Anda di halaman 1dari 2

Sabar Terhadap Nafsu

Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi
orang baik, maka diberikan cobaan kepadanya.” (HR. Bukhari). Hadis tersebut mengingatkan kita bahwa
ujian dan cobaan yang datang menimpa, hakikatnya untuk membuat seseorang menjadi pribadi yang
baik. Mereka yang mampu bersabar dan ikhlas melewati cobaan hidup, akan diganjar dengan pahala
yang berlipat ganda. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah, yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

Balasan atas kesabaran telah banyak Allah gambarkan dalam Alquran. Salah satunya kisah Nabi Yusuf as.
Menurut Ibnu Al-Jauzi, Nabi Yusuf tidak akan pernah naik derajatnya di sisi Allah dan dalam hidupnya,
seandainya tidak pernah mengalami cobaan yang sangat berat. Seperti yang dikisahkan, Nabi Yusuf
pernah didzalimi oleh saudaranya, diasingkan dan dilempar ke dalam sumur. Beliau juga pernah diuji
oleh hawa nafsu.

Bagaimana jadinya seandainya Nabi Yusuf hanyut bersama gejolak nafsu saat terbuka baginya
kesempatan bersama istri penguasa Mesir saat itu, Zulaikha. Bayangkanlah, ganjaran apa yang didapat
Yusuf As atas buah kesabarannya? Bandingkan dengan peristiwa yang menimpa Nabi Adam As yang
sempat memperturutkan hawa nafsunya dengan memakan buah khuldi. Balasan apa yang didapatnya?

Sepatutnya, kita menjadikan dua persitiwa tersebut sebagai renungan dan bekal manakala dihadapkan
pada hal-hal yang sangat menggiurkan. Seandainya seorang mukmin lambat menyadarinya, niscaya akan
terkalahkan hawa nafsunya. Sebab, banyak di antara manusia yang tak mampu menahan dan
mengendalikan nafsu. Tak sedikit yang hidupnya celaka dan sengsara akibat memperturutinya. Betapa
banyak manusia yang jatuh dalam kubangan dosa dan tidak mampu bangkit kembali. Imam Al-Muhasibi
berkata, “Nafsu hanya menjadi musuh yang paling memusuhimu jika engkau menaatinya.”

Sejatinya, Allah membekali manusia dengan potensi nafsu untuk keberlangsungan hidupnya dan menjadi
pribadi yang bermanfaat. Ibarat air sungai, nafsu bisa bisa mengalir dengan tenang dan bisa meluap
bahkan menghancurkan. Oleh sebab itu, ia perlu dikontrol dengan bendungan sabar, irigasi iman dan
takwa, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia.

Orang-orang yang berilmu tentulah memahami dan mengerti bagaimana mengarahkan hawa nafsunya
pada jalan yang benar. Sementara mereka yang tidak mengerti hakikat nafsu, akan terjebak pada
keinginan-keinginanya yang tak terbendung. Jangan sampai, nafsu membelenggu dan mendorong kita
pada hal-hal yang dilarang oleh-Nya.

Seseorang yang tidak bisa mengontrol nafsunya terhadap harta benda, akan melahirkan kerakusan,
perampokan, pencurian, manipulasi, korupsi, bahkan kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan
penganiayaan. Ada juga yang sering memperturutukan nafsunya terhadap seksual, sering menyebabkan
kejahatan dan kekejian berupa perzinaan, pemerkosaan, dan penyimpangan seksualitas lainnya.
Maka dari itu, jadikan kesabaran paripurna sebagai penolong dari jebakan hawa nafsu yang
membelenggu. Alangkah bahagianya orang yang memahami hakikat sesuatu dan berbuat secara wajar,
serta tak hanyut arus deras nafsu yang menderu. Wallahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai