Perbedaan Perkembangan Anak Balita Pada Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja Penilaian Menggunakan Metode Denver Ii
Perbedaan Perkembangan Anak Balita Pada Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja Penilaian Menggunakan Metode Denver Ii
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
OLEH :
ADHI ARIYANTI
S520908001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
15
BAB 1
PENDAHULUAN
Di era globalisasi ini jumlah wanita yang bekerja semakin meningkat, baik di
sektor formal maupun informal. Berdasar hasil Survei Angkatan Kerja Nasional/
Sakernas tahun 2006, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan adalah 48,63 %,
Statistik Republik Indonesia,2009). Di satu sisi mereka dituntut bekerja di luar rumah
dan di sisi lain mereka juga dituntut untuk mengerjakan pekerjaan rutin rumah tangga.
Peran ganda ini merupakan fenomena baru yang terjadi bukan hanya terjadi di kota
tetapi juga banyak terjadi di pedesaan. Hal ini perlu dicermati karena akan
Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka
terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat
diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai ”Masa Keemasan” (Golden Period),
bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap
(Soetjiningsih,1995)
Bekerja atau tidak bekerja setelah melahirkan merupakan dilema yang umum
dihadapi para ibu bekerja. Zaman sekarang sebagian besar para ibu memilih kembali
mempekerjakan tenaga pengasuh untuk merawat anak selama ibu bekerja. Pendapat
Kiong M.(2008), alasan bekerja bagi wanita yang sudah berkeluarga antara lain
karena harus membantu suami meringankan beban ekonomi keluarga yang semakin
sulit, alasan lain karena merasa perlu mengantisipasi kondisi terjelek jika, misalnya
pencari nafkah, atau terpaksa harus menjadi orang tua tunggal akibat perceraian, dan
lain-lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah ekonomi menempati posisi pertama
sebagai sumber masalah terbesar dalam kehidupan rumah tangga. Karena itu, kalau
seorang ibu rumah tangga tetap mempunyai andil dalam ekonomi keluarga, maka ibu
tersebut memiliki kesetaraan posisi dan peran sehingga istri lebih dihargai oleh suami.
ibu yang bekerja nampaknya lebih menguntungkan bagi anak perempuan daripada
bagi anak laki-laki dan anak perempuan yang mempunyai ibu yang bekerja cenderung
lebih dapat mandiri, lebih dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan, cenderung
dibandingkan dengan anak perempuan yang memiliki ibu yang tidak bekerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Brown (1970) dan Banducci (1967) cit
bekerja juga lebih mandiri dan lebih dapat menyesuaikan diri daripada anak-anak
laki-laki yang memiliki ibu yang tidak bekerja, akan tetapi di sekolah dan dalam tes-
anak disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar
yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi: Personal social (perilaku sosial),
Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), Language (bahasa), Gross motor
Uraian di atas merujuk pada suatu kesimpulan bahwa ibu memiliki peranan
dalam perkembangan anak. Oleh karena itu peneliti bermaksud meneliti mengenai
perbedaan perkembangan anak balita pada ibu bekerja dan ibu tidak bekerja dengan
A. Rumusan masalah
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
Untuk pendampingan bagi ibu-ibu yang bekerja dalam merawat anak supaya
BAB II
LANDASAN TEORI
Anak balita adalah anak dibawah lima tahun. Pada masa ini, kecepatan
(gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh
kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada
(Depkes RI,2005)
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan
sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan atau
penyimpangan sekecil apapun, bila tidak dideteksi serta tidak ditangani dengan baik,
akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari. (Depkes RI,2005)
20
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
pengalaman. Dengan kata lain tidak sekedar pertumbuhan fisik melainkan proses
perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat yang terbentuk secara teratur
progresif dari bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks berupa perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat dalam
pola yang teratur, berlangsung terus dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
Sutji (1991) berpendapat, perkembangan anak balita pada tahun pertama yang
bisa kita amati adalah pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik ini berupa pertumbuhan
21
tulang, pertumbuhan otot, yang diikuti oleh perkembangan kemampuan bergerak yang
lebih luas. Pada masa ini faktor kematangan biologis sangat berperan, artinya tanpa
tengkurap, duduk, merangkak dan lain sebagainya). Dalam hal ini faktor gizi sangat
- mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar
jangkauannya
- menirukan suara
- menyusun 6 kotak
- mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/kencing
- menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
kepadanya
- menggambar lingkaran
- bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di
luar keluarganya
- banyak bertanya
- mendengarkan cerita-cerita
- pandai bicara
- mengenal 4 warna
a. Perkembangan Motorik
secara aktif membangun keterampilan mencapai tujuan dalam batas yang ditentukan
seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi
yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Santrock (2007), bayi yang baru lahir tidak dapat dengan sengaja mengendalikan
kepala dan segera setelahnya bayi dapat mengangkat kepala ketika sedang
menelungkup.
Duduk. Pada usia 2 bulan, bayi dapat duduk jika disangga di atas pangkuan
atau dalam kursi bayi, tetapi mereka tidak dapat duduk sendiri hingga usia 6 sampai 7
bulan.
dapat merangkak (bergerak dengan perut terletak pada lantai) kurang lebih 9 bulan,
selama tahun pertama kehidupan. Saat usianya 8 bulan, bayi biasanya belajar
26
mengangkat dirinya sendiri ke atas dan berpegangan pada kursi dan banyak yang
Belajar Berjalan, menurut Santrock (2007), gerakan dan kendali postur tubuh
berhubungan dekat, terutama dalam berjalan lurus. Untuk berjalan lurus, bayi harus
mampu menyeimbangkan diri di atas satu kaki saat yang lain berayun ke depan dan
juga memindahkan berat badan dari satu kaki ke kaki yang lain. Bahkan bayi yang
masih kecil dapat membuat gerakan kaki yang berganti-ganti yang diperlukan ketika
berjalan. Jalan saraf yang mengendalikan pergantian kaki telah ada sejak usia yang
Pendapat Mussen (1984), rata-rata anak berdiri sendiri pada usia 11 bulan,
berjalan dengan dituntun satu tangan pada usia 1 tahun dan dapat berjalan sendiri,
walaupun dengan kesulitan pada usia 13 bulan. Hasan (2009) berpendapat, anak akan
Menurut Mussen (1984), pada usia 18 bulan seorang anak dapat naik dan turun
tangga tanpa bantuan (dan biasanya tidak terjatuh) dan dapat menarik mainan
berganti-ganti yang cukup sering sepanjang enam bulan pertama kehidupan saat
mereka berbaring telentang. Juga ketika bayi berusia 1 atau 2 bulan dipegangi dengan
ini, kebanyakan bayi tidak belajar berjalan hingga sekitar ulang tahun pertama mereka
memungkinkan bayi untuk menjelajahi lingkungannya dengan lebih leluasa dan untuk
27
memulai interaksi dengan orang lain dengan lebih siap. Pada tahun kedua kehidupan,
anak balita menjadi lebih terampil secara motorik dan lebih aktif. Mereka tidak lagi
diam di satu tempat tetapi ingin bergerak ke seluruh ruangan. Ahli perkembangan
anak percaya bahwa aktivitas motorik selama tahun kedua berperan penting bagi
perkembangan kompetensi anak dan bahwa hanya sedikit batasan, kecuali untuk
Saat berusia 13 hingga 18 bulan, anak dapat menarik sebuah mainan yang
melekat pada seutas tali dan menggunakan tangan dan kakinya untuk memanjat
sejumlah anak tangga. Saat berusia 18 hingga 24 bulan, anak dapat berjalan cepat atau
berlari dengan kaku dengan jarak pendek, seimbang di atas kaki dalam posisi jongkok
saat bermain dengan objek di lantai, berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan,
berdiri dan menendang bola tanpa jatuh, berdiri dan melempar bola, serta melompat-
lompat di tempat.
loncatan, melompat, dan lari ke sana kemari hanya demi kesenangan murni
bagaimana mereka dapat berlari melintasi ruangan dan melompat sejauh 6 inci.
Saat berusia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi mereka
mereka sudah lama mampu memanjat tangga dengan satu kaki di setiap anak tangga,
mereka baru mulai mampu menuruni tangga dengan cara yang sama.
mereka berusia 4 tahun. Bukanlah hal yang luar biasa bagi anak usia 5 tahun yang
28
percaya diri untuk melakukan adegan yang menakutkan seperti memanjat suatu objek.
Mereka berlari cepat dan menyenangi balapan satu sama lain dan dengan orang tua.
Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak
proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju
perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota
tubuh tertentu. Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara
halus. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar
Masa Bayi, Santrock (2007) berpendapat, bayi sangat sedikit memiliki kontrol
terhadap keterampilan motorik halus sewaktu lahir, tetapi mereka memiliki banyak
komponen hal yang akan menjadi gerakan lengan, tangan dan jari yang terkoordinasi.
Awal mula meraih dan menggenggam menandai prestasi yang penting dalam interaksi
bayi. Selama dua tahun pertama kehidupan, bayi memperhalus tindakan meraih dan
menggenggam mereka
pada objek tergantung pada ukuran dan bentuk objek tersebut, juga ukuran tangan
mereka sendiri dibandingkan dengan ukuran objek. Bayi menggenggam objek yang
kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk mereka ( dan kadang jari tengah mereka juga ),
sedangkan objek yang besar dengan seluruh jari pada satu atau dua tangan.
