Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengujian suatu produk adalah suatu kegiatan yang merupakan salah satu tahap
dalam pengembangan produk baru. Sebelum diproduksi dan dipasarkan, produk baru
terlebih dahulu diuji untuk mendapatkan umpan yang baik dari konsumen. Dengan
pengujian produk ini, perusahaan akan mendapatkan produk dengan masa depan baik.
Produk dapat disajikan baik secara simbolik maupun fisik.
Mutu yang diinginkan oleh konsumen dapat dinyatakan dalam beberapa
karakteristik. Yang kebanyakan bersifat kualitatif, tidak dapat diukur, atau sukar diukur,
jika demikian halnya, maka karakteristik-karakteristik fungsional itu perlu terlebih
dahulu diterjemahkan ke dalam karakteristik yang dapat diukur. Untuk itu, maka
terlebih dahulu ditetapkan melalui penelitian dan eksperimen.
B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui kriteria kualitas kulit samak nabati


2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian mutu kulit samak nabati secara
organoleptis
3. Mahasiswa mampu melakukan pengujian mutu kulit samak nabati secara fisis

1
BAB II
DASAR TEORI

A. Dasar Teori

Proses penyamakan kulit adalah proses yang bertujuan mengubah protein kulit
mentah ( hide atau skin ) yang bersifat labil menjadi bahan yang stabil, tidak dapat
busuk dan dapat dijadikan berbagai macam barang sesuai tujuannya. Perbedaan utama
kulit jadi dan kulit mentah adalah bahwa kulit mentah jika dikeringkan akan menjadi
keras dan kaku seperti tanduk tetapi dapat busuk jika dibasahkan kembali, sedangkan
kulit jadi yang dikeringkan merupakan bahan yang fleksibel dan tidak dapat busuk pada
pembasahan kembali.

Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan
sebagai suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya
kulit dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta
masih ada beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan
bakunya, seperti kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit
digolongkan menjadi kulit mentah dan kulit samak, kulit mentah adalah bahan baku
kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-
proses pengawetan atau siap samak.

Kambing merupakan salah satu jenis ternak kecil di Indonesia, yang mempunyai
peran penting bagi manusia. Kambing dapat dimanfaatkan oleh manusia melalui
konsumsi daging yang mempunyai protein tinggi dan kulitnya dapat dijadikan bahan
baku dalam industri kulit. Daging kambing umumnya digunakan untuk berbagai acara
dan pemanfaatan kulit ini masih sangat kurang.  Salah satu produk hasil olahan kulit
kambing adalah penyamakan kulit kambing.
Penyamakan bertujuan mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas
mikroorganisme, khemis atau phisis, menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap
pengaruh-pengaruh tersebut.  Mekanisme penyamakan kulit adalah memasukkan bahan
tertentu yang disebut bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit
sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya pembelajaran Teknologi Pengolahan Hasil Ternak
mengenai Kulit.

2
BAB III
METODE DAN PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan

Alat Bahan
No Nama alat Gambar Nama Gambar
. bahan
1 Cutting Mat Kulit Nabati

2 Cutter

3 Gunting
Kulit

4 Pinset

5 Penggaris

3
6 Metline

7 Silver pen

8 Master Kuat
tarik

9 Master
kemasakan

10 Master
kelunturan
cat

2. Cara Kerja

4
1. Pengujian Organoleptis
Pengujian organoleptis adalah uji indra yang merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk.

a. Cacat Kulit :
1. Mengklarifikasi jenis cacat yang ada dikulit
2. Ditandai dengan silver pen pada bagian yang cacat
3. Dihberi tanda dengan bentuk kotak agar mudah dalam menghitung
luas cacat
4. Hitung total luas cacat dengan menambahkan bagian per bagian
yang sudah diberi kotakan (tanda cacat)
5. Rumus : luas cacat/ luas kulit x 100%

b. Luas Kulit :
1. Siapkan alat pengukur luas kulit dengan alat frame (ukuran
perkotakan 15cm x 15cm)
2. Kulit dibentangkan dimeja yang rata kemudian letakan frame diatas
kulit
3. Hitung luasan kulitcacat
Gambar dengan
kulitmenghitung kotak yang terkena wilayah
kulit
4. Lalu hitung luasan kulit dengan cara merubah hitungan seluruh
kotakan dengan cm 2
4 kotak  1 feet  900 cm 2

5
Gambar Luas kulit

c. Tebal Kulit
1. Siapkan alat pengukur tebal kulit (Thickness gauge)
2. Aplikasikan alat Thickness gauge pada 3 bagian kulit lurus dari arah
leher / arah membujur
3. Tulis hasil ketebalan dari ke 3 bagian, lalu dicari ketebalan rata-
ratanya.

