BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
OMNIBUS LAW
CIPTA LAPANGAN KERJA
Jakarta, 29 Januari 2020
KEMENTERIAN KOORDINATOR
KEMENTERIAN
BIDANG KOORDINATOR
PEREKONOMIAN
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA OUTLINE
08
1. Latar Belakang dan
Pentingnya Omnibus Law
Cipta Lapangan Kerja
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Visi Indonesia 2045: Menjadi 5 Besar Kekuatan Ekonomi Dunia
2000 2002 2004 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2030 2045
Negara Negara
Indonesia
Berkembang Maju
Kontribusi terhadap Pertumbuhan Potensial Produktivitas Tenaga Kerja Manufaktur Biaya Tenaga Kerja
(Dalam % YoY) (Indeks, 2001 = 100) (Indeks Unit Tenaga Kerja, 2004 = 100)
6,0 300 500
5,0 250
2,9 400
4,0 2,1 200
3,0 300
0,8 1,0 150
2,0 200
2,2 100
1,0 2,0
100
- 50
Tanpa Dengan
Perubahan Perubahan 0 0
2010
2004
2006
2008
2012
2014
2016
2018
2010
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
Struktural Struktural
Ekonomi Ekonomi
2010-14 2015-19 2020-24 Filipina Malaysia Korea Filipina Malaysia Thailand
Kapital Tenaga Kerja Produktivitas Tiongkok Indonesia Tiongkok Indonesia
* Elastisitas tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi diasumsikan 500 ribu lapangan kerja untuk setiap 1% pertumbuhan ekonomi.
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 5
Sumber: CEIC
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Alur Pikir Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja *)
Pertumbuhan PDB
Penciptaan Usaha
Penciptaan Lapangan 2,6 - 3,0
PERUSAHAAN
5,7%-6,0% Baru (Greenfield)
Kerja Baru
(Job creation)
Juta Orang/
Tahun
Pertumbuhan INVESTASI
Peningkatan Upah, Hak
PMTB (Investment) Pengembangan Kesejahteraan Pekerja,
6,6%-7,0% Usaha (Brownfield ) Pekerja
(Welfare Creation)
Jaminan
Sosial dll.
Supply
Perizinan
PDB Sisi Produksi Pengadaan Investasi
Produksi Lahan
5,7%-6,0% Barang & Jasa
Investasi
Ketenagakerjaan
(Production) Pemerintah UMKM
Sanksi CIPTA LAPANGAN KERJARiset & Inovasi
Demand Kawasan Kemudahan Berusaha
Ekonomi Administrasi Pemerintahan
Pertumbuhan
Konsumsi RT Peningkatan Peningkatan
Peningkatan
Konsumsi Pendapatan
5,4%-5,6% (Consumption)
Daya Beli
(Income)
Rata-rata pertumbuhan Income Income per Capita
per Capita Tahun 2020-2024:
USD 5,810-6,000
Keterangan:
7,5%-8,4% (Target RPJMN 2024)
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
Y Sumber Utama Pertumbuhan Ekonomi (Key-Driver) *) Angka target sesuai RPJMN 2020-2024 “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 6
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN Omnibus Law: Langkah Strategis Mewujudkan Visi Indonesia 2045
REPUBLIK INDONESIA
Rp
4,6jt PDB per kapita/ bulan
Lapangan Kerja
PDB per kapita/ bulan Produktif
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 7
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
1 Simplifikasi dan Harmonisasi Regulasi dan Perizinan
Philippines 6.5 23.6 3.6 120 Rerata Dunia (tidak termasuk negara maju): 80,7
Vietnam 6.6 26.9 4.1
80
India 7.3 30.6 4.2
40
Malaysia 5.1 25.5 5.0
Thailand 3.4 22.1 6.5 0
Thailand
Brasil
Turki
Vietnam
Malaysia
Tiongkok
Indonesia
Bangladesh
Kamboja
India
Filipina
Indonesia 5.0 33.8 6.8
Sumber: Prospera
Dalam Juta
70
32.6% 43.6
60 57,8 57,6 57 56,8 55,72 70
50
angkatan kerja
= juta orang 40
44,28
65
30 42,3 42,4 43 43,2
20 Pekerja Formal 60
10 Pekerja Informal
55
0
Angkatan Kerja tidak bekerja penuh 2015 2016 2017 2018 2019 50
(% angkatan kerja)
45
34
40
32
35
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
30
2016 2017 2018 2019 Pekerja Formal
Pekerja Informal
Sumber: Sakernas
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
*Jumlah dari Pengangguran, Setengah Penganggur,
dan Pekerja Paruh Waktu “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 10
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
3 ...dan Kesejahteraan Pekerja yang Berkesinambungan
• Perluasan program jaminan dan bantuan sosial
Gini
ketimpangan pendapatan. 10 40
9.82
• Melalui dukungan jaminan dan bantuan sosial, total 8 20
0.410
manfaat tidak hanya diterima oleh Pekerja, namun juga 0.393
6 0
dirasakan oleh Keluarga Pekerja. 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
• Perlunya jaminan atas hak dan perlindungan untuk semua Tingkat Kemiskinan (%) Indeks Gini Bantuan Sosial Pemerintah Pusat (IDR tn)
Pekerja (Pekerja Tetap, Pekerja Kontrak, Pekerja Alih Daya)
guna menjaga dan meningkatkan kesejahteraan Pekerja.
Masa Muda Dewasa Menengah Tua
kehamilan muda dan kerja
dan usia dini
(0-5 tahun) (6-12 tahun) (13-18 tahun) (19-64 tahun) (>65 tahun)
Sumber : World Bank 2015 in Asean SME Sumber: WTO 2017 Sumber: ASEAN SME Policy Index, 2018 8 Lisensi teknologi asing 53,4 64,5 88
Policy Index 2018
Indeks lebih besar dibanding Usaha Kecil
Omnibus law merupakan metode yang digunakan untuk mengganti dan/atau mencabut
Definisi ketentuan dalam Undang-Undang, atau mengatur ulang beberapa ketentuan dalam UU ke
dalam satu UU (Tematik) .
Omnibus Law telah banyak diterapkan di berbagai negara dengan tujuan untuk memperbaiki
Omnibus Law di
regulasi di negaranya masing-masing dalam rangka penciptaan lapangan kerja (job creation) serta
Negara Lain meningkatkan iklim dan daya saing investasi.
Penerapan di Secara umum Omnibus Law belum populer di Indonesia namun terdapat beberapa UU yang
Indonesia sudah menerapkan konsep tersebut, seperti UU Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan
Perpu Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan
Perpajakan menjadi UU yang mencabut beberapa pasal dalam beberapa UU.
Substansi Pokok Sesuai arahan hasil Ratas, telah disepakati dengan seluruh K/L terkait pada 15 Januari 2020
Penselarasan • Kemen Hukum dan HAM telah menyelesaikan penyelarasan Naskah Akdemik
Naskah Akademik • Surat Menteri Hukum dan HAM Nomor : PHN-HN.02.04-04 tanggal 20 Januari 2020
Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada tanggal
Prolegnas Prioritas
22 Januari 2020 telah menetapkan RUU Cipta Lapangan Kerja masuk dalam Program
2020
Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2020.
11 Klaster Pembahasan:
1. Penyederhanaan Perizinan
2. Persyaratan Investasi
3. Ketenagakerjaan
50 UU (782 Pasal)
4. Kemudahan,
Pemberdayaan, dan
Perlindungan UMK-M
5. Kemudahan Berusaha
6. Dukungan Riset & Inovasi
7. Administrasi
Pemerintahan
8. Pengenaan Sanksi
9. Pengadaan Lahan
10. Investasi dan Proyek
Pemerintah
11. Kawasan Ekonomi
TOTAL 79 UU
(1.239 Pasal)
* Jumlah UU dan Pasal dapat berubah sesuai hasil pembahasan
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 18
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Undang-Undang dan Pasal Terdampak (Rincian Klaster #1: 18 Sub Klaster)
18 Sub Klaster
Penyederhanaan
Perizinan:
a. Lokasi
b. Lingkungan
c. Bangunan Gedung
d. Sektor Pertanian
e. Sektor Kehutanan
f. Sektor Kelautan
Perikanan
g. Sektor ESDM
h. Sektor
Ketenaganukliran
i. Sektor Perindustrian
j. Sektor Perdagangan
k. Sektor Kesehatan
Obat & Makanan
l. Sektor Pariwisata 5 UU (48 Pasal)
m. Sektor Pendidikan
n. Sektor Keagamaan
o. Sektor Perhubungan
p. Sektor PUPR KLASTER 1
q. Sektor Pos,
50 UU
Telekomunikasi
(782 Pasal) *
r. Sektor Pertahanan &
Keamanan
* Jumlah UU dan Pasal dapat berubah sesuai hasil pembahasan
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 19
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA Alur Pengaturan Omnibuslaw Cipta Lapangan Kerja
Sumber Cipta Lapangan Kerja Klaster Pokok Klaster Pendukung
Perizinan Dasar
Izin Lokasi Perizinan Lingkungan Perizinan Bangunan Gedung
a.Perizinan lokasi menggunakan Peta Digital a.Perizinan lingkungan tetap a.Perizinan Bangunan Gedung tetap
RDTR (Rencana Detail Tata Ruang). dipertahankan dipertahankan.