Masa kanak-kanak. Pendapat Santrock (2007), pada usia 3 tahun, anak telah
memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil di antara ibu jari dan telunjuk
untuk beberapa waktu, tetapi mereka masih canggung melakukannya. Anak umur 3
tahun dapat membangun menara balok yang tinggi secara mengejutkan, tiap balok
diletakkan dengan konsentrasi tinggi tetapi sering tidak sepenuhnya berada pada garis
lurus. Saat anak berumur 3 tahun bermain dengan gambar bongkar pasang sederhana,
meletakkan sebuah keping pada tempat yang kosong, mereka sering mencoba
Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak
berumur 4 tahun bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena
keinginan mereka untuk meletakkan setiap balok dengan sempurna sehingga mereka
Tangan, lengan dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah mata. Menara
sederhana tidak lagi menarik minat anak, sekarang anak ingin membangun sebuah
b. Perkembangan kognitif.
masa-masa bulan pertama setelah kelahiran. Pada sub tahap ini, sensasi dan tindakan
tersebut tanpa memerlukan stimulus yang lazimnya harus ada untuk memunculkan
gerak-gerak refleks tersebut. Contohnya, seorang bayi akan menyusu dari puting susu
ibunya atau dari botol dot hanya ketika benda-benda tersebut dimasukkan ke dalam
mulut bayi atau disentuhkan ke bibirnya. Akan tetapi segera setelah itu, bayi mungkin
akan melakukan gerakan menyusu ketika botol atau puting susu berada di dekatnya.
Bayi tersebut sedang mempelajari sebuah tindakan dan secara aktif sedang menyusun
sensorimotor kedua), berkembang pada usia 1 sampai 4 bulan. Dalam sub tahap ini,
bayi mengkoordinasi sensasi dengan dua tipe skema yaitu reaksi-reaksi sirkuler
primer dan kebiasaan-kebiasaan. Kebiasaan adalah skema yang didasarkan pada suatu
bayi-bayi pada sub tahap 1 melakukan gerak menyusu ketika botol susu didekatkan
pada bibir mereka atau ketika mereka melihat botol. Bayi-bayi pada sub tahapan 2
mungkin melakukan gerak menyusu bahkan ketika tidak ada botol. Reaksi sirkuler
primer adalah sebuah skema yang didasarkan pada usaha menghasilkan kembali suatu
kejadian yang awalnya terjadi secara kebetulan. Contohnya seorang bayi tiba-tiba
menghisap jarinya ketika jari itu diletakkan dekat mulut. Selanjutnya ia mencari jari-
jarinya untuk dihisap lagi, tetapi jari-jari tersebut tidak dapat bekerja sama karena
tindakan-tindakannya selalu dengan cara yang sama. Pada sub tahap ini tubuh bayi
sendiri merupakan perhatian sentral si bayi. Tidak ada ketertarikan terhadap kejadian-
3) Reaksi sirkuler sekunder (sub tahap sensorimotor ketiga), berkembang antara usia
4 hingga 8 bulan. Pada sub tahap ini, bayi lebih berorientasi pada objek, berpindah
dari keasyikan pada dirinya sendiri. Secara kebetulan, seorang bayi mungkin
ini untuk kesenangannya. Bayi juga akan menirukan beberapa gerakan sederhana
dengan meniru gerakan yang telah mampu dilakukannya. Saat bayi dihadapkan pada
dengan sengaja.
berkembang antara usia 8 sampai 12 bulan. Untuk berkembang hingga sub tahap ini
bayi harus mengkoordinasikan pandangan dan sentuhan, tangan dan mata. Gerakan-
gerakan menjadi lebih terarah. Perubahan-perubahan penting selama sub tahap ini
sebuah tongkat untuk mengambil mainan yang berada di luar jangkauannya atau
merubuhkan sebuah balok untuk mengambil dan memainkan mainan yang lain.
sensorimotor kelima), berkembang pada usia 12 hingga 18 bulan. Pada sub tahap ini
dapat dijatuhkan, diputar, dipukulkan ke objek lain dan dilemparkan ke lantai. Sub
32
tahap ini merupakan skema di mana bayi secara sadar mengeksplorasi berbagai
berkembang antara usia 18 hingga 24 bulan. Pada sub tahap ini bayi mengembangkan
gambar sensorik yang diinternalkan atau kata yang mewakili sebuah kejadian.
kejadian-kejadian yang ada dalam cara-cara yang sederhana. Contoh bayi melihat
kotak korek api dibuka dan ditutup. Ia menirukan kejadian tersebut dengan membuka
dan menutup mulutnya. Ini merupakan ekspresi yang jelas atas gambarannya terhadap
mulai memahami bahwa objek-objek terpisah dari dirinya dan bersifat permanen.
Permanensi objek adalah suatu pemahaman bahwa objek-objek akan tetap eksis
bahkan ketika objek-objek tersebut tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh.
Permanensi objek merupakan salah satu pencapaian terpenting bagi bayi. Contoh
ketika objek yang menarik minatnya hilang dari pandangannya, maka bayi akan
mencari objek tersebut, diasumsikan bahwa bayi tersebut yakin objek tadi masih ada.
c. Perkembangan Emosi.
yaitu:
1) Emosi primer, yang sering muncul pada manusia dan juga binatang, yang
termasuk emosi primer adalah terkejut, tertarik, senang, marah, sedih, takut dan
2) Emosi yang disadari, yang memerlukan kognisi, terutama kesadaran diri. Yang
termasuk jenis emosi ini adalah empati, cemburu dan kebingungan yang muncul
pada 1½ tahun pertama (setelah timbulnya kesadaran diri), selain itu ada juga
bangga, malu dan rasa bersalah yang mulai muncul pada 2½ tahun pertama.
ekspresi emosional awal yang ditampilkan oleh bayi ketika mereka berinteraksi
Tangisan adalah mekanisme penting yang dimiliki oleh anak yang baru lahir
untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Tangisan pertama bayi menunjukkan bahwa
1) Tangisan biasa: pola ritmis yang biasanya terdiri dari tangisan, diikuti oleh
periode diam yang singkat, diikuti oleh desisan singkat lalu tangisan bernada
lebih tinggi dari tangisan awal, lalu istirahat sejenak sebelum diikuti dengan set
berikutnya. Rasa lapar merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan tangisan
ini.
2) Tangisan marah: beberapa variasi tangisan biasa dengan lebih banyak udara
3) Tangisan kesakitan: tangisan tiba-tiba yang keras dan panjang, diikuti dengan
menahan nafas, tidak ada rengekan awal sebelum tangisan ini. Biasanya
dari seorang bayi untuk mengkomunikasikan emosi. Ada dua macam senyuman bayi:
34
1) Senyuman refleksif: senyuman yang tidak disebabkan oleh stimulus internal dan
muncul pada masa 1 bulan awal sesudah kelahiran, biasanya pada saat tidur.
awal pada bayi, yang biasanya muncul pada usia 6 bulan dan mencapai puncaknya
pada usia 18 bulan, ekspresi ketakutan yang paling sering muncul biasanya berkaitan
ketakutan dan kegelisahan terhadap orang asing. Hal ini biasanya timbul secara
bertahap. Pertama kali muncul sekitar usia 6 bulan dalam bentuk reaksi gelisah. Pada
usia 9 bulan, ketakutan terhadap orang asing ini sering kali menjadi lebih sering dan
terus meningkat sampai ulang tahun pertama bayi tersebut. Tidak semua bayi
menunjukkan kegelisahan ketika menghadapi orang asing. Bayi akan lebih berani
berhadapan dengan orang asing jika mereka berada di lingkungan yang familiar.
Ketika bayi merasa aman maka akan lebih tahan menghadapi kecemasan terhadap
orang asing.
memukul atau menendang apa saja yang ada di dekatnya. Pada tahun kedua bayi
Rasa ingin tahu. pendapat Hurlock (1980), setiap mainan atau barang baru dan
tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuan, kecuali barang tersebut terlalu
tegas sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, maka akan
digantikan oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin tahunya
terutama melalui ekspresi wajah dengan menegangkan otot muka, membuka mulut
dan menjulurkan lidah. Kemudian bayi akan menangkap barang yang membangkitkan
kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang
menggerakkan lengan serta kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi berteriak
membaca petunjuk emosional dari orang lain sebagai referensi bagaimana berperilaku
dalam situasi tertentu. Bayi tidak hanya mengekspresikan emosi misalnya rasa takut
tetapi juga membaca tanda emosi dari orang lain. Misalnya ketika bayi berhadapan
dengan orang asing, apakah mereka harus merasa takut atau tidak terhadap orang
tersebut. Kemampuan melakukan referensi sosial ini akan berkembang dengan lebih
akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Kemudian mainan dan hewan
36
kesayangan keluarga mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. Umumnya bayi
waktu satu tahun pertama, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menahan
atau mengurangi intensitas dan durasi reaksi emosional. Dari masa awal
kehidupannya bayi sudah bisa meletakkan ibu jari dalam mulut untuk menenangkan
dirinya. Meskipun begitu, biasanya bayi tetap tergantung kepada pengasuhnya untuk
bobo, membelai-belai, dan lain sebagainya. Pada usia dua tahun, seorang balita sudah
mampu menggunakan bahasa untuk menjelaskan keadaan emosi dan situasi yang
menggangu mereka. Misal seorang balita mungkin akan berkata ”Takut. Anjing
galak” Jenis komunikasi seperti ini akan membantu pengasuh dalam membantu anak
mengatur emosi mereka. Bayi akan sangat mudah terpengaruh oleh kelelahan, rasa
lapar, waktu, orang-orang yang ada di sekitar dan juga lingkungan di mana mereka
sedang berada. Bayi harus belajar untuk beradaptasi terhadap berbagai macam situasi
contoh, jika bayi berusia 6 bulan tiba-tiba menjerit di tengah restoran maka orang
tuanya akan menganggap hal ini wajar, tetapi tidak wajar jika anak yang menjerit itu
bahwa emosi yang disadari adalah emosi yang membutuhkan kesadaran diri anak
bahwa mereka berbeda dengan orang lain. Misalnya bangga, malu, rasa bersalah,
37
pertama kali muncul pada usia 2½ tahun. Rasa bangga muncul ketika anak merasakan
kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu. Rasa malu muncul ketika
anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu. Anak
yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari
situasi tersebut. Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya
sebagai sebuah kegagalan. Ketika anak mengalami perasaan bersalah maka mereka
kegagalan mereka.
pada rentang usia 2-4 tahun, terjadi penambahan jumlah istilah yang digunakan untuk
konsekuensi dari perasaan-perasaan yang dialami. Ketika menginjak usia 4-5 tahun,
Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan
perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda. Lebih dari itu mereka juga mulai
Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang tua dan
orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi
yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka
d. Perkembangan sosial.
