Anda di halaman 1dari 11

Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z Ilmu

Jurnal / Jurnal Ilmu Kesehatan


Kesehatan Masyarakat.
Masyarakat. 2020; 9 2020; 9 (1): 1-11
(1): 1-11

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat


(The Public Health Science Journal)

Journal Homepage: http://journals.stikim.ac.id/index.php/jikm

Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Gizi


Seimbang Keluarga dengan Status Gizi Anak Balita Usia 2-5
Tahun

Fajriani1, Evawany Yunita Aritonang2, Zuraidah Nasution3


1
Magister Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Jl. Kapten Sumarsono No. 107, Medan
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara
3
Politeknik Kesehatan Medan
Email: 1fajriani.fat@gmail.com, 2evawanyyunita@yahoo.com, 3zn.poltekkesmedan@gmail.com

Abstrak
Masalah gizi memiliki dimensi yang luas apabila konsumsi gizi pada balita tidak seimbang maka akan berakibat
terjadinya permasalahan status gizi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku gizi seimbang
pada keluarga dengan status gizi pada anak balita usia 2-5 tahun. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mixed method, dimana kualitatif dengan model sequential explanatory, dan kuantitatif dengan rancangan cross
sectional. Metode analisis menggunakan Chi-Square yang digunakan untuk menganalisis model pengujian Univariat dan
Bivariat. Populasi yaitu seluruh balita yang berada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Idi Rayeuk sebanyak 2209 orang
balita dan jumlah sampel sebanyak 96 responden.Wawancara dilakukan terhadap 5 informan dengan menggunakan
instrumen indep interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi balita mayoritas normal (61,4%). Hasil
analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku gizi seimbang yang meliputi
pengetahuan (Pv= 0,000), sikap (Pv=0,033) dan tindakan gizi seimbang (Pv=0,000) dengan status gizi balita usia 2-5
tahun. Berdasarkan penelitian kualitatif diperoleh informasi bahwa masalah gizi pada balita juga dipengaruhi oleh sosial
ekonomi keluarga, pola asuh yang salah serta kebiasaan (budaya) masyarakat.
Kata Kunci : Balita, gizi seimbang, pengetahuan, sikap, status gizi

Abstract
Nutrition problems have broad dimensions if nutritional consumption in infants is not balanced, it will result in nutritional
status problems. The purpose of this study was to determine the relationship of balanced nutritional behavior in families with
nutritional status in children aged 2-5 years. The research design used in this study is a mixed method, where qualitative with
a sequential explanatory model, and quantitative with a cross sectional design. The analysis method uses Chi-Square which is
used to analyze the Univariate and Bivariate testing models. The population is all toddlers in the UPT Idi Rayeuk Puskesmas
working area with 2209 toddlers and a total sample of 96 respondents. Interviews were conducted with 5 informants using
the indep interview instrument. The results showed that the nutritional status of children under five was normal (61.4%). The
results of bivariate analysis showed a significant relationship between balanced nutritional behavior which included knowledge
(Pv = 0,000), attitude (Pv = 0.033) and balanced nutrition actions (Pv = 0,000) with the nutritional status of toddlers aged 2-
5 years. Based on qualitative research, information is obtained that nutrition problems in toddlers are also influenced by socio-
economic families, wrong parenting and community (cultural) habits.
Keywords: Toddler, balanced nutrition, knowledge, attitude, nutritional status

https://doi.org/10.33221/jikm.v9i01.470
Received : 14 Januari 2020 / Revised : 9 Februari 2020 / Accepted : 22 Februari 2020
Copyright @ 2020, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, p-ISSN:1 2252-4134, e-ISSN 2354-8185,
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

Pendahuluan keluarga serta kurangnya pemanfaatan


Gizi seimbang adalah susunan sumber daya masyarakat.6 Keluarga
makanan sehari–hari yang mengandung mempunyai peranan penting untuk
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang membawa anaknya ke Posyandu karena
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan semakin cepat penanganan masalah gizi
memerhatikan prinsip keanekaragaman pada anak maka akan mengurangi risiko
atau variasi makanan, aktivitas fisik, kematian.7
kebersihan, dan berat badan (BB) ideal Secara kumulatif masalah gizi
makanan.1 Penerapan gizi seimbang pada balita di Indonesia Akut Kronis
keluarga sangat dibutuhkan guna berdasarkan BB/TB presentase
terpenuhinya gizi dalam keluarga terutama wasting/kurus (sangat kurus+kurus) pada
untuk anak balita dimana anak balita kelompok balita (9,5%) dan baduta
sangat memerlukan perhatian terutama (12,8%), dan Provinsi Aceh sampai saat ini
dalam pemenuhan kebutuhan gizi yang berada pada kategori akut-kronis yaitu
dikonsumsinya.1 Apabila konsumsi gizi prevalensi stunting sebesar >20% dan
makanan pada seorang balita tidak prevalensi wasting >5%. Berdasarkan hasil
seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka Pemantauan Status Gizi (PSG) Provinsi
akan terjadi kesalahan akibat gizi Aceh tahun 2017. Keadaan status gizi
(malnutrition). Malnutrition ini mencakup balita di Aceh Timur berdasarkan indeks
kelebihan gizi disebut gizi lebih (over tinggi badan menurut umur (TB/U) atau
nutrition), dan kekurangan gizi atau gizi stunting sebanyak 43,6 %. Sedangkan
kurang (undernutrition) yang merupakan berdasarkan indeks berat badan menurut
masalah yang terjadi di Indonesia yang umur (BB/U) atau Underweight sebanyak
sampai saat ini belum dapat teratasi.2 32,5%. Dan berdasarkan (BB/TB) atau
Faktor pencetus masalah gizi dapat Wasting Sebanyak 11,2% dan gemuk
berbeda beda antar wilayah ataupun antar sebanyak 1 %. Berdasarkan data PSG Aceh
kelompok masyarakat bahkan masalah ini tahun 2017 Kabupaten/kota yang paling
akan berbeda antar kelompok untuk usia tinggi angka status gizi buruknya adalah
balita.3 Pola asuh adalah sikap dan perilaku Aceh Timur berdasarkan Indeks berta
ibu atau pengasuh lain dalam hal badan menurut umur (BB/U) dan
memberikan makan, kebersihan, memberi menduduki peringkat ke 2 terbanyak
kasih sayang, dan sebagainya.4 Faktor- penyumbang balita gizi buruk di Provinsi
faktor tersebut sangat terkait dengan Aceh. Data ini lebih tinggi dibandingkan
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan dengan data rata-rata Provinsi Aceh
keterampilan keluarga.5 sebanyak 24,8% dan data Indonesia
Faktor penyebab masalah gizi atau sebanyak 17,8% balita mempunyai status
gizi buruk yaitu penyebab langsung gizi buruk.8
makanan dan penyakit dapat secara Berdasarkan data yang di peroleh
langsung menyebabkan gizi kurang, peneliti dari UPT Puskesmas Idi Rayeuk
penyebab tidak langsung yaitu ketahanan yang terdapat di Kabupaten Aceh Timur
pangan keluarga yang kurang memadai, jumlah balita usia 24-59 bulan secara
pola pengasuhan anak kurang memadai, keseluruhan berjumlah 2.209 orang (s),
pelayanan kesehatan dan lingkungan dan balita yang datang ditimbang di posyandu
kurang memadai, dan yang menjadi pokok bejumlah 1.884 orang (D) dan cakupan
masalah dimasyarakat kurangnya balita yang tidak mengalami kenaikan
pemberdayaan keluarga dan kurangnya berat badan berjumlah 290 orang dan balita
pemanfaatan sumber daya masyarakat yang tidak mengalami kenaikan berat
berkaiatan dengan faktor langsung dan badan selama 2 berturut-turut berjumlah 28
tidak langsung dan akar masalah yaitu orang, balita yang berada dibawah garis
kurangnya pemberdayaan wanita dan merah berjumlah 31 orang, balita yang

2
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

mengalami gizi kurang berjumlah 19 orang fenomena yang diteliti pada satu titik
pada bulan juni 2018.9 waktu. Penelitian ini dilakukan di UPT
Dari wawancara yang dilakukan Puskesmas Idi Rayeuk Kabupaten Aceh
terhadap 5 orang ibu balita tentang pola Timur pada bulan Januari-Desembar tahun
makan diketahui bahwa mereka sangat 2018.
tidak memahami masalah tentang pola Populasi dalam penelitian ini adalah
pemberian makanan gizi seimbang dan seluruh ibu yang memiliki balita usia 2-5
faktor yang dapat menyebabkan masalah tahun yang berada di wilayah kerja UPT
tersebut hal ini dibuktikan dengan Puseksmas Idi Rayeuk sebanyak 2209
kebiasaan memberikan makanan balita orang dan dikarenakan tingginya angka
hanya makanan pokok, minyak/kuah, kejadian wasting yaitu sebanyak 11,7%
garam dan lauk misalnya ikan dan berdasarkan PSG tahun 2017. Penenetuan
konsumsi masyarakat Idi Rayeuk di bagian jumlah sampel menggunakan rumus slovin
Barat tergantung pada hasil laut yang dan diperoleh 96 responden untuk
apabila cuaca tidak mendukung maka pengambilan sampel dalam penelitian ini
cenderung pola konsumsi negatif, dan menggunakan teknik proportional
langkah yang dilakukan oleh UPT stratified sampling dan ditentukan dengan
Puskesmas Idi Rayeuk untuk mengatasi cara acak sederhana (simple random
permasalahan gizi yaitu dengan pemberian sampling) dengan cara mengundi (lotre
PMT yang dilakukan selama 3 bulan dan tehnique).
melakukan promosi kesehatan berupa Sumber data adalah data primer
penyuluhan kepada ibu balita serta bekerja diperoleh langsung dari subjek penelitian
sama dengan dinas pangan dalam upaya menggunakan alat pengukuran yaitu
menanggulangi masalah gizi dan alokasi kuesioner yang telah disiapkan oleh
dana desa yang disalurkan geuchik melalui peneliti dilanjutkan dengan wawancara
bidan desa dalam pemberian bantuan mendalam (indepth interview) kepada
kepada balita yang mengalami masalah informan. Data sekunder didapat dari
gizi. Masalah gizi masih banyak dijumpai Puskesmas Idi Rayeuk berupa data balita
pada balita sehingga perlu dilakukan kemudian menggunakan tabel standar baku
penelitian untuk mengetahui hubungan menurut Kepmenkes No.
pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga 1995/MENKES/SK/XII/2010 untuk
dengan status gizi balita dan data pada menentukan status gizi anak balita dan data
penelitian ini dikumpulkan secara benar tertier dari, Riskesdas tahun 2013 (Riset
langsung oleh peneliti. Berdasarkan Kesehatan Dasar), PSG tahun 2017
permasalah dan latar belakang diatas (Pemantauan Status Gizi). Alat untuk
makan penelitian ini bertujuan mengetahui pengumpulan data adalah kuesioner yang
hubungan perilaku gizi seimbang pada telah dilakukan uji validitas dan
keluarga dengan status gizi pada anak reliabilitas. Pedoman wawancara
balita usia 2-5 tahun mendalam (indept Interview)
dikembangkan sendiri oleh peneliti yang
Metode bersumber dari teori tumpeng gizi simbang
Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan sebagai pedoman
mixed method atau kuantitatif dan wawancara. Pegumpulan data kualitatif
kualitatif dengan model sequential dilakukan dengan melakukan wawancara
explanatory yaitu menganalisis data mendalam kepada informan yang dalam
menggunakan penelitian kualitatif dan penelitian ini yaitu 2 orang ibu, 2 orang
dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif suami dan 1 orang tenaga kesehatan bagian
dengan menggunakan pendekatan cross gizi.
sectional yang menekankan desain Metode pengukuran yang digunakan
pengumpulan data dan menjelaskan untuk mengukur status gizi yaitu

