Anda di halaman 1dari 5

Spektrum Interaksi Host-Parasit

Interaksi inang-cacing bersifat kompleks. Masing-masing cacing memiliki perbedaan yang


signifikan dalam siklus hidup biologisnya bersama dengan variasi yang ditandai dalam tropisme
jaringan. Perbedaan antigenik di antara tahapan siklus hidup dapat menyebabkan respon imun
yang berbeda. Pola migrasi parasit yang beragam juga dapat menimbulkan beragam efek pada
sistem tubuh.

Respon Imun
Respon imun host terhadap semua helmint adalah tipe T-helper 2 (Th2) dan melibatkan
produksi sitokin interleukin (IL) -4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13; isotipe antibodi
immunoglobulin G1 (IgG1), IgG4, dan IgE; dan peningkatan populasi eosinofil, basofil, sel
mast, sel limfoid bawaan tipe 2, dan makrofag2 yang diaktifkan secara alternatif
Acuteness and chronicity of infection drive distinct immune profiles

Pada awal infeksi → sel epitel: alarmin-thymic stromal lymphopoietin (TSLP), IL-33, IL-25 →
aktivasi dan diferensiasi ILC2, sel T helper 2 (Th2), CD4 polfungsional → hiperplasia sel goblet,
eosinofilia perifer dan jaringan, diferensiasi makrofag M2 → induksi tingkat IgG1 dan IgE
spesifik antigen yang tinggi
Respons awal/akut helminthes → respons tipe 2 yang dimodifikasi
→ 1) modulasi signifikan dari respons T helper 1 (Th1) - IL-2 dan interferon- gamma (IFN-γ)
→ 2) induksi perluasan sel T regulator alami (nTreg) → ekspresi CTLA-4, PD-1, GITR, sel
dendritik regulasi (regDC), dan monosit
Infeksi kronis helminthes → mengubah komposisi komunitas bakteri usus → ↑ short chain
fatty acid/SCFA → perluasan sel T regulator alami (nTreg)

Pengenalan helmint oleh fagosit


helminth atau cacing memiliki hasil sekresi yang berperan dalam modulator aktivasi
fagosit yang disebut Antigen sekretori, suatu molekul parasite yang dilepaskan antara parasite
dan sel-sel sistem kekebalan tubuh dengan berbagai mekanisme, Sel yang memiliki peran yang
besar dalam proses ini adalah sel dendrit, dimana sel ini memiliki peran utama dalam
pengenalan, penangkapan, pemrosesan, dan presentasi antigen sekretori. Selain sel dendrit,
beberapa sel lain seperti eosinofil, basofil, dan sel mast juga dilaporkan memiliki peran untuk
memodulasi dan merangsang respon imun adaptif setelah pelepasan antigen sekretori.
Helmin juga mengeluarkan produk eksresi atau sekretori yang memiliki aktivitas
imnomodulator yang dapat mengaktifkan regulasi fenotipe sel imun bawaan dan adaptif. Salah
satu produk sekret tersebut adalah Vesikula ekstraseluler (Extracellular Vesicles/EV) berfungsi
sebagai transmisi sinyal, apabila cacing mengeluarkna EV maka kemungkinan akan terjadi efek
imunoregulasi pada sel inang yang saling berpengaruh.

KILLING OF HELMINTHS MEDIATED BY PHAGOCYTES AND ANTIBODIES


Cacing merupakan parasit makropatogen, yang mana tidak dapat dicerna oleh sel fagositik.
sistem kekebalan menggunakan mekanisme lain untuk menghilangkannya, seperti sitotoksisitas
seluler yang bergantung pada antibodi (Antibody-Dependent Cytotoxicity Celullar/ADCC).
kontribusi Eos bagi pertahanan host terhadap parasit cacing sangat krusial untuk mengaktivasi
mekanisme ADCC.