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang
38
sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu
proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Tiga proses sosialisasi antara lain:
perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus
mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan
seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada
peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan
murid.
aktivitas sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam
penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok sosial
1) Meniru. Bayi menjadi bagian dari kelompok sosial dengan cara menirukan bayi
2) Rasa malu. Pada usia tiga atau enam bulan bayi dapat membedakan antara wajah
yang sudah biasa dikenal dengan yang tidak dikenal. Sampai pada akhir tahun
39
pertama mereka bereaksi terhadap orang yang tidak dikenal dengan cara
membopong mereka.
3) Perilaku kelekatan. Tatkala bayi mampu membina hubungan yang hangat dan
penuh kasih sayang dengan ibu mereka atau pengganti ibu, kesenangan yang
mereka peroleh dari hubungan ini mendorong mereka untuk berusaha membina
5) Menerima otoritas. Bayi akan belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan orang
yang mempunyai otoritas atas diri mereka, hal itu bergantung pada pengaruh
6) Persaingan. Persaingan berkembang dalam hubungan dengan bayi lain atau anak-
anak. Hal ini terlihat pada bayi yang berusaha merebut mainan atau benda dari
bayi lain bukan karena menghendakinya, tetapi mungkin karena hal itu
7) Mencari perhatian. Pada tahun kedua, bayi berusaha memperoleh perhatian orang
dewasa melalui suara terutama menangis, dengan menarik baju atau memukul
mereka dan dengan melakukan hal-hal yang dilarang. Jika mereka berhasil,
8) Kerja sama sosial. Kerja sama dalam permainan antara bayi dengan orang dewasa
biasanya berhasil karena orang dewasa bersikap memberikan lebih banyak. Kerja
sama sosial dengan teman sebaya biasanya tidak berhasil karena teman sebaya
9) Perilaku melawan. Pada pertengahan tahun kedua usia bayi, perilaku melawan
mulai timbul. Hal itu diekspresikan dengan menegangkan badan, menangis atau
menolak untuk patuh. Bila bayi tidak diberi kesempatan untuk bebas, perilaku
1) Kerja sama. Sejumlah kecil anak belajar bermain atau bekerja secara bersama
dengan anak lain sampai mereka berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan
sebaik-baiknya, hal itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu
berbagi sesuatu dengan anak lain, meningkat dan sikap mementingkan diri
4) Hasrat akan penerimaan sosial. Jika hasrat untuk diterima kuat, hal itu
mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk
41
diterima oleh orang dewasa biasanya timbul lebih awal dibandingkan dengan
5) Simpati. Anak kecil tidak mampu berperilaku simpati sampai mereka pernah
bersedih.
6) Empati. Empati kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan
menghayati pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak
perhatian dan kasih sayang mendorong anak untuk berperilaku dalam cara yang
9) Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Anak yang mempunyai kesempatan dan
mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka miliki dan yang tidak terus-
menerus menjadi pusat perhatian keluarga, belajar memikirkan orang lain dan
berbuat untuk orang lain dan bukannya hanya memusatkan perhatian pada
10) Meniru. Dengan meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial,
11) Perilaku kelekatan. Dari landasan yang diletakkan pada masa bayi, yaitu tatkala
bayi mengembangkan suatu kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada
ibu atau pengganti ibu, anak kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada
bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek
tersebut berkembang secara seimbang. Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus
hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain
fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri-ciri
perkembangan:
proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda
Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri.
perkembangan selanjutnya.
d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap ini dilalui seorang anak
mengikuti pola teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,
misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang
kompleks dan terdapat berbagai faktor yang dibutuhkan seseorang untuk dapat
a. Keturunan
Kualitas genetik yang diwarisi dari orang tua biologis saat pembuahan.
b. Lingkungan
Pengaruh lain banyak berasal dari lingkungan, dimulai dari dalam kandungan,
seseorang, banyak perubahan mendasar dalam masa bayi dan anak-awal yang
dan berjalan. Seiring tumbuhnya seorang anak menjadi remaja kemudian dewasa.
anak adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dibagi menjadi:
mulai dari konsepsi sampai lahir termasuk gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis
(trauma dan cairan ketuban kurang, serta posisi janin dalam uterus) dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan, faktor toksin / zat kimia
sebagai zat teratogenik yang dapat menyebabkan kelainan bawaan, bayi berat badan
lahir rendah, lahir mati, cacat, atau retardasi mental, faktor endokrin seperti hormon
45
faktor infeksi juga dapat mengakibatkan cacat bawaan, faktor stres dapat
menyebabkan cacat bawaan dan kelainan jiwa, faktor imunitas sering menyebabkan
abortus dan lahir mati, faktor anoksia embrio menyebabkan bayi berat badan lahir
rendah.
1) Lingkungan biologis,
Bangsa kulit putih / ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi
b) Jenis kelamin
Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum
c) Umur
Umur paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak
mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita
perhatian khusus.
d) Gizi
kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak
Satu aspek yang penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan
yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai racun fisika, kimia dan
e) Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi
pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan
menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pemanfaatan fasilitas
sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapat imunisasi BCG, Polio 3
g) Penyakit kronis
h) Fungsi metabolisme
47
i) Hormon
2). Faktor fisik antara lain cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi
3) Faktor psikososial
a) Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
stimulasi.
b) Motivasi belajar
lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi pujian, ciuman, belaian,
tepuk tangan dan sebagainya. Kalau anak berbuat salah dapat diberikan
hukuman yang diberikan secara obyektif, disertai pengertian dan maksud dari
kejengkelan terhadap anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang
tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang
d) Kelompok sebaya
sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau
e) Stres
anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun
dan sebagainya.
f) Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan setiap anak
menjadi masalah sosial saat ini adalah masih banyaknya anak-anak yang
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih
sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya. Agar kelak kemudian hari
menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayang pula
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orang tuanya sehingga
komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama
karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak.
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak. Tetapi lebih
karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
bahwa fakta yang terjadi pada anak dan bayi dengan ibu yang bekerja diluar
rumah serta tidak sepenuhnya konsentrasi sebagai ibu rumah tangga dapat
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua
50
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
sebagainya.
c) Jumlah saudara.
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya
diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak anak terlalu dekat. Sedangkan pada
keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak yang
pada anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan perumahan
pun tidak terpenuhi. Oleh karena itu Keluarga Berencana tetap diperlukan.
anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang harmonis,
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu pengaruhnya berbeda terhadap
kepribadiannya tertutup.
51
g) Adat-istiadat, norma-norma.
oleh suatu keluarga, dimana harus disediakan berbagai makanan dan buah-
buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk karena makanan
maupun buah-buahan, maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk
h) Agama.
i) Urbanisasi.
permasalahannya.
bawaan mereka. Terdapat enam faktor lingkungan yang sangat penting, diantaranya:
terbuka dan menjadi lebih berorientasi kepada orang lain, karakteristik yang
b. Keadaan Emosi.
Anak-anak yang dibesarkan orang tua yang permisif ketika besar cenderung
kehilangan rasa tanggung jawab, mempunyai kendali emosional yang buruk, dan
oleh orang tua yang demokratik atau sedikit otoriter penyesuaian pribadi dan
menjaga anak yang lebih kecil, dapat mempunyai kepercayaan diri yang lebih
sepanjang hidupnya.
Seorang anak yang berasal dari sebuah keluarga yang besar, sikap dan
bercerai atau berpisah menjadi anak yang cemas, tidak mudah percaya, dan
sedikit kaku.
f. Rangsangan Lingkungan.
53
menunjukkan gambar cerita pada seorang anak pra sekolah mendorong minat
kemampuannya.
a. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh
b. Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi
c. Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu, lebih
mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pasca lahir.
d. Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan
e. Seandainya tidak ada gangguan lingkungan, maka kesehatan dan gizi yang baik
kemampuan motorik.
i. Karena rangsangan dan dorongan yang lebih banyak dari orang tua, maka
karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada di bawah tingkat
l. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit dan sosial
ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan metode pelatihan
a. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat belajar berbicara daripada anak yang tidak sehat,
karena motivasinya lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok sosial dan
b. Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, belajar berbicara lebih cepat dan
Anak dari kelompok dengan keadaan sosial ekonominya tinggi lebih mudah
belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak bicara
daripada anak dari kelompok dengan keadaan sosial ekonominya lebih rendah.
Penyebab utamanya adalah bahwa anak dari kelompok yang lebih tinggi, lebih
d. Jenis kelamin
berbicara. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki lebih pendek dan
kurang betul tata bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit dan
e. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain semakin kuat
motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin bersedia menyisihkan waktu
f. Dorongan
Semakin banyak anak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya bicara dan
g. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara lebih awal dan
lebih baik daripada anak dari keluarga besar, karena orang tua dapat menyisihkan
h. Urutan kelahiran
56
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul daripada anak yang lahir
kemudian. Ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak
untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar berbicara
Anak-anak dilatih secara otoriter yang menekankan bahwa ”anak harus dilihat
j. Kelahiran kembar
terutama karena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara kembarnya dan
hanya memahami logat khusus yang mereka miliki. Ini melemahkan motivasi
mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya dan semakin besar
l. Kepribadian
Anak yang dapat meyesuaikan diri dengan baik cenderung kemampuan bicaranya
lebih baik, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, daripada anak yang
a. Kondisi kesehatan
menjadi dominan.
b. Suasana rumah
Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi
yang tidak menyenangkan diusahakan sesedikit mungkin, maka anak akan lebih
dan permisif akan menimbulkan suasana rumah yang lebih santai yang akan
Hubungan yang tidak rukun dengan orang tua atau saudara akan lebih banyak
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang
menyenangkan akan menjadi dominan padanya, sedangkan jika anak ditolak atau
diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang tidak menyenangkan
Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan, yang hidup dalam prasangka
bahaya terhadap segala sesuatu, akan menimbulkan rasa takut pada anak menjadi
dominan.
