Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya

penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Teologi Kebangsaan”. Penulis sangat

bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan

agama dengan judul “Teologi Kebangsaan”. Disamping itu, kami mengucapkan

banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama

pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagipara pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap

makalah ini agar kedepannya dapat penulis perbaiki. Karena penulis sadar, makalah

yang penulis buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

A. Pengertian Terorisme............................................................................

B. Sejarah Terorisme.................................................................................

C. Terorisme sebagai ideology..................................................................

D. Bahaya Terorisme dan Radikalisme.....................................................

E. Pendekatan Agama Sebagai Bentuk Deradikalisme.............................

F. Deradikalisme Dalam Pemahaman Alquran dan Sunnah.....................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teologi merupakan ilmu yang mempelajai tentang segala sesuatu yang


berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi sendiri meliputi segala sesuatu
yang behubungan dengan tuhan. Untuk mengetahui tentang tuhan, kita juga
perlu memerhatikan fenomena yang ada disekitar terkait apa yang terjadi, apa
yang sudah diciptakan termasuk dala hal kebangsaan. Sebenarnya, jika kita
bisa bersikap terbuka dalam hal teologis (yang dalam Islam disebut dengan
ilmu Kalam), disamping kita bisa mengetahui tentang Tuhan dan sifat-
sifatNya, kita juga bisa menerima ihwal kebangsaan yang selama ini sering
kita nafikan.
Islam merupakan agama yang mengedepankan kedamaian. Selain
makna dari keimanan dalam Islam, Islam juga dilihat sebagai agama damai
dari bentuk salam yang diucapkan. Assalamualaikum, yang berarti
keselamatan bagimu, adalah bentuk 'damai' dan disini ditunjukkan untuk
masuk ke dalam perdamaian tanpa syarat. Demikian pula bagi orang yang
mengamalkan Islam dalam berurusan dengan orang lain dan pada saat yang
sama menjaga hubungannya dengan Tuhan dengan berserah diri kepada-Nya,
dan perilakunya akan pantas mendapatkan 'kedamaian' di akhirat. Dalam
Alquran surah 6:82 dinyatakan:
ٰۤ ُ ْ ُ
‫ك لَ ُه ُم ااْل َ ْمنُ َو ُه ْم ُّم ْه َتد ُْون‬
َ ‫ول ِٕٕى‬ ‫اَلَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا َولَ ْم َي ْل ِبس ُْٓوا ِا ْي َما َن ُه ْم ِبظل ٍم ا‬ َ