Gambar Uji ketebalan


2. Pengujian Fisis
Pengujian fisis adalah uji dimana kualitas produk diukur secara objektif
berdasarkan hal – hal fisik yang nampak dari suatu produk.
a) Kemasakan Kulit
1. Cara menguji kemasakan kulit dengan cara membuat cuplikan 2 kulit
dengan arah membujur.
Ukuran cuplikan :
- 0,65 cm x 5,2 cm
- 0,65 cm x 5,2 cm
2. Siapkan asam asetat 30%
3. Larutkan cuplikan kemasakan kulit kedalam larutan dan biarkan
selama 20 menit
4. Setelah 20 menit, angkat kulit/dikeluarkan dari larutan asam asetat

6
5. Diuji dicahaya / diluar ruangan dengan cara gunting cuplikan
menjadi 2 bagian,dan dilihat bagiab dalam menghasilkan warna
bening atau tidak
6. Jika warnanya bening maka kulit belum matang/ masak, namun jika
tidak ada warna bening berarti kulit sudah masak/matang.

 Hasil : yang dihasilkan dari pengujian yang dilakukan adalah tidak


menimbulkan warna bening sehingga kulit tersebut berarti sudah masak.
b) Uji kuat sobek
1. Membuat cuplikan untuk uji kuat sobek dengan ukuran 10 cm x 2cm
Gambar uji kemasakan kulit

Gambar cuplikan kuat sobek

2. Potong bagian tengah dengan ukuran 5cm dari tepi

Gambar cuplikan kuat sobek

7
3. Potong bagian tengah atau ujung sobekan kulit
4. Uji kuat sobek diuji dengan alat Tensile Strength tester
5. Pasang cuplikan dimesin, dan mesin akan bekerja menarik cuplikan
(apakah sobek atau tidak)
6. Hasil uji sobek akan muncul di komputer

No Material Speed Gauge Width Thickness Force Tear


. (cm/min length (cm) (cm) peac resistence
) (cm) (kgf) (kgf/cm2)

1 Lintang 25.000 5.000 0,200 0,010 1,400 7,000


2. Bujur 25.000 5.000 0,200 0,009 1,800 9,474

c) Uji kuat tarik : untuk menguji daya tark kulit


 Cara kerja :
1. Siapkan cuplikan uji kuat tarik dengan meng-copy master
cuplikan dengan jumlah 2 membujur dan 2 melintang

0,9+0,85+0,8
Ukuran = Lintang 1  tebal = = 0,85 cm
3
Lebar = 1,15 cm
1+ 0,9+0,9
Lintang 2  Tebal = = 0,93 cm
3
 Lebar = 1,2 cm
0,9+0,85+0,9
Bujur 1  Tebal = = 0,833 cm
3
 Lebar = 1,2 cm
0,9+0,9+1
Bujur 2`  Tebal = = 0,93 cm
3
 Lebar = 1,2 cm
2. Uji kuat tarik diuji dengan alat tensile strength tester

8
3. Pasang keempat cuplikan secara bergantian di mesin dan mesin
akan bekerja menarik cuplikan
4. Hasil uji tarik akan muncul dikomputer

Gambar uji kuat tarik

 Hasil

No. Material Speed Thickness Width Force Elongation Tensile


(cm/min (cm) (cm) @peak (%) strength
) (kgt) (kgf/cm2)

1 Lintang 1 25,000 0,009 0,115 18,000 3,572 183,673


2 Lintang 2 25,000 0,009 0,120 23,000 14,574 205,357
3 Bujur 1 25,000 0,008 0,120 29,200 5,417 292,000
4 Bujur 2 25,000 0,009 0,120 41,600 8,315 371,429

d) Uji kelunturan : untuk menguji daya luntur kulit


 Cara kerja
1. Siapkan cuplikan uji daya luntur kulit 2 buah dengan memotong
secara membujur

9
2. Uji kelunturan dengan alat crock meter dan aquades, dan kain
3. Letakkan cuplikan di alat crock neter lalu alat akan bekerja sebelum
diletakkan siapkan 2 kain ukuran 5x5cm yang satu diberi aquades,
sedangkan yang satu tidak diberi aquades.

