Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN

TERHADAP KOMODITAS APEL KE JERUK DI DUSUN CANGAR DESA


BULUKERTO KOTA BATU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S1) Pada Jurusan Agribisnis

Disusun Oleh :
JEDI PRASETIYO
201610210311126

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang

Lahan merupakan sumberdaya alam yang memiliki fungsi penting dalam

pembangunan suatu negara. Dalam pembangunan, hampir semua sektor memerlukan

lahan sebagai sektor pertanian, industri, perdagangan dan infrastruktur. Di sektor

pertanian lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting, baik bagi petani

maupun bagi pembangunan pertanian, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

Indonesia sebagai negara agraris semua kegiatan pertanian masih bertumpu pada

lahan karena lahan berperan penting dalam kegiatan produksiyang dapat

menghasilkan kebutuhan pangan yang dibutuhkan oleh setiap manusia (Putri, 2015)..

Penggunaan lahan secara umum adalah penggolongan penggunaan lahan seperti

pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah

rekreasi (Sutomo, 2019).

Konversi lahan adalah suatu fenomena pembangunan yang dapat terjadi dalam

proses pembangunan masih berlangsung. Konversi lahan pada dasarnya merupakan

gejala normal yang disebabkan karena pertumbuhan dan pengembangan kota, akan

tetapi permasalahan mulai timbul ketika lahan yang dikonversi berasal dari lahan

pertanian yang produktif. Konversi lahan pertanian sering menimbulkan dampak

negatif terutama dalam konteks ketahanan pangan dan kondisi social ekonomi petani

(Sasongko, Safari & Sari, 2017).


3

Konversi lahan juga dapat terjadi apabila penyesuaian/perubahan peruntukan

terhadap lahan pada fungsinya semula. Namun secara garis besar ada beberapa faktor

tertentu yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan dimana meliputi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat jumlahnya dan membuat

tuntutan mutu kehidupan yang lebih baik juga meningkat (Putri & Mubarak, 2020).

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah dan

tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga terkenal sebagai negara agraris

dengan penduduk mayoritas sebagai petani. Sektor pertanian merupakan sektor

primer dan mempunyai peranan penting untuk perekonomian nasional. Hal ini di

dukung dengan iklim tropis yang dimiliki negara Indonesia memiliki tanah yang baik

untuk digunakan bercocok tanam (Zaeroni, 2016).

Apel merupakan salah satu produk hasil pertanian yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat yang memiliki nilai jual untuk mendapatkan keuntungan yang

diinginkan. Berbagai macam jenis apel memiliki nilai jual yang berbeda di

masyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan banyak masyarakat yang ingin

mempunyai bisnis apel dengan membuat makanan dari apel atau bisnis minuman apel

lainya yang banyak ditemukan di berbagai tempat. Seiring dengan meningkatnya

pengetahuan dari masyarakat akan manfaat yang dimiliki oleh buah apel bagi

kesehatan menjadi alasan tingginya kebutuhan buah apel di masyarakat (Widiyanto,

2016). Apel merupakan komoditas utama Malang Raya. Badan Pusat Statistik Kota

Batu menyatakan produksi apel tahun 2016 sebesar 542.106 ton. Produksi apel yang
4

melimpah ini dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas olahan pangan

dari buah apel (Haryuning, Hamidah & Setyaningrum, 2019). Budidaya tanaman apel

pada hakekatnya memerlukan spesifikasi yang teliti dalam segi perawatannya.

Kondisi iklim merupakan yang perlu dan penting untuk memastikan keberhasilan

berbuah. Lama budidaya tanaman apel berkisar 4-5 tahun sampai berbuah (Nasirudin

& Hidayat, 2019).

Kota Batu merupakan kota wisata yang masuk dalam wilayah administrasi

Provinsi Jawa Timur, ada berbagai jenis daya tarik wisata di Kota Batu, baik jenis

wisata alam, minat khusus, buatan, maupun budaya. Kota Batu merupakan sebuah

kota kecil yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Malang, Provinsi Jawa

Timur, Indonesia. Sebagai sebuah kota yang berada di dataran tinggi sebagian besar

penduduknya bermata pencahrian sebagai petani dan buah apel menjadi produk

pertanian unggulan (Melati & Narottama, 2020). Secara topografi, Desa Bulukerto

terletak pada ketinggian 950 mdpl, dengan curah hujan rata-rata 139,17 mm/buln

serta suhu 18-25 derajat celcius sehingga cocok untuk budidaya tanaman hortikultura

khususnya apel. Tingginya permintaan pasar dan tingginya daya jual apel karena

Kota Batu terkenal dengan julukan Batu Kota Apel yang artinya bahwa Kota Batu

merupakan sentra penghasil komoditas apel terbaik di Indonesia (Novia, Mudita &

Pratiwi, 2020).

Penurunan produktivitas buah apel dapat di pengaruhi oleh berbagai macam

faktor seperti cuaca yang setiap tahunnya dapat berubah sehingga dapat menimbulkan
5

kualitas dari buah apel tersebut berbeda dari sebelumnya. Menurut Ruminta, (2015)

faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan produktivitas dari buah apel dapat

menurun disebabkan oleh faktor non-iklim diantaranya adalah permasalahan pada

budidaya, tanaman apel yang sudah berumur tua, adanya konversi lahan tanaman

apel, serta harga komoditas apel mengalami penurunan.

Kondisi fluktuasi produktivitas buah apel di kota Batu mendapatkan perhatian

dari pemerintah Kota Batu. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah terhadap

permasalahan produktivitas buah apel tersebut dalam program pengembangan

Agribisnis buah apel melalui tiga program yaitu 1). Penghambatan laju degradasi dan

perbaikan mutu lahan, 2). Pengawalan teknologi dan penelitian budidaya apel yang

ramah lingkungan, 3). Pembentukan dan penguatan kelembangaan agribisnis buah

apel (Pridiatama, 2019).

Dikarenakan belum adanya kajian tentang factor-faktor yang mempengaruhi

konversi lahan terhadap komoditas apel ke jeruk, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya

konversi lahan apel menjadi jeruk di Dusun Cangar Desa Bulukerto Kota Batu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang menjadi perhatian

adalah:
6

1. Bagaimana terjadinya konversi lahan apel menjadi lahan jeruk.

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi lahan apel

menjadi lahan jeruk.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui terjadinya konversi lahan apel menjadi jeruk.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi

lahan apel menjadi lahan jeruk.

1.4 Manfaat Peneltian

1. Manfaat Teoritis

Semoga penelitian ini memberikan suatu informasi penting dan bermanfaat

untuk melakukan pengambilan keputusan dan sebagai pertimbangan dalam

memulai kebijakan yang diambil dalam upaya konversi lahan apel menjadi

lahan jeruk di waktu mendatang untuk Dusun Cangar Desa Bulukerto Kota

Batu.

2. Manfaat Praktis

Sebagai sumbang pikiran bagi petani apel dan petani jeruk dalam

mengembangkan potensi daerah yaitu kawasan Petani apel dan jeruk Dusun

Cangar Desa Bulukerto Kota Batu.

1.5 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :


7

1. Konversi Lahan merupakan perubahan fungsi lahan yang sebagian atau

secara keseluruhan kawasan lahan, dari fungsi semula yang seperti

direncanakan menjadi fungsi lain sehingga dapat menimbulkan dampak

negative atau masalah terhadap lingkungan dan menjadi potensi lahan itu

sendiri. Batasan konversi lahan atau disebut alih fungsi lahan dari

komoditas apel ke jeruk dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai

perubahan atau penyesuaian dalam penggunaannya.

2. Apel merupakan salah satu produk hasil pertanian yang dapat tumbuh di

ketinggian 700-1200 dpl, sedangkan ketinggian yang baik untuk tanaman

apel di ketinggian 1000-1200 mdpl. Masa panen komoditas apel 1 tahun 2

kali dan juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat atau petani yang bisa

dijual atau diolah untuk dapat menjadi berbagai macam jenis produk dan

dapat membantu meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan.

3. Jeruk merupakan salah satu hasil pertanian yang mempunyai nilai ekonomi

tinggi dan memiliki nilai gizi yang tinggi (Vitamin C dan A) jeruk dapat

ditanam di daerah sub tropis dengan ketinggian 650 mdpl sedangkan di

daerah katulistiwa dengan ketinggian 2000 mdpl. Jeruk dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat untuk diolah dijadikan produk dan dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat atau petani.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
8

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Hardiana, (2017) dengan judul Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konversi Lahan

Sawah Dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Konversi Lahan

Sawah Di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember). Tujuan penelitian ini Untuk

Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Studi Kasus:

Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu Analisis Persilangan (Cross Tab) Dan Deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian

ini yaitu Faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di Kecamatan Jaten

yakni laju pertumbuhan penduduk yang diakibatkan oleh tingkat kelahiran, PDRB

Kecamatan Jaten di mana sektor industri pengolahan merupakan sektor basis, harga

lahan, preferensi petani, ketersediaan sarana-prasarana (jumlah industri, jumlah

kebutuhan rumah, jaringan transportasi) dan kebijakan pemerintah.

