Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ETIKA, AKHLAK DAN MORAL


DALAM ISLAM”

Disusun oleh :
1. Maulana Malik Ibrahim ( 20101086 )
2. Shintya Kusumawardana ( 20101094 )
3. Sri Rama Ariyanto ( 20101099 )

FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO (FTTE)


INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Allah SWT atas rahmat-Nya,
sehingga dapat menyusun makalah dengan judul “Etika, Moral dan Akhlak dalam
Islam” ini dengan baik.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga memiliki
tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai “Etika, Moral dan
Akhlak dalam Islam” bagi penyusun dan pembaca.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohammad Ulyan,
S.Pd.I., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan
seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penyusun dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak,
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

A. Etika ............................................................................................................... 6

B. Moral.............................................................................................................. 7

C. Akhlak.......................................................................................................... 10

D. Perbedaan Antara Etika, Akhlak dan Moral ................................................ 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 13

A. Kesimpulan .................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai
dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya
akhlak yang baik.Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang
keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka,
muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja,
semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan
tersebut.
Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya
adalah pangkalan yang menetukan corak hidup manusia.Akhlak, atau moral,
atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak
kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap
pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.
Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,
dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan
dengan baik dan buruk.Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil,
boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan.Itulah hal yang
khusus manusiawi.Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau
patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri,
hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada
perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu
dilakukan.Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika ?
2. Apa yang dimaksud dengan moral ?
3. Apa yang dimaksud dengan akhlak ?
C. Tujuan
1. Untuk mengenal perbedaan etika, moral dan akhlak

4
2. Untuk mengenal lebih dalam mengenai etika
3. Untuk mengenal lebih dalam mengenai moral
4. Untuk mengenal lebih dalam mengenai akhlak

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika
Menurut Burhanuddin Salam istilah etika berasal dari kata latin, yakni
“Ethic”, sedangkan dalam bahasa Greck Ethikos yaitu All Body of Moral
Principle of Velues. Ethic, arti sebenarnya adalah kebiasaan, habit. Jadi, dalam
pengertian aslinya, apa yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan
kebiasaan masyarakat ( pada saat itu ). Lambat laun pengertian etika itu berubah
dan berkembang sesuai perkembangan dan kebutuhan manusia. Perkembangan
pengertian etika tidak lepas dari substansinya, bahwa etika adalah suatu ilmu
yang membiacarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang
dinilai baik dan mana yang dinilai buruk. Istilah lain dari etika, yaitu moral,
susila, budi pekerti, akhlak. Etika merupakan ilmu bukan sebuah ajaran. (
Salam, 2000 ). Etika dalam bahasa Arab disebut Akhlaq merupakan jamak dari
kata Khuluq yang berarti adat kebiasaan, perngai, tabiat, watak, adab dan
agama.
Bagaimana dengan etika dalam bahasa islam apakah memiliki
kesamaan dengan etika pada umumnnya? Adakah perbedaan etika islam dengan
etika pada umumnya? Majib Fakhri membagi aliran etika islam menjadi empat
kelompok. Pertama, moralitas scriptural, ini berrati sebuah tipe etika dimana
keputusan – keputusan yang terkait dengan atika tersebut diambi dari Al-Qur;an
dan As-Sunnah. Dengan memanfaatkan abstraksi – abstraksi dan analisis –
analisis para filosof dan para teolog dibawah naungan metode – metode dan
kategori – kategori diskursif yang berkembang pada abad 8 dan 9. Kelompok
yang termasuk tipe etika ini Sebagian para ahli tafsir dan para ahli hadist.
Keuda, etika teologis ini berarti, sebuah tipe etika dimana dalam mengambil
keputusan – keputusan etika, sepenuhnya mengambil dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Kelompok etika tipe ini ada pada kelompok aliran Mu’tazilah. Ketiga,
etika filosofis. Tipe etika ini dimana dalam mengambil keputusan – keputusan
etika mendasarkan diri sepenuhnya pada tulisan Plato dan Aristoteles yang
telah diinterpretasikan oleh para penulis Neo Platonik dan Galen yang telah
digabung dengan doktrin – doktrin Stoa, Platonik, Phitagorian dan Aristotelian.

