Anda di halaman 1dari 9

Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukaraja

Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Putus Obat


Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraja
Chyntia Saputri1, Sahab Sibuea2, Rasmi Zakiah Oktarlina3
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3
Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Pendekatan kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif dalam mendeteksi faktor internal dan eksternal serta
mengutamakan family-approached dan patient center diharapakan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien. Pada kasus
ini dilakukan penegakan diagnosis dan penatalaksanaan dengan konsep kedokteran keluarga. Data primer didapat melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dan kunjungan rumah. Data sekunder berasal dari rekam medis pasien. Kasus pasien Ny.M 26
tahun memiliki penyakit TB Putus Obat (ICD X A15.0) keluhan dirasakan muncul kembali sejak tiga bulan yang lalu, namun
pasien masih memiliki derajat fungsional 2 dalam melakukan aktivitas sehari–hari. Pasien memiliki faktor risiko internal
yaitu kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit yang diderita, gaya hidup tidak tepat, perilaku pengobatan bersifat
kuratif dan kurangnya kepatuhan minum obat. Faktor eksternal yang dimiliki pasien yaitu keluarga dengan penghasilan
rendah (ICD10–Z59.6), pencahayaan kurang, ventilasi di dalam rumah kurang, lingkungan rumah yang padat penduduk,
kebersihan lingkungan rumah yang kurang, serta kontak dengan pasien batuk lama. Penanganan dan upaya pengobatan
secara holistik dan komprehensif menggunakan pendekatan kedokteran keluarga berupa edukasi mengenai penyebab,
penularan, pengobatan serta pencegahan penyakit.

Kata Kunci : Kedokteran keluarga, putus obat, tuberkulosis

Management of Lung Tuberculosis Dicontinous Treatment


Through Family Medicine Approach
In the Work Area of Sukaraja Community Health Center
Abstract
A holistic and comprehensive family medicine approach in detecting internal-external factors, prioritizing family-
approached and patient centers is hoped to be able to improve the quality of life of patients. In this case, diagnosis and
management were carried out with the concept of family medicine. Primary data were obtained through history taking,
physical examination and home visits. Secondary data comes from patient medical records. The case of the patient, Mrs. 26
years old, had drug withdrawal TB (ICD X A15.0). The complaint was felt to have reappeared since three months ago, but
the patient still had functional degree 2 in carrying out daily activities. Patients have internal risk factors, namely the
patient's lack of knowledge of the disease, inappropriate lifestyle, curative treatment behavior and lack of medication
adherence. External factors possessed by the patient are a family with low income (ICD10 – Z59.6), poor lighting, poor
ventilation in the house, a densely populated home environment, inadequate cleanliness of the home environment and
contact with patients with prolonged coughs. Handling and treatment efforts in a holistic and comprehensive manner using
a family medicine approach in the form of education on causes, transmission, treatment and prevention of disease.

Keywords : Discontinous treatment, family medicine care, tuberculosis

Korespondensi : Chyntia Saputri, Alamat jl. H. Abdullah Raya 1a Way Halim, HP 081315291914, e-mail
saputrichyntia@gmail.com

Pendahuluan dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
menular yang disebabkan oleh kuman mengganggu penegakan diagnosis dan
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. pengobatan TB.1
Leprae yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Secara global pada tahun 2016 terdapat
Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium 10,4 juta kasus insiden TB (CI 8,8 juta-12, juta)
selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa yang setara dengan 120 kasus per 100.000
menimbulkan gangguan pada saluran nafas penduduk. Lima negara dengan insiden
kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. Berdasarkan data Global
Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 1
Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

Tuberculosis Re-port 2014, Indonesia masuk ke kesehatan dunia menetapkan standar


dalam enam negara yang memiliki angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
kejadian kasus TB tertinggi di dunia pada Angka keberhasilan pada tahun 2017 sebesar
tahun 2013. India (2.0 juta-2.3 juta), China 87,8.3
(0.9 juta-1.1 juta), Nigeria (340.000- Kasus TB yang tidak tuntas dengan baik
880.000), Pakistan (370.000-650.000), dapat menimbulkan kasus TB Putus Obat.
Indonesia (410.000-520.000) dan Afrika Kasus TB putus obat dapat ditegakkan bila
Selatan (410.000-520.000). 2,3 pasien yang telah berobat dan putus berobat 2
Jumlah kasus baru TB di Indonesia bulan atau lebih dan hasil pemeriksaan BTA
sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data positif. Berdasarkan data WHO, di Indonesia
per 17Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, pada tahun 2014 terdapat 7.840 kasus TB
jumlah kasus baru TB tahun 2017 pada laki- putus obat.3 Kasus TB putus obat di Kota
laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada Bandar Lampung pada tahun 2014 ditemukan
perempuan. Bahkan berdasarkan Survei sebanyak 28 kasus. 3,4
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki- Rendahnya tingkat pendidikan,
laki tiga kali lebih tinggi dibandingkan pada kurangnya pengetahuan penderita, sikap
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara- penderita terhadap proses pengobatan, status
negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena gizi kurang, dan riwayat minum obat tidak
laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TB teratur diketahui menjadi faktor-faktor
misalnya merokok dan kurangnya penyebab kekambuhan TB di masyarakat.
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini Adanya kejadian TB putus obat ini dapat
menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki- menimbulkan kemungkinan resistensi obat anti
laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya TB. Jika terjadi resistensi obat, maka
3,7% partisipan perempuan yang merokok pengobatan akan membutuhkan biaya yang
(Kemenkes, 2018).4 lebih mahal serta tingkat keberhasilan
Gambaran kesakitan menurut pengobatan yang rendah. Hal ini juga dapat
pendidikan menunjukkan, prevalensi semakin meningkatkan penularan TB di masyarakat
rendah seiring dengan tingginya tingkat sehingga dapat menghambat tercapainya
pendidikan. Kesakitan TB menurut prevalensi tujuan pengobatan dan pengendalian TB. 5,6
indeks kepemilikian menunjukkan tidak ada
perbedaan antara kelompok terbawah sampai Kasus
dengan menengah atas. Perbedaan hanya Pasien Ny M, usia 26 tahun, datang ke
terjadi pada kelompok teratas. Hal ini berarti puskesmas Sukaraja dengan keluhan batuk
risiko TB dapat terjadi pada hampir semua berdahak yang dialaminya. Batuk dirasakan
tingkatan sosial ekonomi. Walaupun setiap terutama pada pagi hari. Batuk disertai dahak
orang dapat mengidap TB, penyakit tersebut yang keluar berwarna kuning bercampur
berkembang pesat pada orang yang hidup dengan lendir darah. Keluhan disertai dengan
dalam kemiskinan, kelompok pinggiran, dan demam dan berkeringat dingin yang dirasakan
populasi rentan lainnya. Kepadatan penduduk terutama pada malam hari, berat badan yang
di Indonesia sebesar 136,9 per km 2 dengan menurun dalam beberapa bulan terakhir.
jumlah penduduk miskin pada September 2017 Keluhan batuk sebenarnya sudah dirasakan
sebesar 10,12%.4 oleh pasien sejak tiga bulan lalu. Namun
Angka keberhasilan (succes rate) adalah pasien baru berobat setelah keluhannya
jumlah semua kasus TB yang sembuh dan semakin lama semakin memberat.
pengobatan lengkap di antara semua kasus TB Pasien mengatakan mempunyai riwayat
yang diobati dan dilaporkan, yang angka ini TB pada tahun 2013 lalu saat hamil anak
merupakan penjumlahan dari angka pertama. Saat itu, keluhan yang dirasakan
kesembuhan semua kasus dan angka berupa batuk berdahak disertai lendir darah.
pengobatan lengkap semua kasus. Badan Pasien mengaku pernah berobat dan diperiksa
dahak dan hasilnya positif. Pasien dianjurkan
untuk meminum obat TB selama 6 bulan,
namun pasien hanya minum beberapa kali dan memutuskan untuk berhenti minum obat dikarenakan

Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 2


Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

keluhan sudah membaik. Ayah dari suami berobat ke Puskesmas Sukaraja yang berjarak ±
pasien sempat menjalani pengobatan TB 4 kilometer dari rumah pasien. Saat salah satu
selama enam bulan di puskesmas Sukaraja dan anggota keluarga sakit, anggota keluarga yang
selesai pada bulan Mei 2019 dinyatakan lain mendukung.
sembuh.
Petugas kesehatan puskesmas Sukaraja
sempat mendatangi rumah untuk dilakukan
pemeriksaan dahak bagi anggota keluarga yang
lain. Namun, pada saat itu dahak dari pasien
Tn. A tidak keluar sehingga tidak bisa dilakukan
pemeriksaan.
Pasien sempat bekerja di salon namun
saat ini pasien sudah berhenti bekerja. Tidak
ada teman pekerjaan pasien yang memiliki
keluhan serupa. Tetangga lingkungan rumah
pasien tidak ada yang menderita TB kecuali
ayah dari suaminya yang tinggal bersampingan
dengan rumah pasien.
Pasien adalah anak ke enam dari enam
bersaudara. Ayah dari orangtua pasien saat ini
sudah tidak ada dan ibu pasien tinggal bersama
kakak pertama dari pasien. Saat ini pasien Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. A
tinggal bersama Suami dan kedua anaknya.
Dari hasil wawancara, pasien tinggal di
Bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
rumah permanen milik sendiri. Rumah pasien
yaitu terdiri dari suami, istri dan dua orang
berada pada 2 meter dari bibir jalan dengan
anak yang tinggal bersama di dalam satu
luas 10 x 9 meter dan terdiri atas 1 lantai
rumah. Seluruh keputusan mengenai
dengan luas 6 x 9 meter. Terdapat 6 ruangan
masalah keluarga sebagian besar langsung
yang terdiri dari 1 ruang tamu, 3 ruang kamar
diputuskan oleh suami pasien sebagai kepala
tidur, 1 ruang dapur yang menyatu dengan
keluarga. Intensitas pertemuan antar
ruang keluarga dan 1 kamar mandi dengan
keluarga sering dan hampir setiap hari
jamban jongkok tanpa pegangan. Dinding
bertemu di dalam rumah.
berupa tembok, lantai berupa keramik dengan
Pasien dan suaminya adalah lulusan
jendela di setiap ruangan. Jendela berupa
SMP. Untuk memenuhi kebutuhan materi
papan dan kaca yang dapat dibuka. Atap rumah
sehari- hari keluarga ini bergantung pada
berupa genteng tetapi pada langit-langit rumah
penghasilan saat berdagang dari suami pasien.
hanya sebagian yang memiliki plafon, sehingga
Pendapatan per harinya sekitar Rp. 50.000,00
sebagian langit-langit lainnya hanya
dengan pendapatan perbulanRp. 1.250.000,00-
dihubungkan dengan genteng dan rangka kayu
1.500.000,00 yang digunakan untuk
tanpa plafon. Sumber air didapatkan dari
menghidupi 4 orang di keluarga ini.
sumur bor.
Seluruh anggota keluarga belum
Salah satu kamar ditempati oleh pasien
memiliki asuransi kesehatan. Perilaku berobat
dan suami pasien, satu kamar ditempati oleh
keluarga yaitu memeriksakan keluarganya yang
anak pertama dan kedua pasien, dan kamar
sakit ke layanan kesehatan. Keluarga pasien
lainnya kosong tidak ada yang menempati.
Kamar pasien berukuran 3x4m sedangkan
kamar anak dan kamar lainnya berukuran
3x2m. Sinar matahari masuk kedalam kamar
melalui jendela akan tetapi jendela-jendela
rumah tidak dibuka sehingga keadaan rumah
cukup lembat. Jendela pada ruang kamar
terdapat 1 buah dimasing-masing ruangan pasien, langsung berhadapan dengan sumur dan
dengan luas 0,4x0,95m. Pada jendela dikamar dinding rumah tetangga sehingga saat jendela dibuka
Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 3
Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

juga udara tetap lembap. Penerangan pada


siang hari kurang baik, sehingga saat kunjungan
harus menghidupkan lampu dan membuka
pintu depan. Ventilasi ada disetiap kamar akan 3. Risiko internal
tetapi terlihat kurang baik dalam fungsi  Kurangnya pengetahuan pasien terhadap
penerangan maupun sebagai saluran udara. penyakit yang diderita dan gaya hidup yang
Selain itu, ventilasi terlihat kurang bersih tepat sesuai dengan penyakitnya.
karena jarang dibersihkan. Pada saat  Kurangnya kepatuhan dalam minum obat
kunjungan didapatkan kebersihan rumah cukup  Perilaku pengobatan bersifat kuratif
baik. 4. Risiko Eksternal
Di beberapa sudut ruangan terdapat  Sosial ekonomi : Keluarga dengan
tumpukan barang-barang. Keadaan rumah penghasilan rendah (ICD10 - Z59.6).
secara keseluruhan tampak kurang rapi.  Lingkungan : Rumah pasien berdekatan
Fasilitas dapur menggunakan kompor gas, air dengan tempat berdebu dan kumuh (ICD 10
minum dan dimasak diperoleh dari air sumur - Z58.1)
bor. Sumber air untuk mandi, cuci, kakus,  Kebiasaan suami merokok di dalam rumah
diperoleh dari air sumur yang kurang jernih. (ICD 10 – Z77.22)
Saluran air dialirkan ke septic tank. Jarang  Pengetahuan keluarga yang rendah (ICD 10
sumber air dengan septic tank 7m. – Z55.9)
Pada pemeriksaan fisik Penampilan  Kontak dengan tetangga yang memiliki
sesuai usia, Penampilan sesuai usia dengan batuk lama (ICD 10 – Z20.1)
badan yang terlihat kurus, keadaan umum 5. Derajat Fungsional
tampak sakit sedang, kesadaran compos  Dua yaitu mampu melakukan perawatan
mentis, berat badan 40 kg, tinggi badan 160 diri dan pekerjaan sehari-hari, namun mulai
cm, Status gizi menurut IMT 15,6kg/m 2, mengurangi aktivitas jika dibandingkan saat
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 72x/menit, sebelum sakit.
frekuensi nafas 22 x/menit, suhu 36,8C.
pemeriksaan head to toe dalam batas normal Intervensi yang diberikan pada pasien ini
namun pada paru, perkusi didapatkan redup adalah edukasi dan konseling kepada pasien
dan rhonki pada pada kedua lapang paru. Pada dan keluarga mengenai hal–hal yang harus
pemeriksaan penunjang didapatkan BTA SPS dimodifikasi dan diketahui untuk mencegah
++. Diagnostik awal pada pasien ini: kemungkinan terjadinya keluhan berulang.
1. Aspek Personal Intervensi yang akan dilakukan terbagi atas
 Alasan kedatangan: merasa lemas dan patient center seperti pemberian OAT
batuk yang timbul terus- menerus, merasa golongan II/ 2RHZES & Vitamin B Complex 2x1
tidak nyaman dengan keluhan yang tablet serta konseling dan peningkatan
dirasakan. motivasi untuk pemeriksaan dahak di
 Persepsi: penyakit timbul karena kelelahan Puskesmas, edukasi penyakit TB meliputi
dan bisa sembuh dengan istirahat dan rumah sehat, etika batuk yang benar,
minum obat, pasien menyangkal penularan Tuberkulosis, kontrol rutin, diet
kemungkinan dirinya mengalami TB tinggi kalori dan tinggi protein dalam perbaikan
kembali. nutrisi, efek samping pengobatan, dan
 Harapan: penyakit tidak semakin komplikasi penyakit. Selain itu, melakukan
memburuk. edukasi dan motivasi untuk meningkatkan
2. Diagnosis Klinis Awal dukungan anggota keluarga terhadap
 TB Putus Obat (ICD 10: A15) perbaikan penyakit pasien, melakukan edukasi
 Underweight (ICD 10: R63.6) mengenai penyakit tuberkulosis yang dapat
menular dengan anggota keluarga lainnya yang
dapat dicegah dengan pemakaian masker dan
tidak membuang dahak sembarangan,
memberikan edukasi kepada keluarga untuk mendampingi pasien baik secara psikis maupun
berperan dalam pengawasan minum obat serta emosional. Intervensi kedua yaitu community oriented
Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 4
Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