3
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

menggunakan lembar check list yang merupakan analisa hasil dari indepth
mengacu pada standar baku Kepmenkes interview (wawancara mendalam) yang
No. 1995/MENKES/SK/2010 dengan dilakukan untuk memperkuat data
indeks BB/TB. Prosedur analisa data kuantitatif dengan langkah-langkah
menggunakan analisis univariat dan sebagai berikut deskripsi atau orientasi,
analisis bivariat dan analisis data kualitatif. reduksi atau focus, selection, kesimpulan
Penelitian ini juga didukung dengan dan pencandraan .
penelitian kualitatif. Analisis kualitatif

Hasil Dari tabel 1 terlihat bahwa sebagian


Tabel 1. Distibusi Frekuensi Pengetahuan, besar responden memiliki pengetahuan
Sikap dan Tindakan Gizi Seimbang Keluarga yang baik (61,5%), sikap yang positif
dan Status Gizi Anak Balita Usia 2-5 Tahun (70,8%), tindakan yang positif (63,5%) dan
status gizi balita yang normal (61,4%).
Variabel Kategori n n Berdasarkan hasil uji chi-square
Pengetahuan Baik 59 61,5
Kurang 37 38.5 variabel pengetahuan dengan tindakan
Sikap Positif 68 70,8 perilaku gizi seimbang keluarga diperoleh
Negatif 28 29.2 Pvalue=0,000, variabel sikap Pvalue=0,033
Tindakan Positif 61 63,5 dan variabel tindakan Pvalue=0,000,
Negatif 35 36,5 artinya semua variabel memiliki hubungan
Status Gizi Gemuk 5 5,2
Normal 60 61,4 yang signifikan dengan status gizi pada
Kurus 22 24 anak balita 2-5 tahun di Wilayah Kerja
Sangat Kurus 9 9,4 UPT Puskesmas Idi Rayeuk (Tabel 2).

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Anak
Balita Usia 2-5 Tahun

Status Gizi
Variabel Kategori Baik Kurang Jumlah P Value
n % n % N %
Pengetahuan Baik 45 46,8 14 14,6 59 61,4 0,000
Kurang 15 15,6 22 22,9 37 38,5
Sikap Positif 47 49 21 21,8 68 70,8 0,033
Negatif 13 13,5 15 15,6 28 29,1
Tindakan Positif 47 49 14 14,6 61 63,6 0,000
Negatif 13 13,5 22 22,9 35 36,4

Hubungan Pengetahuan Perilaku Gizi yaitu cukup semua yaitu ada perawatannya
Seimbang dengan Status Gizi Pada dan makanannya.
Anak Balita “Mengerti, cukup semua, maksudnya ada
Berdasarkan hasil wawancara kepada makanannya ada perawatannya buk dan
informan diketahui bahwa informan makanan anak-anak ini ya nasi keras, apa-
mengetahui tentang gizi seimbang hal ini apa yang saya makan. Kadang-kadang terus
diketahui dari wawancara dengan terang aja buk, ada sayur gak da ikan,
kadang nasi dengan minyak ngak ikan,
informan. Berdasarkan hasil indept kalau ada ikan ada kasi, kalau gak da ikan
interview diketahui bahwa informan gak da kasi dan status gizi kurang semuagak
mengetahui tentang gizi seimbang hal ini da susu, gak ada makan yang dimakan,
diketahui dari wawancara dengan informan serba kekurang.“ (Informan 1)
1 yang mengatakan bahwa gizi seimbang Namun informan 2 mengatakan tidak
mengerti tetapi memberikan makan ikan