Jika orang tua mempunyai aspirasi tinggi yang tidak realistis bagi anak-anaknya,
anak akan menjadi malu, canggung dan merasa bersalah bila mereka menyadari
kritik orang tua bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan tersebut.
Pengalaman semacam ini yang terjadi berulang kali dengan segera akan
kehidupan anak.
h. Bimbingan
emosi yang dominan. Tanpa bimbingan semacam ini, emosi tersebut akan
menjadi dominan terutama apabila frustasi yang dialami dirasakan tidak adil bagi
seorang anak.
begitu akrab. Anak-anak yang hanya melihat adanya kesempatan kecil untuk
59
Sebaliknya mereka yang merasa tidak aman akan menyesuaikan diri sebaik
c. Tipe kelompok
Pengaruh kelompok berasal dari jarak sosial yaitu derajat hubungan kasih sayang
di antara para anggota kelompok. Pada kelompok primer (antara lain keluarga
atau kelompok teman sebaya) ikatan hubungan dalam kelompok lebih kuat
(antara lain orang-orang yang berhubungan dengan anak di dalam bus, kereta api
terhadap anak-anak.
kelompok dan pengaruh yang terkecil berasal dari anggota yang paling tidak
populer.
e. Kepribadian
Anak-anak yang merasa tidak mampu atau rendah diri lebih banyak dipengaruhi
diri sendiri yang besar dan yang lebih menerima diri sendiri. Anak dengan pola
60
Semakin kuat motif anak-anak untuk menggabungkan diri yaitu keinginan untuk
pengaruh dari mereka yang mempunyai status tinggi dalam kelompok. Semakin
menarik kelompok itu bagi anak-anak, semakin ingin mereka diterima dan
1) Nutrisi yang adekuat dan seimbang. Merupakan kebutuhan akan “asuh” yang
dengan imunisasi.
b) Pengobatan bila anak sakit. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh
dengan baik.
3) Pakaian
Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-
4) Perumahan.
sesak, cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan menjamin
akibat nyamuk.
Kasih sayang orang tua yang hidup rukun berbahagia dan sejahtera yang
salah satu kebutuhann yang diperluan anak untuk tumbuh dan berkembang
rasa cemas bila ditinggalkan ibunya pada umur antar 7 sampai 9 bulan.
Hubungan antar ibu dan anak pada dua tahun pertama dalam kehidupan si
anak harus cukup memberikan kepercayaan pada si anak, akan tetapi bila
berlebihan dapat menyebabkan anak menjadi manja. Bila seorang ibu oleh
karena bekerja harus meninggalkan anaknya, maka hal ini tidak akan
mengakibatkan kelainan pada anak asal si ibu setiap hari masih dapat bertemu
dan bergaul dengan si anak dalam waktu-waktu tertentu. Bila si ibu harus
2) Rasa Aman
Seorang anak akan merasa diterima oleh orang tuanya bila ia merasa bahwa
dan keluarganya.
3) Harga Diri
tidak diacuhkan.
Setiap anak ingin merasa bahwa apa yang diharapkan daripadanya dapat
5) Mandiri
waktu.
6) Dorongan
semangat bahwa dia dahulu dapat mengatasi dengan baik, dan sebagainya.
usaha, anak justru tidak senang. Dia ingin diberi kesempatan menunjukkan
8) Rasa memiliki
dapat dia miliki sendiri (bagi orang tua barang-barang tersebut tidak berharga
sama sekali). Orang tua harus dapat memberikan rasa memiliki pada anak.
Penghargaan orang tua pada benda milik anak sangat diperlukan anak.
mungkin yaitu dengan mendekapkan bayi pada ibunya sesegera mungkin setelah
lahir. Keadaan ini akan menimbulkan kontak fisis (kontak kulit) dan psikis
(kontak mata) sedini mungkin. Bahkan dimasa pranatal pun kebutuhan emosi
anak (janin) seharusnya sudah harus dipenuhi yaitu dengan mengupayakan agar
datang dari lingkungan luar anak antara lain berupa latihan atau bermain.
65
Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi.
penuh kasih sayang adalah hal yang penting bagi perkembangan anak, seperti
halnya kebutuhan makanan untuk pertumbuhan badan. Bermain bagi anak tidak
hanya sekedar mengisi waktu luang anak saja, tetapi melalui bermain anak bisa
hidup. Manfaat lain dari bermain apabila dilakukan bersama orang tuanya adalah
hubungan orang tua dan anak menjadi semakin akrab dan juga orang tua akan
dapat bermain, diperlukan pula tersedianya alat permainan edukatif dan kreatif
yang layak sesuai dengan kematangan mental anak. Stimulasi mental ini
setelah lahir. Bahkan sewaktu dalam kandungan, asah ini sudah diperlukan. Hal
ini dapat dilakukan dengan berbicara pada anak dalam kandungan serta
(belahan) otak kanan. Setelah lahir stimulasi mental sudah dapat diberikan
dengan sedini mungkin (setelah bayi dibersihkan) menetekkan bayi pada ibunya.
Tindakan ini pada bayi akan asah yang akan menyempurnakan refleks
66
menghisap, refleks menelan dan refleks menemukan puting susu. Karena asah ini
diperlukan sedini mungkin (sampai 4 – 5 tahun setelah lahir) maka periode ini
dan sebagainya.
antara lain :
a. Tes Intelegensia Stanford-Binet (The Stanford-Binet Test). Test ini merupakan tes
yang tertua dan digunakan secara luas di hampir semua tempat. Test ini digunakan
mulai umur 2 tahun sampai dewasa. Walaupun sebagian besar terdiri dari unsur-unsur
verbal, maka tes ini tidak bermanfaat untuk anak dengan gangguan bahasa dan bicara,
serta tidak dapat menjelaskan anak yang mengalami kesulitan belajar. Nilai yang
didapat dati test ini adalah IQ dan umur mental. Pada test ini juga terdapat beberapa
skema yang secara mandiri digunakan untuk menganalisis kekuatan dan keterbatasan
seorang anak, tetapi karena distribusi berbagai jenis soal tidak merata, maka
mengakibatkan pemeriksaaan jawaban menjadi sulit. Untuk anak yang buta digunakan
b. Skala Intelegensi Wechsler untuk anak prasekolah dan sekolah. The Wechsler
menggunakan tes ini secara luas pada anak-anak yang lebih besar dan dewasa,
67
mempunyai 11 sub-tes dibagi menjadi skala verbal dan performance, dengan nilai IQ
yang cukup lama untuk melaksanakan tes ini, tes ini memberikan informasi diagnostik
yang berguna untuk penilaian anak yang mengalami kesulitan belajar dan retardasi
mental.
dan anak dengan masalah. Skala Gesell menggambarkan taraf kematangan dari
bidang-bidang terpenting dari perilaku seorang anak. Gesell tidak hanya meninjau
dari aspek diagnostik, tetapi juga aspek prognosis dan kemungkinan pengobatannya.
Skala ini di terbitkan pertama kali pada tahun 1925 dan dapat digunakan dari umur 4
anak tiap 4 minggu, tahun kedua tiap 3 bulan dan selanjutnya tiap 6 bulan. Karena
perkembangan bayi pada satu tahun pertama jauh lebih pesat dibandingkan dengan
4) Perilaku sosial (personal social behavior), adalah reaksi pribadi anak terhadap
Pada pelaksanaan pemeriksaan dengan metode Gesell dipakai alat yang dikenal
dengan kotak Gesell. Keuntungan pemakaian skala Gesell adalah ciri-ciri perilaku
Gesell, bentuk perilaku anak berdasarkan derajat maturitas dan hasilnya dinyatakan
Umur kronologis
d. Skala Bayley (Bayley Infant Scale of Development). Skala ini dibuat untuk anak
umur 8 minggu sampai 30 bulan (2½ tahun). Tujuan dari program diagnostik
motorik seorang anak dan mencari penyimpangan dari perkembangan yang normal.
perilaku anak, dipakai sebuah tabel yang menunjukkan persentase angka-angka dari
tiap penggolongan perilaku anak. Persentase ini diperoleh dari hasil uji coba pada
anak-anak. Dengan cara ini dapat diketahui apakah seorang anak menunjukkan
perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan suatu standar. Hasil penggunaan skala
Bayley hanya memberi petunjuk, apakah bayi atau anak yang diperiksa itu
perkembangannya lebih atau kurang dari normal. Hasil tersebut tidak memberikan
pegangan yang nyata untuk dimulainya suatu terapi menurut bidang fungsi tertentu.
merayap.
berjalan.
bahasa
Umur bayi prematur adalah umur post natal kronologis yang sudah terkoreksi.
Misalnya umur kronologis bayi 6 bulan, tetapi bayi tersebut lahir pada kehamilan 8
bulan, berarti 1 bulan lebih cepat, maka pada pencatatan bayi tersebut disesuaikan
70
1) Bayi (bangun, tidak mengantuk, lelah, disertai ibunya/pengasuh yang sudah akrab
tahun pertama:
1) Sebuah lonceng
6) Sebuah boneka.
f. Tes bentuk geometrik. Tes ini merupakan suatu prosedur yang sederhana untuk
meniru bentuk geometrik yang sederhana. Anak diberi pensil dan kertas dan
diperintahkan untuk meniru 7 bentuk geometrik yang berbeda pada waktu yang
bersamaan pada setiap kertas putih yang berukuran 3 x 6 inchi. Gambaran garis
vertikal biasanya dapat dibuat oleh anak umur 2½ tahun sampai 3 tahun, lingkaran
oleh anak umur 3 tahun, garis menyilang oleh anak umur 3½ tahun, bentuk “V” oleh
anak umur 4 tahun, bentuk segi empat oleh anak umur 5 tahun dan bentuk permata
oleh kebanyakan anak umur 7 tahun. Tes ini dapat sebagai indikator perkembangan
g. Tes motor visual Bender Gestalt. Tes ini untuk menilai dan skrining anak-anak
yang mengalami kesulitan persepsi motorik yang dimulai pada umur 5 tahun dan yang
lebih tua. Seperti pada tes bentuk geometrik, anak diberikan pensil dan kertas dan
diperintahkan untuk meniru 9 bentuk yang diberikan pada waktu yang bersamaan.