seperti konseling mengenai pencegahan dan pemeriksaan sputum/dahak dengan metode


penularan penyakit tuberkulosis yang dapat SPS didapatkan hasil BTA ++.
menular ke tetangga seperti pemakaian masker Berdasarkan anamnesis dan
saat ke luar rumah dan tidak membuang dahak pemeriksaan fisik Ny. M didiagnosis TB putus
sembarangan. obat. Berdasarkan anamnesis didapatkan
keluhan batuk berdahak >2minggu, gejala
Pembahasan tambahan berupa malaise dan penurunan
Pembinaan kepada pasien telah berat badan. Diagnosis TB Paru pada orang
dilakukan sebagai salah satu bentuk pelayanan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kedokteran keluarga terhadap keluarga Ny. M kuman TB. Pada program TB nasional,
usia 26 tahun. Pasien datang ke Puskesmas penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
Sukaraja dengan keluhan batuk berdahak yang mikroskopis merupakan diagnosis utama. 7 Pada
dialaminya. Batuk dirasakan terutama pada Ny. M diagnosis TB putus obat dapat
pagi hari. Batuk disertai dahak yang keluar ditegakkan pada saat kunjungan pertama
berwarna kuning bercampur dengan lendir dengan hasil pemeriksaan yang sudah
darah. Keluhan disertai dengan demam dan terlampir.
berkeringat dingin yang dirasakan terutama Pemeriksaan penunjang dengan hasil
pada malam hari, berat badan yang menurun diagnosis TB paru BTA positif adalah bila:
dalam beberapa bulan terakhir. Keluhan batuk 1. Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA
sebenarnya sudah dirasakan oleh pasien sejak positif, atau
tiga bulan lalu. Namun pasien baru berobat 2. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif
setelah keluhannya semakin lama semakin dan didukung hasil pemeriksaan foto
memberat. thoraks sesuai dengan gambaran TB yang
Pasien mengatakan mempunyai riwayat ditetapkan oleh klinisi, atau
TB pada tahun 2013 lalu saat hamil anak 3. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif
pertama. Saat itu, keluhan yang dirasakan ditambah hasil kultur M. Tuberculosis
berupa batuk berdahak disertai lendir darah. positif.
Pasien mengaku pernah berobat dan diperiksa Interprestasi BTA SPS ++ adalah
dahak dan hasilnya positif. Pasien dianjurkan ditemukaan >10 BTA dalam 1 lapang pandang.
untuk meminum obat TB selama 6 bulan, Di Puskesmas pasien diberikan terapi
namun pasien hanya minum beberapa kali dan farmakologis berupa obat paket TB golongan II
memutuskan untuk berhenti minum obat selama 9 bulan. Pengobatan yang diberikan
dikarenakan keluhan sudah membaik. Ayah yaitu sesuai dengan panduan pengobatan
dari suami pasien sempat menjalani 2RHZES pada fase intensif. 7,8
pengobatan TB selama enam bulan di Berdasarkan pengukuran antropometri
puskesmas Sukaraja dan selesai pada bulan (IMT) pada pasien didapatkan hasil status gizi
Mei 2019 dinyatakan sembuh. kurus/underweight. Dengan demikian, selain
Penampilan sesuai usia dengan badan diagnosis TB Paru putus obat pasien juga
yang terlihat kurus, keadaan umum tampak mengalami malnutrisi. Prinsip diet untuk
sakit sedang, kesadaran compos mentis, berat pasien TB adalah diet tinggi kalori tinggi
badan 40 kg, tinggi badan 160 cm, Status gizi protein (TKTP), cukup lemak, vitamin, dan
menurut IMT 15,6kg/m2, lingkar perut 64 cm mineral. Diet TKTP diberikan agar pasien TB
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 72 x/menit, mendapat cukup makanan untuk memenuhi
frekuensi nafas 22 x/menit, suhu 36,8C. kebutuhan kalori dan protein yang meningkat. 9
Pada pemeriksaan fisik thoraks Pelaksanaan pembinaan pada pasien ini
terdengar rhonki pada lapang paru kanan dan dilakukan dengan mengintervensi pasien
kiri. Pemeriksaan penunjang TB berupa beserta keluarga sebanyak 3 kali, dimana
dilakukan kunjungan pertama pada tanggal 18
Desember 2019. Pada kunjungan keluarga
pertama dilakukan pendekatan dan perkenalan
terhadap pasien serta menerangkan maksud
dan tujuan kedatangan, diikuti dengan anamnesis tentang keluarga dan perihal penyakit yang

Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 5


Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

telah diderita. Dari hasil kunjungan tersebut, pasien membeli obat sendiri yang sebelumnya
sesuai konsep Mandala of Health, dari segi diberikan puskesmas di apotik dekat rumah
perilaku kesehatan pasien masih tanpa adanya pemeriksaan terlebih dahulu.
mengutamakan kuratif daripada preventif dan Dalam hal lingkungan rumah, hubungan
memiliki pengetahuan yang kurang tentang pasien dengan tetangga sekitar rumah terjalin
penyakit- penyakit yang ia derita. akrab, pasien dan keluarga juga mengikuti
Human biology, pasien merasakan kegiatan pengajian rutin yang diselenggarakan
penyakit TB paru putus obat yang dideritanya di mesjid dekat lingkungan rumah pasien.
menimbulkan keluhan-keluhan yang Suami pasien juga ikut dalam kegiatan gotong
menggangu aktifitasnya. Pasien menganggap royong yang diadakan ketua RT. Dalam hal ini
penyakit TB yang pernah dialaminya tidak akan pasien memiliki hubungan antar tetangga yang
kambuh kembali, sehingga keluhan batuk lama baik sehingga dapat terhindar dari stress
yang dirasakan dianggap hanya sebagai batuk psikososial yang dapat memperberat penyakit
biasa. Untuk hal ini pasien diberikan edukasi pasien. Lingkungan fisik, pemukiman cukup
bahwa pengobatan TB paru harus rutin minum padat penduduk dan lingkungan tampak
obat dan kontrol ke pelayanan kesehatan kurang bersih dan rapih (kumuh). Lingkungan
untuk mengetahui perbaikan klinis pasien, lalu rumah pasien juga termasuk lingkungan yang
perlu diedukasi bahwa TB bisa kembali kambuh padat penduduk. Hal ini dapat disimpulkan
jika pasien mendapat kontak dari pasien TB bahwa lingkungan rumah pasien berisiko dalam
lainnya. Pada pasien diperlukan hasil masalah kesehatan, untuk hal ini pasien
pemeriksaan sputum SPS untuk menilai hasil diedukasi untuk tetap menggunakan masker.
BTA. Hal ini sejalan dengan teori bahwa Pola makan belum sesuai dengan anjuran
diagnosis TB ditegakkan dengan gold standart dokter, pasien belum mengkonsumsi makanan
yaitu melalui pemeriksaan sputum mikroskopis tinggi kalori dan tinggi protein. Pasien lebih
dengan hasil BTA ≥ 2+.10,11 memilih makan apa yang ia mau tanpa
Lingkungan psikososial, hubungan memperhatikan kondisi penyakitnya. Dalam hal
dengan sesama anggota keluarga terjalin baik. ini memungkinkan proses pemulihan pasien
Pasien dekat satu sama lain dengan anggota terhambat, sehingga pasien diberikan edukasi
keluarga yang tinggal serumah, begitu juga mengenai asupan gizi yang harus dipenuhi.
dengan mertua dan orangtua yang sudah Dalam hal lingkungan tempat tinggal
tinggal terpisah. Keluarga memberikan terdapat beberapa faktor risiko yang
dukungan serta perhatian terhadap mempengaruhi kejadian TB paru yaitu
kesembuhan pasien. pencahayaan rumah, luas ventilasi dan
Perekonomian dalam memenuhi kepadatan hunian. Menurut Kemenkes RI
kebutuhan rumah tangga bergantung pada No.1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Rumah
suami pasien yang bekerja sebagai pedagang. Sehat, pencahayaan yang memenuhi syarat
Pasien dan suami mengaku untuk memenuhi dengan intensitas minimal ≥60 lux.
kebutuhan sehari- hari cukup dari hasil Pencahayaan berasal dari cahaya alami (cahaya
berdagang. Mengenai jaminan kesehatan, matahari) dipengaruhi letak dan lebar jendela,
pasien memiliki asuransi KIS. Meskipun pasien untuk mendapatkan pencahayaan secara
memiliki KIS yang dibiayai pemerintah, maksimal jendela paling sedikit luasnya 20%
11
pasienmemiliki kesulitan transportasi menuju
dari luas lantai ruangan.
puskesmas. Hal ini dikarenakan tidak adanya
Keadaan rumah Ny. M belum ideal, tidak
transportasi untuk ke Puskesmas Sukaraja,
cukup luas, dan memiliki pencahayaan yang
sehingga jika pasien ingin ke Puskesmas harus
kurang baik. Berdasarkan hasil pengamatan
meminta suami untuk mengantar dirinya ke
menunjukkan bahwa kondisi fisik rumah
Puskesmas menggunakan kendaraan pribadi.
(pencahayaan) kamar Ny. M yang diduga TB
Kesulitan ini yang menimbulkan kebiasaan
Paru putus obat belum memenuhi syarat yaitu
luasnya kurang dari 20% dari lantai ruangan.
Ventilasi yang ada di dalam kamar Ny.M kurang
dimanfaatkan dengan baik, tirai jendela sudah
dibuka tetapi jendela tidak dibuka yang menyebabkan keadaan kamar tidur Ny. M terlihat
Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 6
Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

