Disusun Oleh :
Cindy Putriyani Mogopa, S.Kep
20014104001
A. PENGERTIAN
Leukemia adalah keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum
tulang didominasi oleh limfoblas yang abnormal. Leukemia limfoblastik
akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anak-anak (25-
30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan
dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor
risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia,
radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009).
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu keganasan pada sel-
sel prekursor limfoid, yakni sel darah yang nantinya akan berdiferensiasi
menjadi limfosit T dan limfosit B. LLA ini banyak terjadi pada anak-anak
yakni 75%, sedangkan sisanya terjadi pada orang dewasa. Lebih dari 80%
dari kasus LLA adalah terjadinya keganasan pada sel T, dan sisanya
adalah keganasan pada sel B. Insidennya 1 : 60.000 orang/tahun dan
didominasi oleh anak-anak usia < 15 tahun, dengan insiden tertinggi pada
usia 3-5 tahun (Landier dkk, 2004)
B. KLASIFIKASI
1. Leukemia secara umum
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi
sel dan tipe sel asal yaitu :
a) Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen
darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke
organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis
yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-
rata dalam 4-6 bulan.
1) Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali
(pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%)
daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa
pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan
setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan
dari sumsum tulang. (gambar 1. hapusan sumsum tulang
dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).
b. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau
terjadi karena keganasan hematologi.
1) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang
pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya
perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan
lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun
dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki. (gambar 3. a dan
b. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa
perbesaran 1000x).
a b
Gambar 3. Leukemia Limfositik Kronik
2) Leukemia Granulositik / Mielositik Kronik
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang
ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri
granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK mencakup
20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang
dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal
setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis
blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit,
biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi
neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang. (gambar 4. hapusan sumsum tulang dengan
pewarnaan giemsa a. perbesaran 200x, b. perbesaran
1000x).
a b
Gambar 4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Genetik
a. Keturunan
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma
Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van
Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy
sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital
ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan
informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-
group Trisomy, atau pola kromosom yang tidak
stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang
tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus
leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga
dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia,
dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang
meningkat pada leukemia akut, khususnya ALL ,
2. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian
pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel
normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan
virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik,
1985). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia
pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia
yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
3. Bahan Kimia dan Obat-obatan
a) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan
dengan peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang
sepatu yang sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa
bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara
lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida,
pestisida, dan ladang elektromagnetik.
b) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom
yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon,
dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan
sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML.
4. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL)
ditemukan pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang
mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan
insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari
ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada
pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic,
para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
5. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi
lain disebut Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment
related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,
limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan
karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan
imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA .
E. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC)
dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet.
Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat
pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid
dan sel batang darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal
bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini dikenal
sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak,
tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada
tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan
lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum
tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda
dalam sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir
menjadi sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk
menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis, kadang-
kadang leukopenia (25%).
Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar
hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya
menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai
dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel
B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T
juga berasal dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem
limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi
sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe
dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul
serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah,
“seizures” dan gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam
jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ,
termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan
haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah
leucosit, sel darah merah dan trombosit.
Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ menyebabkan pembersaran
hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta
persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker
juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.
(Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001,
Betz & Sowden, 2002).
PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan
gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum
tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas
ganas di sumsumtulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer
dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang
dapat ditemukan yaitu:
1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada.
2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise.
3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia),
biasanya terjadi pada anak.
4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme).
5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah
gramnegatif usus.
6. Stafilokokus, streptokokus, serta jamur.
7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria.
8. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati.
9. Massa di mediastinum (T-ALL).
10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik,
muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan
perubahan statusmental.
G. PEMERIKSAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml.
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah.
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm).
5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur
(mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
6. PT/PTT : memanjang.
7. LDH : mungkin meningkat.
8. Asam urat serum/urine : mungkin meningkat.
9. Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut dan
mielomonositik.
10. Copper serum : meningkat.
11. Zinc serum : meningkat/ menurun.
12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih
dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor
eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun.
13. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang rendah
ditandai dengan:
a. Memar (ekimosis)
b. Petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung
jarum dipermukaan kulit) Perdarahan berat jika angka trombosit <
20.000 mm3 darah. Demam dan infeksi dapat memperberat perdarahan.
2. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat
netropenia dan disfungsi imun.
3. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan kadar
asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
4. Anemia
5. Masalah gastrointestinal.
a. Mual
b. Muntah
c. Anoreksia
d. Diare
e. Lesi mukosa mulut
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal, selain akibat
kemoterapi.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Leukemia Limfoblastik Akut :
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan
menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di
dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di
rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada
respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.
Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin
transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi
dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa
hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral
(ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau
asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya
diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi
penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan
awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan
tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel
leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik
bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar.
Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang
sangat serius.
Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan sumsum
tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel
leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke
dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel
leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi
penyinaran.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 737099
Nama Klien : An. F
Tempat/tanggal lahir : Palu, 11-03-2015
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Bahasa yang dimengerti : Bahasa Indonesia.
Orang tua/wali
Nama Ibu : Ny. Z
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat Ibu : Besusu Timur, Palu.
B. KELUHAN UTAMA
Keluarga mengatakan Anak. F badannya panas.
2. Perinatal
a. Tindakan persalinan
Ibu pasien mengatakan ibu melahirkan secara Sectio Sesarea.
b. Tempat bersalin
Ibu pasien mengatakan ibu melahirkan di Rumah Sakit Palu.
c. Obat-obatan
Ibu pasien mengatakan saat itu hanya minum obat antibiotik dari dokter di
rumah sakit saat itu.
3. Postnatal
a. Kondisi kesehatan
Ibu pasien mengatakan kondisi kesehatan ibu dan bayi keduanya dalam
keadaan sehat. Ibu pasien mengatakan BBL : 3.500 gr PB : 50 cm. Ibu
pasien mengatakan pernah mendapatkan imunisasi TT dan pada An. R.A
imunisasi sudah lengkap diberikan dari 0 bulan sampai 1 tahun.
E. RIWAYAT KELUARGA
Ibu pasien mengatakan hanya memiliki riwayat penyakit Maag, Ayah pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun. Kalau pada Orang tua dari ibu memiliki riwayat
hipertensi. Ibu pasien mengatakan dari riwayat penyakit keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama dengan anaknya.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
F. RIWAYAT SOSIAL
Saat dilakukan pengkajian yang mengasuh pasien saat di RS adalah ibunya dan
ayahnya. Keduanya saling bergantian untuk menjaga pasien. Hubungan mereka dan
anaknya sangat baik, saling menyayangi. Ibunya mengatakan sangat menyayangi
anaknya begitupun juga ayahnya. Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien
bermain dilingkungan sekitar rumahnya dengan teman-teman sebayanya. Bahkan
sebelum pasien didiagnosa penyakit ALL orang tua sudah mendaftarkan anaknya
untuk masuk TK.
G. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
Diagnosa medis pasien saat ini adalah ALL Fase Konsolidasi dan sementara
menjalani proses kemoterapi dan menjalani proses perawatan diruangan estela sejak
1 hari yang lalu. Keluarga mengatakan belum pernah ada tindakan operasi apapun
pada anaknya.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Tingkat kesadaran : Pasien sadar penuh (composmentis) GCS :
15
b. TTV :
TD : 100/60 mmHg
N : 92 x/m
RR : 26 x/m
SB : 38,2 0C
c. Respon nyeri
Pasien berespon terhadap nyeri
d. BB : 14,3 Kg TB : 101 cm
Ahli gizi mengatakan pasien mengalami penurunan berat badan sebesar 3 ons.
Dari awalnya 14,6 turun menjadi 14,3 Kg.
2. Kulit
Kulit sawo matang, Klien tidak hidrasi, tidak adanya edema ataupun alergi pada
kulit. Pasien juga tidak ikterik.
3. Kepala
Rambut botak, kepala simetris tidak adanya benjolan ataupun luka maupun
edema dan nyeri tekan.
4. Mata
Tampak simetris kedua mata, Sklera putih, konjungtiva anemis, palpebra tidak
ada edema, refleks cahaya , pupil isokor. Penglihatan jelas, tidak menggunakan
kacamata. Wajah terlihat pucat.
5. Telinga
Tidak ada luka pada telinga, tidak nampak adanya serumen, pendengaran baik.
6. Hidung
Lubang hidung simetris, tidak tampak secret, penciuman baik, tidak ada polip.
7. Mulut
Mukosa bibir tidak pucat, bibir kering, tidak pecah-pecah, kelenjar air liur tidak
ada masalah, tidak ada pembengkakan, maupun rasa nyeri.
8. Leher
Sudah tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening. Tidak ada nyeri pada
leher.
9. Dada
Pergerakan dada simetris, tidak ada lesi dan pembengkakan. RR : 26 x/m, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan dan tidak menggunakan oksigen.
10. Paru-paru
Tidak ada masalah pada paru-paru, tidak ada suara napas tambahan.
11. Jantung
Cor : Kesan normal, aorta normal. Tulang-tulang intak. Bunyi jantung terdengar
regular tidak ada bunyi tambahan.
12. Abdomen
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada luka, peristaltic usus 6 x/m
13. Genetalia
Keluarga mengatakan tidak ada kelainan apapun pada genitalia pasien, genitalia
normal tidak ada nyeri maupun edema ataupun luka.
14. Anus dan rektum
Keluarga mengatakan pasien tidak merasa nyeri saat BAB, dan BAB sudah
lancar. Tidak ada luka disekitar daerah anus/rektum.
15. Muskuloskeletal
Tidak terdapat nyeri otot atau sendi, tidak ada gangguan pada ekstremitas atas
dan bawah dimana dapat digerakan secara normal. Akan tetapi pasien masih
tirah baring karena proses penyakit sehingga pasien masih mengalami
kelemahan.
16. Neurologi
Pasien tidak memiliki masalah persarafan dimana pasien dapat mencium,
mendengar, melihat, merasakan, serta dapat mengubah ekspresi sesuai dengan
keadaan pasien.
TERAPI
1. G.MP 1 x ¼ tab
2. Curliv 3 x 10 ml
3. Ceterizine 1 x 5 mg
4. Zink 1 x 20 mg
5. PCT + Nacetilsistein 3 x 150 mg
6. Oralit
7. Fluconazole 1 x 1 tab
8. Ceftriaxone 2 x 250 mg
9. Gentamisin 1x
K. ANALISA DATA
3. Resiko Infeksi yang ditandai Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeksi (I.14539)
dengan faktor risiko : Penyakit 3x8 jam, diharapkan, resiko infeksi Observasi
kronis, Ketidakadekuatan menurun. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
pertahanan tubuh sekunder: Dengan kriteria hasil : atau sistemik.
penurunan hemoglobin dan Status Imun (L.14133) Terapeutik
leukopenia. Suhu tubuh membaik Cuci tangan sebelum dan sesudah
Sel darah putih membaik kontak dengan pasien dan lingkungan
sekitar pasien.
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar.
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
dan cairan.
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian obat
antibiotik.
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN