None 4d741612
None 4d741612
Sri Winarni
FIK Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: winuny@yahoo.co.id; HP: 08121570201)
124
125
area permainan sendiri, meskipun dia dan tidak dilandaskan pada penelitian-
tahu bahwa perbuatan seperti itu tidak penelitian empiris (pentingnya olahraga
fair, tetapi dia akhirnya berbuat tidak bagi masyarakat, kesehatan, sosialisasi,
jujur juga. dan ekonomi). Sebaliknya, menurut
Sebagai seorang guru pendidikan Shields & Bredemeier (Auweele, 1999)
jasmani, seberapa peduli seorang guru 322), beberapa hasil penelitian menye-
pendidikan jasmani terhadap isu-isu se- butkan bahwa pendidikan jasmani jika
perti ini? Seorang guru pendidikan jas- dilaksanakan dalam pengendalian yang
mani tidak hanya mengajar aspek fisi- seksama akan dapat mempromosikan
kal siswa saja, tetapi juga aspek sosial perilaku-perilaku positif sosial dan pi-
dan moral. Guru pendidikan jasmani kiran-pikiran moral.
dapat melakukan hal ini baik secara sa- Beberapa hasil penelitian masih me-
dar maupun tidak sadar. Jika seorang nunjukkan konflik tentang efek-efek so-
guru pendidikan jasmani merasa tidak sial pendidikan jasmani, yang nampak-
setuju dengan satu sikap dan perilaku nya belum bisa menunjukkan efek yang
siswa, maka guru tersebut harus dapat jelas dan tegas. Hasil penelitian lain me-
membuat suasana pemebelajaran yang nyebutkan bahwa hal terpenting yang
mengoreksi sikap dan perilaku tersebut. dapat mempengaruhi terbentuknya ke-
Bagaimana pendidikan jasmani da- terampilan sosial dan perilaku moral
pat mengajarkan karakter-karakter mo- positif siswa bisa terjadi manakala pen-
ral yang diinginkan? Bagaimana pula didikan jasmani diorganisasir secara so-
guru pendidikan jasmani mengembang- sial dan bergantung pada metode peng-
kan sikap dan perilaku moral siswa? ajaran yang digunakan guru. Melalui
Sementara dibalik ini semua, diyakini tulisan ini, penulis ingin menunjukkan
bahwa pendidikan jasmani dapat me- bahwa pendidikan jasmani dapat men-
ngembangkan aspek-aspek sosial dan jadi lingkungan yang baik untuk per-
moral para siswa. Hal ini dapat terjadi kembangan moral siswa asalkan mem-
ketika pendidikan jasmani dan olahraga pertimbangkan beberapa syarat yang
membangun karakter dan nilai-nilai diperlukan. Isu penting lain adalah bah-
yang bermoral. Seperti halnya diyakini wa pendidikan jasmani mengembang-
bahwa olahraga dapat mengembangkan kan hubungan erat antara perilaku so-
sikap fair play dan sportmanship bagi se- sial dengan pikiran moral. Hal ini san-
tiap pelakunya. gat terkait dengan terjadinya peristiwa
Perkembangan etika-sosial siswa da- interaksi sosial diantara para siswa ke-
pat menjadi salah satu tujuan penye- tika sedang belajar pendidikan jasmani
lenggaraan pendidikan jasmani di ber- dan olahraga.
bagai negara. Namun, beberapa studi
menunjukkan bahwa pendidikan jas- NILAI-NILAI KARAKTER DALAM
mani tidak memiliki bukti-bukti ini. Se- OLAHRAGA
bagai contoh, kontribusi positif pendi- Menurut Hodge (Gould, 2003:533),
dikan jasmani dari beberapa literatur kebanyakan orang sepertinya meyakini
diyakini hanya merupakan mitos-tua bahwa berpartisipasi dalam program
aktivitas jasmani mengembangkan ka- life skill - sport remains the best school of
rakter secara otomatis, meningkatkan life (United Nation, 2003). United Nations
alasan-moral, dan mengajarkan nilai melalui Task force on Sport for Develop-
dari ciri-ciri olahragawan sejati, tetapi ment and Peace menyatakan bahwa olah-
sedikit bukti bahwa itu semua mem- raga merupakan instrumen yang efektif
bangun karakter. Partisipasi dalam pen- untuk mendidik kaum muda, terutama
didikan jasmani dan olahraga tidak se- dalam hal nilai-nilai (lihat Tabel 1). Sejak
cara otomatis menghasilkan orang yang tahun 2000, United Nations mengem-
baik atau jahat. Karakter tidak datang bangkan program yang disebut Young
dengan sendirinya, tetapi diajarkan da- Education through Sport, sebuah model
lam program pendidikan jasmani dan program olahraga dan pendidikan bagi
olahraga, pengajaran alasan-moral dan kaum muda. Sebagai pilot project, pro-
nilai-nilai olahraga itu melibatkan peng- gram ini telah dilakukan di Zimbabwe,
gunaan strategi tertentu yang sistema- mencakup 10 propinsi dengan 25 ribu
tis. partisipan (United Nations, 2003).