Penelitian yang dilakukan oleh Barus, (2018) dengan judul Faktor Yang

Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Di Kabupaten Pandeglang.

Tujuan penelitian ini Untuk Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi

Lahan Pertanian Pangan Di Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Microsoft Excel Dan SPSS. Hasil dalam penelitian ini yaitu

Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan secara signifikan adalah faktor ekonomi

dan kebijakan. Faktor ekonomi diukur dengan variabel luasan penguasaan lahan dan

B/C rasio usaha tani padi. Faktor kebijakan diukur dengan menggunakan variabel
9

kondisi jalan. Potensi alih fungsi lahan terbesar ada di Kecamatan Panimbang dan

Kecamatan Cimanuk.

Penelitian yang dilakukan oleh Martunisa, (2018) dengan judul Faktor Faktor

Yang Mempengaruhi Proses Alih Fungsi Lahan Padi Sawah Di Kelurahan

Kersanegara, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Tujuan

dalam penelitian ini yaitu Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Proses Alih Fungsi Lahan Padi Sawah Di Kelurahan Kersanegara, Kecamatan

Cibeureum, Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Analisis Deskriptif Dan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil

dalam penelitian ini yaitu Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi sawah di

Kelurahan kersanegara, kecamatan cibeureum, kota tasikmalaya, provinsi jawa barat

adalah luas kepemilikan lahan dan umur petani. Semakin luas lahan petani maka alih

fungsi lahan semakin tinggi dan semakin muda umur petani maka alih fungsi lahan

semakin tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Windia, (2018) dengan judul yaitu Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Dan Hubungannya Terhadap

Kesejahteraan Petani Subak Saih Di Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung.

Tujuan dalam penelitian ini yaitu (1) Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Terjadinya Konversi Lahan Pertanian Pada Subak Saih Kecamatan

Kuta Utara Kabupaten Badung. (2) Mengetahui Hubungan Konversi Lahan Pertanian

Dengan Kesejahteraan Petani Di Subak Saih Kecamatan Kuta Utara Kabupaten


10

Badung. Metode dalam penelitian ini yaitu Sem-PLS. Hasil dalam penelitian ini yaitu

(1) Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan di Subak Saih, Kecamatan Kuta

Utara terdiri atas: faktor pertumbuhan, ekonomi, sosial, teknologi, aksesibilitas, risiko

dan ketidak pastian dan lahan sebagai aset. (2) Hubungan konversi lahan pertanian

dengan kesejahteraan petani menunjukkan bahwa: faktor aksesibilitas, ekonomi,

lahan sebagai asset, pertumbuhan kota, teknologi, risiko dan ketidak pastian, dan

sosial berhubungan dengan kesejahteraan petani.

Penelitian yang dilakukan oleh Pondaag, (2018) dengan judul Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Terjadinya Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten

Minahasa Tenggara. Tujuan dalam penelitian ini yaitu (1) Untuk Mengetahui Dan

Menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Pertanian Ke Non Pertanian Di Kabupaten Minahasa Tenggara. (2) Dilihat Dari Segi

Peningkatan Jumlah Penduduk, Jumlah Industri Serta Peningkatan Pertumbuhan

Ekonomi, Apakah Berpengaruh Terhadap Penurunan Luas Lahan Pertanian Di

Kabupaten Minahasa Tenggara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil dalam penelitian ini adalah (1) Jumlah

penduduk, PDRB per kapita, dan jumlah industri hanya jumlah penduduk yang

memberikan pengaruh secara siknifikan terhadap penurunan luas lahan pertanian

yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara. (2) Meningkatnya pendapatan

masyarakat cenderung mendorong perluasan lahan untuk pusat perbelanjaan,

pemukiman, tempat usaha seperti rumah makan dan infrastruktur lainnya.


