Dosen pengampun:
- Ns.Friska Ernita Sitorus , M.Kep
- Ns. Megawati Sinambela, M.Kes
Disusun oleh:
Nila Tania GULTOM
NPM: 18.11.096
Latar belakang: Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan dan penyebab
kematian pada balita. Sanitasi lingkungan yang kurang mendukung dapat menyebabkan
tingginya angka kejadian diare.Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di puskesmas Metode:
Penelitian ini menggunakan Cross Sectional. Subjek penelitian ini adalah ibu rumah tangga
yang mempunyai balita dan pernah menderita penyakit diare dalam waktu 6 bulan terakhir
Pemilihan sampel dengan simple random sampling menghasilkan sampel sebanyak 81 Ibu.
Uji statistic menggunakan Chi Square dengan bantuan software komputer. Tempat
penelitian di Puskesmas Sugi Waras dilaksanakan pada mbulan Mei Tahun 2019. Hasil:
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kualitas fisik air (p=0,000),
kepemilikan jamban (p=0,000), jenis lantai rumah (p=0,004) dengan kejadian diare pada
balita. Saran: Diharapkan bagi instansi kesehatan (Puskesmas) untuk dapat melakukan
peningkatan perbaikan sarana air bersih, fasilitas jamban sehat serta mengupayakan
peningkatan program penyehatan lingkungan pemukiman dengan sasaran plesterisasi lantai
rumah dan penanganan kualitas air bersih secara fisik. Kata kunci : Sanitasi Lingkungan,
Kejadian diare
BAB I
PENDAHULUAN
Pada musim penghujan angka kejadian diare akan lebih meningkat dari musim biasa
hal ini di karenakan, saat musim hujan dan banjir mengakibatkan virus atau bakteri
pembawa diare tersebar. Kebiasaan masyarakat yang kurang menjaga kebersihan,
khususnya mencuci tangan setelah membuang air dan sebelum makan. Hal ini membuat
masyarakat lebih besar terserang diare (Redaksi Surabaya Kita, 2016).
Angka kejadian diare sampai saat ini masih merupakan salah satu merupakan penyebab
utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dan semua
kelompok di serang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian tinggi terutama
didapatkan pada bayi dan anak balita. Di negara Amerika Utara anak-anak menderita diare
lebih dari 12 kali pertahun (Pitono, 2016) sementara menurut Zubir 2016 diare penyebab
kematian sebesar 15- 34% dari semua kematian, kurang lebih 300 kematian pertahun.
Berdasarkan hasil penelitian Ratna wati 2017 menunjukan bahwa 35% dari seluruh
kematian balita di sebabkan oleh diare akut (Zubir, 2017).
DiIndonesia angka kejadian diare pada tahun 2015 sebesar 6,7/ 1000 Penduduk
sedangkan 2016 meningkat menjadi 10,6/ 1000 Penduduk. Tingkat kematian akibat diare.
Survei Kesehatan Nasional menunjukan bahwa diare merupakan penyebab kematian no 2
yaitu sebesar 23,0% pada balita dan no 3 yaitu sebesar 11,4% pada bayi (Zubir, 2017) .
Dinas Kesehatan Sumatra Selatan mencatat kasus kejadian diare di Provinsi telah
mencapai 11.940 kasus sepanjang tahun dan berpotensi meningkat saat musim penghujan
tiba. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan mengatakan, pada saat musim
penghujan biasa nya kejadian diare meningkat. Di daerah-daerah banjir atau rawan banjir
jumlah penderita diare pasti meningkat (Dinda, 2015).
Di wilayah Ogan Ilir angka kejadian diare pada tahun 2017 berjumlah 416 penderita,
sebagian besar penderita adalah balita berjumlah 250 jiwa, bahkan ada penderita diare yang
harus di rujuk ke RSMH Palembang (Satuan Kerja Sementara Kegiatan Hulu Migas, 2017).
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi pendorong
terjadinya diare yaitu faktor agent, penjamu, lingkungan dan prilaku. Faktor sanitasi
lingkungan merupakan faktor yang paling dominan penyebab diare yaitu sumber air
minum, kualitas fisik air, kepemilikan jamban, dan jenis lantai, kedua faktor berinteraksi
bersama dengan prilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta terakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat, maka
penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Zubir, 2015).
Semakin baik kualitas fisik air, angka kejadian diare menjadi semakin rendah. Sebab
pada kualitas fisik air yang jelek separti berbau, berasa, berwarna, keruh dan Ph dibawah
6,5 atau diatas 8,5. Sehingga semakin jelek kualitas fisik air banyak terdapat kuman
penyebab penyakit terutama diare infeksi. bakteri penyebab diare seperti salmonella,
shigella, E. Coli dan yersina. Kualitas fisik air memang sangat mempengaruhi kejadian
diare pada balita.
Syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dari tanah agar tidak berdebu
maka dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau
semen merupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah tanah
biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma
kesehatan seperti tidak membersihkan lantai dengan baik, maka akan menyebabkan
terjadinya penularan penyakit termasuk diare (Notoatmodjo, 2017).
Penderita diare di Puskesmas Sugih Waras pada tahun 2016 berjumlah 514 orang 20,1
% balita, pada tahun 2017 berjumlah 581 orang 19,5% balita dan pada tahun 2018
berjumlah 449 orang 23,78% balita (Puskesmas Sugih Waras, 2019).
Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada Balita”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode cross sectional. Metode
cross sectional merupakan metode penelitian dimanapengukuran variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saattanpa harus mengikuti secara terusmenerus (follow
up) variabel-variabel yang diteliti, karena penelitian ini akan membuktikan ada atau
tidaknya hubungan antar variabel (Wasis, 2018).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2019, pengambilan data pada Tanggal
Maret tahun 2019. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang membawa balita
berobat/ datang kepuskesmas baik yang mempunyai balita ataupun tidak membawa balita
dan yang pernah menderita diare (6 bulan terakhir) maupun sedang menderita diare. Ibu
yang berkunjung berobat ke puskesmas pada bulan Januari-Maret berjumlah 81 ibu. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu total sampling yaitu metode dimana semua
populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2016). Jadi sampel pada penelitian ini adalah ibu-ibu
yang membawa balita berobat/ berkunjung ke puskesmas pada saat dilakukan penelitian.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, Pengumpulan data ini
diperoleh melalui data primer dan sekunder.
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian,
mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika
penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut: informed consent, anominity, dan confidentially. (Hidayat, 2011). Adapun
analisa yang dilakukan terhadap penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisa data
secara univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi, kemudian analisa bivariat untuk
mengetahui hubungan antar variable, Analisi bivariat dilakukan dengan cara Uji Chi-
Square.
HASIL PENELITIAN
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare pada balita (kualitas fisik air,
kepemilikan jamban dan jenis lantai rumah) dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare
No Variabel frekuensi %
1 Kejadian diare Diare 30 37
tidak diare 51 63
2 Kualitas fisik air Memenuhi syarat 36 44,4
tidak memenuhi 45 55,6
syarat
3 Kepemilikan Memiliki jamban 31 58,3
jamban tidak memiliki 50 41,7
jamban
4 Jenis lantai rumah Memiliki kedap air 32 39,5
Pada tabel Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 81 responden yang mengalami
diare lebih kecil berjumlah sebanyak 30 responden (37,0%) dan yang tidak mengalami
diare berjumlah 51 . kualitas fisik air yang memenuhi syarat lebih kecil berjumlah 36
responden (44,4%) dan kualitas fisik air tidak memenuhi syarat berjumlah 45 responden
(55,6%). Memiliki jamban lebih kecil berjumlah 31 responden (58,3%) tidak memiliki
jamban berjumlah 50 responden (41,7%). Jenis lantai rumah yang memiliki kedap air
berjumlah 49 responden (60,5%)
Analisa Bivariat
Hasil analisa bivariate antara Hubungan Kualitas Fisik Air dengan Kejadian
Diare, dapat dilihat pada tabel sebagi berikut.
Tabel 2
Hubungan kualitas fisik air dengan kejadian diare
Kejadian Diare
p
NO kualitas tidak jumlah OR
value
. fisik air diare diare
n % N % N %
38, 10
1 22 61,1 14 36
memenuhi 9 0 7,268(2,630-
0,000
tidak 82, 10 20,082)
2 8 17,8 37 45
memenuhi 2 0
10
30 51
total 81 0
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 81 responden didapat 36 responden
kualitas fisik air memenuhi syarat dengan kejadian diare lebih besar berjumlah 22
responden (61,1%) dibandingkan dengan tidak terjadi diare berjumlah 14 responden
(38,9%). Hasil statistik menunjukkan nilai p-value = 0,000 ≥ 0,05 berarti kesimpulan
yang diambil adalah ada hubungan antara kualitas fisik air bersih dengan kejadian
diare pada balita. Hasil analisa nilai OR di dapatkan 7,268 ( CI 95% 2,630-20,082)
artinya bahwa responden kualitas fisik air yang memenuhi syarat berpeluang 7,268
kali untuk melakukan usaha pencegahan diare dibandingkan dengan kualitas fisik air
tidak memenuhi syarat.
Tabel 3.
Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare
Kejadian Diare
Kepemilikian jumlah
NO. diare tidak diare p value OR
jamban
n % n % N %
1 Memiliki 19 61,3 12 38,7 31 100
5,614(297-
2 tidak memiliki 11 22 39 78,0 50 100 0
15,031)
Total 30 51 81 100
Tabel 4.
Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare
Kejadian Diare
Jenis lantai jumlah p
NO. diare tidak diare OR
rumah value
n % n % N %
1 Kedap air 22 61,1 14 38,9 36 100
2 tidak kedap air 8 17,8 37 82,2 45 100 0 5,614(297-15,031)
Total 30 51 81 100
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa dari 81 responden didapat 32 responden yang jenis
lantai rumah kedap air dan terjadi diare lebih besar berjumlah 18 responden (56,2%)
dibandingkan dengan tidak terjadi diare berjumlah 14 responden (43,8%). Hasil statistik
menunjukkan nilai p-value = 0,004 ≤ 0,05 berarti kesimpulannya adalah ada hubungan
antara jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita. Hasil analisa nilai OR di
dapatkan 5,614 ( CI 95% 297-15,031) artinya bahwa responden kepemilikan jamban
berpeluang 5,614 kali untuk melakukan usaha pencegahan diare dibandingkan dengan tidak
memiliki jamban di Puskesmas OKI Tahun 2019.
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan Antara Kualitas Fisik Air Dengan Kejadian Diare Pada Balita
DAFTAR PUSTAKA