Anda di halaman 1dari 116

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan

sumber daya manusia agar dapat mengikuti serta tidak tertinggal oleh

perkembangan dan perubahan zaman. UU NO. 20 Tahun 2003, pasal 3,

menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan rekayasa

merupakan salah satu instansi yang mempunyai peranan penting dalam upaya

meningkatkan sumber daya manusia, sebab dapat mempersiapkan tenaga kerja

yang terampil dan terdidik yang diperlukan dalam dunia kerja. Seperti yang sudah

diatur dalam Permendikbud NO. 70 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum SMK- MAK bahwa terdapat tiga kelompok mata pelajaran dalam

pembelajaran di SMK- MAK yang diberikan kepada siswa SMK- MAK. Dalam

Struktur Kurikulum SMK- MAK bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa dituliskan

bahwa Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam merupakan mata pelajaran kelompok

C3 yang termasuk mata pelajaran peminatan wajib bagi seluruh siswa SMK- MAK.

Pendidikan menurut UU NO. 20 Tahun 2003, pasal 1, ayat 1, yaitu sebagai

berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

1
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara”.
Sedangkan Menurut George F. Kneller (ed) dalam bukunya yang berjudul

Foundations of Education (1967: 63), yang dikutip oleh Dwi Siswoyo, dkk (2013:

47), pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam

arti hasil dan dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk

pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang

berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa, watak, atau

kemampuan fisik individu. Pendidikan dalam arti ini berlangsung terus (seumur

hidup). Kita sesungguhnya belajar dari pengalaman seluruh kehidupan kita.

Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses Di mana masyarakat, melalui

lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga-lembaga

lain), dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu

pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan, dari generasi ke generasi.

Suatu kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila kualitas

mutu lulusan yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diharapkan atau banyaknya

lulusan yang masuk ke dalam dunia kerja. Dengan demikian seorang guru dituntut

untuk teliti dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran agar didapatkan

lulusan yang tinggi. Walaupun begitu, keberhasilan proses tersebut tidak hanya

berdasarkan dari metode pembelajaran melainkan dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor yang lain.

Seorang guru sangat penting perannya dalam kegiatan belajar mengajar.

Guru tidak hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa tetapi juga harus

mampu memberikan ilmu pengetahuan dan materi pelajaran yang benar dengan

berbagai metode-metode pembelajaran yang sesuai. Sehingga materi yang

2
disampaikan dapat dengan mudah dipahami dan diterapkan oleh siswa. Hal ini

sesuai dengan pendidikan yang berkembang saat ini, yaitu lebih mengedepankan

siswa sebagai pusat belajar mengajar atau lebih dikenal dengan Student Center.

Mata pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam (TKFL) merupakan salah

satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa kelas XII di Jurusan Teknik

Fabrikasi Logam (TFL) SMK Negeri 1 Seyegan. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan pada bulan Desember tahun 2016 lalu, pelaksanaan pembelajaran pada

mata pelajaran TKFL siswa kelas XII ditemukan beberapa permasalahan yang

dihadapi oleh siswa, seperti:

1. Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.

2. Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan

gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh

siswa.

3. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.

4. Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang

referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.

5. Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran.

Seperti yang disampaikan oleh Ketua Jurusan dan Guru pengampu mata

pelajaran TKFL, siswa masih merasa kesulitan dalam mempelajari materi-materi

yang diberikan oleh guru dikarenakan belum adanya media atau modul

pembelajaran yang digunakan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan materi-

materi yang diberikan oleh guru dan mencatat apa yang dituliskan oleh guru di

papan tulis.

3
Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ada di lapangan seperti

yang telah dipaparkan di atas dapat di minimalisir dengan adanya bantuan media

pembelajaran, yaitu dengan adanya modul pembelajaran yang dapat dipelajari

oleh siswa secara mandiri agar mampu memahami materi sepenuhnya. Dengan

cara seperti ini siswa diharapkan dapat memahami secara keseluruhan apa yang

sebenarnya dijelaskan oleh guru untuk lebih meningkatkan kualitas dalam proses

belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk melakukan penelitian dan

pengembangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan modul

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran

TKFL dengan judul penelitian “Pengembangan Modul Pembelajaran pada

Mata Pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII SMK Negeri

1 Seyegan”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas

maka dapat di identifikasi masalah yang ada adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.

2. Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan

gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh

siswa.

3. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.

4. Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang

referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.

5. Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran.

4
C. Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan, dengan belum

tersedianya bahan ajar atau media maka perlu sekali dikembangkan modul TKFL,

oleh sebab itu penelitian ini hanya dibatasi pada pemilihan materi TKFL yang sesuai

dengan silabus yang tercantum dalam kurikulum 2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan

masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana produk modul pembelajaran TKFL yang sesuai dengan kebutuhan

jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan?

2. Bagaimana tingkat kelayakan Modul TKFL yang dihasilkan untuk kelas XII

jurusan TFL di SMK Negeri 1 Seyegan?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, makan

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk yaitu suatu modul pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan jurusan TFL kelas XII di SMK Negeri 1 seyegan.

2. Mengetahui kelayakan modul TKFL yang telah dikembangkan.

F. Spesifikasi Produk

Secara umum produk yang dikembangkan adalah modul TKFL yang dapat

membantu dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa dalam belajar

mandiri. Secara khusus spesifikasi produk yang akan dikembangkan adalah

sebagai berikut:

1. Dalam bentuk bahan cetak.

5
2. Kertas yang akan digunakan HVS 70% dengan ukuran kertas A5.

3. Memenuhi kriteria kelayakan isi, penyajian materi, bahasa, dan

gambar/kegrafisan.

G. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan pembahasan yang telah di paparkan di atas, model bahan

ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat sebagai berikut.

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bahan ajar

yang sesuai bagi perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam

dunia pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sebuah inovasi baru

berupa bahan ajar yang dapat mengembangkan kompetensi sikap dan

kompetensi sosial pada siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, sebagai sumber acuan dan rujukan belajar mandiri.

b. Bagi guru, sebagai saran dan masukan agar dapat memilih bahan ajarnya

sesuai dengan kebutuhan siswa dan sesuai dengan tuntutan sistem

pendidikan yang berlaku di Indonesia.

c. Bagi peneliti, sebagai bekal menjadi pendidik di masa mendatang, menambah

pengetahuan, dan pengalaman penelitian serta mengaplikasikan ilmu yang

telah di peroleh.

6
d. Bagi sekolah, dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

TKFL melalui bahan ajar yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan sistem

pendidikan di Indonesia.

e. Bagi universitas, dapat di gunakan sebagai referensi untuk mahasiswa apabila

ingin mengambil penelitian tentang pengembangan.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Azhar Arsyad (2007: 1),

Belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya. Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya, oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan di

mana saja. Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013: 75), Pembelajaran merupakan

serangkaian yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara

terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud

tidak hanya berupa tempat ketika pembelajaran itu berlangsung, tetapi juga

metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.

Sedangkan menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007: 80),

pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh

pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Dari beberapa penjelasan pembelajaran yang telah di paparkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan interaksi

antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu ruang lingkup

pembelajaran. Untuk menghasilkan suatu interaksi yang efektif dan efisien seorang

guru harus pandai dan teliti dalam memilih suatu metode atau cara yang cocok

dengan lingkungan pembelajaran tersebut sehingga interaksi pembelajaran yang

di hasilkan akan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

8
2. Media Pembelajaran

a. Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media

pembelajaran adalah perantara atau perantara pesan dari pengirim pesan ke

penerima pesan.

Arief S Sadiman, dkk dalam bukunya yang berjudul “Media Pendidikan”

(2010: 6-7), Adapun batasan tentang media. Menurut Asosiasi Teknologi dan

Komunikasi Pendidikan (Association of Education Communication Technology/

AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang

digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Sedangkan menurut

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA), media

adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Media dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.

Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut

yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

Media dalam koteks pendidikan menurut Heinich dalam Azhar Arsyad

(2005: 3), menyebutkan bahwa media pembelajaran merupakan pembawa

pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung

maksud-maksud pengajaran. Sedangkan menurut Latuheru (1993) dalam Azhar

9
Arsyad (2005: 4), media merupakan semua bentuk perantara yang digunakan

oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau

pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai

kepada penerima yang dituju.

Sementara itu, menurut Gagne’ dan Briggs (1975) yang dikutip Azhar

Arsyad (2005: 4), media pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis,

fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau variabel, dengan kata lain media pembelajaran

adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

pembelajaran di lingkungan pesta didik yang dapat merangsang peserta didik

untuk belajar.

Dari beberapa uraian yang ada di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk

menyalurkan informasi atau pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga

penerima pesan atau informasi dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan minat sehingga proses pembelajaran akan terjadi.

b. Fungsi media pembelajaran

Fungsi media pembelajaran oleh Yudhi Munadi (2013: 37-48), membagi

menjadi beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar. Maksudnya adalah

media pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber

belajar yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung, dan lain

sebaginya.

10
2. Fungsi semantik. Yakni media pembelajaran mampu menambah

pembendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar bisa

dipahami anak didik.

3. Fungsi manipulatif. Maksudnya adalah media pembelajaran mampu

mengatasi hambatan ruang dan waktu, kemudian juga mengatasi

keterbatasan panca indera manusia.

4. Fungsi psikologis. Fungsi psikologis terbagi menjadi lima bagian yaitu

sebagai berikut:

a. Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian siswa terhadap materi

yang diajarkan.

b. Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, serta tingkat

penerimaan ataupun penolakan dari siswa terhadap materi yang

diajarkan.

c. Fungsi kognitif, yaitu mampu memberikan persepsi, mengingat,

berpikir, kemudian mengembangkan gagasan dan tanggapan yang

dituangkan dalam kata-kata.

d. Fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran harus bisa meningkatkan

serta mengembangkan imajinasi yang dimiliki oleh siswa.

e. Fungsi motivasi, yaitu melalui media pembelajaran guru dapat

memberikan motivasi bagi siswa dengan cara memberikan dan

menimbulkan harapan agar aktif dalam proses pembelajaran.

5. Fungsi sosio- kultural. Maksudnya adalah media pembelajaran harus bisa

mengatasi masalah adat, budaya, keyakinan, dan lain-lain antara peserta

11
didik dengan cara memberikan rangsangan yang sama, menyamakan

pengalaman, dan memberikan persepsi yang sama.

Sedangkan menurut Levie dan Lentz (1982) yang dikutip Azhar Arsyad

(2015: 20-21), mengutarakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya

media visual, yaitu:

1. Fungsi atensi, yakni menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual

yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2. Fungsi afektif, yakni media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

siswa dalam belajar (membaca) teks yang bergambar.

3. Fungsi kognitif, yakni media visual atau gambar memperlancar pencapaian

tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang

terkandung dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris, yakni media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomondasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan

memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan dengan

verbal.

