Anda di halaman 1dari 37

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

RESUME KEPERAWATAN PADA NY. R.L DENGAN CA SERVIKS DI IRINA D ATAS


RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

NAMA :Neneng Tri Afriani, S.Kep.

NIM : 20014104028

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO
LAPORAN PENDAHULUAN CA SERVIKS
A. Pengertian

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel
pada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan


merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker
serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker
serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju kedalam rahim.(Sarjadi, 2001)
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal
yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

B. Anatomi fisiologi

Anatomi alat kandungan di bedakan menjadi 2 yaitu genetalia eksterna

dan genetalia
interna

( Sobatta,2006)

1. Genetalia eksterna

a. Monsveneris

Bagian yang menonjol bagian simfisis yang terdiri dari jaringan


lemak,daerah ini di tutup bulu pada masa pubertas.
b. Vulva

Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva


dilingkari oleh labia mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan pereniam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.

c. Labia mayora

Labia mayora ( bibir besar ) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labia minora

Labia minora ( bibir kecil ) adalah dua lipatan kecil diantara labia
mayora,dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labia minora
adalah vestibulum.
e. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia


minora), maka belakang di batasi oleh klitoris dan perenium, dalam
vestibulum terdapat muara – muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)

Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar liang senggama


ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina. Pada bagian ini bentuknya berbeda-
beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada seujung jari, ada yang dapat dim lalui satu jari.
g. Perenium

Terbentuk dari korpus perinium, titik tentu otot-otot dasar panggul


yang ditutupi oleh kulit perenium.
(Sobatta,2006)

2. Genetalia interna

a. Vagina

Tabung yang di lapisi membran dari jenis-jenis epitelium bergaris,


khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 71/2. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus

Organ yang tebal,berotot berbentuk buah pir,terletak di dalam pelvis


antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan
jaringan ikat dan ligament. Panjang uterus 71/2 cm, lebar ±5 cm, tebal
±2 cm. Berat 59 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim )

Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada


pemeriksaan kahamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri

Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,bagian ini berfungsi


sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri di sebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servik uteri
Ujung servik yang menuju puncak vagina disebut
porsio,hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis
disebut ostium uteri internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :

1) Endometrium

2) Myometrium

3) Parametium

c. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus


di bawah merupakan tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uterus.

d. Tuba fallopi

Tuba fallopi di lapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2
saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12cm tetapi tidak
berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk
memeluk ovum saat ovulasi agar masuk kedalam tuba. (Tambayong,
2002)

C. ETIOLOGI

Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak
atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
1. HPV ( Human Papiloma Virus )

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata )


yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat
berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
karsinoma pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )

1. Merokok

Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
2. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
3. Berganti - ganti pasangan seksual.

4. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama


pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.

6. Pemakaian Pil KB.

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan
resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan
meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.

8. Golongan ekonomi lemah.

Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear


secara rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 )
D. PATOFISIOLOGI

Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga


menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh
yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim
ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian.
(Price, syivia Anderson, 2005)

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% )
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

(Dr RamaDiananda, 2009 )


F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan


stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur
keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan
hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium
atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan
hidup untuk kanker leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih
lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika
dalam ginekologi.
Penggolongan obat sitostatika antara lain :

a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi


radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang
digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik
dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant.
Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara
lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan,
beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan
melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,
sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan
untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang
kateter sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan
pada keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi
perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan
posisi semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai
300ml dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan
antara lain menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis,
emboli pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan.
(Bambang sarwiji, 2011)
G. STADIUM KARSINOMA SERVIKS

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkat

kriteria

Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak


terdapat bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses
terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus
uteri.
Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel
tumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh
darah.
Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area
para servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrate tumor.
TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai pada dinding panggul.
Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah
meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit
nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding
panggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua
ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,
sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan
dinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses pada
tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal
ginjal.
Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih
(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasis
keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.

