Anda di halaman 1dari 17

1.

KONSEP DASAR ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


1.1 Defenisi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Adriana. 2011. Laporan Pendahuluan Ispa.)

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
dengan pengertian sebagai berikut:

1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh


manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract).
3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.

Dapat disimpulkan bahwa ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


merupakan suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring)
mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan
penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi
organisme asing yang menimbulkan gejala penyakitdan proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
1.2 Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.(Adriana.
2011. Laporan Pendahuluan Ispa.)

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit


ISPA.Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu:

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
1.3 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus,Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus. (Adriana. 2011. Laporan Pendahuluan Ispa.)
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dan
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan menjadi
berhenti. Sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan akibat iritasi
oleh bahan pencemar produksi lender akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernapasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernapasan.(Adriana. 2011. Laporan Pendahuluan Ispa.)
1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa

secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis,
tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai
selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling
sering terjadi pada manusia.Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan
Echo.
b. Manusia
a) Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita
ISPA daripada usia yang lebih lanjut.
b) Jenis kelamin
Meskipun secarakeseluruhan di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak
penelitian yangmenunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA
terhadap jenis kelamin tertentu. Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada
usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark.
c) Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah
lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang
satu merupakan predisposisi yang lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP,
ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga
menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi,
sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan
keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.
d) Status imunisasi
Tupasi (1985) mendapatkan bahwa ketidakpatuhan imunisasi
berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak
bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa
imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti
dalam mencegah kejadian ISPA.
e) Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada
penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel
epitel yang mengalami diferensiasi.
f) Status ASI ekslusif
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada
bulan-bulan pertama kehidupannya.ASI bukan hanya merupakan sumber
nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang
kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis
membentuk sistem biologis.ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui
penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran
pernafasan.
c. Faktor lingkungan
a) Rumah
Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani,
rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.
Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih
tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di
Denmark.
b) Kepadatan hunian (crowded)
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota
keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk
ISPA.Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan
hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.
c) Sosio ekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi
yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan
masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara status
ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang
bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status
sosioekonomi.
d) Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa
episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok.
e) Polusi udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan
pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun
diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas
Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan
saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan
antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan
siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta.
Dari hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru
atau insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di
kedua wilayah pencemaran udara.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pencemaran menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat
pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua
orang untuk tidak menderita gangguan saluran pemafasan.Hal ini
menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit ISPA. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap
tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan
mempermudah terjadinya ISPA anak(Adriana. 2011. Laporan
Pendahuluan Ispa.)

1.5 Tanda Dan Gejala

a. ISPA Ringan

a) Batuk.
b) Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya
pada waktu berbicara atau menangis).
c) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37ºC atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas.
b. ISPA Sedang

a) Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b) Suhu lebih dari 39ºC.
c) Tenggorokan berwarna merah
d) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f)  Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
c. ISPA Berat
a) Bibir atau kulit membiru
b) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas
c) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e) Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g) Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h) Tenggorokan berwarna merah(Adriana. 2011. Laporan Pendahuluan Ispa.)
1.6 Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman
golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi
saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki manifestasi klinis
seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare, abdominal pain,
sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackless,
dan tidak terdapatnya suara pernafasan.(Adriana. 2011. Laporan Pendahuluan
Ispa.)
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis :
penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi :
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit :
Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuhdengan atelektasis,menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia
1.7 Komplikasi
a. Meningitis
b. Abses peritnsiliar
c. Sepsis
d. Demam rematik
e. Otitis media
f. Sinusitis
g. Pneumonia(Adriana. 2011. Laporan Pendahuluan Ispa.)
1.8 Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,
bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.Penularan melalui udara
dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara
dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.(Adriana. 2011. Laporan
Pendahuluan Ispa.)
1.9 Pemeriksaan Penunjang
a. pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.(Adriana. 2011. Laporan
Pendahuluan Ispa.)
2. MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan
data subyektif dari klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga,
masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan.
Pengkajian adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara
sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan
fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data
yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
(Doengoes, 2000)
b. Identitas pasien
c. Riwayat kesehatan
Melakukan anamnesa untuk menanyakan riwayat kesehatan pasien, seperti
keluhan utama pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat penyakit terdahulu dan
riwayat penyakit keluarga pasien.
d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, B1 (Breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).Melakukan inpeksi
membrane mukosa, hidung, faring, otot pernapasan, tonsil.Palpasi adanya demam,
auskultasi suara napas.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk
mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta
respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.(Doengoes, 2000).
Diagnosa keperawatan yang timbul untuk penyakit ISPA:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada
saluran pernafasan, adanya secret.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi secret.
c. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk.
g. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake
inadekuat.
h. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan
perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.
Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional,
implementasi dan evaluasi.
Perencanaan adalah proses dua bagian yaitu :
1. Pertama : identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk
memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang
diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan kerangka
waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien.
2. Kedua : Pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu
pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan. (Doengoes, 2000).
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada
saluran pernafasan, aadanya secret
a) Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan
b) Kriteria: Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke
paru-paru.
c) Intervensi:
(a) Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
(b) Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Rasional : Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan
memperbaiki ventilasi
(c) Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Rasional : Untuk memperbaiki ventilasi
(d) Anjurkan untuk tidak memberikan minum selama periode tachypnea.
Rasional : Agar tidak terjadi aspirasi
(e) Kolaborasi
 Pemberian oksigen
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen
 Nebulizer
Rasional: Mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran
sekret
 Pemberian obat bronchodilator
Rasional: Untuk vasodilatasi saluran pernapasan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik
dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
a) Tujuan: Bebasnya jalan nafas dari hambatan secret
b) Kriteria Hasil: Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya
pengeluaran sekret, suara napas bersih
c) Intervensi:
(a) Kaji bersihan jalan napas klien
Rasional : Sebagai indicator dalam menentukan tindakan selanjutnya
(b) Auskultasi bunyi napas
Rasional : Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas
(c) Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side
lying position).
(d) Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional: membantu mengeluarkan sekret
(e) Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat
Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk
dikelurkan
(f) Kolaborasi
 Pemberian ekspectorant
Rasional : Untuk mengencerkan dahak
 Pemberian antibiotic
Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi
sekret
b. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
a) Tujuan: Nyeri terkontrol atau menghilang
b) Kriteria Hasil: Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri
menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
c) Intervensi :
(a) Kaji nyeri yang dirasakan klien , perhatikan respon verbal dan
nonverbal
Rasional: sebagai indicator dalam menentukan intervensi selajutnya
(b) Anjurkan keluarga memberikan minum air hangat
Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggorokan
(c) Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
(d) Kolaborasi
 Pemberian antibiotik
Rasional: Mengobati infeksi
 Pemberian ekspectoran
Rasional : Memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurang
rasa sakit saat batuk
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
a) Tujuan       : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
b) Kriteria Hasil: Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses
infeksi hilang
c) Intervensi :
(a) Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanutnya
(b) Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan selanjutnya.
(c) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air
pada daerah dahi dan ketiak
Rasional: Dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses
konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .
(d) Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan melalui
rute oral sesuai indikasi
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.
(e) Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan
menyerap keringat
Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang
tebal dan tidak akan menyerap keringat.
(f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antipiuretik
Rasional: Untuk mengontrol panas
d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
a) Tujuan: Volume cairan tetap seimbang
b) Kriteria Hasil: Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit
baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal
c) Intervensi:
(a) Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
(b) Observasi TTV
Rasional: Perubahan TTV merupakan indikator terjadinya dehidrasi
(c) Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral
Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
(d) Jelaskan kepada orang tua pentingnya cairan yang adekuat bagi tubuh
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif orang
tua dalam tindakan keperawatan
(e) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
a) Tujuan: Pola tidur kembali optimal
b) Kriteria Hasil: Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan
anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar
c) Intervensi:
(a) Kaji gangguan pola tidur yang dialami klien
Rasional: sebagai indicator dalam melakukan tindakan selanjutnya
(b) Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi rangsangan suara yang dapat menyebabkan
klien tidak nyaman untuk tidur
(c) Berikan bantal dan seprei yang bersih
Rasional: meningkatkan kenyamanan
(d) Kolaborasi
 Pemberian obat sedatif
Rasional: membantu klien untuk istirahat
 Pemberian antibiotic
Rasional: Mengobati infeksi
f. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake
inadekuat
a) Tujuan: Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
b) Kriteria Hasil: Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien
meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi
penurunan berat badan 15-20%
c) Intervensi:
(a) Kaji status nutrisi klien
Rasional: Sebagai indikator dalam menentukan intervensi selanjutnya
(b) Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mengetahui perkembangan terapi
(c) Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
(d) Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam
keadaan hangat
Rasional: Meningkatkan nafsu makan
(e) Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat dalam
proses kesembuhan
Rasional : Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif
keluarga dalam pemberian tindakan
(f) Kolaborasi dengan bagian gizi
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan
g. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
a) Tujuan: Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
b) Kriteria Hasil: Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan
orang tua mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering
bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
c) Intervensi :
(a) Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya
Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
(b) Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan
penkes.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga
(c) Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang
sesuai
Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan
pemahaman keluarga
(d) Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang
belum dimengertinya
Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak  dijelaskan dan
belum dimengerti oleh keluarga
2.4 Implementasi Keperawatan
Menurut Doengoes (2000), Implementasi adalah melakukan tindakan dan
mendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.
2.5 Evaluasi
Menurut Doengoes (2000), Evaluasi merupakan penentu kemajuan pasien
terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan respon terhadap keefektifan
intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan
kelima tahapan tersebut adalah saling berhubungan dan tidak bisa dipisah-
pisahkan.Tahap-tahap ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran
dan tindakan yang kontinyu.
a. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali normal dan
meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
b. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang
bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih
c. Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi
wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
d. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan
norma, keluarga melaporkan anaknya tidak demam
e. Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, TTV dalam batas normal
f. Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah
dapat tidur, klien nampak segar
g. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan
yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat badan 15-20%
h. Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti
tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam
proses perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.( Edisi 3 ). Jakarta :


EGC

http://adriananers.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-ispa.html.

Di Akses Pada Tanggal 17 September 2013

Anda mungkin juga menyukai