Dari uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa fungsi media

pembelajaran yaitu: dapat memudahkan, mengefisien dan memotivasi siswa

dalam melakukan kegiatan belajar mandiri maupun di dalam kelas.

c. Manfaat media pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai yang dikutip Azhar Arsyad (2007: 28), manfaat

media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah:

12
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan

pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga apabila kalau guru mengajar pada setiap

jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Sedangkan Arief S Sadiman, dkk. (2014: 17), menjelaskan beberapa

kegunaan dari media pendidikan dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik.

4. Memberikan perangsangan, pengalaman, dan peresepsi yang sama.

Dari berbagai uraian manfaat penggunaan media pembelajaran di atas,

dapat disimpulkan mengenai manfaat media dalam kegiatan pembelajaran

yaitu:

13
1. Memperjelas penyajian materi yang dapat memudahkan siswa dalam

belajar.

2. Menarik minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

3. Dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

4. Memudahkan siswa untuk dapat belajar mandiri.

d. Pemilihan media pembelajaran

Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kondusif tidak akan

lepas oleh seorang guru yang teliti dan benar dalam memilih suatu media

pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

diharapkan, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam

memilih media pembelajaran. Menurut Azhar Arsyad (2015: 74-75), ada

beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran,

yaitu:

1. Sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran isi pelajaran yang sifatnya fakta,

konsep, prinsip, atau generalisasi.

3. Praktis, luwes, dan bertahan.

4. Guru terampil dalam menggunakannya.

5. Pengelompokan sasaran.

6. Mutu teknis.

Sedangkan menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 69), ada

beberapa kriteria umum yang harus diperhatikan dalam memilih media

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

14
1. Kesesuaian dengan tujuan.

2. Kesesuaian dengan materi pembelajaran.

3. Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa.

4. Kesesuaian dengan teori.

5. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa.

6. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu

yang tersedia.

Dari beberapa uraian di atas, maka dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa

dalam memilih suatu media pembelajaran hendaknya:

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin diinginkan dalam pembelajaran.

2. Dapat mendukung isi materi.

3. Media yang digunakan mudah di dapat.

4. Praktis dalam penggunaannya.

5. Mudah dipahami dan diterima oleh siswa.

3. Media Bahan Cetak

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana dalam bukunya yang berjudul

Media Pembelajaran (2008: 14-15), Media bahan cetak adalah media visual

pembuatannya melalui proses pencetakan/Printing atau ofset. Media bahan cetak

ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan

untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.

a. Jenis media bahan cetak

Ada macam-macam bahan cetak di antaranya adalah sebagai berikut:

15
1. Buku Teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang

disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Modul, yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan

tertentu dan didesai sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.

3. Bahan Pengajaran Terprogram, yaitu paket program pengajaran individual,

hampir sama dengan modul. Perbedaannya dengan modul, bahan

pengajaran terprogram ini disusun dalam topik-topik kecil untuk setiap

bingkai/halamannya.

b. Kelebihan media bahan cetak

1. Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.

2. Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan,

minat, dan kecepatan masing-masing.

3. Dapat dipelajari kapan dan Diana saja karena mudah dibawa.

4. Akan lebih menarik apabila dilengkapi dengan gambar dan warna.

5. Perbaikan atau revisi mudah dilakukan.

c. Kelemahan media bahan cetak

1. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Bahan cetak yang mungkin dapat membosankan dan mematikan minat

siswa untuk membaca.

3. Apabila jilid dan kertasnya jelek, bahan cetak akan mudah rusak dan sobek.

Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2015: 40-41), adapun keterbatasan

media cetakan, yaitu:

1. Sulit menampilkan gerak dalam halaman media cetakan.

16
2. Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampikan ilustrasi, gambar,

atau foto yang berwarna-warni.

3. Proses percetakan media sering kali memakan waktu beberapa hari.

4. Perbagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membosankan

siswa.

5. Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusak atau hilang.

4. Modul

a. Pengertian modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan

bahasa yang mudah dipahami oleh Peserta didik, sesuai usia dan tingkat

pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan

bimbingan minimal dari pendidik. Andi Prastowo (2012: 106), Penggunaan

modul dalam pembelajaran bertujuan agar pesta didik dapat belajar mandiri

tanpa atau dengan minimal dari pendidik, di dalam pembelajaran, pendidik

hanya sebagai fasilitator.

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Sukiman (2011: 131), yang

menyatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang

dirancang untuk membantu peserta didik secara individual dalam mencapai

tujuan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar

akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, peserta didik yang memiliki

kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-

bagian yang belum dipahami sampai paham.

17
Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008: 14), modul merupakan

suatu paket program yang disusun dalam satuan tertentu dan didesain

sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya

memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja

siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas terdapat hal-hal penting dalam

mendefinisikan modul yaitu bahan belajar mandiri, membantu siswa

menguasai tujuan belajarnya, dan paket program yang disusun dan didesain

sedemikian rupa untuk kepentingan belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan

bahwa modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian

rupa sebagai bahan belajar mandiri untuk membantu siswa menguasai tujuan

belajarnya, oleh karena itu siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya

masing-masing.

b. Karakteristik modul

Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan

sebagai modul agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan

motivasi penggunaannya. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Kejuruan (2008: 4-7), modul yang akan dikembangkan harus memperhatikan

lima karakteristik sebuah modul yaitu self instruction, self contained, stand

alone, adaptif, dan userfriendly.

1. Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan tidak

tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi jika modul

tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas; materi pembelajaran

dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh

18
dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran;

terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya; kontekstual; bahasanya

sederhana dan komunikatif; adanya rangkuman materi pembelajaran;

adanya instrumen penilaian mandiri (sel assessment); adanya umpan

balik atas penilaian siswa; dan adanya informasi tentang rujukan.

2. Self Contained , seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat

dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara tuntas.

3. Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar

lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk mempelajari atau mengerjakan

tugas pada modul tersebut.

4. Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan di berbagai

perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif adalah jika modul tersebut

dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.

5. User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi dan paparan

informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan

istilah yang umum digunakan. Penggunaan bahasa sederhana dan

penggunaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk

user friendly.

c. Sistematika modul

Menurut Surahman (2010: 2) yang dikutip oleh Andi Prastowo (2011: 113-

114), sistematika modul mempunya urutan sebagai berikut:

19
1. Judul modul

Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah tertentu.

2. Petunjuk umum.

Bagian ini memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam pembelajaran, meliputi:

a. Kompetensi dasar.

b. Pokok bahasan.

c. Indikator pencapaian.

d. Referensi (diisi petunjuk pendidik tentang buku-buku referensi yang

dipergunakan).

e. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah

yang dipergunakan dalam proses pembelajaran).

f. Lembar kegiatan pembelajaran.

g. Petunjuk bagi peserta didik untuk memahami langkah-langkah dan

materi pembelajaran.

h. Evaluasi

3. Materi modul

Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang di ajarkan

pada setiap pembelajaran.

4. Evaluasi semester.

Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah semester dan akhir semester

dengan tujuan untuk mengukur kompetensi peserta didik sesuai materi

pembelajaran yang diberikan.

20
Sedangkan menurut, Direktorat tenaga ke pendidikan (2008: 21-26),

menjelaskan struktur penulisan suatu modul sering dibagi menjadi tiga bagian

yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian penutup.

1. Bagian pembuka.

Bagian pembuka meliputi beberapa hal yaitu:

a. Judul modul menarik dan memberi gambaran tentang materi yang

dibahas dan menggambarkan isi materi.

b. Daftar isi menyajikan topik-topik yang akan dibahas.

c. Peta informasi berupa kaitan antara topik-topik yang dibahas.

d. Daftar tujuan kompetensi.

e. Tes awal.

2. Bagian inti.

Bagian inti meliputi beberapa hal yaitu:

a. Pendahuluan/tinjauan umum materi.

b. Hubungan dengan materi atau pelajaran yang lain.

c. Uraian materi.

Uraian materi merupakan penjelasan secara terperinci tentang materi

pembelajaran yang disampaikan dalam modul. Apabila materi yang

akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam

beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap KB memuat uraian materi,

penugasan, dan rangkuman. Adapun sistematikanya misalnya

sebagai berikut.

1) Kegiatan belajar 1

a) Tujuan kompetensi

21
b) Uraian materi

c) Tes formatif

d) Tugas

e) Rangkuman

2) Kegiatan Belajar 2

a) Tujuan kompetensi

b) Uraian materi

c) Tes formatif

d) Tugas

e) Rangkuman dst.

d. Penugasan

e. Rangkuman

3. Bagian Penutup:

Bagian penutup mencakup beberapa hal di dalamnya yaitu:

a. Glossary atau daftar istilah

Glossary berisikan definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul.

Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat

kembali konsep yang telah dipelajari.

b. Tes Akhir

Tes akhir merupakan latihan yang dapat pembelajar kerjakan setelah

mempelajari suatu bagian dalam modul. Aturan umum untuk tes- akhir

ialah bahwa tes tersebut dapat dikerjakan oleh pembelajar dalam

waktu sekitar 20% dari waktu mempelajari modul. Jadi, jika suatu

22
modul dapat diselesaikan dalam tiga jam maka tes akhir harus dapat

dikerjakan oleh peserta belajar dalam waktu sekitar setengah jam.

c. Indeks

Indeks memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di

mana istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul

supaya pembelajar mudah menemukan topik yang ingin dipelajari.

Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan pembelajar

akan mencarinya.

Mengacu pada dua pendapat di atas, maka modul yang akan

dikembangkan oleh peneliti memiliki sistematika sebagai berikut:

1. Bagian pembuka

Bagian pembuka terdiri dari judul modul, kata pengantar, daftar isi,

pendahuluan, deskripsi singkat isi modul, petunjuk penggunaan modul,

tujuan akhir, kompetensi inti (ki) dan kompetensi dasar (kd), peta

kedudukan modul, manfaat modul, tujuan pembelajaran, dan materi pokok.

2. Bagian inti

Bagian inti terdiri dari rencana belajar siswa, kegiatan pembelajaran 1,

(tujuan pembelajaran, uraian materi, tugas latihan, rangkuman, latihan

soal), kegiatan belajar 2, 3, 4, dst.

3. Bagian penutup

Bagian penutup terdiri dari evaluasi, petunjuk penilaian, penutup,

glosarium, daftar pustaka, dan kunci jawaban.