( Dr Imam Rasjidi, 2010 )


H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Sitologi

Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP )


sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining
sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian
diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi

Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi,


suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga
rendah dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ).
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel
dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan
perubahan metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi

Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat )


terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya
atau hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak
dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus
dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus
diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d. Konisasi

Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks


sedemikian rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ),
dengan kanalis servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan
diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas
jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi.
Jika karena suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan,
dapat dilakukan tes Schiller. Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan
larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi
dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak berwarna
oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan -
keadaan sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.

2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.

3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.


4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.

I. PENGKAJIAN FOKUS

Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual

Salah satu faktor yang menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah
dibawah umur 18 tahun.
1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan

Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker


serviks dapat ditularkan dengan mudah.
2. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap
smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.

3. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan


kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker
seviks.
4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran
diri, emosional.
5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan

Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim
yang mulai mengalami metastase.
6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )

Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan
abnor malita pada organ - organ daerah panggul.
7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah

Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf -


syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat
pada daerah tersebut.
8. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat
memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang - orang
dengan gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan efek
negatifnya kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut
sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.
9. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara


siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.
10. Riwayat Keluarga

Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.

( Doengoes, 2005 )
PATHWAY
FORMAT PENGKAJIAN KASUS

Tanggal MRS : 26 Mei 2021


Tanggal pengkajian : 28 Mei 2021 Jam : 09:30 wita
Ruang/kelas : A3 Diagnosa: Ca Serviks st IIIb
No RM :00737361

A. ANAMNESA

1. Identitas
Nama : Ny.R.L
Umur : 64 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Esandom satu jaga II

2. Keluhan Utama : Nyeri Kronis

Riwayat penyakit sekarang :


Klien mengatakan masuk RS dengan nyeri di bagian abdomen, terjadi perdarahan pervaginam.
Saat pengkajian klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala 6, nyeri hilang
timbul,nyeri dirasakan saat bergerak atau beristirahat , nyeri dirasakan hilang timbul, konsistensi
darah kental, warna merah pekat, klien merasa lemah badan, klien sudah melakukan transfusi
darah 2x
1. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 Tahun
Siklus : Teratur, 28 hari
Bau/tidak bau,: Bau darah
Lamanya :7 hari
Menopause : sejak umur 52 tahun

2. Riwayat obstetric :
 Kehamilan : Klien mengatakan mempunyai 4 orang anak
 Persainan : Riwayat persalinan normal
 Penggunaan Kontrasepsi : Klien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi IUD

3. Riwayat Penyakit yang pernah diderita


Klien tidak mempunyai riwayat penyakit

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan dikeluarga tidak memiliki Riwayat penyakit yang sama dengan klien ataupun
penyakit penyerta lain

5. Pola pemenuhan kebutuhan sehari- hari

Kebutuhan Dirumah Dirumah sakit


Nutrisi Klien mengatakan sebelum sakit makan Sejak masuk rumah sakit
3x sehari, makan nasi , ikan dan sayur Klien mengataka nafsu makan
baik ,makan 3x sehari 4-6
sendok
Eliminasi BAK : BAK :
BAK dan BAB Klien mengatakan BAK 4-6x sehari, Klien mengatakan BAK 4-6x
BAB : sehari
Klien mengatakan BAB 2hari sekali BAB :
Klien mengatakan jarang
BAB, BAB ±1minggu sekali
Aktifitas/istiraha Aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, Klien mengatakan tidur sering
t klien tidur 7-8 jam sehari terbangun jika nyeri muncul,
jam tidur 6-7 jam sehari

Personal Klien mengatakan sebelum sakit klien Saat di rumah sakit Klien
Hygiene mandi 2x sehari mengatakan mandi 1x sehari

