Anda di halaman 1dari 5

UAS PAKK

NAMA : Salma Hanifah Dyanti


NIM : 1806552
JURUSAN : Departemen Ilmu Komunikasi (5A)

SANG MAHA PENGARUH MEDIA MASSA BARU

Sumber gambar: detik.com

Media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia
modern. Wujudnya kini mirip dengan media massa jenis baru, media massa dengan bentuk
yang bisa dimiliki oleh semua orang. Dahulu media massa dengan segala proses pembuatan
konten yang hanya bisa dikelola oleh orang dengan modal lebih, kini termodifikasi
sedemikian rupa dan muat di genggaman tangan dengan nama media sosial. Bahkan
barangkali bila ditanya, hampir semua orang akan langsung mengenali istilah ini dengan
beragam jenisnya. Media sosial menjadi ‘alat digital’ yang barangkali paling sering
digunakan sehari-hari. Fungsinya sendiri kini telah bergeser dari sekedar untuk sosial dan
komunikasi ke pemanfaatan untuk media berbisnis, berkomunitas, berdakwah, sosialisasi
gagasan hingga propaganda politik. Penggunaan ini tentu bukan tanpa alasan, media sosial
ampuh untuk membidik target ​audience t​ anpa penghalang batas dan waktu​. H ​ ootSuite,
sebuah situs layanan manajemen konten mengeluarkan data bahwa dari 7 miliar populasi
Indonesia dan 4 miliar diantaranya merupakan pengguna sosial media aktif. Ini berarti lebih
dari setengah populasi kita, adalah penghuni dunia ‘media sosial’.
Populasi dalam media sosial ini kemudian akan membentuk suatu lingkungan sosial
digital. Sebagaimana dalam siklus komunikasi masyarakat dunia nyata, muncul sosok-sosok
yang memiliki ‘kuasa’ lebih besar ketimbang yang lain dalam dunia media sosial. Hanya saja,
kekuasaan dalam dunia media sosial barangkali terwujud pada bentuk ‘pengaruh’. Hal ini
muncul karena satu sosok atau akun media sosial dianggap memiliki jangkauan ​audience
yang lebih luas ketimbang yang lain. Sehingga diasumsikan akan pengaruh yang lebih
signifikan melalui opini yang disampaikan. Besar jangkauan ini salah satunya dapat dilihat
dalam wujud jumlah pengikut, jumlah teman digital dan total ​engagement.

‘Pengaruh’ dalam Media Sosial


Media sosial yang kini menjadi sarana untuk interaksi, komunikasi harian dan wadah
informasi akan sarat dengan konten dengan berbagai macam isi akan memberi pengaruh pada
penggunanya. Pengaruh ini datang dari konten yang ditampilkan dalam media sosial. Seperti
yang sudah kita ketahui, media sosial memberikan kebebasan kepada para pengguna untuk
dapat memproduksi dan mengkonsumsi konten meskipun hanya atas nama pribadi sebagai
bagian terkecil yaitu individu. Sehingga sebetulnya, media sosial adalah tempat dimana kita
saling mempengaruhi secara sengaja maupun tidak sengaja. Individu akan berubah setelah
sebuah informasi menerpanya, suka atau tidak suka, terima atau tidak diterima. Sebagaimana
dalam teori Jarum Hipodermik pada komunikasi massa, prinsip soal ​audience ​yang tersuntik
pesan atas konten yang disampaikan.
Pada teori tersebut, saya rasa ada beberapa poin yang relevan. Misalnya begini, suka
atau tidak suka ketika saya terpapar sebuah berita di televisi mengenai resesi ekonomi
Indonesia, maka diri saya sebelum terpapar berita tersebut dan diri saya setelah terpapar
berita tersebut adalah pribadi dengan pengetahuan yang berbeda. Apakah saya menganggap
informasi itu penting atau tidak, berguna atau tidak, terlepas dari apapun respon saya
terhadap isi berita tersebut, berita itu sudah ‘menginfeksi’ dan masuk kedalam khazanah
pengetahuan saya. Pengetahuan yang masuk karena terpapar itu tidak akan bisa kita tolak,
karena siap atau tidak siap informasi itu masuk dan menambah apa yang kita ketahui. Sama
halnya dengan analogi berita di televisi tersebut, segala informasi dalam berbagai bentuk
konten yang dihadirkan dalam media sosial juga akan memberi pengaruh yang sama kepada
setiap individu yang terpapar olehnya. Sehingga, media sosial adalah tempat berkumpulnya
pengaruh.

‘Sosok’ Berpengaruh dalam Media Sosial


Sebagaimana dengan tulisan pada awal artikel, memang lahir beberapa sosok yang
dianggap ‘berkuasa’ lebih di sosial media dengan pengaruh yang dimiliki. Sosok-sosok ini
barangkali mudahnya dipahami sebagai akun milik orang terkenal dan yang mungkin
memang sudah memiliki kuasa di dunia nyata, seperti akun media sosial milik Presiden
Indonesia Jokowi, akun media sosial milik tokoh hollywood sejenis Angelina Jolie atau akun
media sosial milik pesohor lokal yang biasa hilir mudik di layar kaca seperti Raffi Ahmad.
Akan tetapi sejalan dengan berkembangnya ​platform ​komunikasi dan teknologi ini, maka
muncul juga bentuk baru dari sosok berpengaruh di dunia digital seperti media sosial. Lahir
nama-nama yang kemudian menjadi sosok orang yang berpengaruh dengan jumlah pengikut
yang tidak sedikit dan ​engagement ​tinggi pada akun media sosialnya. Mereka adalah
orang-orang biasa yang kemudian justru memiliki ‘kekuatan’ berasal dari pengaruhnya yang
besar di media sosial.
Kalangan yang memiliki kekuatan berasal dari pengaruhnya di media sosial ini,
kemudian lebih banyak disebut masyarakat sebagai ​influencer. ​Brown & Hayes dalam
bukunya berjudul “Influencer Marketing: Who Really Influences Your Customers?”
mengartikan kata ini sebagai pihak ketiga yang secara signifikan membuat keputusan
pembelian pelanggan tetapi mungkin pernah ikut bertanggung jawab untuk itu. ​Influencer
juga diartikan sebagai seseorang atau figur dalam media sosial yang mempunyai jumlah
pengikut banyak atau signifikan dan hal yang mereka sampaikan dapat mempengaruhi
perilaku dari pengikutnya. Pengertian-pengertian tersebut membentuk pemahaman bahwa
influencer ​memiliki pengaruh terhadap khalayaknya di media sosial sampai ke tahap yang
mempengaruhi opini dan tindakan mereka. Label ini akan membuat mereka dianggap
memiliki ​audience k​ husus pada media sosialnya. ​Audience ​ini akan terpengaruh dengan
konten ciptaan dan unggahan sosok ​influencer​. Mari sebut satu nama ​influencer y​ ang sudah
cukup banyak dikenal, Rachel Vennya. Rachel atau yang akrab disapa Buna ini adalah salah
satu sosok yang “kekuatan”nya lahir dari betapa besar beliau mempengaruhi orang lain
melalui media sosialnya. Dirinya kini kerap dikaitkan dengan sebutan selebgram yang ramai
kerjasama bisnisnya melalui media sosial. Beberapa judul karya tulis ilmiah seperti skripsi
atau artikel bahkan menjadikan Buna sebagai studi kasusnya, sehubungan dengan kekuatan
‘influence’​ yang dirinya miliki.
Label soal influencer yang memiliki pengaruh ditambah adanya potensi pendapatan
yang besar hanya melalui konten di media sosial tentu akan terdengar menggiurkan.
SociaBuzz mencatat bahwa terjadi kenaikan jumlah ​influencer ​atau pembuat konten di media
sosial terutama di masa pandemi. Hal ini bukan tanpa sebab, sosok-sosok yang terkenal di
media sosial dengan ratusan ribu bahkan jutaan pengikut memang lekat dengan ​image luxury,
mewah atau paling tidak kaya raya. Meskipun demikian, sebenarnya terdapat beban berat
yang juga dipikul oleh mereka yang memiliki ​‘influence’ p​ ada media sosialnya itu. Ada
tanggung jawab yang duduk di pundak para artis media sosial, sebab segala yang mereka
unggah akan berdampak kepada opini atau tindakan pengikutnya. Sekali lagi, soal pengaruh
media sosial.
Tentu saja secara logika, pengaruh itu tidak mungkin 100% mempengaruhi seluruh
pengikut atau audience yang dimiliki. Hal ini juga bisa kita kaitkan ke beberapa poin di teori
komunikasi jarum hipodermik yang sebelumnya telah dibahas. Sayangnya, pada bagian
mengenai audience yang akan tersapu dan terpengaruh secara nyata dengan serta merta serta
sepenuhnya bergerak sesuai isi konten yang diberikan oleh ​influencer (pembuat konten),
rasanya kurang tepat. Selain karena pada hakikatnya tidak ada komunikasi yang efektif secara
100% dalam mempengaruhi dan menggerakan orang lain, ​audience ​sebetulnya juga memiliki
kuasa atas bagaimana dirinya akan menanggapi posisi.dirinya sebagai target terpaan konten
media sosial.
Kuasa yang dimiliki ​audience s​ ebagai pengguna media sosial ini juga sebetulnya
kembali lagi kepada bahasan soal bagaimana media sosial itu memberi kebebasan kepada
seluruh penggunanya tanpa terkecuali untuk memproduksi atau mengkonsumsi informasi
dalam bentuk konten. Sehingga apabila kita dapat berpikir jauh lebih dalam, sebetulnya setiap
pribadi dibalik akun media sosial itu adalah seorang ​‘influencer’ ​meski jangkauan ​audience
nya sedikit atau ​engagement a​ kunnya kecil. Hal ini karena, sekecil dan sesedikit apapun
penerima pesan, informasi tetaplah informasi dan komunikasi tetaplah komunikasi yang
membawa dampak serta pengaruh, setidaknya dalam bentuk pengetahuan. Lantas apa yang
harus disadari selanjutnya? perihal tanggung jawab. Terlepas dari ada atau tidaknya
pemasukan dengan segala konten dan audiens ​besar, tiap-tiap individu yang membuat dan
mengunggah informasi apapun ke publik memiliki tanggung jawab yang sama besarnya
dengan sosok-sosok terkenal ​‘influencer’.