b.Penerapan Standar Teknis Bangunan
b.Pengintegrasian Rencana Tata Ruang (matra b.Penerapan standar pengelolaan
Gedung.
darat) dan Rencana Zonasi (matra laut) lingkungan untuk kegiatan risiko
c. Bangunan Gedung yang tidak berisiko
menengah
c. Kebijakan Satu Peta (KSP) dan penyelesaian tinggi dapat menggunakan prototipe.
tumpang tindih Informasi Geospasial Tematik c. AMDAL untuk kegiatan risiko d.Bangunan Gedung yang kompleks dan
(IGT) tinggi risiko tinggi wajib mendapatkan
persetujuan pemerintah.
d.Peninjauan Rencana Tata Ruang (RTR) guna d.AMDAL disusun oleh profesi
e.Pengawasan pembangunan Gedung
menjawab dinamika pembangunan bersertifikat
dilakukan per-tahapan proses
e.Kawasan hutan yang diintegrasikan ke dalam e.Kelayakan AMDAL dievaluasi konstruksi.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). oleh pemerintah atau profesi f. Standar teknis bangunan gedung diatur
bersertifikat. dengan PP.
f. Penetapan RDTR dengan Peraturan Kepala
Daerah (Bupati/Walikota). f. Pengintegrasian AndalLalin ke g.Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)
dalam Amdal. bangunan gedung secara otomatis oleh
g.Menteri ATR dapat menetapkan RDTR Manajemen Konstruksi atau Pengawas.
apabila tidak ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
1. Menetapkan priority list atas bidang usaha yang didorong untuk investasi
2. Kriteria priority list, yaitu: high-tech/teknologi tinggi, investasi besar, berbasis digital, dan padat karya
3. Bidang usaha yang tertutup untuk kegiatan penanaman modal, didasarkan atas kepentingan nasional, asas
kepatutan dan konvensi internasional
4. Cakupan bidang usaha yang tertutup, yaitu:
a. Perjudian dan Kasino;
b. Budidaya dan Produksi Narkotika Golongan I;
c. Industri Pembuatan Senjata Kimia;
d. Industri Pembuatan Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO);
e. Penangkapan Spesies Ikan yang Tercantum dalam Appendix I;
f. Pemanfaatan (pengambilan) Koral/Karang dari Alam.
5. Menghapus ketentuan persyaratan investasi dalam UU sektor.
6. Status PMA hanya dikaitkan dengan batasan kepemilikan saham asing.
7. Untuk kegiatan usaha UMK-M dapat bermitra dengan modal asing.
Penjelasan:
a. UM hanya berlaku bagi pekerja baru yang bekerja kurang dari 1 tahun, namun pekerja tersebut tetap dimungkinkan
menerima upah di atas UM dengan memperhatikan kompetensi, pendidikan dan sertifikasi.
b. Pekerja dengan masa kerja 1 tahun ke atas, mengikuti ketentuan upah sesuai dengan struktur upah dan skala upah pada
masing-masing perusahaan.
c. Industri padat karya dapat diberikan insentif berupa perhitungan upah minimum tersendiri, untuk mempertahankan
kelangsungan usaha dan kelangsungan bekerja bagi pekerja.
d. Skema upah per jam dapat diberikan:
• Untuk jenis pekerjaan tertentu (konsultan, pekerjaan paruh waktu, dll), dan jenis pekerjaan baru (ekonomi digital);
• Untuk memberikan hak dan perlindungan bagi pekerja pada jenis pekerjaan tertentu.
• Apabila upah berbasis jam kerja tidak diatur, maka pekerja tidak mendapatkan perlindungan upah.
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 25
Klaster #3:
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Penjelasan:
a. Pekerja yang terkena PHK tetap mendapatkan pesangon dan kompensasi PHK lainnya.
b. Untuk memberikan perlindungan bagi pekerja yang terkena PHK, Pemerintah memberikan tambahan
kompensasi berupa Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP):
• Manfaat JKP berupa: 1) Cash Benefit, 2) Vocational Training, 3). Job Placement Access.
• Penambahan manfaat JKP, tidak menambah beban iuran bagi pekerja dan perusahaan.
• Pekerja yang mendapatkan JKP, tetap akan mendapatkan jaminan sosial lainnya yang berupa:
1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); 2) Jaminan Hari Tua (JHT); 3) Jaminan Pensiun (JP); 4)
Jaminan Kematian (JKm); 5) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
c. Untuk memberikan peningkatan perlindungan bagi Pekerja Kontrak, diberikan kompensasi
pengakhiran hubungan kerja.