Kebiasaan yang Tidak ada Tidak ada


mempengaruhi
kesehatan

Psikososial dan Sebelum masuk rumah sakit klien tidak Saat dirumah sakit Klien
spiritual; memiliki masalah psikososial maupun mengatakan klien sering
spiritual berdoa dan percaya kepada
Tuhan
Kebutuhan Klien mengatakan sebelum sakit Sejak sakit hubungan dengan
seksual hubungan sebagai suami istri berjalan suami terganggu karena klien
baik dan harmonis mengalami nyeri dan
perdarahan

B. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum :
Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg, nadi 88 x/mnt
o
RR 20 x/mnt, Suhu 36,5 C.
2) Kepala : Simetris,tidak ada benjolan rambut bersih

Skelra dan konjungtiva: : Anemis

Wajah : Simetris
Mulut dan bibir : Mukosa bibir kering

Gigi dan gusi : Gigi bersih dan lengkap

3) Dada
a) Payudara :
 Pengeluaran cairan : Tidak ada pengeluaran cairan dari payudara

 Kondisi putting susu : Normal

 Kondisi, Ukuran dan bentuk payudara : Bentuk payudara normal

 Kondisi lainnnya : -

b) Paru-paru :
 Suara napas tambahan : Tidak ada suara napas tambahan
 Ekspansi Dada : Normal

 Kondisi lainnya: …..

c) Jantung :
 Suara jantung : Normal, tidak ada murmur

 Kodisi jantung : Normal

 Kondisi lainnya:

3) Abdomen :
a) Hepar : Tidak ada pembengkakan hepar
b) Limpa : Tidak ada pembengkakan

c) Bising Usus : 8x/m

e) Vesika Urinaria : Adanya nyeri tekan pada abdomen bawah

4) Genitalia :
a) Fluor albus :
 Warna : Putih kekuningan
 Bau : Berbau
 Jumlah :

c) Vulva dan serviks : Adanya pengeluarahn darah dari serviks

5) Anus : Tidak ada pembengkakan

6) Ekstremitas :
 Odema : Tidak ada udem
 Refleks Patela : (+) Positif

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Leukosit 11.6 4.0 – 10.0 10^3µL
Eritrosit 3.08 4.70 – 6.10 10^6µL
Hemoglobin 8.2 13.0 – 16.5 g/dL
Hematokrit 25.4 39.0 – 51.0 %
Trombosit 286 150 – 450 10^3µL
MCH 26.6 27.0 – 35.0 Pg
MCHC 32.3 30.0 – 40.0 g/dL
MCV 82.5 80.0 – 100.0 fL

Nama Obat/ terapi Dosis Frekuensi Cara


Pemberian
Natrium bikarbonat 500mg /6 Jam IV
Nacl 0.9% 500 ml 20 tpm IV
Paracetamol 500mg /8jam Oral
Ferro fumarat 60mg /8 jam IV

ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Infiltrasi tumor ganas Nyeri Kronis
DS :

Saat pengkajian Klien


mengatakan nyeri di bagian
abdomen bawah,
P : Nyeri dirasakan saat
beraktivtias atau sedang
beristirahat
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R ; Nyeri dirasakan di bagian
perut bawah
S : Skala nyeri sedang skor 6
T : Nyeri hilang timbul

DO :
Pasien tampak meringis saat
nyeri muncul
Klien Tampak gelisah

Perdarahan Resiko Syok


Ds :
Klien mengatakan merasa
badan terasa lemas

Do:
Anemia
Klien tampak lesu
Hb : 8.2 g/dL
Eritrosit 3.08 10^6µL
Hematokrit 25.4%

Diagnosa keperawatan
Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor (D.0078)

Resiko Syok berhubungan dengan hipoksemia (D.0039)


INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis (SDKI) SLKI SIKI
.
1. Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri(I. 08238)
infiltrasi tumor (D. 0078) keperawatan …x... jam Observasi
diharapkan pengalaman - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
DS : sensorik atau emosional frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Pasien mengatakan merasa yang berkaitan dengan - Identifikasi skala nyeri
nyeri di bagian abdomen kerusakan jaringan actual - Identifikasi respon nyeri non verbal
bawah atau fungsional dengan - Identifikasi factor yang memperberat dan
P : Nyeri dirasakan saat onset mendadak atau memperingan nyeri
beraktivitas dan ketika sedang lambat dan berintensitas - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
istirahat ringan hingga berat dan hidup
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk konstan menurun - Monitor keberhasilan terapi komplementer
– tusuk yang sudah di berikan
R: Nyeri dirasakan di area perut Tingkat Nyeri (L. 08066) - Monitor efek samping penggunaan analgetic
bawah - Keluhan nyeri Terapeutik
S: Skala nyeri sedang skor 5 cukup menurun (4) - Berikan terapi nonfarmakologis untuk
T: Nyeri hilang timbul - Tekanan darah mengurangi rasa nyeri (mis, terapi music,
cukup membaik (4) terapi pijat, aromaterapi dll)
DO : - Control lingkugan yang memperberat nyeri
- Pasien tampak meringis saat (mis, suhu ruangan, pencahayaan,
nyeri muncul kebisingan )
- Pasien tampak gelisah - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
- Ajarkan tenik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Perawatan Kenyamanan (I.08245)
Observasi
- Identifikasi gejala tidak menyenangkan
(nis,mual,nyeri,sesak)
- Identifikasi pemahaman tentang kondisi,
situasi, dan perasaannya
- Identifikasi masalah emosional dan spiritual
Terapeutik
- Berikan posisi nyaman
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Dukung keluarga terlibat dalam
terapi/pengobatan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan
terapi/pengobatan yang diinginkan
Edukasi
- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan
terapi/pengobatan
- Ajarkan Latihan pernapasan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesic
-
2 Resiko Syok berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok (I.02068)
hipoksemia (D.0039) keperawatan …x... jam
diharapkan tingkat syok Observasi
Ds : meningkat dengan kriteria - Monitor status oksigenasi
Klien mengatakan merasa badan hasil :
terasa lemas - Monitor status cairan
Tingkat Syok (L.03032)
Do: Frekuensi nadi membaik Terapeutik
Anemia (5) - Pasang jalur IV,jika perlu
Klien tampak lesu Frekuensi napas (5)
Hb : 8.2 g/dL Saturasi oksigen membaik - Lakukan skintest untuk mencegah reaksi
Eritrosit 3.08 10^6µL (5) alergi
Hematokrit 25.4% Pucat cukup menurun (4)
Edukasi
- Jelaskan penyebab/factor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
tanda dan gejala awal syok

Kolaborasi
- Kolaboarasi pemeberian iv, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi , jika
perlu
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Hari/tangga Jam Implementasi Evaluasi


l
1. Nyeri kronis 28 Mei 2021 14.35 Mengidentifikasi skala nyeri S:
berhubungan H:
dengan infiltrasi Klien mengatakan nyeri pada daerah - Klien mengatakan masih
tumor (D. 0078) abdomen bawah seperti ditusuk-tusuk, merasakan nyeri diarea abdomen
nyeri hilang timbul, skala nyeri 5 (1-10). bawah
- Klien mengatakan nyeri sudah
14.48 Identifikasi respon nyeri non verbal sedikit menurun karena
H : Pasien tampak memegang area yang menggunakan teknik relaksasi
sakit benson yang diberikan
- Klien mengatakan sudah
14:50 Ajarkan tenik nonfarmakologis untuk mengonsumsi obat pereda nyeri.
mengurangi rasa nyeri O:
Menjelaskan cara meredakan nyeri dan - Klien mendemonstrasikan
mengajarkan klien terapi relaksasi benson kembali cara melakukan teknik
untuk mengurangi rasa nyeri relaksasi benson
Hasil ; - TTV. TD: 110/80, R: 22x/m, N:
Pasien menarik napas melalui hidung 80x/m, SB: 36,4.
secara perlahan, Setelah hitungan ketiga di
keluarkan melalui mulut secara perlahan- A : Masalah belum teratasi
lahan sambil mengucapkan ungkapan yang
telah dipilih pasien dan diulang-ulang P : Lanjutkan intervensi
dalam hati selama mengeluarkan napas.
15:10
Identifikasi pemahaman tentang kondisi,
situasi, dan perasaannya
H : Klien mengatakan klien sudah
mengerti tentang kondisi yang dialaminya
15:20
Identifikasi masalah emosional dan
spiritual
H : Klien mengatakan disaat klien merasa
stress dengan kondisinya klien selalu
berdoa dan yakin akan sembuh