THE ALTERNATIVE—PARASITE MOLECULES AND MECHANISMS


Cacing yang hidup dalam tubuh manusia terbukti dapat bersifat antiinflamasi dan tidak
menimbulkan efek yang merugikan. Hal ini dikarenakan parasit menghasilkan produk yang
secara langsung berinteraksi dengan sistem imunitas tubuh melalui jalur baru. Sebagai contoh,
parasit Heligmosomoides polygyrus memiliki jalur tertentu dalam memodulasi kekebalan tubuh
inangnya.

Jalur pertama, Hp‐ARI (Heligmosomoides polygyrus Alarmin Release Inhbitor) dari IL-3,
menargetkan kekebalan bawaan dengan menetralkan IL-33, dengan demikian mencegah aktivasi
makrofag ILC2, eosinofil dan makrofag M2. Pada saat yang bersamaan terjadi melalui jalur ya
lain yaitu, TGM, mengaktifkan jalur TGF ‐ β untuk menginduksi sel T regulatori, kemudian
menghambat induksi makrofag M2 dan diferensiasi efektor epitel. Dengan cara ini, parasit dapat
menghindar dari kedua respons Th2, yaitu peradangan alergi dan pengeluaran cacing.

PATOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPONS IMUN PADA INFEKSI


HELM PARASITIK
1. Kompleks Kekebalan Tubuh
Kompleks imun merupakan mediator kuat dari proses inflamasi lokal yang
terbentuk pada banyak infeksi parasit yang diduga sebagai akibat dari pelepasan antigen
dosis rendah kronis yang terlihat pada infeksi ini.
2. Autoantibodi dan Mimikri Molekuler
Autoantibodi terlibat sebagai penyebab penyakit pada berbagai infeksi cacing,
termasuk infeksi filaria, schistosomiasis, dan infeksi cacing tambang, dan dianggap
mencerminkan ekspansi sel B poliklonal yang sering menyertai infeksi ini.
3. Reaksi Granulomatosa
4. Fibrosis
Fibrosis umumnya dikaitkan dengan infeksi cacing kronis yang mengakibatkan
peradangan kronis dan penyembuhan luka yang tidak teratur.
5. Respon Hipersensitivitas cepat
Respons hipersensitivitas langsung dikaitkan dengan fase awal dan / atau fase akut
infeksi dengan parasit cacing invasif, seperti Ascaris, cacing tambang, skistosom, atau
filaria. Pasien menunjukkan gejala nyata yang menunjukkan reaksi alergi, seperti sesak
napas atau urtikaria. Reaksi alergi ini terjadi melalui produk parasit ES64 yang dapat
menginduksi sel Treg parasit-reaktif dan produksi IL-10
6. Limfangiogenesis
Perubahan anatomi dalam arsitektur limfatik, yang berkisar dari respon
limfangiektasia dan granulomatosa hingga perkembangan kolateral, menunjukkan bahwa
pemodelan ulang limfatik aktif yang melibatkan pertumbuhan, migrasi, dan proliferasi sel
endotel merupakan ciri penting dari penyakit filaria limfatik awal.
7. Karsinogenesis
Infeksi dengan Opisthorchis viverrini, Clonorchis sinensis, dan Schistosoma
hematobium diklasifikasikan sebagai karsinogen biologis kelompok 1 yang merupakan
penyebab pasti kanker.
8. Epileptogenesis
Neurocysticercosis yang disebabkan oleh larva Taenia solium adalah faktor risiko
epilepsi yang paling umum dicegah di seluruh dunia dan menyumbang hampir 30% dari
semua epilepsi di beberapa daerah endemik
9. Infeksi cacing dan gangguan autoimun dan metabolisme
Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa sementara prevalensi infeksi cacing
menurun di seluruh dunia sedangkan prevalensi penyakit autoimun dan gangguan
metabolisme meningkat dengan cepat. Fenomena ini membuat banyak orang
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara paparan infeksi cacing dan perlindungan dari
penyakit autoimun. menggunakan pendekatan model eksperimental, banyak penulis telah
menunjukkan bahwa infeksi cacing itu sendiri atau pengobatan dengan produk ES cacing
cukup untuk menekan peradangan pada berbagai model penyakit inflamasi dengan hewan
percobaan

Anda mungkin juga menyukai