11

Penelitian yang dilakukan oleh Darsono, (2016) dengan judul yaitu Analisis

Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Non Sawah Di Kabupaten

Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan dalam penelitian ini yaitu Untuk

Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Ke Non Sawah

Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Analisis Deskriptif. Hasil dalam penelitian ini yaitu (1)

Berdasarkan analisis data luas lahan sawah selama kurun waktu 30 tahun terjadi alih

fungsi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Sleman. Luas lahan sawah yang

beralihfungsi pada periode 1984-2013 adalah sebesar 4.496 Ha atau 149,866 Ha per

tahun. (2) Luas lahan sawah di Kabupaten Sleman mengalami penurunan dari tahun

ke tahun dengan tingkat penurunan 0,608% per tahun. (3) Faktor-faktor yang

mempengaruhi alih fungsi lahan sawah ke nonsawah di Kabupaten Sleman tahun

1984-2013 adalah jumlah penduduk, jumlah industri, jumlah residential, dan PDRB.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartadi, (2017) dengan judul Analisis Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konversi Lahan Sawah

Dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Konversi Lahan Sawah

Di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember). Tujuan dalam penelitian ini yaitu

Membuat Deskripsi, Gambaran, Atau Lukisan Secara Sistematis, Faktual Dan Akurat

Mengenai Terjadinya Konversi Lahan Sawah Di Kecamatan Kaliwates. Metode

Analitis Digunakan Untuk Mengetahui Laju Konversi Lahan Sawah Di Kecamatan

Kaliwates, Mengetahui FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


12

Petani Melakukan Konversi Lahan Sawah Dan Dampak Konversi Lahan Sawah

Terhadap Pendapatan Petani Di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive Method. Hasil dalam penelitian

ini yaitu (1) Laju konversi lahan sawah di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember

mengalami penyusutan. Selama kurun waktu 2006-2015 laju konversi lahan sawah

sebesar 4,359% atau seluas 38,48ha per tahunnya (2) Faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani melakukan konversi lahan sawah di Kecamatan

Kaliwates Kabupaten Jember adalah harga lahan, jumlah tanggungan keluarga, dan

saluran air irigasi. (3) Dampak konversi lahan sawah terhadap pendapatan petani di

Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember adalah tidak terdapat perbedaan pendapatan

yang nyata antara petani sebelum dan sesudah konversi lahan sawah. Rata-rata

pendapatan total petani sebelum dan sesudah konversi lahan sawah terjadi perubahan

dari Rp. 3.888.520 menjadi Rp. 4.367.397.

Penelitian yang dilakukan oleh Marsudi, (2018) dengan judul Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Di Kabupaten Aceh Besar. Tujuan

dalam penelitian ini yaitu Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Alih Fungsi Lahan Sawah Di Kabupaten Aceh Besar. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Analisis Linier Regresi Berganda SPSS. Hasil dalam penelitian ini

yaitu Harga lahan, kepadatan penduduk, dan produktivitas padi berpengaruh nyata

terhadap alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Aceh Besar. Hasil statistik

menunjukkan nilai t hitung untuk harga lahan sebesar 2,399 dan nilai t tabel sebesar
13

1,782 yang berarti nilai t hitung > t tabel (2,399 > 1,782), nilai t hitung untuk

kepadatan penduduk sebesar 5,345 dan nilai t tabel sebesar 1,782 yang berarti t hitung

> t tabel ( 5,345 > 1,782), nilai t hitung untuk produktivitas padi sebesar 2,703 dan

nilai t tabel sebesar 1,782 yang berarti nilai t hitung > t tabel (2,703 > 1,782)

sedangkan jumlah PDRB tidak berpengaruh terhadap alih fungsi lahan sawah. Hal ini

ditunjukkan oleh koefisien regresi untuk variabel jumlah PDRB sebesar 0,00015.

Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t hitung untuk jumlah PDRB sebesar

1,315 dengan nilai signifikan sebesar 0,218.

Penelitian yang dilakukan oleh Oktoriana, (2021) dengan judul Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Lahan Karet Menjadi Perkebunan Kelapa

Sawit Di Desa Pandu Raya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. Tujuan dalam

penelitian ini yaitu Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih

Lahan Karet Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa Pandu Raya Kecamatan

Parindu Kabupaten Sanggau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

SPSS. Hasil dalam penelitian ini yaitu (1) Umur berpengaruh secara tepat untuk alih

lahan. (2) Pengalaman berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih lahan. (3)

Pendidikan tidak berfungsi pada alih lahan. Dimana nilai pendidikan tidak berfungsi

pada alih lahan di desa Pandu Raya Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau. (4)

Tanggungan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih lahan. (5) Selisih

pendapatan bernilai tapi masih belum berkontribusi pada alih lahan. (6) Harga sawit

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap alih lahan. (7) Waktu kerja tidak
14

memberikan pengaruh pada alih lahan. (8) Jumlah pupuk tidak memberi pengaruh

pada alih lahan. (9) Dalam suatu komoditas tanaman seperti kelapa sawit tentunya

diperlukan teknik budidaya yang tepat.