4
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

dan sayur pada anak balita sedangkan ketiadaan uang sehingga balita tetap
informan 3 juga mengetahui yaitu terlihat mengalami masalah gizi atau status gizi
dari pernyataannya kurang makan, kurang kurang yang dikuatkan dengan pernyataan
buah-buahan, seperti susu-susu tidak ada informan 3 yang mengatakan kalau ada
kalau ada ke laut ada saya beli. Sedangkan kelaut ada beli dimana tersirat makna uang
informan 4 mengatakan ketidaktahuannya yang mempengaruhi dari pemberian makan
terkait makanan yang bergizi untuk balita. untuk anak balita sehingga bila tidak ada
“Ngak ngerti saya buk, kalau makan ada uang maka balita tidak dapat makan dan
dua-duanya ada sayur juga ada ikan cuma dari keterangan responden yang
anak saya gak mau makan bu, kalau kurus mengatakan bahwa penghasilan perbulan
saya tau bu kan anak saya dibilang sama hanya 600 ribu dengan 6 orang anak dari
buk tia waktu posyandu dan di kasi roti bu.”
kelaut dan responden 4 berpenghasilan
(Informan 2)
hanya Rp 2.200.000 per bulan dan
“Kurang makan, kurang buah-buahan, menghidupi 6 orang anak.
seperti susu-susu gak da, kalaua ada kelaut
ada saya beli 2 buah, abis tu gak da terus.”
(Informan 3) Hubungan Sikap dengan Status Gizi
Balita
“saya gak tau, apa kurang pengetahuan
cara memasaknya dan cara mencampurnya, Berdasarkan hasil indept interview
susu ibunya dan saya kasi susu juga tapi gak diketahui bahwa informan memiliki sikap
Nampak berat badannya kalau uang ya ada
begitulah.” (Informan 4)
positif tentang gizi seimbang. Hal ini
diketahui dari wawancara dengan informan
Secara umum dari semua infroman 1 yang mengatakan ditimbang sangat
utama diketahui bahwa tingkat penting seperti pernyataan sebagai berikut :
pengetahuan informan masih dalam
“Ditimbang cukup berat penting saya
katagori kurang, padahal informan 5 selaku dalam bulan ini sudah 3 kali gak pergi ke
tenaga gizi dari pihak puskesmas telah posyandu.” (Informan 1)
memberikan penyuluhan tentang makanan
Sedangkan informan 2 mengatakan
bergizi.
penting, informan 3 mengatakan penting
“kalau kami biasa kami kasi PMT paling karena menurutnya perlu anak saya sehat.
nanti penyuluhan ke mamaknya untuk biar
anaknya mau makan jangan kasi jajan,
Informan 4 mengatakan penting. Secara
kerupuk-kerupuk, udah gitu PMT yang kami keseluruhan sikap informan positif karena
kasi bukan Cuma dimakan sama si adeknya memberi jawaban penting balita untuk
tapi abang-abangnya kakaknya juga ikut ditimbang di Posyandu.
makan, udah gitu rata-rata yang gizi
kurang dikami rata-rata karena ada “Iya makan 3 kali sehari, pagi makan kue,
penyakit penyerta mungkin bulan ini dikami semuanya makan,iya buk tempe telur sering,
12 kilo bulan depan sakit batuk pilek udah ikan juga buk cuma anak saya payah makan
gitu turun dah gitu sakit gatal-gatal kalau jadi mau kek mana lagi udah saya buat
sekarang, udah gitu ada juga gizi kurang di bubur juga ngak mau makan udah gitu kalau
kami karena adek-adek, kakak-kakanya gizi ngak mau makan juga saya gendong-
dulu pernah menderita gizi buruk memang gendong saya ngak tau caranya supaya dia
udah satu keluarga kek gitu karena ayahnya mau makan kek mana.” (Informan 2)
kelaut, mamaknya cuci-cuci baju tempat “Penting, saya perlu anak saya sehat,
orang jadi anaknya gak ada yang asuh.” cuman saya ngak da uang dengan
(Informan 5) beli.Kalau periksa Perlu, waktu pergi
posyandu.” (Informan 3)
Terdapat faktor lain yang
mempengaruhi balita mengalami masalah “penting, karena sayur itu sangat banyak
gizi kurang yaitu faktor pendapatan vitaminnya jadi kalau menurut saya sangat
perlu waktu pertama lahir sampai bulan ke
keluarga yakni uang dimana keluarga dua 5 kg dan begitu 3 kilo sampe sekarang
tidak mampu membeli kebutuhan sehari- kek gitu. Karena waktu usia 2 bulan
hari terutama makanan yang bergizi karena mamaknya kurang Hb dan sampek sekarang