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 26
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
Klaster #3:
a. Penggunaan TKA dibatasi hanya untuk jenis a. Pemberian Sweetener sebagai tambahan
pekerjaan tertentu yang tidak dapat di luar Upah
dilakukan oleh pekerja di dalam negeri. b. Besaran Sweetener maksimal 5 X Upah
b. TKA yang melakukan kegiatan tertentu, disesuaikan dengan masa kerja.
yaitu: maintenance (darurat), vokasi, start
c. Pemberian Sweetener diberikan dalam
up, kunjungan bisnis dan penelitian
jangka waktu 1 tahun sejak
dibebaskan dari kewajiban RPTKA (Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing). diberlakukannya UU.
d. Pemberian Sweetener tidak berlaku bagi
Usaha Mikro dan Kecil (UMK).
3. Presiden menetapkan NSPK yang dilaksanakan oleh Menteri/ Kepala dan/atau Pemda.
7. Permohonan perizinan dianggap dikabulkan secara hukum apabila batas waktu sesuai Service Level
Agreement (SLA) telah terlewati (tidak perlu penetapan oleh pengadilan).
Secara paralel dengan proses pembahasan RUU Cipta Lapangan Kerja bersama DPR RI, masing-masing Menteri/ Kepala
Lembaga menyiapkan regulasi turunan, antara lain:
1. Perizinan Lokasi: PP Percepatan penyusunan RTR dan RDTR, Revisi PP Penyelenggaraan Tata Ruang, Pedoman
Penetapan RDTR oleh Kepala Daerah.
2. Perizinan Lingkungan: PP NSPK Perizinan Lingkungan (termasuk pengintegrasian AndalLalin), Kerangka Acuan
AMDAL (Standar), penyusunan dan penetapan standar pengelolaan lingkungan untuk masing-masing sektor.
3. Perizinan Bangunan Gedung: PP NSPK Perizinan Bangunan Gedung, Standar Teknis Bangunan Gedung, prototype
bangunan gedung, pengawasan bangunan gedung, kualifikasi dan pembinaan profesi.
4. Perizinan Sektor: PP Regulasi Berusaha Berbasis Risiko (NSPK) kegiatan usaha/ sektor (15 sektor).
5. Persyaratan Investasi: Perpres Daftar Prioritas Investasi.
6. Ketenagakerjaan: PP terkait Upah Minimum, PHK Pesangon, Outsorcing dan Pepres Rencana Penggunaan TKA.
7. UMK-M: PP kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan UMK-M.
8. Kemudahan Berusaha: PP Pelaksanaan PT untuk UMK, revisi PP Pelaksanaan UU Keimigrasian.
9. Pengadaan Tanah: PP Bank Tanah, PP Pemberian HGB atas HPL, PP Lahan Pengganti Kawasan Hutan, PP
Penetapan Persentase Luas Minimal Kawasan Hutan.
10. Investasi dan Proyek Pemerintah: PP Pelaksanaan Lembaga SWF, PP Penyedian Lahan dan Perizinan Untuk Proyek
Pemerintah.
11. Kawasan Ekonomi: PP NSPK pelaksanaan KEK, Perpres Kelembagaan KEK, PP NSPK pelaksanaan KPBPB,
Perpres Dewan Kawasan dan Badan Pengusahaan KPBPB.
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
*Status: 24 Januari 2020 “Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 39
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
1. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang 23. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah 24. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 25. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan 26. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuian
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial 27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan 28. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Pengelolaan Lingkungan Hidup 29. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan 30. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
Angkutan Jala 31. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 32. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
8. Undang-Undang 6 Tahun 2017 tentang Arsitek 33. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
9. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan 34. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
10. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan 35. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas 36. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Tanaman 37. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
12. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya 38. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
Pertanian Berkelanjutan 39. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
13. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan 40. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Pemberdayaan Petani. 41. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
14. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura. 42. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan 43. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
Kesehatan Hewan 44. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
16. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 45. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
17. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan 46. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
Pemberantasan Perusakan Hutan 47. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos
18. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara 48. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
19. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi 49. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
20. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi 50. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan
21. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
22. Undang-Undang 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja
“Ekonomi Unggul, Indonesia Maju” 40
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA Lampiran: Rekapitulasi UU Terdampak (2)
51. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian 74. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
52. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pertanian Pangan Berkelanjutan
53. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 75. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
54. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Khusus
55. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers 76. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan
56. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
57. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-
58. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Undang
Sosial 77. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan
59. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang
Indonesia Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi
60. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Undang-Undang
61. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan 78. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
62. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pemerintahan
63. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian 79. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
64. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten
65. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
66. Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 jo. Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450 tentang
Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie);
67. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
68. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam
69. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
70. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
71. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
72. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
73. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum