Anda di halaman 1dari 4

Nama : Indri Yani

Nim : 18110040

Prodi : S1-Farmasi (A)

Mata Kuliah : Farmakokinetik 3

Usia, Obesitas dan Aktifitas Fisik Beresiko Terhadap Prediabetes

Ani Astuti Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan
Ibu Jambi, 2019

ABSTRAK

Prediabetes merupakan awal perjalanan penyakit diabetes mellitus yang tidak terdetekssi
sejak dini karena tidak menimbulkan tanda dan gejala. Namun dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor resiko seperti usia, obesitas dan aktifitasn fisik. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan usia, obesitas dan aktivitas fisik dengan kejadian Prediabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang IV Sipin Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh penduduk yang berusia 18-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Simpang
IV Sipin Kota Jambi dengan jumlah sample sebanyak 52 responden, cara pengambilan
sample menggunakan Purposive Sampling. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian
besar responden mengalami prediabetes (59,6%), memiliki usia<45 tahun (73,1%), mengalami
obesitas dengan IMT≥25 (57,7%), dan memili aktivitas fisik ringan (46,2%) dan diketahui ada
hubungan yang bermakna antara usia (0,008), obesitas (0,000), dan aktivitas fisik (0,006)
dengan kejadian prediabetes. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dilakukannya
program skrining prediabetes agar orang yang mengalami prediabetes tidak berlanjut menjadi
DM.
Nama : Indri Yani

Nim : 18110040

Prodi : S1-Farmasi (A)

Mata Kuliah : Farmakokinetik 3

1. Seorang pasien DM tipe-2, laki-laki, usia 55th, mendapatkan resep obat aspirin
81mg(s.2.d.d. 1 tab) sebanyak 30 tablet untuk mencegah komplikasi penyakit.
Komplikasi apakah yang dapat dihambat oleh obat tersebut?

a. Neuropathy perifer
b. Retinopathy
c. Nefropathy diabetic
d. Stroke
e. Angina pectoris

Penjelasan :
Aspirin merupakan agen antiplatelet pilihan untuk pencegahan sekunder dari kejadian
isekemik pada pasien dengan penyakit aterosklerosis juga dapat digunakan unutk
pencegahan primer kejadian isekemik, penggunaan aspirin dalam pencegahan rprimer
pada pasien diabetes dan aspirin sebagai strategi pencegahan primer pada diabetes.
Rekomendasi penggunaan aspirin dosis rendah (75-162 mg/hari) sebagai strategi
pencegahan primer pada pasien dengan tipe 1 atau tipe II diabetes pada peningkatan
resiko kardiovaskular termasuk yang 40 tahun atau yang memiliki faktor resiko
tambahan (riwayat keluarga penyakit jantung, hipertensi, merokok, dyslipidemia atau
albuminuria).
Pasien dengan diabetes melitus (DM) telah mempercepat ateroklerosis dengan
peningktan resiko komplikasi kardiovaskular atherothrombotic (STROKE).

Sumber : Diabetes and metabolism Journal Current Antiplatelet Treatment Strategy


in Patients with Diabetes Melitus, April 2015

2. Seorang pasien perempuan usia 52 tahun, penderita DM Tipe-2 mendapatkan resep


dengan obat glibenklamid 5 mg (s.1.d.d.1 dc). Bagaimana prinsip kerja obat ini ?

a. Menghambat absopsi glukosa


b. Menghambat produksi glukosa dari heppar
c. Meningkatkan sensitivitas reseptor insulin
d. Meningkatkan sekresi insulin
e. Menghambat aktivitas enzim DPP IV

Penjelasan :
Glibeklamid merupakan obat DM golongan sulfonil urea. Prinsip kerja dari golongan
sulfonil urea adalah merangsang sekresi insulin pada pankreas sehingga hanya efektif
bila sel beta pankreass masih dapat berproduksi.

Sumber : ISO Farmakoterapi, Diabetes Melitus, hal 28


3. Seorang pasien laki-laki usia 53 tahun, penderita DM Tipe-2, dating ke apotek untuk
menebus resep dokter dengan obat acarbose untuk penggunaan selama 30hari. Pasien
memberikan informasi kepada apoteker bahwa dia baru pertama kali mendapatkan
obat ini dari dokter. Apakah informasi yang disampaikan kepada pasien terkait waktu
yang tepat untuk meminum obat tersebut?

a. 60 menit sebelum makan


b. 30 menit sebelum makan
c. Pada saat makan
d. 60 menit setelah makan
e. Pada malam hari

Penjelasan :
Tablet dikunah Bersama satu suapan pertama makanan atau ditelan utuh dengan
sedikit air sebelum makan.

Sumber : PIONAS

4. Seorang pasien perempuan usia 65 tahun, penderita DM Tipe 2 rutin menggunakan


glimepiride. Melakukan terai nutrisi medis dan berolahraga dengan teratur. Saat ini
nilai HbA1C pasien adalah 7,0% dan kadar GDS 128 mg/dl. Dokter ingin mengganti
obat dengan ADO yang hanya menghambat peningkatan gula saat makan apakah obat
yang diinginkan oleh dokter untuk pasien ini?

a. Glibenclamide
b. Repaglimid
c. Acarbose
d. Sitagliptin
e. Metformin

Penjelasan :
Acarbose merupakan kelompok obat antidiabetes terutama tipe-2, yang berfungsi
mengontrol kadar gula darah dengan cara memperlambat proses pencernaan
karbohidrat menjadi senyawa gula yang lebih sederhana.
Obat ini membantu menurunkan kadar gua dalam darah saat makan.

Sumber : (Acarnose-informasi obat)

5. Seorang pasien, laki-laki penderita DM Tipe-2 rutin mengkonsumsi metformin secara


teratur selama 3 tahun. Pasien juga teratur berolahraga dan menjalankan diet yang
sesuai untuk penderita DM. Hasil monitoring menunjukan bahwa nilai HbA1c pasien
adalah 8% dan pasien tampak putus asa dengan pengobatan yang dijalankannya.
Apakah rindakan yang tepat untuk dilakukan sebagai apoteker?

a. Meminta pasien untuk melanjutkan DM denagn metformin


b. Mengusulkan penggantian Obat DM kepada dokter dengan Glibenklamid
c. Mengusulkan penggantian Obat DM kepada dokter dengan Acarbose
d. Mengusulkan pengobatan kombinasi Metformin-Glibenklamid
e. Mengusulkan pengobatan kombinasi Glibenklamid-pioglatizone
Penjelasan :
Berdasarkan guadeline terapi diatas, jika niali HbA1c > 7% tetapi <9% maka perlu
penambahan aden kedua atau insulin. Agen kedua yang disarankan adalah golongan
sulfonilurea yaitu glibenklamid.

Sumber : Management of Type 2 Diabetes Melitus, UMMG Clinical Value and


Innovations, universitas of michiga, September 2012.

Anda mungkin juga menyukai