 "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman


mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Sebagai umat beragama, mengamalkan dan melaksanakan nilai-nilai
agama adalah hal wajib. Al-Quran merupakan pedoman bagi umat islam.
Disana terkandung pedoman perintah-perintah dalam tatanan kehidupan umat
manusia untuk saling mengasihi dan menghormati keyakinan. namun
sayangnya tidak semua orang mampu mengartikan sebuah ayat dengan
pemikiran yang benar. Disitulah timbul suatu keyakinan yang mengarah pada
paham terotis serta radikalisme. Hal inilah yang mendasari terbentuknya
sebuah ideologi atau paham terorisme dan radikalisme.
Maka dari itu dibutuhkan suatu cara untuk menghilangkan paham-
paham tersebut. disini tentunya peran pemerintah, masyarakat serta tokoh-
tokoh agama sangat berperan penting dalam proses menanggulangi hal
tersebut. Salah satunya adalah dengan pendekatan agama dalam bentuk
deradikalisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
pada makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan terorisme ?
2. Bagaimana sejarah terorisme ?
3. Bagaimana pandangan terorisme sebagai ideology ?
4. Apa saja bahaya terorisme dan radikalisme?
5. Bagaimana upaya pendekatan agama dalam bentuk deradikalisasi?
6. Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan deradikalisasi dalam
pemahaman al-quran dan sunnah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Terorisme
Menurut Perpu Nomor 1 Tahun 2003, terorisme adalah ”setiap
tindakan dari seseorang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang
secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara
merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain,
atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital
yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional”. Dalam Undang-undang nomor 5 tahun 2018, Terorisme adalah
perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup,
fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau
gangguan keamanan. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan terorisme
merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang menggunakan kekerasan atau
tindakan pemaksaan dalam suatu keyakinan atau paham yang dirasa benar
bagi penganutnya.
Terorisme merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan kepada
masyarakat sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala
lebih kecil dari perang. Istilah terorisme pada awalnya muncul digunakan
untuk memprovokasi dalam melawan ideology atau agama yang menjadi
kepercayaan setiap orang masing masing dengan melakukan aksi kekerasan
kepada public. Sedangkan teroris sendiri merupakan individu atau
sekelompok individu yang secara personal terlibat dalam aksi terorisme.
Sementara itu, terdapat negara yang mendukung kekerasan terhadap penduduk
sipil dengan menggunakan istilah positif untuk kombatan mereka, misalnya
antara lain paramiliter, pejuang kebebasan atau patriot. Meski telah muncul
istilah terorisme, namun mayoritas membedakan antara kekerasan yang
dilakukan oleh negara dengan terorisme, hanyalah sebatas bahwa aksi
terorisme dilakukan secara acak, tidak mengenal kompromi , korban bisa saja
militer atau sipil , pria, wanita, tua, muda bahkan anak-anak, kaya miskin,
siapapun dapat diserang. Bahkan sekarang ini, telah banyak sekali wanita dan
anak anak yang terjagkit kasus terorisme.
PBB mendifinisikan terorisme sebagai segala aksi yang dilakukan
untuk menyebabkan kematian atau kerusakan tubuh yang serius bagi para
penduduk sipil, non kombatan dimana tujuan dari aksi tersebut berdasarkan
konteksnya adalah untuk mengintimidasi suatu populasi atau memaksa
pemerintah atau organisasi internasional untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
Namun patut disadari bahwa terorisme bukan suatu ideologi atau nilai-
nilai tertentu dalam ajaran agama. Ia hanya sekedar strategi , instrumen atau
alat untuk mencapai tujuan . bahkan dalam setiap ajaran agama-pun tidak
mengajarkan kekerasan apalagi merampas hak milik orang lain untuk
memenuhi hasrat dalam diri sendiri. Hal ini dikarenakan ancaman terorisme
dapat terjadi kapan saja dan di mana saja serta dapat mengancam keselamatan
jiwa, termasuk warga negara, Oleh karena itu, PM Howard menerbitkan
kebijakan Travel Warning untuk negara yang rentan terhadap serangan
terorisme.1
B. Sejarah Teroris
Pada dasarnya terorisme muncul sejak bertahun tahun yang lalu, yang
ditandai dengan bentuk kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman
yang bersifat memaksa untuk mencapai tujuan tertentu.

1
Foreign Affrairs and Trade, Consular Service-Travel Advice Indonesia, 13 October 2002 hlm. 42
Perkembangan bermula dalam bentuk fanatime aliran kepercayaan
yang kemudian berubah menjadi suatu pembunuhan, baik secara individu
maupun kelompok. Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat dikatakan
sebagai bentuk murni dari terorisme. Terorisme muncul pada akhir abad 19
dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi hampir di seluruh belahan
dunia yang muncul dan banyak dilakukan di eropa barat, rusia dan amerika.
Hal ini dilakukan karna mereka percaya bahwa terorisme adalah cara paling
efektif untuk melakukan revolusi politik maupun social dengan cara
membunuh orang orang yang berpengaruh. Pada tahun 1980-an aksi terorisme
Armenia melawan pemerinah turki, yang berakhir dengan pembunuhan masal
terhadap warga Armenia pada perang dunia I.2
Bentuk pertama terorisme dilakukan dengan cara pembunuhan politik
terhadap pejabat pemerintah. Sedangkan bentuk kedua terorisme,dimulai di
Aljazir di tahun 50an,dilakukan oleh FLN yang memopulerkan “serangan
yang bersifat acak” terhadap masyarakat sipil yang tidak berdosa. Sementara
itu, bentuk ketiga muncul pada tahun 60an dan terkenal dengan istilah
“Terorisme Media”, berupa serangan acak terhadap siapa saja untuk tujuan
publisitas
Meski istilah terror atau terorisme baru popular, tapi kejadian ini sudah
bukan menjadi hal yang baru lagi. Menurut Grant Wardlaw dalam buku
Political Terrorism (1982), manifestasi Terorisme sistematis muncul sebelum
Revolusi Perancis, tetapi baru mencolok sejak paruh kedua abad ke-19. Dalam
suplemen kamus yang dikeluarkan Akademi Perancis tahun 1798, terorisme
lebih diartikan sebagai sistem rezim teror.

2
Blank Five “https://geologiblankfive.wordpress.com/2011/06/23/sejarah-terorisme/ ” diakses tanggal :
09 September 2019
C. Teroris Sebagai Ideologi
Ideology merupakan suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar,
keyakinan serta kepercayaan yang bersifat dinamis. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia Ideologi merupakan kumpulan konsep bersistem yang
ijadikan asas pendapat yang memberikana arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup. Dengan pengertian lain, Ideology merupakan system
pemikiran yang erat kaitanya dengan pikiran manusia. terlepas dari itu,
ideology merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan dengan tertib
social dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah dan mempertahankan
tertib yang bersangkutan. Meskipun gagasan seseorang, betapapun ilmiah,
rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi, apabila belum dianut oleh
banyak orang dan diperjuangkan serta diwujudkan, dengan aksi-aksi yang
berkesinambungan3.
Dalam perspektif ideologi teroris ini, masalah utama yang berkaitan
dengan organisasi ekstrimis beranggapan bahwa terorisme itu bermanfaat.
Setidaknya ada empat penyebab adanya ideologi kekerasan dan terorisme.
Pertama, adanya beberapa ajaran dalam agama yang disalahpahami. Hal ini
tidak lepas dari fakta bahwa upaya untuk mendefinisikan terorisme itu tidak
dapat dilepaskan dari berbagai kepentingan, termasuk kepentingan ideologi
dan politik4. Dalam Islam ada ajaran jihad dan mati syahid, yang dianggap
membenarkan aksi-aksi keras teroris. Kedua, Hal yang lebih menyakitkan
adalah persoalan kesejahteraan, terutama pada era politik kebusukan para elite
seperti sekarang. Mereka yang berada di jajaran elite—pejabat, politisi, dan
lainnya—begitu mudah mendapatkan uang dalam jumlah ratusan juta,
miliaran, bahkan triliunan. Adapun rakyat biasa sangat susah menutupi segala
kebutuhan sehari-hari. Padahal, kemiskinan atau kesengsaraan akan membuat
seseorang melakukan apa pun walaupun itu jelas terlarang. Dengan demikian,
pemberantasan terorisme harus juga menyentuh persoalan ketidak- adilan
3
Sarbini, Islam di tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan (Yogyakarta : Pilar Media, 2005), 1.
4 negara
Mubarak, Zulfi. (2012). ini. Teroris Di Indonesia: Kajian Aspek Teologi, Ideologi dan Gerakan. Jurnal Studi
Fenomena
Masyarakat Islam. 15 (2)241
Sangat tidak cukup bila pihak kepolisian hanya terus memburu,
meringkus, dan membunuh para teroris, sementara persoalan hukum,
pendidikan, dan kesejahteraan hanya jadi materi kampanye pemilu. 5
Ketiga, ideologi negara agama. Pada tahap tertentu ideologi negara
agama turut menyuburkan paham terorisme. Karena sebagaimana diakui para
teroris, mereka menjalankan semua aksinya dengan tujuan mendirikan negara
agama. Bagi mereka, pemerintahan yang ada saat ini (termasuk Indonesia)
mengikuti sistem kafir.
Selain aliran agama yang tidak jelas, adanya terorisme juga
diakibatkan oleh kesalahpahaman dan ketidakpercayaan terhadap ideology
Pancasila. Adanya Pancasila sebagai dasar dari negara sepatutnya
menyadarkan dan menjadi acuan utama masyarakat dalam berbuat. Karena itu
upaya untuk mendefinisikannya tidak akan lepas dari bias politik maupun
ideologi.6
Masyarakat yang dicita citakan dalam ideology pancasilapun ialah
masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada tuhan, bertoleransi, serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Jadi, apabila keyakinan beragama sudah