5
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

kek gitu buk dulu waktu mamaknya punya makan, bila tidak mau makan maka
adek dia dibawa pulang tempat neneknya makanan diberikan kepada kucing.
baru ada gemuk sikitkalau diperiksa perlu,
mungkin biar diperiksa gizi bagus apa ngak “Penting bu Cuma saya gak tau cara supaya
buk.” (Informan 4) naik berat badannya ni pun udah naik berat
badannya dulu lebih kurus lagi buk”
Namun ada factor lain yaitu (Informan 2)
ketiadaan biaya untuk memenuhi
kebutuhan makanan yaitu uang untuk Informan 3 juga demikian menjawab
membeli makanan yang bergizi sehingga apa adanya, kadang-kadang tidak
walaupun sikapnya positif akan tetapi mengkonsumsi makanan 3 kali sehari dan
balita tetap mengalami masalah gizi kurang bila ada uang barulah balita mengkonsumsi
karena asupan makanannya tidak tercukupi makanan dan bila tidak memilki uang
dan ini sesuai dengan pernyataan tenaga maka mengkonsumsi makanan 1 kali
kesehatan menurut informan 5 mengatakan dalam sehari.
kalau disini kebanyakan masyarakat disini “Seperti ada terus, kalau ada ikan makan
yang banyak memiliki balita gizi kurang ikan, kalu ada sayur makan pake sayur,
kalau ada uang.Kadang-kadang gak ada
berasal dari keluarga kurang mampu. makan 3 kali sehari kadang ada, kalau ada
“kalau disini dari segi ekonomi dari uang ada makan.kalau gak ada uang makan
pendapatan keluarga tapi kebanyakan kalau sekali sehari.” (Informan 3)
kita lihat orang kurang mampu yang
pekerjaan arah timur petani, arah barat Informan 4 mengatakan konsumsi
nelayan, bangunan, sosial budaya dari segi makanan 3 kali sehari dan terkadang 2 kali
asi esklusif makanan tambahan misalnya sehari secara keseluruhan tindakan
usia 3 bulan udah diberi nasi dan pisang, informan negatif karena tidak memberikan
pendapat keluarga, dan pada usia 2-5 lebih anak makan 3 kali sehari dan kurang
ke pola asuh misalnya susah makan usaha
untuk lebih membujuk anaknya kurang jadi berusaha agar anak dapat menghabiskan
kalau ananknya gak mau, ya udah magak makanannya sehingga anak balita tetap
mau ini, gak mau itu, gak da usaha lebih. mengalami gizi kurang dan ada hal lain
Porsi makan tergantung anaknya untuk yang mempengaruhi balita tetap
keanaekaragaman makanan kurang, mengalami status gizi kurang yaitu
kadang-kaadang ibunya ngikuti kemauana
anaknya, kalau misalnya anak udah gak ketiadaan uang, untuk memenuhi
mau makan sayur ya udah di kasi makan kebutuhan gizi balita dimana keluarga
nasi pakeikan pake kuah.” (Informan 5) tidak mampu membeli makanan sehingga
Hubungan Tindakan dengan Status Gizi tidak mampu makan 3 kali sehari, dan roti
Balita usia 2-5 tahun yang seharusnya dikonsumsi oleh balita
Berdasarkan hasil wawancara dengan yang mengalami status gizi kurang
informandiketahui bahwa informan dikonsumsi juga oleh kakak atau abang
memiliki tindakan negatif tentang gizi balita yang tidak mengalami masalah gizi
seimbang hal ini diketahui dari wawancara dan balita itu sendiri pun jarang
dengan informan 1 yang mengatakan untuk memakannya hal ini sesuai dengan
makan kadang-kadang tidak ada bahkan pernyataan
hanya makan 1 kali dalam sehari. “makan makanan sederhana ngak
kekurangan gak berlebihan dan 3 kali sehari
“Untuk makan kadang-kadang gak da, dan kadang 2 kali, anak saya kalau pagi
kadang-kadang ada, terus terang aja buk, ngak mau makan, ya makannya roti-roti buk,
seperti hari ini sekalipun belum …” saya beli kue kalau pagi biar mau makan,
(Informan 1) kalaua saya bawa ada buk ke Graha Bunda
Sedangkan informan 2 mengatakan tapi kata dokternya gak da sakit dia kurang
gizi tapi ada saya beli susu tapi ngak naik
makan 3 kali sehari, pagi makan kue, juga berat badannya buk.” (Informan 4)
semua anggota keluarga makan,tempe,
telur dan ikan akan tetapi anak susah Informan 5 yang mengatakan dari
pengamatan kami sering kali dijumpai

6
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

PMT yang kami berikan tidak dikonsumsi semakin baik pengetahuan maka akan
oleh balita yang mengalami gizi kurang semakin baik perilaku kesehatannya
tapi dikonsumsi oleh anggota keluarga sehingga berakibat pada peningkatan
yang tidak mengalami gizi kurang derajat kesehatan dan status kesehatan
sehingga membuat balita tetap mengalami manusia.3
masalah gizi selanjutnya pola asuh Hasil penelitian ini sejalan dengan
misalnya susah makan usaha untuk lebih hasil penelitian yang dilakukan oleh
membujuk anak kurang sehingga anak Titisari, dkk yang menyatakan bahwa ada
tidak mau makan. Budaya masayarakat hubungan antara pengetahuan ibu tentang
yang salah yaitu bila anak tidak makan gizi dengan status gizi balita usia 1-5
dibiarkan saja tidak mengganggap bahwa tahun.10 Hasil penelitian ini menunjukan
mengkonsumsi makan merupakan hal yang masih ditemukan anak balita yang
penting, tidak ada usaha lebih dan mempunyai status gizi kurang yaitu
pemberian PMT untuk anak gizi kurang sebesar 36,6%. Berdasarkan hasil
hanya diberikan dengan jangka waktu 3 penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
bulan saja. Bila ada bantuan dari dinas UPT Puskesmas Idi Rayeuk diperoleh hasil
pangan hanya 1 tahun sekali dan dari ibu dengan pengetahuan baik yang
anggaran dana desa juga ada melalui bidan memiliki balita berstatus gizi baik lebih
desa serta kunjungan rumah dari tenaga banyak dibandingkan dari ibu dengan
gizi Puskesmas hanya tiga bulan sehingga pengetahuan kurang yang memiliki bayi
tidak sepenuhnya mampu mengatasi berstatus gizi baik. Hal ini berarti bahwa
permasalahan gizi yang ada di kecamatan pengetahuan berperan penting dalam
Idi Rayeuk sehingga menurut tenaga gizi menentukan status gizi balita yang
perlu dilakukan evaluasi agar didukung juga dengan hasil analisis
permasalahan gizi tidak muncul kembali bivariat dari penelitian ini yang
menyebutkan bahwa pengetahuan ibu
“kalau disini dari segi ekonomi dari
pendapatan keluarga tapi kebanyakan kalau berhubungan secara signifikan dengan
kita lihat orang kurang mampu yang status gizi balita. Hasil penelitian ini
pekerjaan arah timur petani, arah barat sejalan dengan hasil penelitian yang
nelayan, sosial budaya dari segia asi dilakukan oleh Maesarah, dkk yang
esklusif makanan tambahan misalnya usia 3
menunjukkan ada hubungan antara
bulan udah diberi nasi dan pisang, pendapat
keluarga, dan pada usia 2-5 lebih ke pola pengetahuan orang tua terhadap status gizi
asuh misalnya susah makan usaha untuk balita, hal ini disebabkan karena
lebih membujuk anaknya kurang jadi kalau ketidaktahuan ibu mengenai makanan dan
ananknya gak mau, ya udah magak mau ini, minuman apa saja yang bergizi untuk anak
gak mau itu, gak da usaha lebih.” dan keluarga yang akan berakibat pada
(Informan 5)
status gizi balita.11
Pembahasan Berdasarkan hasil indept interview
Pengetahuan perilaku gizi seimbang diketahui bahwa secara umum tingkat
merupakan segala sesuatu yang Ibu ketahui pengetahuan informan masih dalam
tentang perilaku mengatur susunan atau katagori kurang padahal tenaga gizi dari
komposisi makanan sehari-hari yang pihak puskesmas telah memberikan
mengandung zat gizi dalam jenis dan penyuluhan tentang makanan bergizi. Hal
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan yang ini dimungkinkan karena ada faktor lain
diperlukan oleh tubuh balita dan yang mempengaruhi balita mengalami
memperhatikan kuantitas dan kualitas masalah gizi kurang antara lain faktor
berdasarkan tumpeng gizi seimbang. pendapatan keluarga yakni uang dimana
Menurut Notoatmodjo pengetahuan keluarga tidak mampu membeli kebutuhan
merupakan salah satu komponen dasar sehari-hari terutama makanan yang bergizi
perilaku kesehatan manusia, maka dengan karena tidak mempunyai uang sehingga