Disain ini digambar pada kertas putih ukuran 3 x 6 inchi dan terdiri dari bentuk-
berpotongan, bentuk permata, segi empat yang berdekatan dan lebih rumit. Kartu
yang sama ini dapat digunakan sebagai tes memori dengan cara meminta anak untuk
h. Tes menggambar orang (Draw A Man Test). Tes ini relatif sederhana. Pada anak
berumur 3 tahun 3 bulan diberikan pensil dan kertas dan diperintahkan untuk
menggambar seorang laki-laki. Menurut sistem skoring Good enough yang normal,
apabila seorang anak dapat menggambar kepala maka dia telah mencapai usia mental
minimal 3 tahun 3 bulan. Sesuai dengan sistem skoring, kredit umur 3 bulan
72
ditambahkan setiap bagian tubuh yang sesuai, juga untuk pakaian dan asesoris
ditambahkan nilai yang sama seperti bagian tubuh lainnya. Jadi makin cerdas seorang
anak ia akan membuat gambar yang lebih baik yang mencerminkan kapasitas
intelektual yang lebih tinggi yang sudah ada secara intrinsik di dalam dirinya.
i. Tes perkembangan adaptasi sosial. Adaptasi adalah suatu proses yang kontinu
mengekspresikan pengalamannya secara utuh dan dia belajar secara bertahap untuk
meningkatkan kemampuannya untuk mandiri, bekerja sama dengan orang lain dan
bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Suatu skala pengukuran yang baik untuk
perkembangan sosial adalah skala maturitas sosial dari Vineland (Vineland Social
Maturity Scale). Pada tes ini diperlukan jawaban/informasi yang dapat dipercaya dari
orang tua anak, mengenai perkembangan anaknya mulai dari tahun-tahun pertama
sampai pada saat tes dilakukan. Alat tes ini mengkategorikan kemampuan motorik
dan perkembangan sosial anak dari lahir sampai dewasa. Kualitas hasil pemeriksaan
Kegunaan skala ini adalah tes psikologi anak-anak yang mengalami deviasi
perkembangannya. Skala maturitas sosial dari Vineland ini dibagi menjadi 8 kategori
1) Self-help general (SHG): eating and dressing oneself. (Mampu menolong dirinya
2) Self-help eating (SHE): the child can feed himself. (Mampu makan sendiri)
3) Self-help dressing (SHD): the child can dress himself. (Mampu berpakaian
sendiri)
73
4) Self-direction (SD): the chid can spend money and assume responsibilities.
5) Occupation (O): the child does things for himself, cuts things, uses a pencil and
6) Communication (C): the child talks, laughs and reads. (Mampu berkomunikasi
7) Locomotion (L): the child can move about where he wants to go. (Gerakan
8) Socialization (S): the child seeks the company of others, engages in play and
berkompetisi)
normal.
Sebagai contoh pada tes adaptasi sosial menurut Vineland yang dimulai pada
umur satu bulan dan dilanjutkan sampai 12 bulan, terdapat 17 item dari 8 kategori
tersebut di atas. Dari 17 item tersebut terdapat 12 kemampuan bersosialisasi (2S) dan
pertama tersebut adalah: mendekati orang-orang yang dikenal dan minta diperhatikan.
Sesudah umur 2 tahun, terlihat perkembangan sosial anak sangat pesat, antara
lain:
berkomunikasi.
2) Sejak usia 3-4 tahun anak mulai bermain bersama dengan teman-temannya pada
lainnya.
3) Sejak usia 4-5 tahun anak terlibat dalam permainan yang bersifat kompetitif.
4) Sejak usia 5-6 tahun menulis kata-kata sederhana dan ikut permainan meja
(seperti halma, kuartet dan lain-lain) serta komunikasi dan sosialisasi yang
meningkat.
5) Sejak usia 6-7 tahun dapat menggunakan pensil untuk menulis dan
berkomunikasi.
6) Sejak usia 7-8 tahun, norma-norma sosial lebih meningkat lagi, dapat membaca
Test/DDST). DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. Frankenburg et
Screening Test). Aspek perkembangan yang dinilai terdiri dari 125 tugas
3) Language (bahasa)
berbicara spontan.
horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar Denver II. Pada umumnya
pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar
antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan
pensil.
3) Manual Denver sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.
76
Penilaian metode Denver II. Manual Denver dari Soetjiningsih (1995) dan
penilaian apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak dapat
pada formulir Denver II. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang
P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam:
2) Meragukan: bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih atau bila
pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
3) Tidak Normal: bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau
lebih, atau bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
ditambah 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II ini, umur anak perlu ditetapkan
terlebih dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan
untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas. Perhitungan umur
adalah sebagai berikuta: Misalnya Budi lahir pada tanggal 23 Mei 1992 dari
kehamilan yang cukup bulan dan tes dilakukan pada tanggal 5 Oktober 1994, maka
umur Budi 2 tahun 4 bulan 12 hari, karena 12 hari adalah lebih kecil dari 15 hari,
maka dibulatkan kebawah, sehingga umur Budi adalah 2 tahun 4 bulan. Kemudian
77
garis umur ditarik vertikal pada formulir Denver II yang memotong kotak-kotak tugas
perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak di sebelah kiri garis itu,
pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia Budi ( 2 tahun 4 bulan ).
suatu keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan
berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu
perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak di sebelah kanan garis umur. Pada
ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat kode R
maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuanya, sedangkan bila
terdapat kode nomor maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk dibaliknya
formulir.
Pendapat Sam. (2009), Ibu bekerja artinya kegiatan yang dilakukan oleh
seorang ibu rumah tangga baik secara langsung atau secara tidak langsung untuk
mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan
mempunyai nilai waktu. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
Menurut dinas tenaga kerja dan transmigrasi bahwa bekerja adalah mereka
penghasilan atau keuntungan selama paling sedikit satu jam secara terus menerus
dalam seminggu. (termasuk pekerjaan keluarga tanpa upah yang membantu dalam
suatu usaha/kegiatan ekonomi). Menurut Marsha Sinetar cit Rich (2006) bahwa
bekerja sebenarnya menjual waktu, tenaga, mental, spiritual untuk mendapatkan uang.
6 hari atau 40 jam seminggu atau 8 jam sehari selama 5 hari atau 40 jam seminggu.
Kesimpulan dari definisi ibu bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seorang ibu rumah tangga baik secara langsung atau secara tidak langsung, dengan
mengeluarkan tenaga atau energi dan mempunyai nilai waktu untuk mendapatkan
penghasilan dalam bentuk uang / barang atau keuntungan dengan waktu kerja adalah
7 jam sehari selama 6 hari atau 40 jam seminggu atau 8 jam sehari selama 5 hari atau
40 jam seminggu.
Ibu yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki aktifitas
yang secara langsung menghasilkan uang atau barang yang dapat menyumbang
penghasilan keluarga.
atau kedua orang tua untuk mencari nafkah. Pekerjaan orang tua menentukan lebih
banyak dari sekedar sumber keuangan keluarga. Banyak waktu, tenaga, dan
orang tua dan pengaturan pengasuhan anak mereka dapat mempengaruhi seorang
anak.
79
penitipan anak sepanjang hari. Jelaslah bahwa pengaruh bekerjanya ibu terhadap
nampaknya lebih menguntungkan bagi anak perempuan daripada bagi anak laki-laki.
Anak-anak perempuan yang mempunyai ibu yang bekerja cenderung lebih dapat
mandiri, lebih dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan, cenderung berprestasi baik
secara akademis serta bercita-cita mencapai suatu karier dibandingkan dengan anak
perempuan yang memiliki ibu yang tidak bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh
anak laki-laki yang memiliki ibu yang bekerja juga lebih mandiri dan lebih dapat
menyesuaikan diri daripada anak-anak laki-laki yang memiliki ibu yang tidak bekerja,
akan tetapi di sekolah dan dalam tes-tes kemampuan kognitif mereka tidak begitu
baik.
mendukung pernyataan bahwa prestasi di sekolah dari anak laki-laki yang mempunyai
ibu yang bekerja tidak sebaik anak dari ibu yang tidak bekerja adalah benar bagi anak-
anak yang berasal dari keluarga kelas menengah, anak laki-laki yang berasal dari
skor lebih tinggi dalam tes-tes kemampuan kognitif. Sejumlah faktor ikut berpengaruh
80
terhadap berbagai perbedaan yang diakibatkan oleh bekerjanya ibu, tetapi suatu faktor
penting ialah peran ibu sebagai seorang guru. Para ibu kelas menengah lebih
yang lebih efektif dan merupakan suatu sumber stimulasi intelektual yang lebih luas
bagi anak-anak mereka. Jadi bekerjanya ibu mungkin lebih banyak merugikan anak
dari kelas menengah daripada anak dari kelas rendah. Jika anak dari kelas rendah
diberi suatu lingkungan yang memberi stimulasi yang lebih intelektual pada waktu
ibunya tidak ada (misalnya dititipkan pada suatu yayasan penitipan anak yang baik
dengan guru-guru yang terlatih), dengan harapan terjadi perbaikan dalam ketrampilan
akademis.