15:25 Berikan posisi nyaman


H : Posisi nyaman klien dengan tidur
menghadap kekanan, juga dapat
meringankan sedikit rasa nyeri

2. Resiko Syok 20 Mei 2021 15.35 Monitor Status oksigenasi S:


ditandai dengan H= Klien mengatakan badan terasa lemas
perdarahan Respirasi = 22x/m
(D.0039) O:
R = 22x/m
Monitor status cairan Pupil isokor
15.45 H= Terpasang IVFD NaCl 0,9%
Klien terpasan NaCl 0.9% 500ml Tidak terpasang kateter urin
Klien tampak sering minum air mineral GCS = 15
botol 1,5L Hb : 8.2 g/dL
Eritrosit 3.08 10^6µL
Hematokrit 25.4%
Monitor tingkat kesadaran dan respon
15.57 pupil A:
H= Masalah belum teratasi sesuai dengan
Respon Pupil isokor kriteria hasil yang diharpkan
GCS = 15
P : Lanjutkan intervensi
 Monitor status oksigenasi
Kolaboarasi pemberian iv, jika perlu  Monitor status cairan
16:05 H= Pasien sudah terpasang NaCl 0,9%
 Anjurkan melaporkan jika
500ml
menemukan tanda dan gejala awal
syok
Jelaskan penyebab/factor risiko syok
16:15
H : Klien dan keluarga mengerti tentang
factor resiko syok
Jelaskan tanda dan gejala awal syok
16:20
H :Klien dan keluarga mengerti tentang
tanda gejala awal syok muncul
Anjurkan melapor jika
16:35
menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
H : Pasien dan keluarga mengatakan akan
langsung melaporkan jika menemukan
tanda dan gejala awal syok

No. Diagnosa Hari/tangga Jam Implementasi Evaluasi


l
1. Nyeri kronis 29 Mei 2021 08.30 Mengidentifikasi skala nyeri S:
berhubungan H:
dengan infiltrasi Klien mengatakan nyeri pada daerah - Klien mengatakan masih
tumor (D. 0078) abdomen bawah seperti ditusuk-tusuk, merasakan nyeri diarea abdomen
nyeri hilang timbul, skala nyeri 4 (1-10). bawah
- Klien mengatakan mengerti
dengan teknik relaksasi yang
08.45 Identifikasi respon nyeri non verbal sudah diajarkan
H : klien tampak memegang area yang - Klien mengatakan nyeri sudah
sakit sedikit menurun karena
menggunakan teknik relaksasi
O:
10.40 Ajarkan tenik nonfarmakologis untuk - Klien mendemonstrasikan
mengurangi rasa nyeri kembali cara melakukan teknik
Menjelaskan Kembali cara meredakan relaksasi otot progresif
nyeri dan mengajarkan klien teknik - TTV. TD: 120/70, R: 20x/m, N:
relaksasi otot progresif
H: klien mengatakan mengerti tentang 78x/m, SB: 36,4.
strategi yang dapat digunakan untuk
mengontrol nyeri. klien mengatakan A : Masalah belum teratasi sesuai dengan
mengerti dengan cara melakukan teknik kriteria hasil yang diharapkan
relaksasi benson untuk mengurangi rasa
nyeri
Hasil ; P : Lanjutkan intervensi
Pasien menarik napas melalui hidung - Mengidentifikasi skala nyeri
secara perlahan, Setelah hitungan ketiga di
keluarkan melalui mulut secara perlahan-
10.45 lahan sambil mengucapkan ungkapan yang
telah dipilih pasien dan diulang-ulang
dalam hati selama mengeluarkan napas.
10.50
Ciptakan lingkungan yang nyaman
H : Lingkungan sekitar klien tampak bersih
dan tidak bising