23
d. Prosedur penulisan modul

Prosedur penulisan modul merupakan proses pengembangan modul yang

dilakukan secara sistematis. Penulisan modul dilakukan dengan prosedur

sebagai berikut (Depdiknas, 2008: 12-16):

1. Analisis kebutuhan modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi

untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan dalam

mencapai suatu kompetensi tertentu. Berikut ini langkah-langkah dalam

menganalisis kebutuhan modul yaitu;

a. Menetapkan terlebih dahulu kompetensi yang terdapat di dalam

garis-garis besar program pembelajaran yang akan dikembangkan

menjadi modul.

b. Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit dan

kompetensi yang akan dicapai.

c. Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang disyaratkan.

d. Menentukan judul modul yang akan dikembangkan.

2. Penyusunan draf

Penyusunan draf merupakan proses pengorganisasian materi

pembelajaran dari satu kompetensi atau sub kompetensi ke dalam satu

kesatuan yang sistematis. Penyusunan draf ini dilakukan melalui langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan judul modul

24
b. Menetapkan tujuan akhir yang akan dicapai siswa setelah selesai

mempelajari modul.

c. Menetapkan kemampuan yang spesifik yang menunjang tujuan

akhir.

d. Menetapkan outline (garis besar) modul.

e. Mengembangkan materi pada garis-garis besar.

f. Memeriksa ulang draf modul yang dihasilkan.

g. Menghasilkan draf modul 1

Hasil akhir dari tahap ini adalah menghasilkan draf modul yang sekurang-

kurangnya mencangkup: judul modul, kompetensi atau sub kompetensi yang

akan dicapai, tujuan siswa mempelajari modul, materi, prosedur, soal-soal,

evaluasi atau penilaian, dan kunci jawaban dari latihan soal.

3. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan pengesahan terhadap

kelayakan modul. Validasi ini dilakukan oleh dosen ahli materi, ahli media,

dan guru. Tujuan dilakukannya validasi adalah mengetahui kelayakan

terhadap modul yang telah dibuat.

4. Uji coba modul

Uji coba modul dilakukan setelah draf modul selesai direvisi dengan

masukan dari validator (dosen ahli materi, dosen ahli media, dan guru).

Tujuan dari tahap ini adalah memperoleh masukan dari siswa untuk

menyempurnakan modul. Uji coba penggunaan modul dalam

pembelajaran ini dilakukan di SMK N 1 Seyegan dengan subjek uji coba

siswa kelas XII Jurusan TFL.

25
5. Revisi

Revisi atau perbaikan adalah proses perbaikan modul setelah

mendapat masukan dari ahli materi, ahli media, guru, dan siswa. Perbaikan

modul mencangkup aspek penting penyusunan modul yaitu:

pengorganisasian materi pembelajaran, penggunaan metode instruksional,

penggunaan bahasa dan pengorganisasian tata tulis.

e. Kriteria penilaian modul

Modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian

rupa sehingga penyusunan modul memiliki ketentuan. Menurut Azhar

Arsyad (1997: 85-87), modul sebagai bahan ajar memiliki enam elemen yang

harus diperhatikan saat menyusunnya, yaitu: konsisteni, format organisasi,

daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

1. Konsistensi

a. Konsistensi bentuk dan huruf dari awal hingga akhir.

b. Konsistensi jarak spasi.

c. Konsistensi tata letak dan pengetikan baik pola pengetikan maupun

margin/batas-batas pengetikan.

2. Format

a. Format kolom dibuat tunggal atau multi disesuaikan dengan bentuk

dan ukuran kertas yang digunakan

b. Format kertas vertikal/horizontal disesuaikan dengan tata letak dan

format pengetikan.

26
c. Tanda-tanda (icon) yang digunakan mudah dilihat dengan cepat yang

bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau

khusus.

3. Organisasi

a. Tampilan peta/bagian menggambarkan cakupan materi yang akan

dibahas dalam modul.

b. Isi materi pembelajaran urut dan disusun secara sistematis.

c. Naskah, gambar, dan ilustrasi disusun sedemikian rupa sehingga

informasi mudah dimengerti oleh siswa.

d. Antar unit, antar paragraf, dan antar bab disusun dalam alur yang

memudahkan siswa memahaminya.

e. Antara judul, sub judul, dan uraian diorganisasikan agar mudah

diikuti oleh siswa.

4. Daya tarik

a. Sampul depan mengkombinasikan warna, gambar/ilustrasi, bentuk

dan ukuran huruf yang sesuai.

b. Isi modul menempatkan rangsangan-rangsangan berupa

gambar/ilustrasi, huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.

c. Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa.

5. Bentuk dan ukuran huruf.

a. Bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca sesuai dengan karakteristik

umum siswa.

b. Perbandingan huruf proporsional antara judul, sub judul, dan isi

naskah.

27
c. Tidak menggunakan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat

membuat proses membaca menjadi sulit.

6. Penggunaan ruang/spasi kosong.

a. Batas tepi (margin).

b. Spasi antar kolom.

c. Pergantian antar paragraf.

d. Pergantian antar bab atau bagian.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

pengembangan modul perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini bertujuan

mengetahui kualitas modul yang dikembangkan. Depdiknas (2008: 28),

menyatakan komponen evaluasi terdiri dari:

1. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: kesesuaian dengan SK,

KD; kesesuaian dengan perkembangan anak; kesesuaian dengan

kebutuhan bahan ajar; kebenaran substansi materi pembelajaran; manfaat

untuk penambahan wawasan; kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai

sosial.

2. Komponen kebahasaan antara lain mencakup: keterbacaan;

kejelasan informasi; kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik

dan benar; pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan

singkat);

3. Komponen penyajian antara lain mencakup: kejelasan tujuan (indikator)

yang ingin dicapai; urutan sajian; pemberian motivasi, daya tarik; interaksi

(pemberian stimulus dan respond); kelengkapan informasi.

28
4. Komponen ke grafikan antara lain mencakup: penggunaan font; jenis dan

ukuran; Lay out atau tata letak; ilustrasi, gambar, foto; desain tampilan.

Berdasarkan paparan beberapa teori di atas tentang pengembangan modul, maka

modul yang akan peneliti buat menggunakan jenis pengembangan modifikasi

modul kompilasi karena buku atau sumber belajar yang di kompilasi tidak

difotokopi langsung, tetapi semua sumber-sumber materi ditulis ulang dan atau

diterjemahkan (untuk sumber asing) kemudian disusun menjadi satu kesatuan

modul.

5. Konstruksi Fabrikasi Logam

Konstruksi atau susunan suatu bangunan, Konstruksi merupakan suatu

kegiatan membangun sarana atau prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau

teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan

infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara ringkas

konstruksi dapat di definisi sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari

bagi-bagian struktur. Semisal, konstruksi struktur bangunan adalah

bentuk/bangunan secara keseluruhan dari struktur bangunan. Contoh lainnya,

konstruksi jembatan, konstruksi kapal, dan lain-lain.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Konstruksi

didefinisikan sebagai suatu (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah

dan lain sebaginya) walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan,

tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari

beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Sedangkan kata fabrikasi logam merupakan kegiatan atau pekerjaan

penyambungan maupun penggabungan dari beberapa bagian yang dilakukan

29
dengan cara memanaskan beda kerja (logam) dengan panas yang dihasilkan dari

sumber listrik maupun gas oksigen, untuk menjadi satu kesatuan utuh atau benda

yang dapat bernilai lebih.

Jadi dari paparan di atas dapat kita gabungkan konstruksi fabrikasi logam

merupakan suatu kegiatan atau pekerjaan pembangunan dengan bahan dasar

logam yang dilakukan pada suatu area atau tempat tertentu dengan cara

menggabungkan beberapa bagian-bagian tersebut untuk menjadi suatu bangunan

yang utuh dengan bantuan fabrikasi/ pengelasan, sehingga dapat menjadi suatu

bangunan yang berdiri kokoh.

6. Silabus Mata Pelajaran TKFL Kelas XII di SMK Negeri 1 Seyegan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20, menjelaskan bahwa

perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi

ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Adapun

silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL disajikan pada Tabel

1, 2, 3. di bawah ini:

30
Tabel 1. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL.
Kompetensi Dasar Materi Pokok
1.1 Menyadari sempurnanya
konsep Tuhan tentang
benda-benda dengan
fenomenanya untuk
dipergunakan sebagai aturan
dalam Teknik Konstruksi
Fabrikasi Logam
1.2 Mengamalkan nilai-nilai
ajaran agama sebagai
tuntunan dalam Teknik
Konstruksi Fabrikasi Logam
2.1 Mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, teliti, kritis, rasa
ingin tahu, inovatif dan
tanggung jawab dalam
menerapkan aturan Teknik
Konstruksi Fabrikasi Logam
2.2 Menghargai kerjasama,
toleransi, damai, santun,
demokratis, dalam
menyelesaikan masalah
perbedaan konsep berpikir
dan cara melakukan Teknik
Konstruksi Fabrikasi Logam.
2.3 Menunjukkan sikap
responsif, proaktif, konsisten,
dan berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan
sosial sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
melakukan tugas Teknik
Konstruksi Fabrikasi Logam
3.1 Mengidentifikasi Komponen 1. Mendefinisikan dan menjelaskan lokasi
Fabrikasi Kerangka Baja dan fungsi berbagai potongan
3.1.1 Menjelaskan dan kerangka besi.
mengidentifikasi jenis dan  Menjelaskan keuntungan dasar
penggunaan Potongan tanpa dan yang menggunakan
Kerangka Besi. rangka penguat.
3.1.2 Mengintrepetasikan sketsa  Mendefinisikan sambungan dan
gambar dan memberi menjelaskan berbagai metode
label bagian-bagian dari untuk penyambungan.
Potongan Baja  Menerangkan arti dari
penyambungan dengan cara
pengelasan.

31
Tabel 2. Silabus mata pelajaran untuk TKFLkelas XII SMK Jurusan TFL (lanjutan)
Kompetensi Dasar Materi Pokok
3.1.3 Menyebutkan penggunaan  Definisi dari balok dan balok
sudut, terusan, balok, tiang, penopang menjelaskan
dan pelapisan yang sesuai. pembuatan sketsa berbagai
3.1.4 Menghitung panjang dan jenis balok dan bar penopang.
tinggi menggunakan teori  Menerangkan keuntungan dari
Pythagoras pengelasan balok.
4.1 Membangun Komponen  Menerangkan bagaimana untuk
Fabrikasi Kerangka Baja memperkokoh balok dan fungsi
4.1.1 Melakukan pemotongan dari penguat.
jenis dan penggunaan  Buat sketsa metode
Potongan Kerangka Besi penyambungan balok penopang
4.1.2 Membaca sketsa gambar dan satu metode sambungan
dan memberi label bagian- pemanjangan (ekspansi).
bagian dari Potongan Baja.  Menjelaskan cara Menandai,
4.1.3 Membuat penggunaan memotong, membentuk dan
sudut, terusan, balok, tiang, merangkai berbagai bagian
dan pelapisan yang sesuai. sudut dan terusan.
4.1.4 Menghitung panjang dan 2.Menjelaskan cara membuat
tinggi menggunakan teori kerangka besi dengan toleransi
Pythagoras. sebagai berikut:
 Pemotongan dan pengeboran ±
1 mm
 Bengkokan ± 2 mm
 Semua sambungan pengelasan
penuh hanya dilakukan pada
salah satu sisi.
 Semua pemotongan
permukaannya tidak perlu
dikikir.
3. Menjelaskan cara menandai,
memotong dan membuat berbagai
sambungan standar dari balok dan
tiang yang digunakan dalam Industri
Fabrikasi Struktural.
4. Menjelaskan cara membuat
kerangka besi dengan toleransi
sebagai berikut:
 Pemotongan dan pelobangan ±
1 mm
 Pembengkokan ± 2 mm
 Pengelasan semua sambungan
yang hanya dilakukan pada
salah sisi

32
Tabel 3. Silabus mata pelajaran untuk TKFL kelas XII SMK Jurusan TFL (lanjutan)
Kompetensi Dasar Materi Pokok
5. Membuat sketsa metode
penyambungan balok penopang
dan satu metode sambungan
pemanjangan (ekspansi).
6. Menandai, memotong,
membentuk dan merangkai
berbagai bagian sudut dan
terusan.
7. Membuat kerangka besi dengan
toleransi sebagai berikut:
 Pemotongan dan pengeboran
± 1 mm
 Bengkokan ± 2 mm
 Semua sambungan pengelasan
penuh hanya dilakukan pada
salah satu sisi.
 Semua pemotongan
permukaannya tidak perlu
dikikir.
8. Menandai, memotong dan
membuat berbagai sambungan
standar dari balok dan tiang yang
digunakan dalam Industri Fabrikasi
Struktural.
9. Membuat kerangka besi dengan
toleransi sebagai berikut:
 Pemotongan dan pelobangan
± 1 mm
 Pembengkokan ± 2 mm
 Pengelasan semua sambungan
yang hanya dilakukan pada
salah satu sisi
B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Ahmad Busyairi (2012) berjudul Pengembangan Modul

Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer untuk Membantu

Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi Benda Tegar. Jenis penelitiannya adalah

penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D) yang

mengacu pada pengembangan model Borg & Gall. Modul pembelajaran ini

33
divalidasi oleh 1 orang ahli bahan ajar, 3 orang ahli materi, kemudian diuji

cobakan pada 22 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul

pembelajaran kontekstual berbantuan komputer ini secara keseluruhan layak

sebagai bahan ajar. Hal ini ditunjukkan oleh hasil validasi yang dilakukan oleh

ahli bahan ajar, modul pembelajaran ini dikatakan layak dengan persentase

rata-rata 90, 95%. Menurut ahli materi, modul pembelajaran ini dikatakan

layak dengan persentase rata-rata 86, 25%. Berdasarkan analisis data hasil

uji coba produk pada siswa untuk aspek kemudahan pengoperasian,

keterbacaan, dan ke menarikan produk dapat diketahui bahwa, modul

pembelajaran ini dikatakan baik dengan persentase rata-rata 84, 18%.

2. Penelitian yang dilakukan Bambang Setiyo H.P. (2008) berjudul

Pengembangan Media Mesin CNC Virtual TU-3A Sebagai Media Pembelajaran

Mata Kuliah Pemesinan NC. Jenis penelitian ini adalah penelitian

pengembangan. Obyek penelitian ini adalah rekayasa software CNC Virtual

dengan program aplikasi Visual Bsic 6. Subyek penelitian adalah ahli dan

pengajar CNC, ahli teknologi pembelajaran, ahli media pendidikan, ahli

multimedia, dan pengguna program (dosen CNC, guru CNC, mahasiswa, dan

siswa SMK). Data penelitian dikumpulkan dengan observasi yang

dikembangkan peneliti, dan masukan dari teman sejawat pengampu mata

kuliah Proses Pemesinan NC. Analisis data dilakukan dan disajikan dalam

bentuk deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan: (1) prototype Simulasi Visual

Lintasan Pahat mesin CNC TU-3A yang dikembangkan berhasil diwujudkan,

dibuat dengan spesifikasi atau perencanaan awal pengembangan yang

diinginkan, baik dari segi tampilan program, kontrol panel, dan animasi, (2)

34
beberapa perintah pemrograman CNC sudah dapat dijalankan oleh media

yang dikembangkan dengan baik, akan tetapi masih terdapat Bug pada kode-

kode tertentu, sehingga masih memerlukan revisi dan pengembangan lebih

lanjut, (3) media mampu menampilkan simulasi gerakan pahat meskipun

sebatas pada kode program tertentu.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Musthlliq MS, dkk, (2007) tentang

Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia Pada Mata

Kuliah Dasar Listrik, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian pengembangan. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi

analisis kebutuhan, desain, penerjemahan modul hasil desain ke dalam bentuk

aplikasi, pengujian terhadap perangkap lunak yang dihasilkan, pengaplikasian

produk kepada pengguna dan perbaikan. Pengujian terhadap unjuk kerja hasil

pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata

pelajaran kuliah Dasar Listrik dilakukan dengan meminta penilaian unjuk kerja

media pembelajaran tersebut kepada ahli materi, ahli media, dan mahasiswa.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

komputer multimedia dengan perangkat pendukung antara lain kamera video,

kamera digital, scanner, sprinter dan CD writer, perangkat lunak yang

digunakan antara lain sistem orasi Microsoft Windows XP, pengolah gambar

Adobe Photoshop 6.0, pengolah animasi Macromedia Flash 5.0, Freehand,

pengolah suara Cool Edit 2000, pengolah video Ulead Vidio Studio 7.0 dan

pembuat program interaktif Authoware. Hasil pengembangan media

pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata kuliah Dasar Listrik

mempunyai unjuk kerja yang baik, yang ditunjukan skor rata-rata penilaian

35
yang diberikan oleh ahli media, ahli materi, dan mahasiswa terhadap unjuk

kerja hasil pengembangan media pembelajaran interaktif tersebut adalah 3,18

atau secara presentasi sebesar 79,71 %.

C. Kerangka Pikir

Mata pelajaran TKFL merupakan mata pelajaran produktif di jurusan TFL

khususnya untuk kelas XII, Tuntutan terhadap output/ lulusan yang

mengedepankan keterampilan, kreativitas didukung kemampuan memecahkan

masalah, maka perlu adanya penerapan pembelajaran berbasis pemecahan

masalah. Pembelajaran didukung dengan bahan ajar yang mengandung materi

pemecahan masalah, salah satunya adalah modul pembelajaran.

Modul pembelajaran digunakan sebagai alat bantu proses pembelajaran

yang belum tersedia di sekolah. Penggunaan modul ini bisa merangsang kreativitas

siswa dan memaksimalkan potensi kemampuan dan pengetahuannya.

Penyampaian materi dari modul ini diarahkan sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai oleh peserta didik.

Modul yang dihasilkan harus melewati validasi dan uji coba sehingga bisa

dinyatakan layak untuk digunakan. Uji coba dilakukan untuk memberikan koreksi

terhadap kekurangan modul. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan. Sedangkan validator produk

adalah guru dan dosen ahli di bidang materi dan media.

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang didapat oleh peneliti dari uraian dan observasi yang telah

dilakukan, yaitu:

36
1. Bagaimanakah produk modul yang tepat untuk mendukung pembelajaran

pada mata pelajaran TKFL di SMK Negeri 1 Seyegan?

2. Bagaimanakah kelayakan modul TKFL yang telah dibuat untuk mendukung

pembelajaran pada mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan?

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian Pengembangan

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Development) yang bertujuan untuk 1) mengembangkan modul pembelajaran

pada mata pelajaran TKFL kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan, 2) menghasilkan

modul pembelajaran TKFL kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan. Adapun menurut

Sugiyono (2015: 297), metode penelitian dan pengembangan (Research and

Development) adalah sebuah metode penelitian yang produk dari hasil

penelitiannya apabila digunakan untuk membantu melakukan pekerjaan maka

pekerjaannya akan semakin produktif, efektif dan efisien. Adapun langkah-langkah

dalam penggunaan metode penelitian dan pengembangan oleh Sugiyono (2015:

298), di tunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan pada penelitian ini mengacu pada langkah-

langkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono (2015: 298-311). Adapun

langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan modul TKFL

38
yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)

validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji

coba pemakaian, (9) revisi produk 2 dan, (10) produk masal.

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui permasalahan-

permasalahan yang ada ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, khususnya

pada mata pelajaran TKFL Kelas XII di SMK Negeri 1 Seyegan. Kegiatan identifikasi

ini digunakan sebagai acuan untuk menemukan gagasan dalam memecahkan

masalah.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dalam proses

pembelajaran di kelas XII program studi TFL Kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan.

Observasi dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada pendidik pengampu

mata pelajaran TKFL. Memperhatikan data-data yang berkaitan dengan

pembelajaran pada mata pelajaran TKFL yang ada disekolah (silabus, kompetensi

dasar, dan materi TKFL, memperhatikan prosedur pembuatan modul yang akan

digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan desain modul, mencari sumber-

sumber materi yang akan digunakan untuk penelitian maupun untuk modul

pembelajaran dari beberapa referensi

3. Desain Produk

Desain produk, pada kegiatan ini dalam mendesain modul pembelajaran

TKFL, langkah-langkah yang digunkan antaralain: (1) menentukan sampul modul,

(2) kompetensi dan isi materi pada modul sesuai dengan silabus yang digunakan,

dan (3) ukuran dan jenis dari modul.

39
4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai rancangan produk yang

telah di desain. Pada kegiatan ini validasi modul dilakukan oleh beberapa ahli

materi yaitu dosen dan guru pengampu pada mata pelajaran TKFL untuk menialai

muatan isi pada modul serta kesesuaian isi modul dengan pembelajran di sekolah,

dan ahli media yaitu dosen untuk menilai desain penyaian pada modul. Validasi

desain yang dilakukan ini dengan menggunakan instrument penelitian.

5. Revisi Desain

Setelah dilakukan validasi desain oleh para ahli maka langkah selanjutnya

yiatu melakukan revisi desain pada modul. Kegiatan revisi ini merupakan kegiatan

untuk memerbaiki desain modul sesuai dengan masukan dan saran yang

disampaikan oleh beberapa ahli setelah melakukan validasi desain. Dengan

dilakukannya perbaikan ini diharapkan modul yang akan dibuat lebih sesuai

dengan modul yang dibutuhkan.

6. Uji Coba Produk

Kegiatan uji coba produk terbatas ini dilakukan untuk menemukan

kekurangan-kekurangan dari produk yang telah dikembangkan. Uji coba terbatas

dilakukan pada kelompok kecil dengan jumlah siswa 3-6 orang.