Di beberapa negara seperti Cina, Rusia, Israel, para ibu dapat menitipkan bayi-
bayi mereka pada tempat penitipan anak di tempat mereka bekerja begitu bayi mereka
menginjak usia dua bulan. Para ibu mendatangi tempat penitipan anak pada waktu
istirahat untuk menyusui bayi mereka. Menginjak usia 2 atau 3 tahun, sebagian besar
bayi itu diantarkan ke yayasan penitipan anak dekat rumah pada pagi hari dan
dijemput oleh orang tua mereka setelah selesai bekerja pada waktu petang hari. Di
Israel, anak-anak dirawat sejak bayi oleh perawat profesional dalam rumah-rumah
yang terpisah dari orang tua mereka. Selama satu tahun pertama, ibu menyediakan
dalam tempat perawatan komunal. Setelah tahun pertama, ibu bekerja penuh dan
orang tua bertemu dengan anak mereka terutama pada petang hari dan setiap hari
Sabtu. Penelitian yang dilakukan oleh Kohen-Raz (1968) cit Papalia, et al. (2008)
menunjukkan bahwa kemampuan fisik dan mental anak-anak dari tempat perawatan
komunal sama dengan anak-anak Israel yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
81
sendiri, dan kedua kelompok lebih unggul jika dibandingkan dengan anak-anak yang
bahwa anak-anak yang dibesarkan di rumah yatim piatu menjadi terbelakang dalam
sekitar 12.600 wanita, diikuti dengan penilaian terhadap anak mereka. Sebuah analisis
data NLSY tahun 1994 (Papalia, et al., 2008), menemukan sedikit pengaruh atau
bahkan tidak ada pengaruh dari ibu yang bekerja pada masa awal perkembangan bayi
atau prestasi akademik. Bahkan dalam sejumlah studi lain, ibu yang bekerja pada
masa awal anak tampaknya memberikan manfaat kepada anak yang berada dalam
berbeda-beda. Sebagian anak tinggal dalam keluarga yang belum pernah mengalami
perceraian, sebagian anak yang lain sepanjang masa-masa awal anak-anak benar-
benar tinggal dalam keluarga orang tua tunggal, dan sebagian anak tinggal dalam
keluarga tiri. Beberapa anak hidup di dalam kemiskinan, anak-anak lain hidup dalam
keluarga yang beruntung secara ekonomis. Sebagian ibu bekerja penuh waktu dan
anak memiliki saudara kandung, yang lain tidak memiliki. Beberapa orang tua
(1997b) cit Papalia, et al. (2008), efek dari penitipan anak di masa awal tergantung
kepada tipe, jumlah, kualitas keseluruhan, dan stabilitas pengasuhan, serta usia saat si
anak menerima pengasuhan tersebut. Dalam penyusunan rumah, tempat yang paling
disukai si anak, kualitas dari pengasuh berkaitan dengan pemasukan keluarga. Dengan
kata lain, semakin tinggi pemasukan, semakin baik pengasuhan yang akan diterima si
anak. Hal ini tidak sepenuhnya benar dalam pusat penitipan anak, yang biasanya
digunakan bagi anak-anak masa pra-sekolah, di tempat itu anak-anak keluarga miskin
yang mendapatkan tunjangan subsidi federal akan menerima pengasuhan yang lebih
baik dibanding dengan anak-anak yang berasal dari keluarga kelas menengah. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bergen, et al. (2000) dan NICHD Early Child Care
Reaserch Network (1998c) cit Papalia, et al. (2008), sebagian besar pusat penitipan
anak tidak memenuhi seluruh rekomendasi panduan tentang rasio anak-staf pengasuh,
besar kelompok, pelatihan guru, dan pendidikan guru. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Burchinal, et al. (1996) dan Howes, et al. (1994) cit Papalia, et al. (2008), elemen
paling krusial dalam pusat penitipan anak adalah kualitas pengasuh. Sebab,
merangsang interaksi dengan orang dewasa yang responsif amat penting bagi
keluar-masuk staf pengasuhan juga merupakan hal penting, karena bayi membutuhkan
83
pengasuhan yang konsisten untuk mengembangkan rasa percaya dan keterikatan yang
aman.
Penelitian yang dilakukan oleh Peth-Pierce (1998) cit Papalia, et al. (2008),
untuk mengukur kontribusi yang dibuat oleh tempat penitipan anak terhadap
dan pengasuhan yang diterima oleh sang anak di rumah. Melalui observasi,
wawancara, kuesioner, dan tes, periset mengukur perkembangan fisik, emosional, dan
kognitif anak dalam interval tertentu dari 1 bulan sampai kira-kira berusia 7 tahun.
Kuantitas dan kualitas pengasuhan yang diterima si anak, juga tipe dan stabilitas
oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network (1998a) cit Papalia, et al. (2008),
terdapat berbagai faktor yang terkait dengan pengasuhan anak tampaknya kurang
perkembangan, terlepas dari seberapa banyak waktu yang dihabiskan anak di tempat
penitipan anak.
Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network,
(1997a;2001b) cit Papalia, et al. (2008), Sensitivitas maternal juga merupakan alat
prediksi keterikatan yang paling kuat. Penitipan anak tidak memiliki efek langsung
diukur dengan menggunakan strange situation), terlepas seberapa dini usia anak
ketika memasuki pengasuhan anak dan berapa jam yang dihabiskannya di dalam
tempat itu. Masalah kualitas dan stabilitas juga tidak menimbulkan pengaruh dalam
diri atau mempengaruhi mereka. Akan tetapi jika ketidakstabilan, buruknya kualitas
84
pengasuhan, atau jumlah jam pengasuhan yang melebihi batas minimal ( 10 jam atau
lebih ) ditambahkan dengan pengaruh ibu yang kurang sensitif dan tidak responsif,
Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network
psikososial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care
anak yang berada dalam tempat penitipan anak dengan rasio staf-anak yang lebih
kecil, jumlah kelompok yang lebih kecil, dan pengasuh terlatih, sensitif, dan
responsif, yang memberikan interaksi positif dan stimulasi bahasa, kognisi, dan
kesiapan untuk bersekolah; serta lebih sedikit masalah dalam laporan ibu-ibu mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh NICHD Early Child Care Reaserch Network (2002)
cit Papalia, et al. (2008), pemasukan keluarga, kosakata sang ibu, lingkungan rumah,
dan jumlah stimulus mental yang diberikan oleh sang ibu memiliki pengaruh jauh
lebih besar.
Reaserch Network (2001a) cit Papalia, et al. (2008), bukanlah hal yang mengejutkan
apabila apa yang di permukaan tampak sebagai efek dari penitipan anak sebenarnya
merupakan efek dari karakteristik keluarga. Lagi pula, keluarga yang stabil dengan
penghasilan besar dan latar belakang pendidikan yang tinggi serta lingkungan rumah
yang nyaman lebih mampu, dan karena itu, lebih cenderung memberikan pengasuhan
berkualitas tinggi kepada anaknya. Satu bidang yang tampaknya terpengaruh secara
langsung oleh pengasuhan anak, terlepas dari karakteristik keluarga dan anak adalah
85
interaksi dengan teman sebaya. Anak berusia antara 2 sampai 3 tahun yang memiliki
pengasuh yang sensitif dan responsif cenderung menjadi lebih positif dan kompeten
dalam cara mereka bermain bersama anak lain dibandingkan sebelum mereka diasuh.
Sebagian besar keluarga dapat dikatakan sebagai keluarga inti. Keluarga inti
didefinisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum
menikah. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan
peningkatan kualitas dan intensitas hubungan sehingga ketidakberadaan ayah dan ibu
dan kebersamaan keluarga di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara
psikologis. Ini diperlukan agar pengaruh, arahan, bimbingan, dan sistem nilai yang
direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati, mewarnai sikap dan pola perilaku
anak-anaknya.
tumbuh kembang anak. Suatu contoh klasik terjadi di Rusia tentang anak-anak yang
berasal dari keluarga miskin yang ditampung di Panti Asuhan. Setiap petugas
mengasuh rata-rata 20 anak yang berumur di bawah 3 tahun. Karena sangat sibuknya
berkomunikasi, dan harus diam. Anak yang diam adalah anak yang manis. Akhirnya
anak tampak sangat nyata. Pertambahan baik ini tergantung kepada lamanya anak
diasuh di Panti Asuhan sebelum diadopsi. Makin lama anak diasuh di panti makin
persisten dan lambat perkembangannya, serta memerlukan waktu lebih lama untuk
86
anak yang tumbuh normal. Dari hasil pengamatan ini tampak bahwa pengasuhan,
kesehatan, dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangat krusial untuk
perkembangan anak.
pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam memberikan makanan,
miskin, yang ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, namun
yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh-kembang anak yang optimal. Sebagai
pengasuhan yang terjadi bersamaan. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan
Demikian pula faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih di dalam rumah,
bahan pangan yang tersedia untuk makanan sehari-hari, dan pengetahuan ibu atau
pengasuh lainnya. Latar belakang pendidikan ibu, serta keadaan kesehatan fisik dan
kembang anak.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Halpern,et al. (2008), terjadi
penurunan prevalensi perkembangan anak terlambat 37,1% pada 1993 menjadi 21,4%
lama.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Schirmer, et al. (2006), anak-
anak yang lahir preterm (kurang bulan) dengan berat badan lahir rendah memiliki
resiko keterlambatan bahasa, dan juga menurunkan nilai kognitif dan perilaku anak.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Amel Yanis, dkk. (2008),
dengan jumlah anak yang lebih banyak maka perhatian dan stimulasi yang diberikan
ibu akan berkurang baik jumlah maupun kualitasnya, hal ini akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak, dengan kata lain bahwa hubungan ibu dan anak
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Gunanti, dkk (2005), tingkat
anak tergolong rendah. Sikap PRT tentang pengasuhan anak tergolong tinggi. Status
gizi sebagian besar anak yang diasuh adalah normal, namun masih ditemukan adanya
anak dengan status gizi lebih, sedang dan kurang. Perkembangan sebagian besar anak
yang diasuh adalah normal tetapi masih djumpai adanya keterlambatan perkembangan
terdapat berbagai efek negatif dari ibu bekerja terhadap anak mempunyai alasan
karena berbagai hal antara lain karena berpenghasilan rendah serta kondisi orang tua
tunggal.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Rhum (2008), ibu yang
bekerja keras di luar rumah diperkirakan lebih memiliki efek yang tidak begitu baik
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Daniel, et al. (2009), ibu yang
kembali bekerja dengan pengaturan jadwal pada anak yang berusia 6 bulan
mempunyai waktu rata-rata 35 jam per minggu selama 6 bulan sampai 3 tahun pada
anak usia 2 tahun dan 3 tahun, ibu bekerja yang mempunyai anak-anak mempunyai
jadwal non standar dapat mempengaruhi perilaku internal dan eksternal anak, dimana
dengan subjek 900 anak Eropa-Amerika usia 15 bulan sampai 3 tahun dengan ibu
yang bekerja selama 30 jam atau lebih pada tahun pertama menunjukkan bahwa
kualitas perawatan anak, pengaruh lingkungan rumah dan sensitivitas ibu menjadi
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Harvey (1999), orang tua yang
bekerja ditemukan sedikit pengaruh pada anak. Ibu yang bekerja keras yang tidak
perilaku. Ibu bekerja yang dapat membagi waktu dapat mengetahui tingkat
perkembangan anak walaupun menjadi orang tua tunggal dan berpenghasilan rendah.