disalahgunakan maka iman dan takwa seseorang bisa saja berbeda. Jika
biasanya bertoleransi antar sesama umat beragama itu adalah hal yang benar
dalam hal saling toleransi, hal ini bisa juga disalahkan karna kesalahan dalam
sudut pandang beragama yang mulai dibedakan dan hanya mengistimewakan
agama tertentu saja.
D. Bahaya Terorisme dan Radokalisme
Berdasarkan pengertian terorisme sendiri yakni kekerasan yang dapat
menimbulkan kerusakan sudah dapat dipastikan ada banyak bahaya yang
dapat mengancam bagi individu lain, masyarakat, kelompok maupun bangsa
dan negara. Aksi terror sendiri terjadi tak luput dari Radikalisme yang
merupakan paham yang atau aliran agama yang menginginkan perubahan baik
5
Wahyu Hidayat “ https://wahyuhidayat294.wordpress.com/im-so-lonely-in-my-life/“
diakses tanggal : 09 September 2019
6
Mubarak, Zulfi. (2012). Fenomena Teroris Di Indonesia: Kajian Aspek Teologi, Ideologi dan Gerakan.
Jurnal Studi Masyarakat Islam. 15 (2)241
sosial maupun politik secara drastis dengan kekerasan. Yang kita sadari
bahwa keduanya saling berkitan.
Mereka sering mengklaim kebenaran tunggal. Sehingga mereka
dengan mudahnya menyesatkan kelompok lain yang tak sependapat
dengannya. Mereka memposisikan diri seolah-olah “nabi” yang diutus oleh
Tuhan untuk meluruskan kembali manusia yang tak sepaham dengannya.
Mereka juga cenderung mempersulit agama dengan menganggap ibadah
mubah atau sunnah seakanakan wajib dan hal yang makruh seakan-akan
haram. Sebagai contoh ialah fenomena memanjangkan jenggot dan
meninggikan celana di atas mata kaki bagi laki-laki dan bercadar bagi
perempuan. Bagi mereka ini adalah hal yang wajib. Jadi mereka lebih
cenderung fokus terhadap kulit daripada isi dan menafsirkan agama secara
sempit
Ada beberapa bahaya yang dapat kami sebutkan terkait dengan
tindakan terorisme dan radikalisme, pertama tindakan ini dapat memakan
banyak nyawa. Dalam kasus ini, salah sasaran begitu banyak terjadi hingga
menghilangkan nyawa banyak orang yang bukan merupakan sasaran dari
penyerangan tersebut. Adanya aksi terorisme yang tujuan awalnya untuk
memerangi orang yahudi atau yang tidak beragami Islam, tetapi justru dari
penyerangan tersebut lebih banyak orang Islam yang ikut melayang nyawanya
dibanding sasaran yang akan dimusnahkan. Bagi para terorisme dan
radikalisme hal ini dianggap sebagai resiko dari jihad, tetapi harusnya mereka
berpikir kembali berapa banyak nyawa yang tidak bersalah melayang. Sekali
lagi karna pemahaman dan pemikiran yang salah.
Kedua, menimbulkan banyak kerusakan dan merusak fasilitas umum.
Tindakan terorisme dan penyerangan yang dilakukan kepada sasaran yang
mereka incar maka akan banyak menimbulkan kerusakan tidak hanya berupa
fisik, tetapi juga akan merusak gedung gedung disekitarnya. Kerusakan pada
bangunan seringkali terjadi karna senjata yang mereka gunakan kebanyakan
adalah bom. Dengan bom yang mereka ledakkan maka bangunan akan runtuh
dan akan menimbulkan kerugian banyak pihak. Dan Untuk urusan atau
kerugian lain mereka tidak akan peduli. Ketiga, meracuni pikiran anak bangsa
atau generasi penerus. Seperti yang selalu diajarkan, kita sepatutnya memberi
contoh yang baik dan bijak kepada generasi penerus melakukan hal yang
pantas sehingga dapat menjadi acuan yang baik untuk masa depan bangsa.
Salah satunya yakni hidup rukun dan mengembang sikap toleransi antar satu
sama lain. Tak luput untuk menghargai segala perbedaan yang ada. Sementara
itu, hal yang dilakukan oleh para teroris secara tidak langsung akan
mengakibatkan anak bangsa berpikir keras.

E. Pendekatan Agama Sebagai Bentuk Deradikalisasi


Pada dasarnya, setiap agama mengajarkan prilaku kasih sayang kepada
sesama. Pesan mendasar dari setiap agama adalah hidup secara damai dengan
seluruh makhluk ciptaan tuhan. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan
umatnya untuk bersikap anarkis dan melakukan terror. Kalaupun ada, misalnya
islam dituduh sebagai agama yang mengajarkan radikalisme dan terorisme
karena adanya ayat ayat dan hadis hadis tentang perang, maka perlu dikoreksi
dan ditekan kan dalam bab ini bahwa bukanah salah alquran dan hadisnya,
melainkan pemahaman manusia yang membaca dan menafsirkan ayat ayat
alquran dan hadis tersebut.
Validitas dan otentisitas alquran dan hadis sebagai sumber hukum sekaligus
sebagai landasan etika dan moral tidak pernah diragukan oleh setiap muslim.
Namun demikian ketika memasuki penafsiran, factor subjektivitas dari masing
masing penafsir tentu akan menjiwai pandanganya terhadap sebuah ayat atau
hadis. Oleh karena itu, wajar jika kemudian kita menemukan tafsiran yang
berbeda dari beberapa kitab tafsir tentang sebuah ayat atau hadis. Selain itu,
factor social politik juga memengaruhi pandangan seseorang terhadap
kandungan ayat alquran dan hadis. Dalam sebuah hadis, rasulullah bersabda :
ُ ‫ـر ْك‬
ْ ‫ت فِـ ْي ُك ْم اَمْ َر‬
ْ‫يــ ِن لَـن‬ َ ‫ َت‬:‫هللا ص‬
ِ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬:‫هللا َعنْ اَ ِبـ ْي ِه َعنْ َج ِّد ِه رض َقا َل‬ ِ ‫َعنْ َكـثِـي ِْر ب‬
ِ ‫ْن َع ْب ِد‬
‫ ابن عبد البر‬.ِ‫هللا َو ُس َّنـ َة َن ِـبـ ِّيه‬ ِ ‫َتضِ لُّ ْـوا َما َتــ َمس َّْكـ ُت ْم ِب‬
َ ‫ كِـ َت‬:‫ـه َما‬
ِ ‫اب‬
Dari Katsir bin Abdullah dari ayahnya dari kakeknya RA, ia berkata : Rasulullah
SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua
perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada
keduanya, yaitu : Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. [HR. Ibnu Abdil Barr]
Dengan mempertimbangkan pesan rasulullah diatas, maka umat islam
semestinya mendasari setiap aktivitas kehidupanya diatas nilai nilai alquran dan
hadis. Baik alquran maupun hadis keduanya mengandung prinsip prinsip etika
dan moral yang dapat dijadikan acuan dalam berbuat dan bertindak. Terkait
dengan upaya deradikalisasi pemahaman alquran dan hadis, pendekatan agama
nampaknya menjadi pendekatan yang paling tepat dibandingkan model
pendakatan lain. Dengan menjadikan agama sebagai landasan, upaya
deradikalisasi pemahaman sebagai kelompok muslim berkaitan dengan konsep
jihad, dal al-harb, konsep kafir harbi dan kafir dzimmi, diharpkan mampu
memberikan solusi bagi ketegangan yang terjadi ditengah tengah isu terorisme
yang menyudutkan islam. Jika dalam islam pemahaman seperti itu ditekankan
begitu juga dengan agama lain pendekatan agama dan pemahaman mengenai
terrorisme ini juga harus ditekankan agar kedamaian dapat tercipta. Dalam hal ini
tidak memandang apa kepercayaan yang dianut, karna itu merupakan hak
individualis dari setiap orang. Tetapi, perlawanan terhadap tindakan terorisme
harus dilakukan oleh setiap orang terlebih lagi umat beragama.
Deradikalisasi sangat dianggap penting dan mendesak untuk segera
ditetapkan di saat negara negara adidaya seperti Amerika Serikat dan patron-
patron politiknya yang mengedepankan pendekatan represif dengan menyerang
negara-negara yang mereka curigai sebagai landas teroris. Serangan terhadap
tentara Taliban di Afghanistan dan pembumihanguasan Irak di masa rezim
Saddam Husein, adalah contoh konkret dari pendekatan hard power yang
digunakan Amerika Serikat dan sekutunya dalam memecahkan masalah
terorisme. Demikian, dengan umat islam sendiri peranya sangat dibutuhkan dan
berpengaruh dalam memperkenalkan wajah islam yang ramah dan toleran adalah
sebuah keniscayaan. Seluruh umat muslim berkewajiban memberikan
pemahaman islam yang benar dan memberikan pencerahan kepada setiap orang,
khususnya kepada mereka yang tidak memahami pesan dan dasar agama islam
sebagai agama rahmatan lil’alamin. Dengan kata lain, kita harus saling
membantu dan mengingatkan antara satu sama lain.
F. Deradikalisasi Dalam Pemahaman Alquran Dan Hadis
Deradikalisasi pemahaman alquran dan hadis diambil dari penafsiran
alquran dan hadis. Alquran dan hadis Nabi merupakan dua sumber rujukan utama
dalam menentukan suatu hukum yang sesuai secara ajaran islam. Namun akhir-
akhir ini penafsiran alquran dan hadis hanya sebatas kontekstual saja tanpa
memahami maksud sebenarnya dari alquran dan hadis tersebut, sehingga pesan
atau nas dari alquran tersebut tidak mampu menyelesaikan setiap permasalahan
yang setiap saat menghampiri aktivitas keseharian umat islam, baik
permasalahan individu ataupun masalah berbangsa dan bernegara. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya pemahaman yang mendalam untuk menafsirkan ayat
dari alquran maupun hadis Nabi. Dari hal tersebut pemuka agama harus lebih
teliti dan benar-benar dapat memahami apa maksud sebenarnya dari suatu ayat
alquran dan hadis Nabi tersebut. Ali Bin Abi Thalib pernah berujar “istanthiq
alquran” yang berarti ajaklah alquran berbicara. Dari ujaran Ali Bin Abi Thalib
tersebut menunjukan bahwa para mufasir harus merujuk alquran secara dalam
untuk memahami kandungan sebenarnya.
Namun, ketika seorang mufasir hendak memahami Alquran dia tidak perlu
lagi melakukan kritik nash al-Quran karena memang keasliannya terjaga.
Berbeda dengan hadis, hadis bisa saja dipalsukan karena tidak semua pewarta
hadis hidup bersama Nabi. Kondisi seperti inilah yang membuat bermunculan
hadis-hadis palsu yang dipergunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab untuk menyebarkan paham-paham kekerasan yang berujung pada paham
radikalisme. Sehingga diperlukan kritikus hadis yang dapat menilai apakah
seseorang yang meriwayatkan hadis itu memiliki kemampuan hafalan yang baik
menyampaikan hadis yang disampaikannya dan hadis yang disampaikan masuk
akal.
Dalam Deradikalisasi pemahaman alquran dan hadis tersebut, digunakan
untuk menetralisir paham-paham radikalisme yang masih ada di negara ini. Para
tokoh radikalisme banyak yang menyalahgunakan atau salah mengartikan
tentang hadis yang berbicara tentang konsep jihad dan perang melawan kafir.
Karena itu Deradikalisasi pemahaman alquran dan hadis diharapkan mampu
mengembalikan dan meluruskan kembali pemahaman tentang apa dan bagaimana
islam yang sebenarnya. Sesungguhnya semua agama pasti mengajarkan
kebaikan, kedamaian, dan kasih sayang antar semua makhluk hidup di dunia ini.
Kalaupun kemudian agama tertentu , misalnya islam dituduh sebagai agama yang
mengajarkan paham radikalisme dan terorisme karena adanya ayat- ayat
mengenai jihat dan melawan kafir, yang harus dikoreksi bukanlah ayat alquran
