Anda di halaman 1dari 11

Pemicu

Medik berusia 30 tahun dan orang tuanya yang berusia 65 tahun mendapat
jadwal vaksin COVID-19 dari kantornya besok pagi. Namun ia bimbang apakah
ia akan vaksin atau tidak karena ia sedang batuk pilek sejak 3 hari ini. Medik juga
bimbang mengenai orang tuanya karena sudah berusia lanjut. Teman kantor medik
yang sudah di vaksin mengatakan jika setelah di vaksin ia jadi lebih mudah capek
dan bengkak-bengkak serta gatal-gatal pada daerah wajahnya, padahal
sebelumnya ia tidak pernah mempunyai riwayat alergi. Teman medik yang lain
justru menjadi positif COVID-19 saat ini, padahal 2 hari yang lalu sudah
divaksinasi. Medik jadi ragu apakah memang vaksin dapat menciptakan imunitas.
Orang tua medik mengatakan saat dirinya berusia 1 tahun, ia pernah diberikan
imunisasi influenza.

A. Klarifikasi & Definisi


 Imunisasi : Suatu upaya untuk menimbulkan / meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga
bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan.
 Imunitas : kemampuan untuk melawan infeksi oleh pathogen
 Alergi : suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang
berikatan dengan sel mast atau sel basofil
 Vaksin : produk yang merangsang sistem kekebalan seseorang untuk
menghasilkan kekebalan terhadap penyakit tertentu
 Corona Virus : virus RNA strain tunggal positif berkapsul dan tidak
bersegmen
 Vaksinasi : pemberian vaksin yang khusus diberikan dalam rangka
untuk menimbulkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit
B. Kata Kunci
1. Medik, 30 tahun
2. Orang tua , Usia 65 tahun
3. Vaksinasi
4. Sedang batuk pilek
5. Positif Covid-19 pasca vaksinasi
6. Pernah imunisasi influenza
7. Vaksin Covid-19
8. Mudah capek
9. Bengkak-bengkak
10. Gatal daerah wajah pasca vaksinasi
C. Rumusan Masalah
Medik 30 tahun dan orang tuanya 65 tahun, ragu akan melakukan
vaksinasi karena sedang batuk pilek dan usia orang tua yang sudah lanjut,
serta teman sekitar yang mengalami gatal, bengkak, mudah capek serta
positif covid-19 pasca vaksinasi
D. Analisis Masalah
Terlampir
E. Hipotesis
Vaksinasi merupakan upaya untuk membentuk imunitas aktif pada
tubuh yang pemberiannya harus memperhatikan efikasi, keamanan,
kontraindikasi serta Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
F. Pertanyaan Diskusi

TNR 12
SPACE 1,5
JUSTIFY
ITALIC PADA KATA ASING
DAFPUS VANCOUVER DI BAWAH JAWABAN
DEADLINE : KAMIS, 22 APRIL 2021 PUKUL 22.00 WIB
m.nadhita@student.untan.ac.id
1. Sistem kekebalan
a) Aktif (Mile, Namira)
Sistem kekebalan ialah suatu sistem yang rumit dari interaksi
sel yang tujuan utamanya adalah mengenali adanya antigen.
Antigen dapat berupa virus atau bakteri yang hidup atau yang
sudah diinaktifkan. Kekebalan aktif merupakan perlindungan
yang dihasilkan oleh sistem kekebalan seseorang sendiri dan
menetap seumur hidup. Terbagi menjadi aktif alamiah dan
aktif buatan. Kekebalan aktif alamiah yaitu kekebalan yang
didapatkan ketika seseorang menderita suatu penyakit.
Kekebalan aktif buatan yaitu kekebalan yang didapatkan dari
pemberian vaksinasi.1
Sumber :
1. Kemenkes RI. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan. Jakarta. 2014.
2. Vaksinasi
a) Mekanisme aksi (Namira, Suci)
Ketika mikroorganisme penyebab penyakit yang tidak aktif
atau lemah memasuki tubuh, mereka memulai respon imun.
Respons ini meniru respons alami tubuh terhadap infeksi.
Tetapi tidak seperti organisme penyebab penyakit, vaksin
dibuat dari komponen yang memiliki kemampuan terbatas,
atau sama sekali tidak dapat, menyebabkan penyakit.1
Gambar 1. Perbandingan respon imun terhadap organisme
penyebab penyakit dan vaksin
Komponen organisme penyebab penyakit atau komponen
vaksin yang memicu respon imun dikenal sebagai “antigen”.
Antigen ini memicu produksi “antibodi” oleh sistem
kekebalan. Antibodi mengikat antigen yang sesuai dan
menyebabkan kehancurannya oleh sel kekebalan lain.

Gambar 2. Penghancuran antibodi antigen


Respon imun yang diinduksi untuk organisme penyebab
penyakit atau vaksin mengkonfigurasi sel-sel kekebalan tubuh
agar mampu dengan cepat mengenali, bereaksi, dan
menundukkan organisme penyebab penyakit yang relevan.
Ketika sistem kekebalan tubuh selanjutnya terkena organisme
penyebab penyakit yang sama, sistem kekebalan akan menahan
dan menghilangkan infeksi sebelum dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh.
Keefektifan dan lamanya efek perlindungan dari suatu vaksin
bergantung pada sifat konstituen vaksin dan pada cara mereka
diproses oleh sistem kekebalan. Beberapa organisme penyebab
penyakit, seperti influenza, berubah dari tahun ke tahun,
memerlukan imunisasi tahunan untuk melawan strain baru
yang beredar. Pada anak-anak yang masih sangat kecil, sistem
kekebalannya belum matang dan kurang mampu
mengembangkan daya ingat. Dalam kelompok usia ini, durasi
perlindungan bisa sangat singkat untuk antigen polisakarida.1
Gambar 3. Perbandingan respon imun terhadap organisme
penyebab penyakit dan vaksin
Sumber :
1. Jenner E, Figure S, Figure S, Book VF. Vaccine Fact
Book. Vaccine Fact. 2012;4–10.
3. Vaksin covid-19
a) Platform teknologi (Risa, Namira)
1. Vaksin berbasis mRNA-SARS-CoV-2 (mRNA-1273)
Pada penelitian Wang F, et al (2020) mengungkapkan
bahwa vaksin didasarkan pada ekspresi sitoplasma dari
chimeric mRNA yang mengandung open reading frame
(ORF) dari untaian virus yang memiliki potensi untuk
ditranslasi secara langsung dalam sitoplasma dan
menghambat integrasi kromosom. Sekali diinjeksikan,
mRNA yang dikirimkan akan diproses sel imun secara
cepat dan mulai memproduksi protein target secara
langsung melalui translasi, dan diikuti dengan aktivasi sel
imun lainnya untuk mengenali protein virus yang baru
terbentuk sehingga terbentuklah antibodi.
Vaksin berbasis mRNA secara aktif menginduksi aktivasi
respon sel B dan sel T sitotoksisitas. Proses vaksin berbasis
mRNA dalam mengaktifkan imun tubuh diawali dengan
penggabungan vaksin mRNA menggunakan untai mRNA
target protein secara in vitro, dibandingkan dengan untai
antibodi target. Kemudian, untai mRNA rekombinan
protein target akan dibawa oleh lipid nanopartikel (LNPs)
dan memasuki sel somatik sitoplasma untuk bertranslasi
dan mengkode protein target. Ketika protein target dilepas
dari sel inang, sel penyedia antigen akan dengan cepat
merekam dan memproses protein heterolog. Kemudian
penyajian MHC I dan MHC II (Major Histocompatibility
Complex) pada permukanan membrane sel penyedia
antigen. Tahap ini sangat penting untuk aktivasi
selanjutnya dari sel B, sel T, dan juga menjadi kunci untuk
respon humoral dan sitotoksik.1

Gambar 1. Skema vaksin berbasis mRNA ditargetkan


kepada protein spike (S) dari Covid-19.
2. Vaksin berbasis vektor adenovirus type-5 SARS-CoV-2
(Ad5-nCoV)2
Ad5-nCoV merupakan pengembangan vaksin
menggunakan vektor rekombinan adenovirus jenis 5 (ad5)
melalui spike glikoprotein dari untai Covid-19. Virus ini
digunakan untuk mengirimkan materi genetik yang dapat
mengkode spike protein SARS-CoV-2 menuju sel. Sel ini
kemudian menghasilkan spike protein dan mengantarnya
ke kelenjar getah bening tempat sistem kekebalan tubuh
terbentuk dan menciptakan antibodi yang akan mengenali
spike protein tersebut sehingga dapat melawan virus
SARS-CoV-2.
Gambar 2. Skema vaksin berbasis vektor dalam memicu
respon imun
3. Vaksin berbasis virus terdeaktivasi (PiCoVacc)3
Pemurnian DNA yang dilemahkan merupakan
pengembangan vaksin secara konvensional dan telah
ditemukan bahwa platform teknologi ini aman dan efektif
dalam mencegah penyebab terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh virus seperti influenza, dan polio. Vaksin
ini didasarkan pada memicu replikasi virus dan
meningkatkan produksi antigen sehingga imun akan
terbentuk dengan baik dan cepat untuk melawan Covid-19.
Hasil uji imunitas pada vaksin ini menunjukkan respon
yang
baik dalam memicu sel T untuk melawan virus, namun
tetap harus dikontrol agar imunitas humoral dapat tetap
muncul. Sel T dapat mengiduksi cytokine storm untuk
menekan pathogen Covid-19. Oleh karena itu, respon sel T
dimunculkan oleh vaksin Covid-19 untuk dapat dikontrol
dengan baik agar mengindari terjadinya imunopatologi.
Gambar 3. Skema vaksin berbasis virus terdeaktivasi dalam
memicu respon imun
Sumber :
1. Wang, F., Richard M. K., dan George B. S. An
Evidence Based Perspective on mRNA-SARS-CoV-2
Vaccine Development. Medical Science Monitor.
(2020). 26, 1-8. https://doi.org/10.12659/MSM.924700
2. Zhu, F.-C., Yu-Hua L., Xu-Hua G., Li-Hua H., Wen-
Juan W., Jing-Xin L., dan Wei C. Safety, Tolerability,
and Immunogenicity of Recombinant Adenovirus
Type-5 Vektored COVID-19 Vaccine: A Dose-
escalation, Open-label, Non-rendomised, First-in-
human Trial. Elsevier Ltd. (2020). 1-10.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)31208-3
3. Gao, Q., Linlin B., Haiyan M., Lin W., Kangwei X.,
Minnan Y., Yajing L., dan Chun Q. Rapin
Development of an Inactivated Vaccine Candidate for
SARS-CoV-2. Science. (2020). 1-10.
https://doi.org/10.1126/science.abc1932

b) Indikasi (Namira Suci)


Kriteria penerima vaksinasi Covid-19
Kelompok prioritas penerima Vaksin COVID-19 sebagai
berikut:
a. tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga
penunjang yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
b. masyarakat lanjut usia dan tenaga/petugas pelayanan
publik;
c. masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan
ekonomi; dan
d. masyarakat lainnya.
Sumber :
1. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 84 tahun 2020 tentang
pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan
pandemi. 2020;2019:4.
4. Herd immunity
a) Definisi (Kak Dita, Namira)
Herd immunity (kekebalan kelompok) juga dikenal sebagai
kekebalan populasi atau kekebalan komunitas, mengacu pada
keadaan di mana sebagian besar populasi kebal terhadap
infeksi (baik melalui vaksinasi atau infeksi alami),
meninggalkan sedikit orang yang rentan terhadap infeksi dan
penularan infeksi.1
Sumber :
1. Public Health Ontario. COVID-19 – What We Know So
Far About…Herd Immunity. 2021;1–14. Available from:
https://www.publichealthontario.ca/-/media/documents/nco
v/covid-wwksf/2021/02/wwksf-herd-immunity.pdf?la=en
a) Apakah vaksin akan memberikan kekebalan seumur hidup ?
Tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah merangsang
sistem kekebalan dalam tubuh orang tersebut untuk melawan
antigen, sehingga apabila antigen tesebut menginfeksi kembali,
reaksi imunitas yang lebih kuat akan timbul. Vaksin
mengandung bakteri, virus, atau komponennya yang dengan
kemajuan teknologi sudah dikendalikan. Vaksin mengandung
antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan
penyakit, namun antigen yang ada didalam vaksin tersebut
sudah dikendalikan (dilemahkan) maka pemberian vaksin tidak
menyebabkan orang menderita penyakit seperti jika orang
tersebut terpapar/terpajan dengan antigen yang sama secara
alamiah.

Priming pada sistem imun meliputi sensitisasi atau


stimulasi respon imun dengan antigen yang dapat
menghasilkan imunitas terhadap penyakit yang disebabkan
oleh organisme atau toksin (racun). Vaksinasi adalah kegiatan
pemberian vaksin kepada seseorang dimana vaksin tersebut
berisi satu atau lebih antigen yang tujuannya adalah apabila
nanti orang tersebut terpajan/terpapar dengan antigen yang
sama, maka sistem imunitas yang terbentuk akan
menghancurkan antigen tersebut.

Dengan demikian ada dua cara untuk mendapat kekebalan


tubuh terhadap suatu antigen yaitu secara alamiah apabila
orang tersebut terinfeksi oleh patogen tersebut atau secara
buatan melalui vaksinasi. Namun kekebalan yang didapat
melalui vaksinasi, tidaklah bertahan seumur hidup terhadap
infeksi penyakit berbahaya. Imunisasi memicu respon sistem
kekebalan tubuh dimana vaksin aka membentuk kekebalan
jangka panjang yang biasanya didapat secara alami setelah
penyembuhan penyakit infeksi.1
Sumber :
1. World Health Organization (WHO). Available at: https://in.vaccine-safety-
training.org/how-vaccines-work.html (Accessed 22 April 2021).

Anda mungkin juga menyukai