Bagaimana kaitan antara karakter
dan olahraga? Telah menjadi keyakinan BEBERAPA BUKTI OLAHRAGA DAN
umum bahwa aktivitas olahraga syarat PENDIDIKAN JASMANI MEMBA-
dengan nilai-nilai karakter seperti ke- NGUN KARAKTER
jujuran, sportivitas, disiplin, dan kepe- Olahraga Remaja sebagai Pencuci Peri-
mimpinan. Weinberg dan Gould (2003: laku Negatif
527) mengatakan bahwa karakter me- Bukan hanya guru pendidikan jas-
rupakan sebuah konsep dari moral, mani yang menyatakan bahwa berparti-
yang tersusun dari sejumlah karakteris- sipasi dalam aktivitas jasmani mening-
tik yang dapat dibentuk melalui aktivi- katkan perkembangan karakter dan pe-
tas olahraga, antara lain: rasa terharu rilaku positif. Administratur olahraga,
(compassion), keadilan (fairness), sikap para pelatih, dan tokoh olahraga di ma-
sportif (sport-personship), integritas (inte- syarakat juga sering mengklaim bahwa
grity). Semua nilai-nilai tersebut ditanam- berpartisipasi dalam kegiatan olahraga
kan melalui ketaatan atau kepatuhan bagi kaum generasi muda mencegah
seseorang dalam berkompetisi sesuai kenakalan di jalanan, jauh dari masalah
dengan peraturan permainan yang ber- sosial, dan terhidar dari perilaku gang
laku pada cabang olahraga yang dige- (seperti: gang motor). Eric Larson (Gould,
lutinya. Di dalam peraturan permainan 2003:533), seorang ahli di bidang per-
melekat semangat keadilan dan tuntut- kembangan remaja, memberikan con-
an kejujuran para pelaku olahraga saat toh, kegiatan ekstrakurikuler olahraga
menjalankan pertandingan. sangat potensial untuk mengarahkan
Terdapat ungkapan yang sudah anak memiliki perilaku positif, dengan
menjadi keyakinan sejarah dari waktu beberapa alasan. Pertama, olahraga se-
ke waktu: Sport build character (Maksum, cara intrinsik memotivasi remaja. Kedua,
2005; 2002). Kofi Anan, mantan Sekjen melibatkan upaya yang terus-menerus
PBB pernah menyatakan: Sport teaches untuk berpartisipasi ke arah tujuan
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
127
yang diinginkan. Ketiga, olahraga mem- bagi perkembangan aspek moral, dan
butuhkan seperangkat pengalaman, mencari serta medapatkan pengalaman-
membuat penyesuaian, dan belajar un- pengalaman ke arah kebiasaan atau ke-
tuk mengatasi masalah. Sejalan dengan giatan positif. Anak-anak memerlukan
hal itu, Martinek & Schilling (2009) ruangan untuk mengekspresikan kom-
menggagas sebuah program yang di- petensinya secara spontan melalui ber-
sebut sebagai After Shool Program. Pro- bagai ekspresi dan eksplorasi kegiatan
gram ini dilandasi pemikiran Halpern jasmani. Selain itu, anak-anak juga me-
(2005) sebagai upaya memenuhi ke- merlukan tempat yang nyaman untuk
butuhan perkembangan anak, ketika mewujudkan apa yang sebenarnya di-
anak secara alamiah memerlukan ke- miliki dan diinginkan.