atau hadis yang ada, melaikan pemahaman manusia itu sendiri bagaimana
memahami dan menafsirkan ayat-ayat alquran tersebut. Untuk menghindari
radikalisme pemahaman alqurann dan hadis yang perlu dilakukan adalah
memahami alquran secara obyektif dan ditafsirkan secara tematik, selanjutnya
memahami alquran sesuai konteksnya, petunjuk katanya, dan membawa
fenomena social ke dalam tujuan alquran. Dengan pendekatan deradikalisasi
pemahaman alquran dan hadis tersebut, diharapkan para tokoh radikalisme dan
terorisme dapat memahami arti jihat dan tidak salah pemikiran mengenai hadis
atau ayat alquran yang mereka jadikan patokan untuk melakukan suatu hal yang
menyimpang tersebut .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan dan penjelasan diatas, sesuai dengan makalah “Teologi
Kebangsaan” penulis dapat menyimpulkan bahwa teologi kebangsaan adalah
sesuatu yang patut ditegakkan karena berdasarkan pengertianya sendiri yakni
pandangan hidup yang menebarkan kesejahteraan bagi alam semesta sesuai
dengan ajaran agama. Apasih yang kita cari di dunia ini, kelak semua akan
dipertanggung jawabkan diakhirat. Kehidupan sebenarnya pun berada di
akhirat. Apa yang perlu kita lakukan sekarang ialah semakin memperbaiki diri
dan memperbanyak amal baik. Dengan kita saling menghargai, toleransi,
membantu antar sesama juga dapat mengantar kita menjadi orang yang baik
kelak, insyaallah. Apa yang kita dapatkan jika hanya dengan bertengkar,
semakin menambah permusuhan dan kebencian dimana mana.
Dari makalah ini diharapkan kita semua dapat belajar dan saling
mengintropeksi diri apakah kita sudah digolongkan sebagai orang mukmin
yang beriman?, Jika cinta tanah air saja adalah salah satu wujud dari iman
apakah kita sudah bisa melakukanya? Itu semua kembali kepada diri kita
masing masing. Tidak hanya penulis, kita semua masih dalam proses
belajar, marilah kita hidup tenang, damai, rukun dan saling menjaga serta
mengingatkan satu sama lain. Bahwasanya islam, selalu mengajarkan dan
menganjurkan toleransi seperti halnya yang telah dicontohkan oleh rasul
kita Muhammad SAW.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan ini, penulis dapat menyarankan agar
kegiatan pendekatan keagaamaan untuk lebih diteggakkan lagi dan juga lebih
dikembangkan lagi. Hal ini bisa membantu menetralisir serta mengurangi
paham radikal dan timbulnya terorisme di kalangan negara. Adapun dengan
mengembangkan kegiatan bersosialisasi juga dapat membentuk karakter
seseorang agar memiliki jiwa kemanusiaan dan rasa solidaritas yang tinggi.
Dapat pula meningkatkan rasa saling menghargai dan tolong menolong antar
sesama dan pastinya tidak dengan merusak.
Daftar Pustaka
Blank Five “https://geologiblankfive.wordpress.com/2011/06/23/sejarah-terorisme/
” diakses tanggal : 09 September 2019

Foreign Affrairs and Trade, Consular Service-Travel Advice Indonesia, 13 October


2002 hlm. 42

Mubarak, Zulfi. (2012). Fenomena Teroris Di Indonesia: Kajian Aspek Teologi,


Ideologi dan Gerakan. Jurnal Studi Masyarakat Islam. 15 (2)241

Sarbini, Islam di tepian Revolusi: Ideologi, Pemikiran dan Gerakan (Yogyakarta :


Pilar Media, 2005), 1.

Wahyu Hidayat “Pengertian Terorisme dan Radikalisme”


https://wahyuhidayat294.wordpress.com/im- so-lonely-in-my-life/
diakses tanggal :09 September 2019

Anda mungkin juga menyukai