89
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Hill, et al. (2005), ibu yang
setelah melahirkan dan bekerja penuh waktu setelah anak berusia 3 tahun mempunyai
perkembangan kognitif yang lebih baik daripada ibu bekerja penuh waktu setelah
kognitif anak yang berusia 2 tahun dan kemampuan berbahasa anak pada usia 3 tahun.
pengaruh gender, dimana perkembangan kognitif anak laki-laki lebih rendah daripada
anak perempuan walaupun orang tua bekerja di luar rumah tetapi apabila tingkat
karena peranan baby siter dan terpenuhinya fasilitas anak terpenuhi dibandingkan
D. Kerangka Pemikiran
PEKERJAAN
IBU
Genetik
lingkungan biologis
Faktor lingkungan
Faktor fisik pranatal
KUALITAS ALOKASI
INTERAKSI WAKTU Asuh
Faktor psikososial IBU-ANAK
Asih
Faktor keluarga
dan adat istiadat Asah
PERKEMBANGAN
ANAK BALITA:
- Perlaku Sosial
- Motorik Halus
- Bahasa
- Motorik Kasar
E. Hipotesis Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
cross sectional untuk mengamati subjek hanya satu kali saja tetapi tidak harus tepat
B. Lokasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak - anak balita yang ibunya bekerja
dan ibunya tidak bekerja di RW VI, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon,
diperoleh dari data anak balita di RW VI, Surakarta, kemudian dipilih subyek yang
(Quota) yang telah ditentukan. Besar sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi hingga terpenuhinya jumlah sebanyak 30 sampel untuk anak balita dengan
ibu bekerja dan 30 sampel untuk anak balita dengan ibu tidak bekerja sehingga
1. Untuk Anak:
a. Kriteria inklusi adalah anak balita mendapat izin dari orang tua atau wali
gangguan metabolik.
2. Untuk Ibu:
a. Ibu bekerja
b) Bekerja di luar rumah dan bekerja penuh waktu (7 jam sehari selama 6
hari atau 40 jam atau 8 jam sehari selama 5 hari atau 40 jam )
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks berupa perubahan bentuk fisik, struktur saraf, perilaku dan sifat dalam
pola yang teratur, berlangsung terus dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
2. Ibu bekerja
Ibu bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga baik
secara langsung atau secara tidak langsung, dengan mengeluarkan tenaga atau
energi dan mempunyai nilai waktu untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk
uang / barang atau keuntungan dengan waktu kerja adalah 7 jam sehari selama 6
hari atau 40 jam seminggu atau 8 jam sehari selama 5 hari atau 40 jam seminggu.
Ibu yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga yang tidak memiliki aktifitas
yang secara langsung menghasilkan uang atau barang yang dapat menyumbang
penghasilan keluarga.
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
masing subyek penelitian, meliputi nama anak balita, umur, anak ke berapa,
riwayat sakit anak balita, nama ibu, nama ayah, alamat, pendidikan terakhir ibu,
ibu bekerja atau tidak, ayah bekerja atau tidak, bila ibu/ayah bekerja, status
2. Observasi (Pengamatan)
subjek penelitian yang dapat dilihat pada kuesioner penelitian yang telah diisi
kemudian pada lembar formulir Denver II ditarik garis vertikal yang memotong
dalam bentuk kotak persegi panjang horisontal yang berurutan menurut umur.
kemudian apabila anak balita dapat mengerjakan tugas perkembangan maka diberi
tanda P (Passed = lulus) dan bila tidak dapat mengerjakan tugas perkembangan
maka diberi tanda F (Fail = gagal). Bila anak balita sudah melakukan 3 kali F
95
maka pengamatan dihentikan dan dilihat P sebelum F yang pertama ditarik garis
vertikal sampai memotong umur dan semua tugas perkembangan. Hasilnya dilihat
apabila anak dapat melewati semua pada tiap sektor dikategorikan normal, apabila
2. Peneliti memilih data kuesioner yang sesuai kriteria inklusi kemudian dilakukan
H. Kerangka Penelitian
Metode analisis data penelitian menggunakan uji chi kuadrat bantuan OpenEpi
versi 2.2 dengan Tabel 2 x 2 untuk menguji secara statistik antara perkembangan anak
balita dengan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, baik dalam aspek perilaku sosial,
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak balita yang mempunyai ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja di RW VI, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar
sebanyak 60 orang, yang dibagi menjadi kelompok anak balita dengan ibu bekerja
sebanyak 30 orang dan kelompok anak balita dengan ibu tidak bekerja sebanyak
30 orang.
Distribusi jenis kelamin pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja
lebih banyak laki-laki, sedangkan pada kelompok anak balita dengan ibu tidak
bekerja lebih banyak perempuan. Sebaran jenis kelamin secara lebih jelas
laki
uan
Usia subjek penelitian pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja
rata-rata 28,2 bulan dengan rentang usia antara 3 sampai 56 bulan, sedangkan
pada kelompok balita dengan ibu tidak bekerja rata-rata 24,97 bulan dengan
rentang usia antara 4 sampai 36 bulan. Perbandingan tersebut secara lebih jelas
Tabel 4.2 Rerata dan Simpangan Baku Usia (bulan) Subjek Penelitian
Kelompok
n Baku
sebagian besar adalah anak pertama. Demikian pula pada kelompok anak
tama 3
Ke 7 23, 11 36,7
dua 4 3 4 13,3
iga 2 3 0 0
Ke 13,
empat 3
Kel 6,8
ima
Tot 30 10 30 100
al 0
d. Jumlah Saudara
99
anak balita dengan ibu tidak bekerja. Sebaran jumlah saudara kandung
Saudara n % n %
Sat 12 40 12 40
Du 7 23, 11 36,7
a 5 3 6 20
a 1 7 0 0
Em 1 13, 0 0
pat 3
Li 3,3
ma 3,3
Ena
m
100
Tot 30 10 30 100
al 0
e. Pendidikan Ibu
Ibu pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja sebagian besar
berpendidikan SLTA. Demikian pula pada kelompok anak balita dengan ibu
tidak bekerja. Sebarannya secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.5.
S2 1 3,3 0 0
S1 1 3,3 1 3,3
D3 3 10 0 0
D2 0 0 1 3,3
D1 0 0 2 6,7
A 11 6 9 30
SLT 36,
P 7
Total 30 10 30 100
Penghasilan orang tua pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja
subjek penelitian pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja memiliki
dengan ibu tidak bekerja, dimana hanya 1 subjek penelitian yang mengalami
Normal 2 9 29 96,
Tidak 2 6 1 3,3
Normal ,7
Total 3 1 30 10
0 00 0
Bekerja) Bekerja)
Kategori
2
n % n %
Normal 2 9 29 96,
9 6,7 7 ,754
Tidak 1 3 1 3,3
Normal ,3
Total 3 1 30 10
0 00 0
103
dengan ibu bekerja sebagian besar normal, hanya 2 orang yang mengalami
Normal 28 9 29 96,
Tidak 2 6 1 3,3
Normal ,7
Total 30 1 30 10
00 0
kelompok anak balita dengan ibu tidak bekerja, dimana hanya 1 subjek
Normal 28 9 29
Tidak 2 6 1
Normal ,7 ,3
Total 30 1 30
00 00
B. Pembahasan
variabel dependen dan variabel independen utama yang diteliti (Murti, 2006).
Oleh karena itu, disamping data utama berupa hasil pengukuran perkembangan
anak balita menggunakan metode Denver II, digali juga data tentang karakteristik
kelompok balita dengan ibu bekerja dan kelompok balita dengan ibu tidak bekerja.
bahwa jenis kelamin subjek penelitian pada kelompok anak balita dengan ibu
bekerja lebih banyak laki-laki, sedangkan pada kelompok anak balita dengan ibu
tidak bekerja lebih banyak perempuan, dapat disimpulkan bahwa data jenis
kelamin subjek penelitian pada kedua kelompok tidak homogen. Variabel jenis
kelamin mempengaruhi tumbuh kembang anak balita. Hal ini didasari oleh
pendapat Rusmil (2008) dan Soetjiningsih (1995), bahwa salah satu faktor yang
Sedangkan usia subjek penelitian pada kelompok anak balita dengan ibu
bekerja rata-rata 28,2 bulan dan pada kelompok balita dengan ibu tidak bekerja
rata-rata 24,97 bulan, dapat disimpulkan bahwa data usia subjek penelitian pada
anak balita, sesuai konsep Soetjiningsih (1995) dan Rusmil (2008), dimana salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak adalah umur.