giatan-kegiatan yang berdampak positif
Tabel 1: Beberapa Indikator Nilai dalam Praktek Olahraga dan Kehidupan
Nilai Moral Praktek dalam Olahraga Praktek dalam Kehidupan
Respek - Hormat pada aturan main dan tradisi. - Hormat pada orang lain
- Hormat pada lawan dan offisial. - Hormat pada hak milik orang
- Hormat pada kemenangan dan lain
kekalahan. - Hormat pada lingkungan dan
dirinya
Tanggung - Kesiapan diri melakukan sesuatu. - Memenuhi kewajiban
jawab - Disiplin dalam latihan dan bertanding. - Dapat dipercaya
- Kooperatif dengan sesama pemain. - Pengendalian diri
Peduli - Membantu teman agar bermain baik - Menaruh empati
- Membantu teman yang bermasalah - Pemaaf
- Murah pujian, kikir kritik - Mendahulukan kepentingan
- Bermain untuk tim, bukan diri sendiri yang lebih besar
Jujur - Patuh pada aturan main - Memiliki integritas
- Loyal pada tim - Terpercaya
- Mengakui kesalahan - Melakukan sesuatu dengan baik
Fair - Adil pada semua pemain termasuk - Mengikuti aturan
yang berbeda - Toleran pada orang lain
- Memberikan kesempatan kepada - Kesediaan berbagi
pemain lain - Tidak mengambil keuntungan
dari kesulitan orang lain
Beradap - Menjadi contoh/model - Mematuhi hukum dan aturan
- Mendorong perilaku baik - Terdidik
- Berusaha meraih keunggulan - Bermanfaat bagi orang lain
Potensi olahraga sebagai media po- dalam kegiatan olahraga mencegah ke-
sitif bagi perkembangan remaja telah jahatan ringan/penyimpangan sosial?
banyak ditelaah oleh para ahli psikilogi Apakah berpartisipasi dalam olahraga
dan sosiologi. Untuk dapat menjawab juga mampu menekan perilaku keke-
dua pertanyaan, apakah berpartisipasi rasan gang (seperti: gang motor)?
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
129
sepakbola dan basket. Setelah selama Pendekatan Belajar Sosial (Social Learn-
enam bulan, remaja pada kelompok per- ing Approach)
tama kurang baik dalam penyesuaian Perilaku agresi dan pengembangan
dan mendapat skor tertinggi pada peng- karakter berkaitan satu sama lain, dan
ukuran agresi dan penyimpangan sosial dapat dijelaskan melalui teori yang
daripada skor yang sama pada awal sama. Berdasarkan pendekatan belajar
perlakuan. Remaja pada kelompok ke- sosial, seperti yang dikemukakan oleh
dua, menunjukkan sikap agresi di ba- Albert Bandura (1977), sikap dan peri-
wah normal dan menunjukkan rendah- laku olahragawan sejati dipelajari me-
nya sikap kecemasan, lebih memiliki lalui pemodelan atau belajar observa-
keterampilan sosial, dan meningkatkan sional, penguatan, dan pembandingan
self esteeem. Kelompok remaja yang ber- sosial (lihat Gambar 1). Pendekatan ini
main sepakbola dan bola basket menun- menunjukkan bahwa riwayat belajar
jukkan sedikit perubahan pada persona- sosial seseorang menentukan tingkatan
liti dan penyimpangan, tetapi mening- olahragawan-nya.
kat dalam hal self-esteem dan keteram-
pilan sosial. Komponen Komponen Teori Belajar
Sangat penting untuk dicatat bahwa Sosial
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga Pemodelan atau Belajar Observasional
tidak cukup secara positif mempenga- (Belajar melalui apa yang dilakukan dan
ruhi perilaku negatif. Program olahraga tidak dilakukan orang lain)
harus dipersatukan dengan pengajaran Penguatan (Reinforcement)
secara sosiologis dan psikologis dalam (Pemberian penguatan atau hukuman
upaya mendapatkan tujuan-tujuan yang atas tindakan yang dilakukan)
diinginkan.