7. Revisi Produk 1

Setelah dilakukannya uji coba terbatas pada beberapa siswa, maka

didapatkan saran-saran dan masukan. Berdasarkan saran dan masukan tersebut

dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang memerlukan perbaikan. Sehingga

modul yang dikembangkan sudah merupakan desain model oprasional yang siap

untuk dilakukan uji coba keterbacaan secara luas.

40
8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba pemakaian dilakukan pada kelompok yang lebih besar. Kegiatan

uji coba pemakaian dilakukan di salah satu kelas XII jurusan TFL 1 di SMK Negeri

1 Seyegan dengan jumlah siswa 25 orang. Uji coba ini untuk meihat kelayakan

modul TKFL yang telah dikembangkan.

9. Revisi Produk 2

Setelah dilakukannya kegiatan uji coba pemakaian pada siswa, maka

didapatkannya saran dan masukan. Dari saran dan masukan yang diberikan oleh

siswa tersebut maka dilakukan perbaikan pada baian-bagian yang memerlukan

perbaikan berdasarkan berdasarkan saran dan masukan yang ada.

10. Produk Masal

Produk yang telah direvisi sesuai dengan saran dan masukan pada saat

kegiatan uji coba keterbacaan maka produk tersebut siap digunakan dalam

kegiatan pembelajran yang seesungguhnya dan sebagai sarana belajar mandiri

bagi siswa kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri 1 Seyegan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian pengembangan modul pembelajaran TKFL yaitu pada:

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Seyegan

Alamat Sekolah : Jln. Kebonagung Km. 08, Seyegan

Waktu Penelitian : Januari- Maret

D. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu ahli materi, ahli media

pembelajaran, pendidik mata pelajaran dan peserta didik kelas XII Jurusan TFL

41
SMK Negeri 1 Seyegan. Ahli materi diambil dari dosen Universitas Negeri

Yogyakarta yang menguasai bidang TKFL dan dari guru mata pelajaran TKFL di

SMK Negeri 1 Seyegan, sedangkan untuk ahli media pembelajaran diambil dari

dosen Universitas Negeri Yogyakarta yang ahli dengan media pembelajaran. Pada

uji coba produk pemakaian adalah siswa sebanyak 25 (dua puluh lima) dan 5 (lima)

siswa kelas XII untuk uji coba produk terbatas. Penentuan sampel menggunakan

teknik bertahap pola purposive sampling (bertujuan dengan pertimbangan

tertentu). Setiap tahap uji coba menggunakan sampel yang berbeda-beda. Sampel

uji coba produk terbatas dilakukan pada kelompok kecil dan pada uji coba

pemakaian menggunakan kelompok besar atau satu kelas. Penggunaan pola

purposive sampling adalah peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil

karena ada pertimbangan tertentu. Sampel mewakili semua tingkat kemampuan

siswa yaitu siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini bertujuan

agar hasil final produk dapat diterima oleh semua siswa dengan kemampuan

mereka yang berbeda-beda.

2. Objek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modul yang digunakan

dalam pembelajaran TKFL pada kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan.

E. Jenis dan Sumber Data

Seluruh data yang didapatkan pada penelitian ini digunakan untuk menilai

kualitas modul pembelajaran TKFL yang dihasilkan agar layak digunakan. Data

yang diperoleh terdiri dari dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

Data kuantitatif yaitu data pokok yang didapatkan dari para ahli dan siswa

tentang penilaian modul pembelajaran TKFL. Data kualitatif berupa saran dan

42
masukan untuk perbaikan modul pembelajaran TKFL yang didapatkan ketika

validasi kepada ahli materi maupun ahli media, dan juga dari siswa pada saat uji

coba terbatas dan uji coba keterbacaan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

instrumen nontes yang berupa angket. Menurut S. Eko Putro Widoyoko (2015:

33), “Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk diberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna”. Jenis

angket yang digunakan adalah angket tertutup menggunakan skala pengukuran

Linkert dengan empat pilihan jawaban: (sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat

tidak baik). Berikut adalah kisi-kisi instrumen yang digunakan:

1. Instrumen untuk Ahli Materi Pembelajaran

Instrumen untuk ahli materi pembelajaran berupa angket tanggapan/

penilaian ahli materi terhadap materi yang terdapat di dalam modul pembelajaran

TKFL. Instrumen untuk ahli materi ini berisikan aspek-aspek dalam modul yang

meliputi: Self Intruction, Self Contained, Stand Alone, Adaptif, User Friendly, Clarity

of Massage, Representasi Isi dan Klasikal/ Individual. Hasil dari uji materi tersebut

dijadikan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan materi modul.

Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi pembelajaran disajikan pada Tabel 4. di bawah

ini:

43
Tabel 4. Kisi-kisi untuk Ahli Materi Pembelajaran.
No. Aspek Indikator No. Butir
1 Self  Tujuan pembelajaran tersajikan 1, 2
Instructional secara jelas
 Materi di masukan pada unit 3, 4
terkecil
 Contoh dan gambar ilustrasi 5, 6, 7
memperjelas materi
 Soal latihan dapat mengukur 8, 9, 10
kemampuan siswa
 Materi berkaitan dengan 11, 12
lingkungan siswa
 Tata bahasa sederhana dan 13, 14
komunikatif
 Rangkuman materi 15, 16, 17
 Terdapat kunci jawaban soal 18, 19
latihan siswa
 Daftar referensi dapat mendukung 20, 21
pembelajaran
2 Self Contained  Modul berisi materi pembelajaran 22, 23, 24
yang sesuai dengan Kompetensi
Dasar dan Silabus yang digunakan

3 Stand Alone  Modul tidak harus tergantung pada 25, 26


media yang lain.
4 Adaptive  Beradaptasi dengan Ilmu 27, 28
pengetahuan dan Teknologi
5 User Friendly  Instruksi dan informasi dapat 29, 30, 31
membantu siswa dalam mengolah
informasi
 Bersahabat dengan pembaca 32, 33, 34
6 Clarity of  Materi pembelajaran disampaikan 35, 36
Message dengan jelas
7 Representasi Materi pembelajaran yang terdapat 37, 38
Isi pada modul sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran
8 Klasikal/  Dapat digunakan secara klasikal/ 39, 40
Individual individual
Jumlah butir 40
2. Instrumen untuk Ahli Media Pembelajaran

Instrumen untuk ahli media pembelajaran berisikan aspek-aspek yang

berhubungan dengan media pembelajaran,meliputi: format, organisasi, daya

tarik, bentuk dan ukuran huruf, ruang (spasi kosong), konsistensi dan penyajian

44
kelengkapan modul. Kisi-kisi instrumen untuk ahli media pembelajaran disajikan

pada Tabel 5. di bawah ini:

Tabel 5. Kisi-kisi untuk Ahli Media Pembelajaran.


No. Aspek Indikator No. Butir
1 Format  Format kolom sesuai dengan 1, 2
bentuk dan ukuran kertas
 Format kertas sesuai tata letak 3, 4
dan format pengetikan
 Tanda-tanda (icon) untuk 5, 6
menekankan hal penting atau
khusus
2 Organisasi  Cakupan materi dalam modul 7, 8
 Materi diurutkan sistematis 9,10
 Naskah, gambar, ilustrasi mudah 11, 12
dimengerti
 Urutan antar bab, unit, dan 13, 14
paragraf mudah dipahami
 Judul, subjudul, dan uraian 15, 16
mudah diikuti oleh peserta didik
3 Daya Tarik  Kombinasi warna, gambar, 17, 18
bentuk huruf pada sampul depan
 Terdapat rangsangan berupa 19, 20
gambar dan huruf tebal
 Tugas dan latihan dikemas secara 21, 22
menarik
4 Bentuk dan  Ukuran huruf mudah dibaca 23, 24, 25
Ukuran Huruf  Perbandingan huruf proporsional 26, 27
antara judul, subjudul, dan
naskah 28, 29
 Seluruh teks tidak menggunakan
huruf kapital
5 Ruang (spasi  Spasi kosong memberikan 30, 31, 32, 33
kosong) kesempatan jeda
6 Konsistensi  Bentuk dan ukuran huruf 34, 35
konsisten setiap halaman
 Jarak spasi yang digunakan 36, 37
 Tata letak atau pola pengetikan 38, 39

7 Penyajian  Ukuran display yang sesuai 40, 41


gambar  Penyajian gambar yang baik dan 42, 43
jelas
 Pemilihan background 44, 45,
 Penggunaan kombinasi warna 46, 47, 48
 Penyajian ilustrasi 49, 50
Jumlah butir 50

45
3. Instrumen untuk Siswa

Instrumen untuk siswa berupa angket tanggapan/penilaian siswa terhadap

modul pembelajaran yang sedang dikembangkan. Instrumen untuk siswa ini berisi

aspek-aspek: kemudahan dimengerti dan kemudahan pemakaian modul. Kisi-kisi

instrumen untuk siswa disajikan pada Tabel 6. di bawah ini:

Tabel 6. Kisi-kisi untuk Siswa.


No. Aspek Indikator No. Butir
1 Kemudahan  Kemudahan memahami materi 1, 2, 3
Dimengerti  Bahasa mudah dipahami 4, 5, 6
 Ukuran huruf mudah dibaca 7, 8
 Kejelasan gambar 9, 10, 11
 Kecocokan antara materi modul 12, 13, 14, 15
dengan Kejelasan ilustrasi
 Soal latihan 16, 17
 Kunci jawaban 18, 19
2 Kemudahan  Informasi menambah 20, 21
Pemakaian pengetahuan siswa
 Proses pemahaman terbantu 22, 23
dengan modul
 Referensi menambah 24, 25
pengetahuan siswa
 Modul dapat memfokuskan 26
perhatian
 Kepraktisan modul 27, 28
 Semangat dan termotivasi belajar 29, 30
menggunakan modul
Jumlah butir 30
G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif.

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran

TKFL. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dengan empat pilihan

jawaban: Sangat Baik (skor 4), Baik (skor 3), Tidak Baik (skor 2), dan Sangat

Tidak Baik (skor 1). Untuk menentukan jarak interval antara Sangat Baik sampai

Sangat Tidak Baik digunakan rumus dari S. Eko Putro Widoyoko (2015: 110), yaitu

sebagai berikut:

46
Sekor Tinggi − Sekor Terendah
Jarak Interval =
Jumlah Kelas Interval
Skor tertinggi yaitu 4 pada kelas sangat baik, skor terendah yaitu 1 pada

kelas sangat tidak baik serta jumlah kelas interval adalah 4, maka jarak intervalnya

adalah:

4−1
Jarak Interval = = 0,75
4
Jarak interval tersebut kemudian dibuatkan tabel klasifikasi produk untuk

menilai modul yang dihasilkan seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Tabel Klasifikasi Produk.