Karakteristik lain dari subjek penelitian urutan atau posisi anak dalam
keluarga, apakah anak pertama, kedua dan seterusnya serta jumlah saudara
kandung. Urutan dan jumlah saudara kandung ini penting diperhatikan karena
terkait erat dengan faktor cinta dan kasih sayang yang diberikan orang tua
106
terhadap anak balita serta faktor kualitas interaksi anak dengan orang tua, sejalan
cinta, kasih sayang dan kualitas interaksi orang tua terhadap anak pertama akan
berbeda dengan anak kedua dan seterusnya. Demikian pula pada jumlah saudara
kandung, jika anak lebih dari satu tentu perhatian yang diberikan orang tua tentu
saja berbeda.
merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena
dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi
dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
Rusmil (2008), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh
penghasilan atau pendapatan keluarga atau orang tua. Hal ini sesuai dengan
konsep Rusmil (2008) dan Revina (2010) yang menyatakan bahwa kualitas
yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.
Aspek perkembangan yang dinilai terdiri dari 125 tugas perkembangan, dimana
diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi:
2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), yaitu aspek yang berhubungan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar), yaitu aspek yang berhubungan dengan
kelompok anak balita dengan ibu bekerja. Sedangkan pada kelompok anak balita
baik pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja maupun pada kelompok anak
balita dengan ibu tidak bekerja. Hasil pengukuran perkembangan bahasa subjek
penelitian pada kelompok anak balita dengan ibu bekerja dijumpai 2 orang yang
108
mengalami perkembangan tidak normal, dan pada kelompok anak balita dengan
ibu tidak bekerja dijumpai 1 orang yang mengalami perkembangan tidak normal.
Demikian pula hasil pengukuran aspek motorik kasar pada kelompok anak balita
dengan ibu bekerja, diketahui ada 2 subjek yang mengalami perkembangan tidak
normal dan pada kelompok anak balita dengan ibu tidak bekerja, terdapat 1 subjek
perkembangan anak balita dengan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, baik dalam
aspek perilaku sosial, motorik halus, bahasa maupun motorik kasar. Hal ini
disebabkan oleh adanya varibel luar yang tidak dapat dikendalikan seperti faktor
anak-ibu, stimulasi dini dan faktor-faktor psikososial lain yang diterima oleh anak
balita. Faktor-faktor perancu tersebut mungkin berbeda pada kelompok anak balita
dengan ibu bekerja dan pada kelompok anak balita dengan ibu tidak bekerja,
anak balita, sehingga sesuai dengan pendapat Rusmil (2008) dan Soetjiningsih
psikososial seperti stimulasi, cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi anak
dengan orang tua. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan
stimulasi. Anak juga memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang
tuanya, agar kelak kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa
109
memberikan kasih sayang pula kepada sesamanya. Interaksi timbal balik antara
anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan
terbuka kepada orang tuanya sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala
kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa
lama kita bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi.
bahwa terdapat efek negatif terhadap perkembangan kognitif pada usia 15 bulan
sampai 3 tahun dari bayi berusia sembilan bulan dengan ibu yang bekerja lebih
berarti. Ibu yang bekerja memiliki kuantitas interaksi dengan anak yang lebih
selama ibu bekerja, dimana dari 30 subjek penelitian, 22 orang diasuh oleh
neneknya, 5 orang oleh bapaknya, 2 orang diasuh oleh pembantu dan 1 orang
diasuh oleh saudara ibu. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
pengasuhan yang diterima anak balita ketika ibu bekerja tidak mempengaruhi
oleh ibu tentu sangat berbeda dengan asuhan yang diberikan orang lain.
yang dipraktekkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, atau orang lain) dalam
110
tentang kasih sayang dan tanggung-jawab orang-tua. Pengasuhan yang baik sangat
penting untuk dapat menjamin tumbuh-kembang anak yang optimal. Perilaku ibu
BAB V
A. Kesimpulan
adanya perbedaan perkembangan anak balita, dalam aspek perilaku sosial, motorik
halus, bahasa dan motorik kasar, baik pada anak balita yang ibunya bekerja maupun
tidak bekerja. Kesimpulan ini tidak bersifat definitif, karena sejumlah faktor perancu
seperti faktor genetik, kuantitas dan intensitas perhatian, kasih sayang, interaksi anak
dan ibu, stimulasi dini, dan faktor-faktor psikososial lainnya, mungkin menutupi
111
perbedaan perkembangan yang sesungguhnya terjadi pada anak balita dari kedua
kelompok tersebut.
B. Saran
1. Bagi akademik
mengontrol faktor perancu seperti faktor genetik, kuntitas dan intensitas perhatian,
kasih sayang, interaksi anak dan ibu, stimulasi dini, dan faktor-faktor psikososial
faktor yang ada di dalam keluarga tetapi juga faktor-faktor lain di luar rumah misal,
faktor lain di tempat kerja yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
DAFTAR PUSTAKA
Alva N., 2005, Seminar dan Diskusi dengan tema Perkembangan Balita Yang Ideal,
Suatu Tinjauan Psikologis, diselenggarakan oleh LSM Kharisma Women and
Education.
Amel Yanis, Edith Pleyte W., Ika Widyawati, Kusdinar A. 2008, Peranan Hubungan
Ibu-Anak pada Gagal Tumbuh Anak 0-36 bulan, Cermin Dunia Kedokteran,
162vol. 35 no. 3, Jakarta: Kalbe Farma.
Brooks-Gunn J., Han WJ., Waldfogel J., 2002, Maternal employment and child
cognitive outcomes in the first three years of life: the NICHD Study of Early
Child Care. National Institute of Child Health and Human Development,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12146733 ( 13 Januari 2010 )
Daniel S.S.,Grzywacz J., Leerkes E., Tucker J., Han W.J., 2009, Nonstandard
maternal work schedules during infancy: Implications for children's early
behavior problems,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2659722/pdf/nihms-98750.pdf
( 12 Januari 2010 )
Depkes RI, 2005, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, Jakarta.
Frankenburg W.K., Dodds J., Archer P., Bresnick B., Maschka P., Edelman N.,
Shapiro H., 1990, Denver II ( Technical Manual ), Denver: Denver
Development Materials, Incorporated.
113
Gunanti, Inong Retno, 2005, Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan Pembantu Rumah
Tangga ( PRT ) dalam Pengasuhan Anak serta Hubungannya dengan Status
Gizi dan Perkembangan Anak usia 2 – 5 tahun.
http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-res-2005-gunantiino-
1593&node=242&start=226&PHPSESSID=696b204be303b286f6d82cc4b6cb
92eb
Hadi H, 2005, Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
http://www.gizi.net/download/Beban%20ganda%20masalah%20gizi.pdf
Halpern R., Barros A.J.D., Matijasevich A., Santos I.S., Victora C.G., Barros F.C.,
2008, Developmental status at age 12 months according to birth weight and
family income: a comparison of two Brazilian birth cohorts,
http://www.scielosp.org/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0102-
311X2008001500010&lng=en&nrm=iso&tlng=en ( 10 Nopember 2009 )
Han WJ., 2005, Maternal nonstandard work schedules and child cognitive outcomes.,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15693763?ordinalpos=1&itool=EntrezS
ystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_SingleItemSupl.Pubm
ed_Discovery_RA&linkpos=3&log$=relatedarticles&logdbfrom=pubmed ( 17
Januari 2010 )
Harvey E., 1999, Short-term and long-term effects of early parental employment on
children of the National Longitudinal Survey of Youth,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10082015?ordinalpos=1&itool=EntrezS
ystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_SingleItemSupl.Pubm
ed_Discovery_RA&linkpos=2&log$=relatedarticles&logdbfrom=pubmed ( 14
Januari 2010 )
Hill JL, Waldfogel J, Brooks-Gunn J, Han WJ., 2005, Maternal employment and child
development: a fresh look using newer methods,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16351331 ( 16 Januari 2010 )
Hasan M, 2009, PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ), cetakan pertama, Jogjakarta:
DIVA Press.
Ibnu F., Isnaeni DTN, Astutik P., Isman A., Rudy S.B., Anom A., Sugeng I., 2009,
Statistik untuk Praktisi Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.
114
Youngblut J.M., Brooten D., Singer L.T., Standing T., Lee H., Rodgers W.L., 2009,
Effects of Maternal Employment and Prematurity on Child Outcomes in Single
Parent Families, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11725936 ( 10 Januari
2010 )
Kiong M.,2008, Siapa Bilang Ibu Bekerja Tidak Bisa Mendidik Anak dengan Baik,
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Mussen P.H., Conger J.J., Kagan J., Huston A.C.,1984, Perkembangan Anak dan
Kepribadian Anak, jilid 1, Jakarta: Erlangga.
Notoatmodjo S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ruhm C.J., 2008, Maternal Employment and Adolescent Development, Labour Econ;
15(5): 958–983. doi:10.1016/j.labeco.2007.07.008. ( 11 Januari 2010 )
Schirmer C.R., Portuguez M.W., Nunes M.L., 2006, Clinical assessment of language
development in children at age 3 years that were born preterm
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S0004-
282X2006000600007&lng=en&nrm=iso&tlng=en ( 11 Nopember 2009 )
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: Buku kedokteran ECG.
Sutji M.W., 1991, Mengenali Perkembangan Balita (sebagai dasar bagi usaha
pengembangan bangsa yang berkualitas), Pelatihan Deteksi Dini dan Stimulasi
Tumbuh Kembang Balita, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/10/mengenali_perkembangan_balita.pdf
Yacub N,2003, Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Bayi Usia 4 – 12 bulan di
Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan Tahun
2003, Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 1 No 1 2005.
http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/02/perkembangan-anak-usia
pra-sekolah.pdf
Yoshikawa H., 1999, Welfare Dynamics, Support Services, Mothers' Earnings, and
Child Cognitive Development: Implications for Contemporary Welfare Reform,
http://www3.interscience.wiley.com/journal/119058810/abstract ( 26 Januari
2010 )
116
117