7
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

balita tetap mengalami masalah gizi kurang berdasarkan tumpeng gizi seimbang. Hasil
yang dikuatkan dengan pernyataan penelitian ini menunjukkan lebih banyak
informan bahwa kalau ada kelaut ada beli. ibu dengan sikap positif yang memiliki
Hal ini berarti kondisi ekonomi ikut balita berstatus gizi baik dibandingkan ibu
mempengaruhi pemberian makan untuk dengan sikap negatif yang memiliki balita
anak balita sehingga bila tidak ada uang berstatus gizi kurang. Hal ini berarti sikap
maka balita tidak dapat makan. Hal ini ibu dapat menentukan status gizi balita.
juga diperkuat dengan pernyataan Berdasarkan hasil indept interview
informan bahwa penghasilan perbulan diketahui bahwa informan memiliki sikap
hanya 600 ribu dengan 6 orang anak dari positif tentang gizi seimbang hal ini
kelaut dan responden 4 berpenghasilan diketahui dari wawancara terhadap
hanya 2.200.000 perbulan dan menghidupi informan yang sebagian besar menganggap
6 orang anak. bahwa penting balita untuk ditimbang
Peneliti berasumsi bahwa diposyandu. Namun ada faktor lain yaitu
pengetahuan perilaku gizi seimbang ketiadaan biaya atau untuk memenuhi
mempunyai hubungan yang signifikan kebutuhan makanan sehingga walaupun
dengan status gizi anak balita hal ini sikapnya positif akan tetapi balita tetap
dikarenakan pengetahuan adalah mengalami masalah gizi karena asupan
komponen dasar dari perilaku yang dapat makanannya tidak tercukupi. Hal ini sesuai
memberikan gambaran perilaku kesehatan dengan pernyataan tenaga kesehatan
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga bahwa kebanyakan masyarakat yang
semakin baik pengetahuan seorang ibu banyak memiliki balita gizi kurang berasal
tentang perilaku gizi seimbang maka akan dari keluarga kurang mampu.
semakin baik pula status gizi balita dan Hasil penelitian ini sejalan dengan
sebaliknya apabila semakin kurang hasil penelitian Maesarah dkk yang
pengetahuan seorang ibu tentang menunjukkan adanya hubungan yang
bagaimana berperilaku gizi seimbang maka signifikan antara sikap orang tua terhadap
akan berdampak pada semakin tidak baik status gizi balita. Hal ini disebabkan karena
pada status gizi balita yang dimilikinya. rata-rata ibu yang memiliki sikap negatif
Namun hal ini berbanding terbalik dengan pengetahuannya cenderung kurang,
hasil penelitian kualitatif dimana ibu sehingga sikap ibu dalam memperhatikan
dengan pengetahuan baik memiliki balita status gizi balita seperti makanan yang
dengan status gizi kurang karena terdapat diberikan, jenis dan sumber makanan yang
faktor lain yang tidak menjadi variable diberikan kepada balita tidak sesuai dengan
penelitian yaitu pendapatan keluarga yaitu pedoman dasar gizi seimbang sehingga
uang untuk memenuhi kebutuhan pangan anak-anak mengalami kekurangan
yang membuat balita mengalami kurang beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh
gizi disebabkan orang tua tidak mampu tubuh yang menyebabkan anak mengalami
membeli bahan makanan untuk dikonsumsi masalah status gizi.11
sehari-hari dan anak tidak mau makan Hasil penelitian ini sejalan dengan
sehingga membuat anak balita mengalami penelitian yang dilakukan oleh Julita
status gizi kurang. Nainggolan yang berjudul hubungan antara
Sikap perilaku gizi seimbang pengetahuan dan sikap gizi ibu dengan
merupakan reaksi atau respon keluarga status gizi balita di wilayah kerja
tentang perilaku mengatur susunan atau puskesmas Rajabasa Indah Kelurahan
komposisi makanan sehari-hari yang Rajabasa Raya Bandar Lampung.
mengandung zat gizi dalam jenis dan Penelitian ini menunjukkan ada hubungan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan yang yang signifikan antara pengetahuan gizi
diperlukan oleh tubuh balita/keluarga dan Ibu dengan status gizi balita dan ada
memperhatikan kuantitas dan kualitas

