Anda di halaman 1dari 8

PEB (Pre Eklamsia Berat)

1. Pengertian

Preeklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang memperlihatkan gejala


trias (hipertensi, edema dan proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan edema atau
proteinuria. Pre-eklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yangditandai
dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidakmenunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,sedangkan gejala biasanya
muncul setelah kehamilan 20 minggu (Huda danKusuma, 2016). Menurut Mansjoer (2000),
preeklamsia merupakan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan.

Eklamsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibatkelainan saraf) dan atau koma
dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala pre-eklamsia (Huda dan Kusuma, 2016).

2. Klasifikasi

a. Pre Eklamsia Ringan

Pre Eklamsia Ringan ditandai dengan :

- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang ; kenaikan diastolik 15 mmHg (sebelum kehamilan 20 minggu)
- Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam
seminggu
- Preeklamsia kuantitatif 0,3 gr urine atau lebih perliter

b. Pre Eklamsia Berat

- tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih


- proteinuria 5 gr atau lebih perliter
- trombosit kurang dari 100.000/mm
- oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500cc per 24 jam
3. Etiologi

. Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama,


kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun ada beberapa faktor resiko
yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor tersebut adalah :
a. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
b. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
c. Kegemukan
d. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
e. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
f. Gizi buruk
g. Gangguan aliran darah ke Rahim
h. Kehamilan kembar

4. Perjalanan Penyakit
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk
ke utero plasenta fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses pre
eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensialiran darah dan timbulnya hipertensi
arterial. Vasospasme dapat diakibatkan
karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat
dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation. Preeklamsia berat dihubungkan dengan
kerusakan endotelial vaskuler
yang disebabkan oleh vasospasme dan vasokontriksi arteriolar. Sirlulasi arteri terganggu oleh
adanya area konstriksi dan dilatasi yang bergantian. Kerusakan endoterial menyebabkan
kebocoran plasma kedalam ruang ekstravaskuler dan memungkinkan terjadinya agregasi
trombosit. Tekanan osmotik koloid menurun saat protein masuk keruang ekstravaskuler,
dan wanita beresiko mengalami hipovolemia dan perubahan perfusi dan oksigenasi
jaringan. Edema paru dapat terjadi paru non kardiogenik atau kardiogenik. Edema paru non
kardiogenik terjadi karena kapiler pulmonari menjadi lebih permeabel dan rentang terhadap
kebocoran cairan. Edema paru kardiogenik terjadi karena peningkatan tekanan hidrostatik
dalam kapiler pulmonari, peningkatan ini terjadi karena penumpukan cairan dalam bantalan
pulmonari. Vasospasmen arteri dan kerusakan endotelial juga mengurangi perfusi keginjal.
Penurunan perfusi keginjal menyebabkan penurunan GFR dan oliguria. Kerusakan
endotelial kapiler glomerulus memungkinkan protein menembus membran
kapiler dan masuk kedalam urine, yang menyebabkan proteinuria, peningkatan nitrogen urea
darah dan peningkatan kreatinin serum. Hati juga terpengaruh oleh vasospasme multisistem
dan kerusakan endotelial. Penurunan perfusi kehati menyebabkan iskemik dan nekrosis.
(Patricia dkk,2013)

5. Manifestasi Klinis
Pada pre-eklamsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai.Pada pre-eklamsia berat
gejalanya sudah dapat dijumpai seperti:
a.Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak
berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
b.Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,pandangan kabur
dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
c.Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi terhadap suara berisik atau gangguan
lainnya.
d.Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium) yang adang disertai dengan mual dan
muntah
e.Gangguan pernafasan sampai sianosis
f.Terjadi gangguan kesadaran
g.Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat, karena terjadi gangguan fungsi
ginjal

6. Komplikasi

a. Pada Ibu

- Eklamsia
- Tekanan darah meningkat dan menyebabkan perdarahan di otak dan gagal jantung
mendadak yang berakibat kematian pada ibu
- Gangguan fungsi hati
- Solutio plasenta
- Gangguan fungsi ginjal
- Perdatahan
- Aspirasi dan edema pada paru
- Cedera fisik karena lidah tergigit, terbentur atau terjatuh

b. Pada Janin

- Hipoksia
- Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus sehingga menyebabkan terjadi
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas perinatal
- Asfiksia mendadak karena dapat menyebabkan kematian IUFD
- Lahir prematur dengan resiko HMD

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap dan apusan darah

- Penurunan hemoglobin
- Hematokrit
- Trombosit menurun

2. Urinalisis : ditemukanprotein dalam urin

3. Pemeriksaan fungsi hati

- Bilirubin meningkat
- LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
- Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 uL
- Total protein serum menurun

4. Tes kimia darah

Asam urat meningkat > 2,7 mg/dL

b. Pemeriksaan Radiologi

- Ultrasonografi (USG)
Hasil USG menunjukkan bahwa ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas lambat, dan volume cairan ketuban sedikit

- Kardiotografi

Hasil pemeriksaan dengan menggunakan kardiografi menunjukkan denyut jantung janin


lemah

8. Penatalaksanaan

a. Pre Eklamsia Berat kehamilan kurang dari 37 minggu

- Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramuskular kemudian


disusul dengan ijeksi tambahan 4 gr intramuskular selama tidak ada kontraksi
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan
lagi selama 24 jam sampai dengan kriteria preeklamsia ringan kecuali timbulnya lagi
gejala

b. Pre Eklamsia Berat kehamilan lebih dari 37 minggu

- Berikan obat antihipertensif


- Diuretrik tidak diberikan kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif

9. Pengkajian

1. Pemeriksaan Fisik

a. Data Subjektif

- umur biasanya terjadi pada primigrivida


- riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan darah, danya udema, pusing,
mual dan muntah , ppenglihatan kabur, pertambahan berat badan, urine keruh atau
sedikit
- riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia vaskuluer esensial,
hipertensi, DM
- riwayat kehamilan :
- pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi
- psikososial spiritual : emosi yang tidak stabil menyebabkan kecemasan
b. Data Objektif

- pemeriksaan Fisik
1. inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2. palpasi : mengetahui TFU, letak janin dan lokasi edema
3. perkusi : mengetahui refleks patela
4. auskultasi : mendengarkan djj mengetahui fetal distress

2. Pemeriksaan Penunjang

a. tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur

b. Laboratorium

c. Berat badan

d. Tingkat kesadaran

e. USG : mengetahui keadaan janin

f. NST : mengetahui kesejahteraan janin

10. diagnosa Keperawatan

- resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d preeklamsia berat

- gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi akibat penimbunan cairan paru

- ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis

11. Intervensi

a. Dx : resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d preeklamsia berat

intervensi :

- monitor TTV
- monitor ukuran pupil, bentuk, simetris dan reaktivitas pupil
- monitor tremor
- identifikasi kondisi gawat darurat pada pasien
- monitor tanda peningkatan tekanan intrakranial
- kolaborasi dengan dokter jika terjadi perubahan kondisi pada klien

b. Dx : gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi akibat penimbunan cairan paru

intervensi :

- posisikan klien untuk memaksimalkan potensi ventilasinya


- identifikasi kebutuhan klien akan insersi jlaan nafas baik aktual maupun potensial
- lakukan fisioterapi pada dada
- auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya
bunyi tambahan
- monitor status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan

c. Dx : ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis

intervensi :

- kaji pola makan, kebiasaan makanan dan makanan yang disukai pasien
- kaji TTV secara rutin , status mual dan muntah
- anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
- anjurkan pasien untuk meningkatkan asupat nutrisi adekuat
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet sesuai nutrisi

Anda mungkin juga menyukai