No. Rerata Skor Klasifikasi Produk
1 >3,25 s/d 4,00 Sangat Baik
2 >2,50 s/d 3,25 Baik
3 >1,75 s/d 2,50 Tidak Baik
4 1,00 s/d 1,75 Sangat Tidak Baik
Nilai rerata skor dari setiap aspek yang telah ditentukan dihitung dengan

rumus:

Jumlah total sekor setiap aspek


Rerata Sekor Aspek =
Jumlah responden X Jumlah butir instrumen
Rerata skor pada setiap aspek tersebut kemudian di rata-rata lagi untuk

setiap instrumen validasi. Hasil rerata tersebut kemudian di cocokan pada Tabel 7.

Modul pembelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam akan dinilai layak untuk

siswa kelas XII jika mempunyai rerata keseluruhan dari setiap aspek pada

instrumen adalah > 2,5 atau minimal berada pada kategori baik.

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengembangan modul pembelajaran pada mata pelajaran Teknik

Konstruksi Fabrikasi Logam kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan ini menggunakan

prosedur pengembangan sesuai dengan gambar 1 pada halaman 36 yang

diadaptasi dari model pengembangan Sugiyono. Adapun langkah-langkahnya

adalah: (1) identifikasi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4)

validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji

coba pemakaian, (9) revisi produk 2 dan, (10) produk masal. Berikut ini adalah

penjelasan dari langkah-langkah yang dilakukan peneliti:

1. Identifikasi Masalah

Hasil identifikasi masalah yang dilakukan dengan menggunkan metode

observasi dan wawancara kepada guru mata pelajaran Teknik Konstruksi Fabrikasi

Logam dan didapatkan data sebagai berikut:

a. Banyaknya materi yang diajarkan kepada siswa tidak sesuai silabusnya.

b. Metode yang diterapkan guru pada saat mengajar di kelas yaitu ceramah.

c. Materi-materi pada mata pelajaran ini sebagian besar menggunakan

gambaran ilustrasi dalam penjelasannya namun sulit untuk dipahami oleh

siswa.

d. Masih rendahnya pemahaman siswa dalam materi TKFL.

e. Siswa hanya terpaku dengan materi yang disampaikan oleh guru atau kurang

referensi untuk belajar mandiri bagi siswa.

f. Belum adanya modul yang digunakan dalam pembelajaran.

48
g. Kondisi kelas kurang kondusif, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan

guru, sibuk dengan kegiatannya sendiri (mainan HP dan bercanda dengan

teman sebangku).

2. Pengumpulan Informasi

Pengumpulan informasi yang dilakukan oleh peneliti antaranya yaitu:

a. Mencari silabus pelajaran TKFL kelas XII SMK Bidang Studi Keahlian Teknologi

dan Rekayasa.

b. Wawancara dengan guru pengampu TKFL kelas XII Jurusan TFL di SMK Negeri

1 Seyegan. Dari hasil wawancara mengemukakan apabila dalam pembelajaran

yang dilakukan hanya menggunakan metode ceramah saja siswa kurang

memperhatikan dan pada saat menjelaskan materi yang harus ada gambaran

ilustrasinya guru kesulitan karena harus menggambarkannya dipapan tulis.

dengan adanya modul TKFL diharapkan siswa bisa belajar mandiri di waktu

luang sehingga siswa bisa lebih memahami materi.

c. Referensi untuk pembuatan modul pembelajaran TKFL didapatkan dari

beberapa sumber diantaranya:

1) Ambiyar, dkk. (2008). Teknik Pembuatan Pelat. Dit. PSMK Depdiknas

2) Buku Gambar Teknik Kelas X Semester 1. Dit. PSMK Depdiknas (2013)

3) Charles G. Salamon. Struktur Baja, Desain dan Perilaku.

4) Hantoro, Sirod, & Pardjono. (2005). Menggambar Mesin. Yogyakarta:

Adicita Karya Nusa.

5) Sato G. Takeshi & Hartanto N. Sugiarto. (2005). Menggambar Mesin

Menurut Standar Iso. Jakata: PT. Pradnya Paramita.

49
6) http://bangunandasar.blogspot.co.id/2015/05/macammacam-profil-baja-

struktural-dan.html

7) http://gentabaja.blogspot.co.id/p/istilah-dalam-konstruksibaja.html

3. Desain Produk

Langkah yang dilakukan dalam mendesain produk yaitu:

a. mengumpulakan garis besar materi modul sesuai dengan silabus yang

digunkan pada SMK Negeri 1 Seyegan.

b. menentukan isi modul yang akan dibuat.

c. Menentukan urutan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajran yang ingin

dicapai sesuai dengan silabus yang digunakan. Urutan materi yang disajikan

adalah sebagai berikut, (baja, alat potong, komponen-komponen konstruksi,

gambar sketsa, penyambungan komponen konstruksi, dan pelapisan tau

pengecatan)

d. Menulis materi is modul yang akan dibuat.

e. Isi modul dibagi menjadi 4 bab yaitu: (pendahuluan, pembelajaran, evaluasi,

dan penutup).

4. Validasi Desain

Validasi desain modul pembelajaran TKFL divalidasi dari 2 aspek yaitu

materi dan media. Sedangkan untuk validasi materi dilakukan oleh 2 orang ahli

materi yang menguasai bidang Teknik Konstruksi yaitu: (1) Drs. Soeprapto R. S.

Dosen Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (2)

Drs. Totok Nugraha U P. Guru pengampu TKFL di SMK Negeri 1 Seyegan. Dan

untuk validasi media dilakukan oleh 1 orang ahli yang menguasai bidang media

50
pembelajaran yaitu: (1) Yatin Ngadiyono, M. Pd. Dosen Pendidikan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Adapun hasil validasi desain modul pembelajaran TKFL kelas XII, sebagai

berikut:

a. Data hasil validasi ahli materi

Ahli media menilai pada 8 aspek yaitu: Self instructional, self contained,

stand alon, adaptive, user friendly, clarity of massage, repersentasi isi, dan

klasikal/ individual. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek dan rata-rata total

kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. pada halaman 47 untuk menentukan

kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil validasi ahli media yang

telah dirangkum disajian pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 8. Ahli Materi 1


No. Aspek Penilaian Rerata Klasifikasi
1 Self Instructional 3. 33 Sangat Baik
2 Self Contained 3 Baik
3 Stand Alone 3 Baik
4 Adaptive 3 Baik
5 User Friendly 2. 83 Baik
6 Clarity Of Message 2. 5 Baik
7 Representasi Isi 3 Baik
8 Klasikal/ Individual 3 Baik
Total 2. 95 Baik
Keterangan: Hasil analisis data validasi ahli Materi 1 secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran 15 halaman 104.

Tabel 9. Ahli Materi 2


No. Aspek Penilaian Rerata Klasifikasi
1 Self Instructional 3. 43 Sangat Baik
2 Self Contained 3. 66 Sangat Baik
3 Stand Alone 3 Baik
4 Adaptive 3 Baik
5 User Friendly 2. 83 Baik
6 Clarity Of Message 3. 5 Sangat Baik
7 Representasi Isi 3 Baik
8 Klasikal/ Individual 3 Baik
Total 3. 18 Baik

51
Keterangan: Hasil analisis data validasi ahli Materi 1 secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran 15 halaman 104

Dari hasil validasi kedua ahli materi maka didapatkan Nilai Rerata (3. 07),

dan dapat diklasifasikan (Baik). Rerata dan klasifikasi pada Tabel 8 dan 9

menunjukan bahwa modul pembelaaran TKFL yang dikembangkan sudah layak

dari sisi materi, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus

mempunyai rerata >2. 50 atau berada pada klasifikasi “Baik”.

b. Data hasil validasi ahli media

Ahli media menilai pada 7 aspek yaitu: format, organisasi, daya Tarik,

bentuk dan ukuran huruf, ruang (spasi kosong), konsistensi, dan penyaian

gambar. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek dan rata-rata total kemudian

dibandingkan dengan Tabel 7. pada halaman 47 untuk menentukan kelayakan

setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil validasi ahli media yang telah

dirangkum disajian pada Tabel 10.

Tabel10. Ahli Media


No. Aspek Penilaian Rerata Klasifikasi
1 Format 3. 17 Baik
2 Organisasi 3. 2 Baik
3 Daya Tarik 3 Baik
4 Bentuk dan Ukuran Huruf 3. 43 Sangat Baik
5 Ruang (Spasi Kosong) 3 Baik
6 Konsistensi 3. 17 Baik
7 Penyajian Gambar 3. 10 Baik
Total 3. 15 Baik
Keterangan: Hasil analisis data validasi ahli Media secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran 14 halaman 103.

Dari hasil validasi ahli media maka didapatkan Nilai Rerata (3. 15), dan

dapat diklasifasikan (Baik). Rerata dan klasifikasi pada Tabel 10 menunjukan

bahwa modul pembelaaran TKFL yang dikembangkan sudah layak dasi sisi

52
media, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata

>2. 50 atau berada pada klasifikasi “Baik”.

5. Revisi Desain

Setelah melakukan validasi dengan ahli materi dan ahli media, maka

didapatkan data-data penilaian sesuai pernyataan diangket dan saran. Data butir

pertanyaan dapat dilihat pada lampiran 7 di halaman 82, lampiran 8 halaman 88,

lampran 9 halaman 84. Sedangkan saran dari ahli materi dan ahli media

dipergunakan untuk melakukan perbaikan sebelum dilakukannya uji coba kepada

siswa. Adapun perbaikan yang dilakukan ditampilkan pada Tabel 11, dan Tabel 12.

Tabel 11. Revisi Desai dari Ahli Materi Pembelajaran


No. Saran Revisi Sebelum Revisi Sesudah Revisi

Contoh soal
seerhana untuk
1. (belum ada)
memperjelas
rumus

53
Table 12. Revisi Desain dari Ahli Media Pembelajaran
Saran
No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Revisi

Penambah
an peta
konsep
1. (belum ada)
pada tiap
awal
materinya

Perbaikan
pada tabel
2. yang
kurang
jelas

Perbaikan
pada
3.
gambar
yang kabur

54
6. Uji Coba Produk Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan untuk mencari kekurangan awal dari modul

pembelajaran yang telah dibuat. Uji coba produk terbatas dilakukan pada hari

Kamis pada tanggal 23 Februari 2017 di Ruang TFL 2 Lante 2 SMK Negeri 1

Seyegan pada pukul 07:30-08:30 WIB. Uji coba ini di lakukan kepada siswa kelas

XII TFL 1 sejumlah 5 orang siswa. Peralatan yang dibutuhkan adalah: modul,

angket, daftar hadir uji coba produk terbatas, proyektor dan leptop.