Pembandingan Sosial
(Menunjukkan perilaku sesuai dengan
PENDEKATAN DALAM PENGEM- perilaku temannya atau pembandingan
BANGAN KARAKTER DAN NILAI- kelompok)
NILAI OLAHRAGA
Meskipun banyak orang berbeda Gambar 1. Komponen Komponen
pandangan tentang bagaimana mengem- Teori Belajar Sosial
bangkan karakter dan nilai-nilai olah-
raga, tetapi paling tidak ada tiga pen- Sebagai contoh, melalui pengamat-
dekatan yang sering digunakan untuk an, seorang siswa akan terhormat ketika
dapat menjelaskannya, yaitu: pendekat- melaporkan jumlah capaian skor sit-up
an belajar sosial (social learning), pe- kepada instruktur. Ahmad seorang sis-
ngembangan struktural, dan pendekat- wa yang sedang belajar pendidikan jas-
an sosial psikologikal (Gould, 2003: mani berlatih sit-up dan kebugaran jas-
528). mani. Ahmad mengingingkan perhati-
an dan penilaian positif dari guru pen-
didikan jasmaninya. Perilaku Ahmad
dilihat oleh teman-teman sekelasnya,
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
131
dan semua siswa menginginkan hal terkena cedera ketika sedang bermain
yang sama mendapat penilaian dan per- sepakbola dengan cara menghentikan
hatian positif dari gurunya. Guru pen- permainan dengan cara menendang bola
didikan jasmani mencatat semua hal ke luar lapangan secara sengaja apakah
baik yang dilakukan para muridnya dan perbuatan benar atau salah. Dengan
menguatkan dan menghargai segala per- kata lain, dalam pembelajaran peserta
buatan positif yang dilakukan para didik perlu didorong untuk dapat me-
muridnya tersebut. Lingkungan belajar nemukan alasan-alasan yang melandasi
seperti inilah akan dapat membangun keputusan moral yang tujuannya untuk
karakter. mengontrol tindakan. Hal ini diperlu-
kan agar seseorang dapat benar-benar
Pendekatan Perkembangan-Struktural memahami keputusan moral yang di-
(Structural-Development Approach) ambilnya, dapat mengidentifikasi alas-
Weiss & Bredemeier (Gould, 2003: an yang baik yang harus diterima dan
529) mengatakan bahwa berbeda de- alasan yang tidak baik yang harus di-
ngan pendekatan belajar sosial, yang tolak atau diubah. Peserta didik harus
menekankan pada pemodelan, penguat- dapat merumuskan perubahan yang per-
an, dan pembandingan sosial, pende- lu dilakukan. Alasan yang baik adalah
katan perkembangan struktural mene- yang memberikan kontribusi dalam me-
kankan pada bagaimana perubahan se- ngatasi situasi yang problematik. Cara
cara psikologikal dan perkembangan ini memungkinkan perkembangan inte-
ketika siswa berinteraksi dengan pe- lektual, menumbuhkan kebebasan ber-
ngalaman lingkungan untuk membentuk pikir, serta dapat memadukan proses
alasan-moral (moral reasoning). Dalam dan hasil pendidikan secara harmonis.
hubungan ini, para ahli psikologi olah- Berkaitan dengan hal ini, Zuchdi (2008:
raga mengajukan beberapa istilah yang 6) menjelaskan bahwa fungsi lembaga
tercakup dalam pendekatan perkem- pendidikan adalah menciptakan setting
bangan struktural ini, yaitu perkem- sosial yang memungkinkan implemen-
bangan moral (moral development), alas- tasi pengetahuan untuk memecahkan
an-moral (moral reasoning), dan perilaku masalah yang ada dalam masyarakat,
moral (moral behavior). Perlu dicatat bah- selanjutnya yang terpenting adalah
wa moral yang dimaksud disini adalah memberi kesempatan kepada peserta
moral yang tidak ada implikasinya de- didik untuk mempelajari dan berlatih
ngan nilai-nilai keagamaan. menentukan pilihan moral yang begitu
Alasan-Moral adalah proses kepu- beragam di Indonesia.
tusan ketika seseorang menentukan Perkembangan Moral adalah proses
mana yang benar atau mana yang salah pengalaman dan pertumbuhan melalui
dari suatu tindakan tertentu. Karena kapasitas perkembangan seseorang un-
itu, alasan moral memfokuskan pada tuk memberikan alasan bermoral. Seba-
bagaimana keputusan seseorang memu- gai contoh, dalam perencanaan peng-
tuskan beberapa tindakan tertentu. Se- ajaran pendidikan jasmani, guru pen-
bagai contoh, membantu pemain yang didikan jasmani mengharapkan para
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
133
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
135
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
137
Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
139
lopment”. Research digest, Series 7, United Nation. 2003. Sport for Develop-
No. 1, March 2006. ment and Peace: Towards Achieving
the Millenium Development Goals.
Stornes, T., & Ommundsen, Y. 2004. Report from the United Nations
“Achievement Goals, Motivatio- Inter-Agency Task Force on Sport
nal Climate and Sportsperson- for Development and Peace.
ship: A Study of Young Handball
Players”. Scandinavian Journal of Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi
Educational Research, 48, 205-221. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.