10.55 Dukung keluarga terlibat dalam


terapi/pengobatan
H: Keluarga selalu mendukung penuh
pasien dalam kondisi apapun

Diskusikan mengenai situasi dan pilihan


terapi/pengobatan yang diinginkan
10.58 H : Klien mengatakan mengikuti semua
yang disarankan oleh dokter yaitu akan
melakukan radiasi

11.00 Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan


terapi/pengobatan
H : Klien tampak mengerti tentang pilihan
pengobatannya serta efeksampingnya

Ajarkan Latihan pernapasan


H: Klien mampu mengikuti apa yang
sudah diajarkan yaitu Teknik relaksasi
napas dalam
2. Resiko Syok 29 Mei 2021 11.05 Monitor Status oksigenasi S:
ditandai dengan H= Klien mengatakan badan masih terasa
perdarahan Respirasi = 20x/m lemas
(D.0039) SPO2 = 98%
O:
R = 22x/m
11.10 Monitor status cairan Terpasang IVFD NaCl 0,9%
H= Tidak terpasang kateter urin
Klien terpasan NaCl 0.9% 500ml Hb : 11.6 g/dL
Klien tampak sering minum air mineral Eritrosit 4.20 10^6µL
botol 1,5L Hematokrit 36.1%
A:
Masalah belum teratasi sesuai dengan
11.15 Monitor tingkat kesadaran dan respon kriteria hasil yang diharpkan
pupil
H= P : Lanjutkan intervensi
Respon Pupil isokor  Monitor status oksigenasi
GCS = 15  Monitor status cairan

11.20 Kolaboarasi pemberian iv, jika perlu


H= Pasien sudah terpasang NaCl 0,9%
500ml

11.30 Anjurkan melapor jika


menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
H : Pasien dan keluarga mengatakan akan
langsung melaporkan jika menemukan
tanda dan gejala awal syok
SOP TERAPI RELAKSASI BENSON UNTUK
MENGURANGI NYERI

Pengertian Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon


relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang
dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat
membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan
kesejahteraan lebih tinggi (Purwanto, 2006)
Tujuan Pelatihan relaksasi benson daoat menimbulkan keadaan
tenang dan rileks dimana gelombang otak mulai melambat
sehingga akhirnya membuat seseorang menjadi tenang dan
nyaman (Benson, 2000 dalam Guyton, 2007)
Prosedur 1. Berbaring dengan posisi yang nyaman
2. Anjurkan klien menutup mata
3. Anjurkan klien untuk relaksasi semua otot secara dalam,
mulai dari kaki dan relaksasikan sampai wajah
4. Nafas melalui hidung, hembuskan nafas, sambil
mengucap satu, tenangkan pikiran. Nafas dalam…
hembuskan, satu, Nafas dalam….. hembuskan satu.
Bernafaslah dengan mudah dan alami…hembuskan
sampai tercipta ketenangan dan rileks pada diri anda
(sambal meneybut nama Allah, kalimat istighfar)
5. Lakukan selama 15 menit. Kegiatan ini minimal
dilakukan 1 kali sehari.
6. Ciptakan lingkungan yang sunyi dan bebas gangguan.
7. Lakukan terapi 1 kali sehari
OUT LINE JURNAL PENELITIAN
Judul Penelitian Metodologi (Populasi, Sampel, Intervensi (Apa, Bagaimana, Kapan) Kesimpulan & Implikasi terhadap
& Tujuan Desain) saran keperawatan
Penelitian
Dengan Hal ini dapat
Pengaruh M model penelitian yang digunakan Langkah-langkah Terapi Benson penelitian menjadi salah satu
relaksasi adalah quasi eksperimen karena a) Usahakan situasi ruangan atau yang sudah tindakan
benson syarat-syarat dalam penelitian lingkungan tenang , atur posisi dilakukan keperawatan untuk
mengurangi nyeri
terhadap eksperimen tidak cukup memadai nyaman. Relaksasi
tingkat yaitu tidak adanya randomisasi dan b) Pilih satu kata atau ungkapan benson bisa
kecemasan tidak dilakukan kontrol terhadap singkat yang mencerminkan terbukti bisa
pasien kanker variabel-variabel yang berpengaruh keyakinan. Sebaiknya pilih kata mengurangi
serviks di terhadapeksperimen atau ungkapan yang memiliki kecemasan,
RSUD (Notoatmodjo,2005).Rancangan arti khusus seperti mengurangi
margono penelitian ini adalah pre dan post alhamdulillah, dll. nyeri
sukardjo test design. c) Pejamkan mata, hindari sehingga bisa
purwokerto populasi dalam penelitian ini adalah menutup mata terlalu kuat. direkomenda
ibu yang mengalami kanker serviks Bernafas lambat dan wajar sambil sikan untuk
di RSUD Prof Margono Soekardjo. melemaskan otot mulai dari kaki, dilakukan di
Pengambilan sampel dalam betis, paha, perut dan pinggang. tatanan
penelitian ini menggunakan teknik Kemudian disusul melemaskan pelayanan
purposive sampling yaitu suatu kepala, keperawatan.
teknik penentuan sampel sesuai d) Perhatiakan nafas kemudian
dengan pertimbangan peneliti mulailah menggunakan fokus
(Setiadi, 2007). Sampel dalam yang berakar pada keyakinan.
penelitian ini berjumlah 42 Tarik nafas dari hidung,
responden yaitu Kelompok pusatkan kesadaran pada
perlakuan Relaksasi Benson pengembangan perut, lalu
sebanyak 21 responden keluarkan nafas melalui mulut
secara perlahan sambil
mengucapkan ungkapan yang
sudah dipilih.
e) Pertahankan sikap pasif.
NUTRISI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS DAN
KANKER OVARIUM
NUTRISI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS DAN KANKER
OVARIUM

Pada penderita kanker servik, kanker ovarium dan lain-lain Penurunan berat badan
dan malnutrisi seringg terjadi pada pasien dengan masalah kanker dengan insiden 30-
80% dari kasus pasien kanker
PENTINGNYA NUTRISI
Malnutrisi atau penurunan berat badan pada pasien kanker dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup, penurunan status fungsional, penurunan respon terhadap
terapi, perubahan citra tubuh, peningkatan lama perawatan, rawat inap yang tidak
perlu, peningkatan kejadian komplikasi atau infeksi, dan penurunan harapan hidup

APA ITU NUTRISI PADAPENDERITA KANKER


Pada penderita kanker servik, kanker ovarium dan lain-lain Nutrisi adalah proses
pengambilan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh

MENGAPA TERJADI GANGGUAN NUTRISI PADA PASIEN KANKER ?


1. oleh Karena penyakit kanker sendiri (Kehilangan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri, depresi, cemas)
2. oleh karena pengobatan kanker (pembedahan, kemoterapi, radioterapi,
imunoterapi, transplantasi)

BAGAIMANA TAKARAN ISI PIRING MAKANAN PADA PENDERITA


KANKER
Protein : 33 Gram = 1 Potong Ikan / 1 Ekor Ikan (Ukuran Besar 1 Ekor Ikan
Tude/Oci)
Sayuran Dan 150 Gr : 1 Mangkok Sedang Dan
Buah : 150 Gr
Pepaya : 2 Potong Sedang
Pisang : 1 Buah
Jeruk : 2 Buah

Anda mungkin juga menyukai