Uji coba terbatas dilakukan dengan langkah-langkah: mengumpulkan siswa

di ruangan yang telah ditentukan, perkenalan dan menyampaikan maksud dan

tujuan penelitian, membagikan modul, meminta siswa untuk mengamati dan

memahami keseluruhan modul, menayangkan modul pada power point dan

memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada yang bertanya, membagiakan

angket penilaian modul kepada siswa untuk mengisinya, mengumpulkan angket

penilaian modul yang telah di isi oleh siswa beserta modulnya, menyampaikan

ucapan terima kasih atas kesediaan mengikuti uji coba produk terbatas.

Penilaian uji coba produk terbatas didasarkan pada 2 aspek yiatu:

kemudahan dimengerti dan kemudahan pemakaian. Dari hasil analisis rata-rata

setiap aspek dan rata-rata total kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. halaman

47 untuk menentukan kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil uji

coba terbatas yang telah dirangkum disajian pada Tabel 13.

Tabel. 13 Hasil Analisis Data Uji Coba Produk Terbatas


No Aspek Rerata Klasifikasi
1 Kemudahan Dimengerti 3. 37 Sangat Baik
2 Kemudahan Pemakaian 3. 35 Sangat Baik
Total 3. 36 Sangat Baik
Keterangan: Hasil analisis uji coba lapangan awal dapat dilihat pada lampiran 16

halaman 105.

55
Rerata dan klasifikasi kelayakan modul pada uji coba produk terbatas sudah

layak, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata >2.

5 atau berada pada klasifikasi “Baik”.

7. Revisi Produk 1

Setelah melakukan uji coba produk terbatas, maka didapatkan data-data

penilaian dan pendapat sesuai dengan pernyataan dan saran pada angket. Data

butir dapat dilihat pada lampiran 6 di halaman 96 saran dari siswa digunakan untuk

melakukan perbaikan sebelum dilakukannya uji coba pemakaian. Beberapa saran

yang diberikan oleh siswa disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Produk Terbatas
Saran
No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Revisi

Rincian
1
daftar isi

56
Tabel 15. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Produk Terbatas (lanjutan)
Saran
No. Sebelum Revisi Sesudah Revisi
Revisi

57
8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba Pemakaian dilakukan untuk mencari kekurangan setelah revisi

produk 1 dari modul pembelajaran yang telah dibuat. Uji coba pemakaian

dilakukan pada hari Kamis pada tanggal 27 Februari 2017 di Ruang TFL 2 Lante 2

SMK Negeri 1 Seyegan pada pukul 07:30-08:30 WIB. Uji coba ini di lakukan kepada

siswa kelas XII TFL 2 sejumlah 25 orang siswa. Peralatan yang dibutuhkan adalah:

modul, angket, daftar hadir uji coba terbatas, proyektor dan leptop.

Uji coba pemakaian dilakukan dengan langkah-langkah: mengumpulkan

siswa di ruangan yang telah ditentukan, perkenalan dan menyampaikan maksud

dan tujuan penelitian, membagikan modul, meminta siswa untuk mengamati dan

memahami keseluruhan modul, menayangkan modul pada power point dan

memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada yang bertanya, membagiakan

angket penilaian modul kepada siswa untuk mengisinya, mengumpulkan angket

penilaian modul yang telah di isi oleh siswa beserta modulnya, menyampaikan

ucapan terima kasih atas kesediaan mengikuti uji coba pemakaian.

Penilaian uji coba pemakaian didasarkan pada 2 aspek yiatu: kemudahan

dimengerti dan kemudahan pemakaian. Dari hasil analisis rata-rata setiap aspek

dan rata-rata total kemudian dibandingkan dengan Tabel 7. halaman 47 untuk

menentukan kelayakan setiap aspek dan kelayakan total. Data hasil uji coba

pemakaian yang telah dirangkum disajikan pada Tabel 16.

Tabel. 16 Hasil Analisis Data Uji Coba Pemakaian


No Aspek Rerata Klasifikasi
1 Kemudahan Dimengerti 3. 49 Sangat Baik
2 Kemudahan Pemakaian 3. 26 Sangat Baik
Total 3.375 Sangat Baik
Keterangan: Hasil analisis uji coba lapangan awal dapat dilihat pada lampiran 17.

halaman 106.

58
Rerata dan klasifikasi kelayakan modul pada uji coba lapangan awal sudah

layak, karena untuk mendapatkan produk yang layak harus mempunyai rerata >2.

5 atau berada pada klasifikasi “Baik:.

9. Revisi Produk 2

Pada kegiatn revisi produk ke 2 ini yaitu melakukan perbaikan pada produk

dengan saran dan masukan yang diberikan oleh siswa-siswa pada uji coba produk

pemakaian. Data butir dapat dilihat pada lampiran 6 di halaman 91 saran dari siswa

digunakan untuk melakukan perbaikan sebelum dilakukannya produksi masal.

Beberapa saran yang diberikan oleh siswa disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Pemakaian


No. 1
Saran Logo SMK pada sampul dihapus sehingga modul dapat digunkan
Revisi oleh SMK mana saja.

Sebelum
Revisi

59
Tabel 18. Revisi Hasil Penilaian pada Uji Coba Pemakaian (lanjutan)

Sesuda
h Revisi

10. Produk Masal

Setelah modul TKFL selesai divalidasi oleh ahli materi, ahli media dan telah

di uji cobakan kepada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Seyegan. Maka modul TKFL

siap untuk diproduksi masal dan diguanakn dalam proses pembelajaran TKFL di

kelas atau sebagai buku pegangan bagi siswa untuk beajar mandiri. Modul TKFL

dibuatkan dalam bentuk buku cetak dengan ukuran kertas A5 dan jenis kertas HVS

80% berwarna.

Produk modul TKFL yang dihasilkan ini secara garis besar terdiri dari

beberapa bagian, seperti: 1) bagian awal modul, 2) bagian isi modul, dan 3) bagian

penutup modul. Adapun penjelasan dari bagain-bagain tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Bagian awal modul

Pada bagian awal modul TKFL adalah:

1) Sampul modul

60
Halaman sampul terdiri dari judul, gambar penyusunan dan institusi

penyusunan. Tata letak dari halaman sampul disusun sedemikian rupa

agar menarik perhatian siswa sehingga dengan melihat sampul yang

menarik maka siswa akan merasa termotivasi untuk mempelajari

modul ini. Berikut adalah sampul TKFL:

Gambar 2. Sampul modul

2) Kata pengantar

Kata pengantar merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih

yang ditunjukan kepada sang pencipta alam semesta dan pihak-pihak

yang membantu untuk terselesaikannya modul TKFL ini.

3) Daftar isi

Daftar isi ini berisikan tentang daftar seluruh isi dari modul yang dibuat.

Di dalam isi tercantum halaman dari setiap bagian modul sehingga

akan mempermudah penggunaan modul dalam mencari materi yang

diinginkan.

61
4) Daftar gambar

Daftar gambar ini berisikan tentang daftar seluruh gambar dari modul

yang dibuat. Yang di dalamnya tercantum halaman dari setiap gambar

pada modul sehingga akan mempermudah penggunaan modul dalam

mencarinya.

5) Daftar table

Daftar tabel sebenarnya sama dengan daftra isi dan daftar gambar.

Namun pada daftar tabel ini memberikan informasi kepada pengguna

modul halaman dari tiap-tiap tabel yang ada pada modul.

b. Bagian isi modul

Pada bagian isi modul ini terdiri dari 3 bab adapun rincian dari susunan isi

pada modul ini yaitu:

1) Bab 1 pendahuluan

Deskripsi modul memberikan gambaran tentang isi modul kepada

siswa, petunjuk penggunaan modul memberikan informasi kepada

siswa dalam penggunaan modul sehingga lebih mudah dalam

mempelajarinya, tujuan akhir memberikan informasi kepada siswa apa

tujan dalam pembelajaran pada modul ini, kompetensi inti dan

kompetensi dasar merupakan kemampuan yang harus dicapai oleh

siswa setelah mengikuti pembelajaran TKFL, dan manfaat modul

memberikan informasi kepada siswa dan guru tentang adanya modul

TKFL dalam proses pembelajaran.

62
2) Bab 2 pembelajaran

Rencana belajar siswa, kegiatan pembelajaran 1 (baja, alat potong,

komponen-komponen konstruksi), kegiatan pembelajaran 2 (gambar

sketsa, penyambungan komponen konstruksi, pelapisan atau

pengecatan), kegiatan pembelajaran 3 (tugas praktik membuat rak

sepatu), kegiatan pembelajaran 4 (tugas praktik membuat kursi

taman), kegiatan pembelajaran 5 (tugas praktik membuat meja lipat)

3) Bab 3 evaluasi

Ujian tes tertulis yaitu kegiatan dimana siswa disuruh untuk

mengerjakan soal-soal yang ada sesuai dengan materi yang telah

disampaikan oleh guru kegiatan ini untuk mengetahui sejauh mana

siswa dalam menguasa materi, dan prosedur penilaian memberikan

informasi kepada guru dan siswa aspek apa saja yang masuk dalam

kriteria penilaian.

c. Bagian penutup modul

Pada bagian isi modul ini terdiri dari 1 bab adapun rincian dari susunan isi

pada modul ini yaitu:

1) Bab 4 penutup

Glosarium memberikan informasi kepada peserta didik tentang kata-

kata asing yang tidak mudah dipahami siswa, daftar pustaka

memberikan informasi kepada siswa sumber-sumber rujukan atau

referensi dari pembuatan modul ini, dan kunci jawaban.

63
B. Pembahasan

Penelitian dilakukan untuk menghasilkan suatu modul pembelajaran TKFL

dan mengetahui tingkat kelayakannya. Modul pembelajaran yang dihasilkan

melalui 10 langkah pengembanga, yaitu: : (1) identifikasi masalah, (2)

pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji

coba produk, (7) revisi produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2 dan,

(10) produk masal.

Berdasarkan hasil penelitian, dengan prosedur pengembangan diatas telah

dihasilkan modul pembelajaran yang didalamnya terkandung karakteristik-

karakteristik seperti self instructional, self contained, stand alone, adaptive, user

friendly, clarity of massage, representasi isi dan klasikal/ individual. Sehingga

modul yang dihasilkan bisa digunakan oleh siswa secara mandiri tanpa

memerlukan banyak bantuan guru.

Disamping itu juga modul TKFL ini sudah memeuhi aspek-aspek yang

berhubungan dengan media pembelajaran, seperti: format, organisasi, daya Tarik,

bentuk dan ukuran huruf, ruang (sepasi kosong), konsistensi dan penyajian

gambar. Modul TKFL ini juga sudah memuat aspek terkait kemudahan dimengerti

dan kemudahan pemakaian.

Berdasarkan hasil penjabaran dari produk diatas yang berupa modul TKFL,

bahwa modul tersebut sudah memenuhi tuntutan atau kebutuhan produk yang

diperlukan sebagai bahan ajar atau referensi dalam proses pembelajaran dikelas.

Siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran di kelas dan mandiri dalam

menyelsaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

64
Tingkat kelayakan dari modul TKFL yang dihasilkan ini ditentukan oleh 4

kegiatan penilaian yaitu: 1) validasi ahli materi, 2) validasi ahli media, 3) uji coba

produk terbatas, dan 4) uji coba pemakaian. Pada kegiatan penilaian ini peneliti

menggunakan angket untuk mendapatkan nilainya, angket tersebut berisikan

pernyataan-pernyataan untuk menilai produk yang dibuat kemudian dianalisis

untuk menentukan tingkat kelayakan.

Ahli materi menyatakan bahwa rerata dari aspek self instructional sebanyak

3. 38 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, rerata aspek self contained

sebanyak 3. 33 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”, rerata aspek stand alone

sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek adaptive sebanyak

3. 00 dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek user friendly sebanyak 2. 83

dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek clarity of message sebanyak 3. 00

dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek representasi isi sebanyak 3. 00

dan berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek klasikal/ individual sebanyak 3. 00

dan berada pada klasifikasi “baik”, dan untuk rerata keseluruhan dari segi isi materi

pada modul TKFL ini adalah 3. 07 dan berada pada klasifikasi “baik”.

Ahli media menyatakan bahwa rerata dari aspek format sebanyak 3. 17 dan

berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek organisasi sebanyak 3. 20 dan berada

pada klasifikasi “baik”, aspek daya Tarik sebanyak 3. 00 dan berada pada klasifikasi

“baik”, rerata aspek bentuk dan ukuran huruf sebanyak 3. 43 dan berada pada

klasifikasi “sangat baik”, rerata aspek ruang (sepasi kosong) sebanyak 3. 00 dan

berada pada klasifikasi “baik”, rerata aspek konsistensi sebanyak 3. 17 dan berada

pada klasifikasi “baik”, rerata aspek penyajian gambar sebanyak 3. 10 dan berada

65
pada klasifikasi “baik” dan untuk rerata keseluruhan dari sisi media adalah 3. 15

dan berada pada klasifikasi “baik”.

Hasil uji coba produk terbatas menyatakan bahwa rerata untuk aspek

kemudahan dimengerti sebanyak 3. 37 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”,

aspek kemudahan pemakaian sebanyak 3. 35 dan berada pada klasifikasi “sangat

baik”, dan untuk rerata keseluruhan aspek pada kegiatan uji coba produk terbatas

sebanyak 3. 36 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”.

Hasil uji coba pemakaian menyatakan bahwa rerata untuk aspek

kemudahan dimengerti sebanyak 3. 49 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”,

aspek kemudahan pemakaian sebanyak 3. 26 dan berada pada klasifikasi “sangat

baik”, dan untuk rerata keseluruhan aspek pada kegiatan uji coba pemakaian

sebanyak 3. 375 dan berada pada klasifikasi “sangat baik”.

Berdasarkan dari hasil semua rerata dan klasifikasi yang didapatkan oleh

modul TKFL ini. Jika diambil reratanya lagi dari keseluruhan yaitu sebanyak 3. 24

dan berada pada klasifikasi “baik”, dari hasil rerata dan klasifikasi tersebut

menunjukan bahwa modul TKFL yang dikembangkan sudah layak dugunakan

untuk bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran kelas XII Jurusan TFL SMK Negeri

1 Seyegan. Karena untuk mendapatkan suatu produk yang layak untuk kegiatan

pembelajaran itu harus mempunyai rerata >2. 50 atau berada pada klasifikasi

“baik”. Data hasil penilaian kelayakan modul TKFL disajiakan pada Tabel 19. dan

Gambar 3.

66
Tabel 19. Data Hasil Penilaian Kelayakan Modul TKFL
No. Aspek penilaian Rerata Klasifikasi
1 Ahli materi 3.07 Baik
2 Ahli media 3.15 Baik
3 Uji coba produk terbatas 3.36 Sangat Baik
4 Uji coba pemakaian 3.37 Sangat Baik
Total 3.24 Baik

Data Hasil Penilaian Kelayakan Modul TKFL

3.4
3.35
3.3
3.25
Rerata Sekor

3.2
3.15
3.1
3.05
3
2.95
2.9
Ahli Media Ahli Materi Uji Coba Uji Coba
Produk Pemakaian
Terbatas
Rerata Sekor 3.15 3.07 3.36 3.37

Gambar 3. Data Hasil Penilaian Kelayakan Modul TKFL

67
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN PENELITI

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Modul pembelajaran TKFL untuk kelas XII Jurusan TFL SMK N 1 Seyegan.

telah selesai dibuat dengan 10 langkah pengembangan yaitu: (1) identifikasi

masalah, (2) pengumpulan informasi, (3) desai modul pembelajaran, (4)

validasi desain modul, (5) revisi desain modul, (6) uji coba terbatas, (7) revisi

produk 1, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk 2, (10) produk siap

digunakan. Setelah melalui semua langkah pengembangan, maka modul TKFL

layak untuk digunkaan sebagai sarana belajar mandiri siswa dan media

pembelajaran di kelas.

2. Tingkat kelayakan modul pembelajaran TKFL yang dihasilkan ditentukan dari

4 kegiatan penilaian produk, yaitu: (1) validasi ahli materi, (2) validasi ahli

media, (3) uji coba produk terbatas dan, (4) uji coba pemakaian. Hasil validasi

ahli materi berdasarkan 8 aspek penilaian didapatkan nilai rata-rata 3. 07 dan

berada pada klasifikasi “Baik”, hasil validasi ahli media berdasarkan 7 aspek

penilaian didapat nilai rata-rata 3. 15 dan berada pada klasifikasi “Baik” hasil

uji coba produk terbatas berdasarkan 2 aspek penilaian didapatkan nilai rata-

rata 3. 36 berada pada klasifikasi “Sangat Baik”, dan hasil dari uji coba

pemakaian berdasarkan 2 aspek penilaian didapatkan nilai rata-rata 3. 375

berada pada klasifikasi “Sangat Baik”.

68
B. Keterbatasan Produk

Penelitian pengembangan modul TKFL ini dilakukan berdasarkan prosedur

yang baik namun tetap memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya.

1. Modul pembelajaran TKFL dari sisi materi, kurang lebih banyak materi yang

dibahas secara mendalam dalam perhitungannya. Hal ini dikarenakan sulit

dalam mencari referensi yang cocok dengan tingkat kemampuan siswa SMK.

2. Penilaian modul pembelajaran TKFL baru sebatas tingkat kelayakan, belum

sampai dengan pengaruh-pengaruh pada saat digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas atau membandingkan dengan media pembelajaran

yang lain.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan

saran sebagai berikut:

1. Bagi guru sebaiknya selalu melakukan pengembangan materi pembelajaran,

menyajikan materi tersebut secara jelas dan menarik sehingga mudah

dipahami siswa.

2. Bagi siswa diharapkan selalu belajar dan memahami materi-materi yang

disampaikan oleh guru dan selalu melatih kemampuan praktik sehingga

mempunyai sekil praktik yang baik.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa melanjutkan penelitian modul

pembelajaran TKFL untuk mencari pengaruhnya terhadap pembelajaran

ataupun membandingkan dengan media pembelajaran lainnya.

69
DAFTAR PUSTAKA

. ( 2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008


tentang Sistem Pendidikan Nasional.
. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMK/MAK
Andi Prastowo. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Arief S. Sadiman, dkk. (2010). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Azhar Arsyad. (2015). Media Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pres.
Bambang Setiyo H.P. (2008). Pengembangan Media Mesin CNC Virtual TU-3A
Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Pemesinan NC. JPTK, Vol. 17,
No. 1, Mei 2008.
Depdiknasl. (2008). Penulisan Modul. Download dari situs:
http://gurupembeharu.com/home/wp-
content/uploads/downloads/2001/02/26-05-A2-B-Penulisan-Modul.doc.
Pada tanggal 09 Desember 2016 pukul 08:10 WIB.
Dwe Siswoyo, dkk. (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Imam Mustholiq MS, Sukir dan Ariadie Chandra N. (2007). Pengembangan Media
Pembelajaran Interaktif Berbasis Pada Mata Kuliah Dasar Listrik. JPTK,
Vol. 16, No. 1, Mei 2007.
Jamil Suprihatiningrum. (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: AR-Ruzz
Media.
Muhamad Munir. (2013). Analisis Pengembangan Media Pembelajaran
Pengolahan Angka (Spreasheet) Berbasis Video Screencast. JPTK, Vol.
21, No. 4, Oktober 2013.
Rudi Susilana & Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan
Kurtekpend FIP UPI.
S. Eko Putro Widoyoko. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajara.
S. Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sugihartono, dkk. (2013). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

70
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tim Tugas Akhir Skripsi FT UNY. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir
Skripsi. Yogyakarta: UNY Press.
Yudi Munadi. (2013). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Referensi.

71
LAMPIRAN

72
Lampiran 1. Surat Izin Observasy dari KPLT

73
Lampiran 2. Surat Validasi Instrumen

74
Lampiran 2. Surat Validasi Instrumen (lanjutan)

75
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media

76
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)

77
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)

78
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)

79
Lampiran 3. Angket untuk Dosen Ahli Media (lanjutan)

80
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi

81
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)

82
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)

83
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)

84
Lampiran 4. Angket untuk Dosen Ahli Materi (lanjutan)

85
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi

86
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)

87
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)

88
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)

89
Lampiran 5. Angket untuk Guru Ahli Materi (lanjutan)

90
Lampiran 6. Angket untu Siswa

91
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)

92
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)

93
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)

94
Lampiran 6. Angket untu Siswa (lanjutan)

95
Lampiran 7. Surat Izin Penelitian dari KPLT

96
Lampiran 8. Surat Permohonan Penelitian ke Kesbangpol Sleman

97
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol Sleman

98
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari BPPD Sleman

99
Lampiran 11. Daftar Hadir Uji Coba Produk Terbatas

100
Lampiran 12. Daftar Hadir Uji Coba Pemakaian

101
Lampiran 13. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMK

102
Lampiran 14. Perhitungan Data Validasi dari Ahli Media

103
Lampiran 15. Perhitungan Data Validasi dari Ahli Materi

104
Lampiran 16. Perhitungan Data Hasil Uji Coba Produk Terbatas

105
Lampiran 17. Perhitungan Data Hasil Uji Coba Pemakaian

106
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian

107
Lampiran 19. Kartu Bimbingan Skripsi

108
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII

109
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

110
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

111
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

112
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

113
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

114
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

115
Lampiran 20. Silabus Teknik Konstruksi Fabrikasi Logam Kelas XII (lanjutan)

116

Anda mungkin juga menyukai