8
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

hubungan yang signifikan antara sikap gizi tindakan perilaku gizi seimbang dengan
Ibu dengan status gizi balita (p=0,000).12 status gizi anak balita.
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan Berdasarkan hasil indept interview
hasil penelitian kuantitatif sikap perilaku diketahui bahwa informan memiliki
gizi seimbang mempunyai hubungan yang tindakan negatif tentang gizi seimbang hal
signifikan dengan status gizi anak balita ini diketahui dari wawancara bahwa
hal ini dikarenakan sikap adalah komponen perilaku negatif ini antara lain jika anak
dari perilaku kesehatan yang dapat tidak mau makan maka makanan diberikan
memberikan gambaran perilaku kesehatan kepada kucing, kadang-kadang tidak
dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga mengkonsumsi makanan 3 kali sehari dan
semakin positif sikap seorang ibu tentang bila ada uang barulah balita mengkonsumsi
perilaku gizi seimbang maka akan semakin makanan dan bila tidak memilki uang
baik pula status gizi balita dan sebaliknya maka mengkonsumsi makanan 1 kali
apabila semakin negatif sikap seorang ibu dalam sehari. Tindakan lainnya seperti
tentang bagaimana berperilaku gizi makan 3 kali sehari kadang 2 kali sehari
seimbang maka akan berdampak pada makan secara keseluruhan tindakan
semakin tidak baik pada status gizi balita. informan negatif karena tidak memberikan
Namun hal ini berbanding terbalik dengan anak makan 3 kali sehari dan kurang
hasil penelitian kualitatif dimana informan berusaha agar anak dapat menghabiskan
yang memiliki sikap positif memiliki balita makanannya. Terdapat budaya yang
dengan status gizi kurang hal ini menganggap bahwa makan 3 kali sehari
dikarenakan tidak memiliki uang untuk bukanlah hal yang penting sehingga anak
memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama balita mengalami gizi kurang padahal
dalam pemenuhan gizi balitanya sehingga berdasarkan pesan gizi seimbang pada
walaupun sikapnya positif bila tidak anak balita anak harus dibiasakan makan 3
memiliki biaya (uang) untuk memenuhi kali sehari yaitu pagi siang dan malam
kebutuhan gizi maka balita akan tetap karena pada anak balita sedang dalam
mengalami masalah gizi karena karena masa pertumbuhan dan mengalami
kurangnya konsumsi makanan perkembangan otak yang sangat tergantung
Tindakan perilaku gizi seimbang pada asupan makanan yang dikonsumsi
merupakan setiap perbuatan yang secara teratur. Faktor yang mempengaruhi
dilakukan keluarga dalam perilaku balita tetap mengalami status gizi kurang
mengatur susunan atau komposisi makanan yaitu ketiadaan uang, untuk memenuhi
sehari-hari yang mengandung zat gizi kebutuhan gizi balita dimana keluarga
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan tidak mampu membeli makanan sehingga
kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh tidak dapat makan 3 kali sehari dan roti
balita dan memperhatikan kuantitas dan yang seharusnya dimakan oleh balita yang
kualitas berdasarkan tumpeng gizi mengalami status gizi kurang dimakan oleh
seimbang. Berdasarkan hasil pengolahan kakak atau saudara balita yang tidak
data diketahui bahwa ibu dengan tindakan mengalami masalah gizi dan balita tersebut
positif yang memiliki balita berstatus gizi jarang memakannya.
baik dibandingkan ibu dengan tindakan Kondisi ini sesuai dengan pernyataan
negatif yang memiliki bayi berstatus gizi petugas gizi yang mengatakan dari
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengamatan sering dijumpai PMT yang
tindakan gizi seimbang yang dilakukan ibu diberikan tidak dikonsumsi oleh balita
mempunyai pengaruh terhadap status gizi yang mengalami gizi kurang tapi
balita. Pernyataan ini didukung dengan dikonsumsi oleh kakak atau abang balita
hasil analisis bivariat penelitian ini yang yang tidak mengalami gizi kurang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan sehingga membuat balita tetap mengalami
yang signifikan secara statistik antara masalah gizi. Selanjutnya pola asuh seperti

9
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

susah mengkonsumsi makanan dari ibu semakin tidak baik pada status gizi balita.
usaha untuk lebih membujuk anaknya Pernyataan ini sesuai dengan hasil
kurang sehingga bila anak tidak mau penelitian kualitatif dimana informan yang
mengkonsumsi makanan maka tidak memiliki tindakan negatif memiliki balita
makan dan tidak ada usaha dari ibu balita dengan status gizi kurang dikarenakan
agar balita tetap mengkonsumsi makanan balita tidak mendapat asupan makana 3
dan pemberian PMT untuk anak gizi kali sehari serta budaya yang menganggap
kurang hanya diberikan dengan jangka bahwa makan 3 kali sehari bukanlah hal
waktu 3 bulan saja. Bantuan dari dinas yang penting sehingga anak balita
pangan hanya 1 tahun sekali serta dari mengalami gizi kurang. Padahal
anggaran dana desa juga diberikan melalui berdasarkan pesan gizi seimbang pada
bidan desa serta kunjungan rumah dari anak balita anak harus dibiasakan makan 3
tenaga gizi puskesmas hanya tiga bulan kali sehari yaitu pagi siang dan malam
sehingga tidak sepenuhnya mampu karena pada anak balita sedang dalam
mengatasi permasalahan gizi yang ada di masa pertumbuhan dan mengalami
kecamatan Idi Rayeuk sehingga menurut perkembangn otak yang sangat tergantung
tenaga gizi perlu dilakukan evaluasi agar pada asupan makanan yang dikonsumsi
permasalahan gizi tidak muncul kembali secara teratur. Selain itu ibu juga kurang
Hasil Penelitian ini sejalan dengan membujuk anaknya yang susah makan
penelitian yang dilakukan Maesarah dkk di sehingga anak tidak makan dan
Gorontalo hasil penelitian menunjukkan dikarenakan faktor ekonomi atau
adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga yang tidak dapat
tindakan orang tua terhadap status gizi memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama
balita. Hal ini karena beberapa ibu untuk membeli makan sehingga anak balita
memiliki tindakan yang tidak peduli tidak bisa makan 3 kali sehari yang
terhadap jenis makanan yang dikonsumsi berakibat balita mengalami kurang gizi.
oleh anak mereka. Tindakan yang tidak Terdapat faktor lain yang mempengaruhi
perduli akan kesehatan anak memiliki gizi kurang pada balita dari hasil
dampak terhadap status gizi anak. Selain pengamatan langsung PMT yang diberikan
itu ibu tidak pernah membawa anak dari Puskesmas yaitu roti untuk balita
mereka ke Posyandu saat penimbangan kurus yang seharusnya dikonsumsi oleh
sehingga ibu tidak mengetahui balita tersebut tetapi kenyataannya PMT
perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut dikonsumsi oleh kakaknya yang
mereka. Serta tingginya kepercayaan ibu tidak mengalami gizi kurang jadi balita
kepada para dukun dalam mengobati gizi kurang tersebut tidak dapat
penyakit dibandingkan pada petugas mengkonsumsi PMT yang diberikan dalam
kesehatan.11 jangka waktu 3 bulan secara maksimal
Menurut asumsi peneliti, tindakan sehingga tetap mengalami masalah gizi dan
perilaku gizi seimbang mempunyai bila permasalahan ini terus dibiarkan maka
hubungan yang signifikan dengan status masalah gizi akan sulit teratasi dan tidak
gizi anak balita hal ini dikarenakan mampu menjadi SDM yang berkualitas.
tindakan adalah komponen dari perilaku
kesehatan yang dapat memberikan Kesimpulan
gambaran perilaku kesehatan dalam Berdasarkan analisis data dan
kehidupannya sehari-hari. Tindakan temuan di lokasi penelitian dapat
seorang ibu tentang perilaku gizi seimbang disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang baik akan semakin baik pula status yang signifikan antara pengetahuan, sikap,
gizi balita dan sebaliknya apabila tindakan dan tindakan keluarga dengan status gizi
seorang ibu kurang baik tentang gizi anak balita usia 2-5 tahun di UPT
seimbang maka akan berdampak pada Puskesmas Idi Rayeuk Kabupaten Aceh

10
Fajriani, Aritonang EV, Nasution Z / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2020; 9 (1): 1-11

Timur. Hasil wawancara dengan para 5. Ali k. Peranan pangan dan gizi untuk kualitas
informan didapati bahwa para informan hidup. Jakarta; 2004.
6. Irianto k. Gizi seimbang dalam kesehatan
memiliki permasalah lain yaitu ketiadaan reproduksi. Bandung: alfabeta; 2016.
uang untuk membeli makanan yang gizi, 7. Departemen gizi dan kesehatan masyarakat
dan PMT untuk balita yang mengalami gizi fkm ui. Ilmu kesehatan anak 1. 11th ed.
kurus tidak hanya dikonsumsi oleh balita Jakarta; 2012.
tersebut akan tetapi dikonsumsi juga oleh 8. Kementrian kesehatan. Buku saku pemantauan
status gizi seimbang. 2017
anggota keluarga yang lain sehingga balita 9. Data puskesmas kecamatan idi rayeuk tahun
tetap mengalami masalah gizi kurang dan 2017.
pola asuh yang salah yaitu kurang berusaha 10. Titisari i, kundarti fi, susanti m. Hubungan
membujuk anak sehingga anak tidak pengetahuan ibu tentang gizi dengan status
makan sesuai kebutuhan tubuhnya dan gizi balita usia 1-5 tahun di desa kedawung
wilayah kerja puskesmas ngadi. J ilmu kesehat
budaya yang yang salah yaitu tidak ; 2017
membiasakan mengkonsumsi makanan tiga 11. Maesarah m, djafar l, pakaya f. Hubungan
kali sehari. perilaku orang tua dengan status gizi balita di
desa bulalo kabupaten gorontalo utara.
Daftar Pustaka Gorontalo j public heal; 2018
1. Kodyat ba. Pedoman gizi seimbang. Persagi; 12. Julita nainggolan, dr. Remi zuraida, m.si.
2014 Hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi
2. Notoatmodjo s. Pendidikan dan perilaku ibu dengan status gizi balita di wilayah kerja
kesehatan. Rineka cipta; 2003. puskesmas rajabasa indah kelurahan rajabasa
3. Notoatmodjo s. Prinsp-prinsip dasar lmu raya bandar lampung. Medical journal of
kesehatan masyarakat. 10th ed. Jakarta; 2003. lampung university. Vol 1, no 1 (2012). Hal
4. Waryono. Gizi reproduksi. Yogakarta: pustaka 62-72
rihama;

11

Anda mungkin juga menyukai