Gambar Kulit di mesin crock meter

4. Kain diletakkan dialat crock meter untuk digesekkan diatas kulit

Gambar Kulit di mesin crock meter

5. Setelah itu hasilnya bisa dicek dengan alat :


- Staining  kelunturan kain (semakin gelap kain  luntur)

10
- Assesing  kelunturan kulit (semakin gelap kulit  tidak
luntur)

Gambar Assesing
Gambar Staining

 Hasil :
- Kulit 1  Assesing 5, Staining 5 yang artinya warna tidak luntur
- Kulit 2  Assesing 5, Staining 5 yang artinya warna tidak luntur

11
BAB IV

DATA DAN HASIL PERCOBAAN

1. Data pengamatan

No Pengamatan Organoleptis Hasil pengamatan


.
1 Jenis kulit Nabati
2 Warna Krem
3 Luas 3600 cm2
4 Tebal 9,16,,  0,916 cm
5 Total luas cacat 1930,25 cm2
6 Prosentase cacat 53,618%
7 Jenis cacat Grade R

No. Pengamatan fisis Cuplikan 1 Cuplikan 2 Cuplikan 3 Cuplikan 4


1 Kemasakan kulit Masak Masak Masak
2 Kelunturan kulit Tidak luntur Tidak luntur
3 Tensile strength 183,673 205,357 292,000 371,429
kgf/cm2 kgf/cm2 kgf/cm2
4 Elongation 3,572% 14,574% 8,315%
5 Tear strength 7,000 kgf/cm2 9,474 kgf/cm2

2. Perhitungan
a) Cacat kulit :
 Kulit gembos : 408,5 cm 2
 Kulit bolong/seset : 40cm 2
 Kulit berkutu : 1441,75 cm 2
 Kulit genangarai : 40 cm 2
- Total cacat : 1930,25 cm 2
total cacat 1930,25 cm2
- X 100% = X 100% = 53,618%  Grade
luas kulit 3600 cm2
R
b) Luas Kulit :
 16 kotak
 1 feet = 4 kotak = 900 cm 2
 16/4 = 4 feet
 4 x 900 = 3600 cm2

12
- Luas seluruh kulit adalah 3600 cm 2
c) Tebal :
 8
 9,5
 10
= 9,16 mm  0, 916 cm
- Tebal seluruh kulit setelah di rata – rata adalah 9,16  0,916 cm

13
BAB V
PEMBAHASAN
A. Uji Kulit Nabati
1. Uji Organoleptis
Dalam pengujian organoleptis pada kulit nabati terdapat beberapa
macam cacat antara lain: terdapat lubang pada kulit, kulit tidak mempunyai
elastisitas, terdapat bercak-bercak putih pada kulit, terdapat kerutan-kerutan
pada kulit, terdapat cacat karena kutu dan jamur, terdapat noda-noda pada
kulit, dan kulit terdapat lose grain.

2. Uji Fisis

Uji Fisis merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan


bantuan alat dan data yang dihasilkan bersifat kuantitatif. Pengujian fisis ini
menghasilkan data berupa data perhitungan. Kulit nabati yang digunakan
untuk pengujian ini mempunyai tebal 9,16 mm dan luas kulit 3600 cm2.
Dalam pengujian fisis pada kulit nabati terdapat beberapa jenis cacat.
Kemudian beberapa jenis cacat tersebut dihitung luasnya dan akan
mendapatkan total luas cacat 1930,25 cm2. Setelah mendapatkan luas kulit
dan total luas cacat maka bisa menghitung luas grade dari kulit tersebut.
Luas grade yang didapatkan dari data tersebut adalah 53,618 % dan termasuk
ke dalam grade R dalam pengujian kemasakan kulit mempunyai hasil kulit
tersebut masak, uji kelunturan juga tidak luntur.