Berdasarkan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah

menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Terhadap

Komoditas Apel Ke Jeruk Di Dusun Cangar Desa Bulukerto Kota Batu. Perbedaan

metode analisis yang digunakan penelitian terdahulu ialah metode SPSS Dan

deskriptif. Analisis yang diguanakan penelitian ini menggunakan skala likert, PLS

dan statistic deskriptif.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konversi Lahan

Konversi lahan atau yang bisa disebut dengan alih fungsi lahan adalah

perubahan penggunaan lahan yang bentuk penggunaan lahan dengan bentuk yang

lain. Terjadinya konversi lahan atau alih fungsi lahan dikarenakan adanya

pertambahan jumlah penduduk atau dikarenakan adanya kegiatan yang membutuhkan

lahan yang cukup luas. Perubahan yang dilakukan dapat memberikan efek yang baik

dan juga buruk apabila alih fungsi lahan atau konversi lahan dilakukan namun masih

dalam penggunaan pertanian maka masih dapat memberikan efek yang baik bagi
15

masyarakat petani untuk dapat meningkatkan pendapatan. Apabila alih fungsi lahan

atau konvesi lahan dilakukan ke non-pertanian maka dapat memberikan efek yang

buruk dengan tidak dapat memanfaatkan lahan pertanian dengan benar (Widyastuty,

2019).

2.2.2 Komoditas Apel

Apel merupakan buah tahunan yang berasal dari Asia Barat. Apel telah dapat

dibudidayakan di Indonesia sejak pada tahun 1934. Tanaman buah apel dapat tumbuh

dengan subur di daerah dingin dengan suhu 16-17 derajat celcius dengan ketinggian

sekitar 1.200 mdpl. Tanaman buah apel merupakan yang termasuk anggota keluarga

mawar-mawaran. Tinggi pohon apel yang dimiliki dapat mencapai 7-10 meter.

Tanaman apel memiliki berbagai macam jenis warna merah, hijau maupun warna

kuning. Nama ilmiah dari tanaman apel adalah Malus Domestica (Ciputra, 2018).

2.2.3 Komoditas Jeruk


Buah jeruk merupakan salah satu buah yang sudah termasuk dimiliki oleh

Indonesia. Salah satu komoditas utama buah jeruk Indonesia adalah buah jeruk

keprok yang dikonsumsi sebagai buah yang banyak diminati. Tanaman buah jeruk

yang dibudidayakan secara umum menggunakan benih yang berasal dari teknik

okulasi. Keuntungan darin okulasi adalah tanaman memiliki perakaran yang kuat dan

tahan dari penyakit ataupun hama dan tahan kekeringan ataupun kelenbihan air serta

dapat memperoleh suatu tanaman yang dapat diinginkan (Sugiyatno, 2017).

2.2.4 Kerangka Berfikir


16

Berdasarkan variabel penelitian tersebut maka peneliti memutuskan untuk

menggunakan 3 variabel yakni harga komoditi, jumlah tanggungan petani dan

peranan lembaga penyuluhan. Variabel-variabel yang telah ditetapkan tersebut

kemudian akan dianalisis menggunakan uji Partial Least Square (PLS). Setelah

melakukan analisis maka akan diketahui apakah terdapat pengaruh Konversi Lahan

Terhadap Komoditas Apel Ke Jeruk Di Dusun Cangar Desa Bulukerto Kota Batu.

Pendapatan (X1)

Harga Komoditi (X2) Konversi Lahan (Y)

Peranan Lembaga Penyuluhan


(X3)
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir
2.3 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir dapat ditarik hipotesis penelitian ini sebagai
berikut :
1. Adanya hubungan pendapatan berpengaruh terhadap konversi lahan.
2. Adanya hubungan harga komoditi petani terhadap konversi lahan.
3. Adanya hubungan peranan lembaga penyuluhan terhadap konversi lahan.
17

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
18

DAFTAR PUSTAKA

Chintya Melati, B., & Narottama, N. (2020). Keterlibatan Masyarakat Dalam


Pengelolaan Agrowisata Di Desa Tulungrejo, Kota Batu. Jurnal Destinasi
Pariwisata, 8(1), 82. https://doi.org/10.24843/jdepar.2020.v08.i01.p11

Hamidah, N., Haryuning, B. R. Y., & Setyaningrum, Y. I. (2019). Pemanfaatan


Kedelai Dan Apel Malang Untuk Pembuatan Snack Bar: Kajian Kadar Lemak
Dan Kadar Karbohidrat. AcTion: Aceh Nutrition Journal, 4(2), 117.
https://doi.org/10.30867/action.v4i2.178

Nasirudin, M, Hidayat, R. (2019). Studi Keanekaragaman Serangga Di Perkebunan


Apel Semiorganik Dan Anorganik Desa Tulungrejo Kota Batu. 295–299.

Novia, I., Mudita, I., & Pratiwi, A. (n.d.). Faktor-Faktor Yang Berkorelasi Dengan
Motivasi Petani Apel Beralih Dari Budidaya Anorganik Ke Budidaya Ramah
Lingkungan Di Desa Bulukerto. 67–76.

Barus, B. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan
Di Kabupaten Pandeglang. Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan, 6(2), 131–136.

Ciputra, A. (2018). KLASIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN BUAH APEL


MANALAGI DENGAN ALGORITMA NAIVE BAYES DAN EKSTRAKSI
FITUR CITRA DIGITAL. SIMETRIS, 9(1), 465–472.

Darsono. (2016). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI


LAHAN SAWAH KE NON SAWAH DI KABUPATEN SLEMAN DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA. Sepa, 13(1), 22–27.

Hardiana, A. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian Studi


Kasus: Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Arsitektura, 14(1).
https://doi.org/10.20961/arst.v14i1.9220
19

Hartadi, R. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPUTUSAN PETANI MELAKUKAN KONVERSI LAHAN SAWAH DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus Konversi
Lahan Sawah di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember). Jurnal Agribest,
1(2). https://doi.org/10.32528/agribest.v1i2.1154

Marsudi, E. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH


FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN ACEH BESAR. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pertanian, 3(4), 525–533.

Martunisa, P. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Alih Fungsi Lahan


Padi Sawah di Kelurahan Kersanegara, Kecamatan Cibeureum, kota
tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Rekayasa Hijau, II(1), 40–51.

Oktoriana, S. (2021). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


ALIH LAHAN KARET MENJADI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI
DESA PANDU RAYA KECAMATAN PARINDU KABUPATEN SANGGAU.
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis, 7(1), 200–211.

Pondaag, C. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Alih Fungsi


Lahan Pertanian Di Kabupaten Minahasa Tenggara. Agri-Sosioekonomi, 14(2),
151. https://doi.org/10.35791/agrsosek.14.2.2018.20575

Pridiatama, R. (2019). Karakteristik Dan Tipologi Industri Mikro, Kecil, Dan


Menengah Agroindustri Apel Di Kota Batu. Media Komunikasi Geografi, 20(1),
44. https://doi.org/10.23887/mkg.v20i1.17524

Ruminta, R. (2015). Dampak perubahan iklim pada produksi apel di Batu Malang
Impacts of climate change on production of apple in Batu Malang. Kultivasi,
14(2), 42–48. https://doi.org/10.24198/kultivasi.v14i2.12064

Sugiyatno, A. (2017). PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH


PADA PEMATAHAN DORMANSI MATA TUNAS TANAMAN JERUK
( Citrus sp .) HASIL OKULASI. Produksi Tanaman, 5(5), 742–747.

Widiyanto, N. A. (2016). Konsumen Dalam Membeli Buah Apel Di Kota Surabaya


Dan Kota Malang , Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen,
9(2), 136–146.

Widyastuty, A. A. S. A. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Di


Desa Kaba – Kaba Tabanan Bali. SNHRP-II : Seminar Nasional Hasil Riset Dan
Pengabdian, 2, 275–280.
20

Windia, W. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian


Dan Hubungannya Terhadap Kesejahteraan Petani Subak Saih Di Kecamatan
Kuta Utara, Kabupaten Badung. JURNAL MANAJEMEN AGRIBISNIS (Journal
Of Agribusiness Management), 5(2), 7.
https://doi.org/10.24843/jma.2017.v05.i02.p02

Zaeroni, R. (2016). Pengaruh Produksi Beras, Konsumsi Beras Dan Cadangan Devisa
Terhadap Impor Beras Di Indonesia. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan
Universitas Udayana, 5(9), 993–1010.

Anda mungkin juga menyukai