kurang terang dan cukup lembab. Oleh karena masker, jangan menggunakan alat-alat makan
itu, Ny. S disarankan untuk pindah ke kamar dan minum secara bersamaan dengan orang
dengan pencahayaan yang lebih baik. lain ketika menderita penyakit TB paru, serta
Rumah Ny. S dihuni oleh 4 orang dengan selalu mencuci tangan.
luas rumah 6 x 9 m terdapat 3 kamar, kamar Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal
dengan ventilasi yang kurang baik dalam fungsi 25 Desember 2019, dengan tujuan intervensi
penerangan maupun saluran sirkulasi udara. terhadap pasien. Pada kunjungan kedua inijuga
Terdapat 1 kamar yang memiliki luas 3x4 m di lakukan pemeriksaan tanda vital dan
dan 2 kamar memiliki luas 3x2 m. Kepadatan pemeriksaan fisik thorax terhadap pasien dan
penghuni adalah perbandingan antara luas didapatkan TD 110/70 mmHg, pernapasan 20
lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga x/menit, nadi 76 x/menit, suhu 36,9 oC. Pada
dalam satu rumah tinggal. Persyaratan pemeriksaan fisik bunyi ronki masih terdengar.
kepadatan hunian untuk seluruh perumahan Pada kunjungan ini, keluarga diberikan
12
biasa dinyatakan dalam m² per orang. intervensi berupa penjelasan mengenai
Menurut Kemenkes RI No. 1077/ gambaran umum penyakit Ny. M dan
MENKES/PER/V/2000 luas ruang tidur minimal memberikan tabung penampung
8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dahak/sputum yang digunakan untuk skrining
2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali TB pada anggota keluarga yang lain.
anak dibawah umur 5 tahun, berarti luas kamar Intervensi dilakukan kembali pada
tidur Ny. M sudah sesuai tetapi kamar tidur kunjungan yang ketiga yaitu tanggal 30
anak pasien belum sesuai dan sudah Desember 2019 dengan melakukan evaluasi
memenuhi syarat rumah padat penghuni (<4 dengan metode pre test-post test. Pasien dan
m2/orang) hal ini akan membuat proses keluarga diberikan kembali intervensi dengan
pertukaran udara bersih. Semakin banyak menggunakan media utama poster dan leaflet
jumlah penghuni ruangan semakin cepat udara yang berisi pengetahuan mengenai TB dan juga
di dalam ruangan mengalami pencemaran dan beberapa pertanyaan sebagai pretest dan post
jumlah bakteri di udara akan bertambah. test sebagai media evaluasi.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan Media-media ini membahas tentang
bahwa kepadatan hunian 3 kamar Ny. M sudah penyakit TB mulai dari penyebab, gejala klinis,
memenuhi syarat. Kepadatan hunian ruang komplikasi, penatalaksanaan hingga
tidur merupakan perbandingan antara luas pencegahan yang dapat dilakukan, dalam hal
ruang tidur dengan jumlah individu semua ini ditekankan pada cara penularan penyakit,
umur yang menempati ruang tidur tersebut. gaya hidup sehat berupa aktifitas fisik yang
13,14 benar dan baik, serta tidak lalai dalam minum
Semakin banyaknya penghuni, maka obat pada penyakit TB. Mengingat pasien juga
kadar oksigen bebas dalam ruangan menurun memiliki keluarga yang setiap hari berkontak
(<20,7 %) dan diikuti oleh peningkatan CO 2 langusng dengan pasien dan dapat menjadi
bebas (>0,04%) sehingga daya tahan tubuh salah satu faktor resiko terkena penyakit TB.
penghuninya menurun, ruangan yang sempit Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk
akan membuat nafas sesak dan mudah tertular mencegah penularan penyakit ke anggota
penyakit dari anggota keluarga lain.14 keluarga yang lain, merubah gaya hidup pasien
Untuk mengurangi risiko menderita TB berupa menggunakan masker selalu dan
paru, Ny. M dan keluarga diberikan membuang dahak pada tempatnya, diet tinggi
pengetahuan mengenai cara pengendaliannya, kalori tinggi protein dan aktifitas olahraga yang
yaitu anggota keluarga yang menderita rutin, dan pola berpikir mengenai penyakit TB
penyakit TB paru (Ny. M) harus tidur terpisah meskipun untuk merubah hal tersebut
dengan anggota keluarga lain, menutup mulut bukanlah hal yang dapat dilihat hasilnya dalam
saat batuk atau bersin, meludah pada tempat kurun waktu yang singkat.
khusus yaitu pot sputum, menggunakan Edukasi yang diberikan berupa pola
hidup bersih dan sehat, rumah yang bersih,
makanan yang sehat, dan pentingnya minum
obat dan dampak bila tidak minum obat, menghindari faktor yang dapat memperberat, cara

Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 7


Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

penularan penyakit, dan memakai masker. ini membuktikan bahwa pengetahuan keluarga
Dengan tujuan pasien minum obat secara mengenai TB sudah lebih baik, dan hal ini juga
teratur, mengoreksi status gizi dan dapat terlihat dari hasil post test yang lebih baik di
memutus rantai penyebaran TB. banding dengan pre test setelah mendapatkan
World Health Organitation menerapkan intervensi dan edukasi sebanyak 2 kali
strategi DOTS (Direct Observed Treatment pertemuan.
Short Course) dalam manajemen penderita TB Pasien dan keluarganya juga sudah
untuk menjamin pasien menelan obat, terlihat mulai menjalani gaya hidup sehat
dilakukan pengawasan langsung oleh seorang meskipun belum sepenuhnya diterapkan.
Pengawas Minum Obat (PMO). Adanya Pasien mengatakan bahwa ia mulai makan
pengawasan dan upaya mempersingkat tepat waktu, istirahat cukup, dan
rentang waktu pengobatan, diharapkan membereskan rumah serta membuka jendela
penderita TB paru meminum obat secara kamar untuk pertukaran udara. Pasien juga
teratur sehingga pengobatan TB dapat mengatakan bahwa berat badan terasa lebih
terlaksana dengan tuntas. 15 sehat. Berat badan mengalami peningkatan,
Berdasarkan petunjuk dari Depkes RI awalnya 40kg dan saat evaluasi menunjukan
(2008), PMO adalah seseorang yang tinggal 41kg.
dekat dengan rumah penderita, bersedia Pasien juga rutin datang ke puskesmas
membantu penderita dengan sukarela. untuk mengambil obat. Dalam kunjungan kali
Pengawas Minum Obat yang tinggal satu ini juga tetap dilakukan motivasi kepada pasien
rumah dengan penderita maka diharapkan bisa dan keluarganya. Hal ini dilakukan agar pasien
mengawasi penderita sampai benar-benar dan keluarga senantiasa menerapkan gaya
menelan obat setiap hari, sehingga tidak hidup sehat yang pada akhirnya meningkatkan
terjadi putus obat. Hasil penelitian yang kualitas hidup pasien dan anggota keluarga
dilakukan Wrigth dkk (2004) menyebutkan lainnya
bahwa keefektifan pengobatan dengan PMO
lebih tinggi dibandingkan tidak dengan PMO. Simpulan
Dalam penelitian ini juga menyimpulkan Terdapat beberapa faktor internal
pengawasan yang dilakukan oleh tenaga maupun eksternal pemicu terjadinya TB putus
kesehatan masyarakat atau kader sama obat yang telah dinyatakan oleh beberapa
efektifnya dengan pengawasan yang dilakukan teori. Penanganan holistik dan komprehensif
oleh anggota keluarga.16,17 menggunakan pendekatan kedokteran
Pada kunjungan yang ketiga ini, pasien keluarga berupa edukasi mengenai penyebab,
mengatakan bahwa dirinya masih penularan, pengobatan serta pencegahan
mengeluhkan batuk dengan dahak yang sulit penyakit mampu mengatasi permasalahan
keluar namun intensitas batuk sudah pasien.
berkurang. Pasien juga mengatakan rutin dan
teratur mengonsumsi obat dengan Daftar Pustaka
pengawasan suami pasien, etika batuk yang 1. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan
telah dijelaskan sebelumnya juga sudah Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2016
dijalankan. Setelah konsumsi obat paket Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
pasien tidak mengeluhkan timbulnya efek Jakarta; 2016.
samping pengobatan seperti gatal kemerahan 2. Badan Pusat Statistik. Statistik
pada kulit ataupun rasa kesemutan. Keluarga Kesejahteraan Rakyat. Jakarta; 2017.
mengatakan tidak melakukan pemeriksaan 3. World Health Organisation.
dahak dikarenakan tidak batuk dan tidak ada WHO: Tuberkulosis. 2018. [Diakses 5
dahak. Namun apabila suatu ketika ada yang Oktober 2019] Tersedia dari
batuk dan dapat mengeluarkan dahak maka :http://www.who.int/mediacentre/factsh
akan langsung diperiksakan ke Puskesmas. Hal eets/fs 104/en.
4. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Infodatin Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Tuberkulosis. 2018. [Diakses 5 Oktober 2019]

Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 8


Chyntia Saputri dan Sahab Sibuea| Pentalaksanaan TB Putus Obat Melalui Pendekatan kedokteran Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja

Tersedia dari : 1077/MENKES/PER/V/2011) Jakarta:


http://www.depkes.go.id/download.php?f Menteri Kesehatan;2011.
ile= 12. Diah Dwi LM. Keadaan lingkungan fisik dan
download/pusdatin/infodatin/infodatin%2 dampaknya pada pada keberadaan
0tub erkulosis%202018.pdf mycobacterium tuberculosis: studi
5. Sianturi R. Analisis Faktor yang diwilayah kerja puskesmas perak
Berhubungan dengan Kekambuhan TB surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Paru (Studi Kasus Di BKPM Semarang 2019. 26-34.
Tahun 2013). Unnes Journal of Public 13. Indriyani, N. Hubungan Tingkat
Health. 2014. 3(1). Kelembaban Rumah Tinggo Dengan
6. Alfian U. Tuberkulosis. Jakarta: Penerbit Kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah
Bina Rupa Aksara; 2005. Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Unnes
7. Kemenkes RI. Pedoman Nasional Journal of Public Health. 2016. 214-220.
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: 14. Puspita E, Christianto E, Yovi I.
Kementrian Kesehatan Republik Gambaran status gizi pada pasien
Indonesia; 2014. tuberkulosis paru (TB paru) yang
8. Khamidah & Susmaneli H. Faktor-faktor menjalani rawat jalan di RSUD Arifin
yang Berhubungan dengan Putus Berobat Achmad Pekanbaru. JOM. 2016.
pada Penderita TB Paru BTA Positif (+) di 3(2):1–16
wilayah kerja puskesmas harapan raya. 15. Iseman MD. Tuberculosis epidemiology.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2016. In: A clinician’s guide to tuberculosis.
3(2):88-92 Philadelphia: Williams & Wilkins, 2000.
9. Persatuan Dokter Paru Indonesia. p.97- 128
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan 16. Wright J, Walley J, Philip A,
Tuberkulosis di Indonesia. Pushpananthan S, Djamini E, dkk. Direct
Jakarta:PDPI;2017. Observation of Treatment for
10. Auefina Nur & Sri Ratna. Kejadian Putus Tuberculosis: a randomized controlled
Berobat Penderita Tuberkulosis Paru. trial of community health workers versus
Higeia Journal Of Public Health Research family members. London: Tropical
and Development. 2019. 3(2). Medicine and International Health;
11. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. p.559-565.
Persyaratan Kesehatan Perumahan 17. Hidayat, H. Hubungan Sanitasi Fisik Rumah
(Keputusan Kementrian Kesehatan dengan Kejadian Penyakit TB paru di Desa
Republik Indonesia Nomor Kalikatak Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep.
Jakarta; 2012.

Medula |Volume 10 |Nomor 3 |Oktober 2020| 9

Anda mungkin juga menyukai