Dari hasil pengujian kuat tarik menggunakan cuplikan yang


mempunyai ketebalan ±2,5 mm dengan arah melintang dan membujur
menghasilkan beberapa angka yang berbeda. Uji kuat tarik (melintang) pada
cuplikan 1 menggunakan alat Tensile Strength dengan ketebalan 2,5 mm dan
elongation 3,572% menghasilkan 183,673 kg/cm2. Uji kuat tarik (melintang)
pada cuplikan 2 menggunakan alat Tensile Strength dengan ketebalan
2,8mm dan elongation 14,574% menghasilkan 205,357 kg/cm 2. Sedangkan

14
untuk pengujian kuat tarik (membujur) pada cuplikan 1 menggunakan alat
Tensile Strength dengan ketebalan 2,65 mm dan elongation 5,417%
menghasilkan 292,000 kg/cm2. Untuk pengujian kuat tarik (membujur) pada
cuplikan 2 menggunakan alat Tensile Strength dengan ketebalan 2,8 mm dan
elongation 8,315% menghasilkan 317,492 kg/cm2.

Dari hasil pengujian kuat sobek menggunakan cuplikan yang


mempunyai ketebalan ± 1,0 mm dengan arah melintang dan membujur
menghasilkan beberapa angka yang berbeda. Uji kuat sobek (melintang)
pada cuplikan 1 menggunakan alat Tensile Strength dengan ketebalan 1,0
mm menghasilkan 9,474 kg/cm2. Sedangkan untuk pengujian kuat sobek
(membujur) pada cuplikan 1 menggunakan alat Tensile Strength dengan
ketebalan 0,9 mm menghasilkan 7,000 kg/cm2. Pengujian kulit nabati dengan
menggunakan larutan asam asetat dan bantuan sinar matahari bertujuan
untuk mengetahui kemasakan kulit tersebut. Pengujian kelunturan cat
menggunakan aquades dan di cek dengan alat staining(kelunturan kain)
semakin gelap kain berarti luntur. Menggunakan alat assesing untuk menguji
kelunturan kulit(semakin gelap kulit berarti tidak luntur. Pengujian kulit
nabati dengan menggunakan larutan asam asetat dan bantuan sinar matahari
bertujuan untuk mengetahui kemasakan kulit tersebut. Pada saat kulit nabati
di uji penyamakan dengan bantuan sinar matahari tidak terdapat garis putih
pada penampang maka kulit tersebut sudah masak dengan uji orgaoneleptis
atau mata telanjang.

15
BAB VI

KESIMPULAN

Dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan pada kulit nabati dalam metode
organoleptis dan fisis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas kulit samak nabati yang diteliti adalah masuk Grade R
2. Hasil luas kulit = 3600cm2 dan total cacat = 53,618% dengan tebal kulit
0,916 cm setelah diperiksa dengan pengujian organoleptis
3. Setelah diuji dengan pengujian fisis, kulit yang diteliti menghasilkan hasil
yaitu, kulit sudah masak karena tidak terdapat warna transparan atau tembus
pandang(bening)
4. Hasil uji kuat sobek dari 2 cuplikan secara melintang dan membujur berbeda.
Hasil dari cuplikan yang dipotong membujur uji sobeknuya/ kekuatannya
sobeknya lebih bedar dari pada cuplikan melintang
5. Hasil uji kuat tarik dari 4 cuplikan dengan potongan 2 melintang dan 2
membujur menghasilkan bahwa kuat tarik yang paling besar adalah pada
cuplikan membujur b dan paling kecil adalah cuplikan melintang a
6. Hasil uji kelunturan dari 2 cuplikan adalah tidak luntur setelah dijui dengan
alat crock meter.

16
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Eddy, Warzah, Teknologi Penyamakan Kulit, Yogyakarta, Akademi


Teknologi Kulit

17
BAB VIII
LAMPIRAN

Pengukuran Luas Kulit Penandaan cacat pada kulit


Uji kuat tarik
Pengukuran Tebal Kulit

Uji kemasakan kulit


Uji kelunturan Kulit
Uji kuat sobek

18

Anda mungkin juga menyukai