6
Termasuk kelompok ini antara lain Ibnu Mis Kawaih dan penerusnya. Keempat,
etika religius, merupakan tipe etika dimana keputusan etika nya berdasarkan Al-
Qur’an dan As-Sunnah, konsep – konsep teologis, kategori – kategori filsafat
dan sedikit sufis. Unsur utama etika ini biasanya terkonsentrasi pada dunia dan
manusia. Tipe pemikiran etika ini lebih kompleks dan berciri islami.
Sumber – sumber etika islam secara umum berhubungan dengan empat
hal, yaitu sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas
perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
2. Dari segi sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Sebagai
hasil pemikiran maka etika tidka bersifat mutlak, absolut dan tidak
universal.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yakni
apakah perbuatan itu akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina. Etika
merupakan konsep atau pemikiran mengenai nilai – nilai untuk digunakan
dalam menentukan posisi atau status perbuatan yang dilakukan manusia.
Etika lebih mengaju kepada pengkajian sistem nilai – nilai yang ada.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah – ubah
sesuai tuntunan zaman.
B. Moral
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin,
bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak,
budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan
pengertian moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan,
akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa
moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).
Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan
kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa
manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya
secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya.

7
Sementara itu Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986:
22) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensip rumusan
formalnya sebagai berikut :
1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan
tertentu.
2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidup atau agama tertentu.
3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik ,
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari
kata ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak,
watak, perasaan, sikap, atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1989: 237) etika diartikan sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2)
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sementara itu Bertens (1993: 6) mengartikan etika sejalan dengan arti dalam
kamus tersebut. Pertama, etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini diartikan sebagai
sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat
mempengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan,
Etika Masyarakat Badui dan sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai
kumpulan asas atau nilai moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh
Etika Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik, 3 Kode Etik Guru dan sebagainya.
Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk.
Etika merupakan ilmu apabila asas-asas atau nilai-nilai etis yang berlaku begitu
saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis
dan metodis.

8
Etika sebagai ilmu biasa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu etika
deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika deskriptif mempelajari tingkah
laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, pandangan tentang baik dan
buruk, perbuatan yang diwajibkan, diperbolehkan, atau dilarang dalam suatu
masyarakat, lingkungan budaya, atau periode sejarah. Sebagai contoh,
pengenalan terhadap adat kawin lari di kalangan masyarakat Bali, yang disebut
mrangkat atau ngrorod (Koetjaraningrat, 1980: 288). Di sini, etika deskriptif
tugasnya sebatas menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak
memberikan penilaian moral. Pada masa sekarang obyek kajian etika
deskpiptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau
sosiologi. Karena sifatnya yang empiris, maka etika deskriptif lebih tepat
dimasukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan dan bukan filsafat.
Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat
dipertangung-jawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan
nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral,
melainkan memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar norma-
norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar mendeskripsikan atau
menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi petunjuk
mengenai baik atau tidak baik, boleh atau tidak boleh-nya suatu perbuatan.
Untuk itu di dalamnya dikemukakan argumenargumen atau diskusi-diskusi
yang mendalam, dan etika normatif merupakan bagian penting dari etika.
Adapun meta etika tidak membahas persoalan moral dalam arti baik
atau buruk-nya suatu tingkah laku, melainkan membahas bahasa-bahasa moral.
Sebagai contoh, jika suatu perbuatan dianggap baik, maka pertanyaannya
adalah : apakah arti “baik” dalam perbuatan itu, apa ukuran-ukuran atau syarat-
syaratnya untuk disebut baik, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan
semacam itu dapat juga dikemukakan secara kritis dan mendalam tentang
makna dan ukuran adil, beradab, manusiawi, persatuan, kerakyatan,
kebijaksanaan, keadilan, kesejahteraan dan sebagainya. Meta 5 etika seolah-
olah bergerak pada taraf yang lebih tinggi dari pada perilaku etis, dengan
begerak pada taraf bahasa etis (meta artinya melebihi atau melampui).

9
C. Akhlak
Akhlak berasal dari Bahasa Arab Jama’ dari bentuk mufradatnya
“Khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
tabiat.sedangkan menurut istliah akhlak adalah pengetahuan yang menjelaskan
baik dan buruk ( benar dan salah ), mengatur pergaulan manusia dan
menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, Bersatu dengan
perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut
akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku
tersebut baik disebut akhlak mahmudah,.
Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak
merupakan pola tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan
ketaatan sehingga tergambarkan dalam perilaku yang baik. Akhlak merupkan
perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan jelas, baik dalam kata – kata maupun
perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena Allah. Namum demikian,
banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin atau pikiran, seperti
akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola perilaku pada
Allah, sesama manusia dan pola perilaku pada alam.
Akhlak islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang islami adalah akhlak
yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini merupakan
amala perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator
seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan
buah dari aqidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat
kaitannya dengan kejadian manusia yaitu Khaliq ( Pencipta ) dan Makhluq (
yang diciptakan ). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia
yaitu untuk memperbaiki hubungan makhluk dengan pencipta dan hubungan
baik antara makhluk dan makhluk. Rasulullah sebelum bertugas
menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna. Perhatikan
firman Allah SWT dalam surah Al-Qalam ( 68 : 4 ) :

َ ‫َواِنَّ َك لَ َع ٰلى ُخلُق‬


‫ع ِظيْم‬

10
Artinya :
“ Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar – benar berbudi pekerti yang
agung. “
Dalam ayat diatas, Allah SWT sudah menegaskan bahwa Nabi
Muhamma SAW mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok
bagi siapaun yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya,
tidak mungkin bisa memperbaiki akhlak orang lain kecuali diriya sendiri sudah
baik akhlaknya.
Karena akhlah yang sempurna itu, Rasulullah SAW patut dijadikan
Uswah Al-Hasanah ( teladan yang baik ) firman Allah SWT dalam surah Al-
Ahzab ( 33:21 ) :

Artinya :
“ Sesungguhnya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk kamu
dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhirat dan
mengingat Allah sebanyak – banyaknya.”
Berdasarkan ayat diatas, orang yang benar – benar ingin bertemu dengan
Alloh dan mendapatkan kemenangan di akhirat, maka Rasulullah SAW adalah
contoh dan teladan yang baik untuknya.
Tampak jelas bahwa akhlak itu memiliki dua sasaran. Pertama, akhlak
dengan Allah. Kedua akhlak dengan sesame makhluk. Oleh karena itu, tidak
benar jika masalah akhlak hanya dikaitkaan dengan masalah hubungan antara
manusia saja.
Bagi Nabi Muhammad SAW Al-Qur’an sebagai cerminan berakhlak.
Orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan melaksanakan dalam
kehidupan sehari – hari, maka sudah termasuk meneladani akhlak Rasulullah.
Oleh karena itu, setiap mukmin hendaknya selalu membaca Al-Qur’an setiap
waktu sebagai pedoman dan menjadi tuntunan baik dalam berperilaku sehari –
hari, insya Alloh akan terbina akhlak yang mulia bagi dirinya.

11
D. Perbedaan Antara Etika, Akhlak dan Moral
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa antara akhlak, etika dan moral
berbeda. Jika akhlak lebih bersifat transcendental karena berasal dan bersumber
dari Allah, sedangkan etika dan moral bersifat relative, dinamis dan nisbi karena
merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi ijtihadnya
terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia
dan kebahagiaan hidup diakhirat. Berdasarkan perbedaan sumber ini maka etika
dan moral bersifat dinamis , berubah – ubah sesuai dengan perkembangan
kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Etika sebagai aturan baik dan buruk yang
ditentukan oleh akal pikiran manusia bertujuan untuk menciptakan
keharmonisan.
Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan pada
tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertjuan
untuk terciptanya keselarasan hidup manusia. Etika, akhlak dan moral
merupakan salah satu cara untuk menciptakan keharmonisan dalam hubungan
antara sesama manusia ( habl minannaas ) dan hubungan vertikal dengan
Khaliq ( habl minallah ).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian etika, moral dan akhlak secara bahasa adalah sama, ketiganya
berarti kebiasaan, tingkah laku atau perangai, tabiat. Ketiganya menentukan
nilai baik buruk sikap dan perbuatan manusia. etika dan moral bersifat dinamis
,berubah – ubah sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan
manusia. Etika sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran
manusia bertujuan untuk menciptakan keharmonisan begitu juga moral sebagai
aturan baik buruk yang didasarkan pada tradisi, adat budaya yang dianut oleh
sekelompok masyarakat juga bertjuan untuk terciptanya keselarasan hidup
manusia sementara Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang,
Bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk,
maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila
perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alaqidah/article/download/2270/1595
http://staffnew.uny.ac.id/upload/130515047/pendidikan/DASAR-
DASAR+PENGERTIAN+MORAL.pdf
http://jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/download/7527/6195

14
PEMBAGIAN TUGAS KELOMPOK

No. Nama NIM Tugas


Mencari referensi
1. Maulana Malik Ibrahim 20101086 Membuat makalah
Membuat power point
Mencari referensi
2. Shintya Kusumawardana 20101094 Membuat makalah
Membuat power point
Mencari referensi
3. Sri Rama Ariyanto 20101099 Membuat makalah
Membuat power point

Anda mungkin juga menyukai