, di mana
Konstitusi Indonesia telah mengatur
dalam sistem Amerika setiap orang tidak
bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat
memilih secara langsung tetapi diwakilkan
dan dilaksanakan menurut UUD 1945.
oleh orang-orang yang dianggap dapat
Dalam hal menjalankan kedaulatan, rakyat
mewakilkan aspirasi kelompoknya. Sistem
membutuhkan wakil-wakilnya agar
yang demikian justru mencerminkan
kepentingan rakyat dapat berjalan sesuai
perwakilan sebagaimana amanat dari sila ke-
kehendak rakyat. Wakil-wakil inilah dipilih
4 Pancasila. Keadaan inilah yang kemudian
melalui Pemilu. Oleh karena itu, Pemilu
menjadi suatu alasan untuk kembali
harus diselenggarakan sebagai perwujudan
merenungkan serta mengkaji secara
dari pemaknaan sila ke-empat Pancasila
komprehensif berkaitan dengan
yang mengedepankan calon-calon wakil
penyelenggaran pemilihan umum di
rakyat yang jujur, adil, bijaksana, sarat
Indonesia. Merekonseptualisasi pandangan
kehikmatan dalam pengambilan keputusan,
Pancasila yang menjadi satu-satunya pilihan
dan meluhurkan rasa kekeluargaan dan
cara untuk mengimplementasikan demokrasi
gotong royong yang tampak kepada para
langsung hingga saat ini, sehingga atas
generasi pilihan yang mencapai kriteria
kondisi-kondisi tersebut di atas dapat
keterpilihan, yaitu kredibilitas, berintegritas,
bertujuan untuk mengembalikan konsep
berdedikasi tinggi serta memiliki loyalitas
pemilihan umum yang mencerminkan
kepada bangsa dan negara.
demokrasi sebagaimana yang disepakati
Mengembalikan iklim demokrasi di
dalam Pancasila.
Indonesia berdasarkan Pancasila menjadi hal
Setiap bangsa mempunyai suatu sistem
yang penting menjadi perhatian bangsa,
nilai yang menjadi konsensus bersama.
khususnya oleh penyelenggara
Begitu juga pada bangsa Indonesia. Sejak
pemerintahan. Pemerintah dalam
awal kemerdekaan, Indonesia telah sepakat
menjalankan demokrasi hendaknya
bahwa Pancasila ditempatkan sebagai
konsisten dengan apa yang sudah disepakati
kesepakatan luhur yang final (modus
dalam Pancasila. Oleh karena itu, pemilihan
vivendi). Pancasila merupakan satu kesatuan
pemimpin juga harus sejalan dengan
nilai yang saling terhubung antara sila satu
kesepakatan awal, yaitu melalui perwakilan,
dengan sila lainnya, yang harus digunakan
bukan melalui pemilu langsung.

91
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

DAFTAR PUSTAKA Citizenship Jurnal Pancasila Dan


Kewarganegaraan, 7(2), 98.
Al Hidayat, N. (2018). Pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden Langsung Dalam Nahuddin, Y. E. (2017). Pemilihan Umum
Demokrasi Pancasila di Indonesia. Dalam Sistem Demokrasi Prespektif
Jurnal Pancasila Dan Sila Ke-4 Pancasila. Jurnal Cakrawala
Kewarganegaraan, 3(1), 3. Hukum, 8(2), 247.

Asshiddiqie, J. (2013). Pengantar Ilmu Nugraha, A., & Mulyandari, A. (2016).


Hukum Tata Negara. Jakarta: PT Pilkada Langsung dan Pilkada Tidak
RajaGrafindo. Langsung dalam Perspektif Fikih
Siyasah. Mazahib, XV(2), 210.
Azed, A. B. (1987). Sistem Pemilihan
Umum di Indonesia. Jurnal Hukum Dan Pinilih, S. A. G., & Hikmah, S. N. (2018).
Pembangunan, 17(2), 170. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
Terhadap Hak Atas Kebebasan
Bachtiar, F. R. (2014). Pemilu Indonesia: Beragama dan Beribadah di Indonesia.
Kiblat Negara Demokrasi dari Berbagai Masalah-Masalah Hukum, 47(1), 43.
Representasi. Jurnal Politik Profetik,
3(1), 2. Sanit, A. (2009). Politik dan Pemerintahan
Indonesia. (A. Ramses M, Ed.). Jakarta:
Firdaus, A. (2020). Money Politics dalam Masyarakat Ilmu Pemerintahan
Pemilihan Umum oleh Badan Indonesia.
Pengawasan Pemilihan Umum:
Pengawasan Tindak Pidana Pemilu. Sarbaini. (2015). Demokratisasi dan
Justiqa, 02(01), 62. Kebebasan Memilih Warga Negara
dalam Pemilihan Umum. Inovatif:
Hardiyanto dkk. (2016). Pemilihan Umum Jurnal Ilmu Hukum, VIII(1), 107.
Kepala Daerah Periode 2015/2020
(Studi Politik Hukum Calon Tunggal). Sidharta, B. A. (2012). Struktur Ilmu
Varia Justicia, 12(1), 206. Hukum. In Refleksi dan Rekonstruksi
Ilmu Hukum Indonesia (p. 63).
Insiyah, S., Nugraha, X., & Danmadiyah, S. Yogyakarta: Thafa Media.
(2019). Pemilihan Kepala Daerah oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah: Soerya, R. H. M. (2013). Pemilihan Kepala
Sebuah Komparasi dengan Pemilihan Daerah Dalam Demokrasi Electoral.
secara Langsung oleh Rakyat. Jurnal Masalah-Masalah Hukum,
Supremasi Hukum: Jurnal Penelitian 43(3), 356.
Hukum, 28(2), 172. Suteki, S. (2011). Legal Pluralisme:
Ismatullah, D., & Gatara, A. A. S. (2007). Pendekatan Baru dalam Cara Berhukum
Ilmu Negara dalam Multi Perspektif: Berperspektif Ketimuran (Oriental). In
Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Dialektika Epistemologis dan Praksis
Agama. Bandung: CV Pustaka Setia. Hukum Progresif. Semarang: Satjipto
Rahardjo Institute (SRI).
Juliardi, B. (2015). Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Perguruan Wahyuningsih, S. E. (2014). Urgensi
Tinggi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Pembaharuan Hukum Pidana Materiel
Persada. Indonesia Berdasarkan Nilai–Nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa. Jurnal
Mulyono, G. P., & Fatoni, R. (2019). Pembaharuan Hukum, I(1), 17.
Demokrasi Sebagai Wujud Nilai-Nilai
Sila Keempat Pancasila Dalam Wawan S., dkk. (2015). Tinjauan Yuridis
Pemilihan Umum Daerah Di Indonesia. Perbandingan Sistem Pilkada Langsung

92
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 50 No.1, Januari 2021, Halaman 84-93 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

dan Tidak Langsung Berdasarkan Nilai-Nilai Sila Ke-Empat Pancasila


Demokrasi Pancasila. Jurnal Dinamika Dalam Sistem Demokrasi Di Indonesia.
Sosbud, 17(2), 306. Fiat Justisia Journal of Law, 10(2),
265.
Yusdiyanto, Y. (2016). Makna Filosofis

93

Anda mungkin juga menyukai