‘Pengaruhku’ di Media Sosial


Setelah mengetahui dan menyadari bahwa sekecil apapun sosok kita dalam dunia
digital khususnya di media sosial, kita harus menanamkan bahwa segala yang sudah
terunggah akan dengan pasti memapar publik dan membawa pengaruh pada pengetahuannya.
Sehingga dengan demikian, setiap orang yang menggunakan media sosial wajib memiliki
rasa tanggung jawab untuk memproduksi konten yang tidak memuat pengetahuan palsu yang
merusak dan merugikan. Kebebasan berekspresi itu memang nyata adanya dan merupakan
hak asasi, namun tidak mencelakai orang dengan informasi salah juga merupakan kewajiban
yang patut di ingat. Reaksi nyata atau tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh audiens
setelah kita memproduksi konten berisi hal yang tidak ​harmful atau merugikan siapapun
barulah bukan merupakan tanggung jawab langsung kita, sebab kembali lagi bahwa setiap
audiens juga merupakan individu mandiri yang memiliki kuasa atas bagaimana ia
menginterpretasikan dan memproses informasi lalu mengambil tindakan atasnya. Akan tetapi,
rasanya bila semua individu sadar akan betapa harus ​mindful ​nya kita baik saat memproduksi
ataupun mengkonsumsi konten di media sosial, maka kehidupan sosial digital tentu akan jauh
lebih sehat. Semoga.

PROFIL PENULIS

Sosok yang mencintai ketenangan namun tetap bergairah di tengahnya ramai dan jago
bersyukur karena katanya kunci bahagia. Lahir dengan selamat pada hari batik setahun
sebelum abad 20, dihadiahi nama Salma Hanifah Dyanti (1806552) oleh orangtuanya. Gadis
sulung dengan tiga saudara yang lahir dari keluarga sederhana memiliki hobi selancar
internet.

Anda mungkin juga menyukai