Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian
yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah
sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat
berkumpulnya orang- orang sakit dan orang-orang sehat maka lingkungan
rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi kontak antara manusia
dengan vektor  atau makanan dengan vektor supaya penyakit infeksi
Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah mungkin
dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vektor.
Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan
vektor dan mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan
pengendalian vektor di rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian vektor di Rumah Sakit.
Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan
lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan
serta adanya indikasi penatalaksanaan /manajemen kebersihan lingkungan
Rumah sakit yang kurang baik.
Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah
Sakit, maka Rumah Sakit harus terbatas dari hewan ini.
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya
penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan
ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu disusun pedoman teknis
pengendalian vektor di Rumah Sakit.
Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara sempit,
yakni hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti kebersihan
gedung, kamar mandi dan WC, pelayanan makanan minuman. Ada juga
kalangan yang menganggap bahwa sanitasi RS hanyalah merupakan upaya
pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan di RS.
Sehingga seringkali dengan dalih kurangnya dana pembangunan dan

1|
pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana pemeliharaan sanitasi,
bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi.
Mereka lebih mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran dan
ketenagaan yang spesialistik. Di lain pihak dengan masuknya modal asing
dan swasta dalam bidang perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba
untuk menampilkan citranya melalui kementerengan gedung, kecanggihan
peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis yang qualified, tetapi
kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak RS besar yang
tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan sarana pembakar sampah
(incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak memadai atau sistem
pembuangan sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut
akan dapat membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi silang
di RS maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan masyarakat luas.
Dari berbagai penelitian diketahui bahwa kejadian infeksi di RS ada
hubungannya dengan kondisi RS yang tidak saniter. Untuk itu apabila RS
akan menjadi lembaga swadana, aspek sanitasi perlu diperhatikan. Karena di
samping dapat mencegah terjadinya pengaruh buruk terhadap lingkungan,
juga secara ekonomis dapat menguntungkan. Sungguh ironis bila RS sebagai
tempat penyembuhan, justru menjadi sumber penularan penyakit dan
pencemar lingkungan
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatannya
berupa pelayanan medik baik preventif, kuratif, rehabilitatif maupun
promotif. Salah satu Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
menurut Kemenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 adalah
pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya. Karena
pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan pasien, keluarga pasien, pengunjung dan
karyawan rumah sakit. Karena itu perlu dilakukan pengendalian serangga,
tikus dan binatang pengganggu sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyakit. Untuk itu beberapa hal yang berkaitan dengan upaya
pengendalian serangga dan binatang pengganggu di rumah sakit perlu

2|
diketahui oleh pelaksana program penyehatan lingkungan. Keberhasilan
dalam pengendalian serangga dan binatang pengganggu akan meningkatkan
upaya pengendalian infeksi nosokomial dan citra pelayanan. Beberapa jenis
serangga dan binatang pengganggu yang sering ditemui dirumah sakit antara
lain nyamuk, kecoa, semut, lalat, rayap, tikus rumah, tikus got, dan kucing.
Keberadaan serangga dan binatang pengganggu di rumah sakit sangat
tergantung bagaimana pelaksanaan upaya sanitasi diselenggarakan. Semakin baik
upaya dilakukan maka akan semakin sedikit peluang untuk hidup dan
berkembangbiak bagi serangga dan binatang pengganggu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengendalian vektor dan binatang pengganggu di RSUD
dr.Sayidiman Magetan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengendalian nyamuk di RSUD dr.Sayidiman Magetan
b. Mengetahui pengendalian lalat di RSUD dr.Sayidiman Magetan
c. Mengetahui pengendalian kecoa di RSUD dr.Sayidiman Magetan
d. Mengetahui pengendalian tikus di RSUD dr.Sayidiman Magetan
e. Mengetahui pengendalian binatang pengganggu lainnya di RSUD
dr.Sayidiman Magetan

3|
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya
untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

B. Persyaratan
1. Kepadatan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks kontainer harus 0
(nol).
2. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur,
gudang makanan dan ruangan steril.
4. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah
bangunan tertutup (core) rumah sakit.
5. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah
sakit.
6. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

C. Tata Laksana
1. Surveilans
a. Nyamuk
1) Pengamatan jentik
Pengamatan jentik Aedes sp, dilakukan secara berkala di setiap
sarana penampungan air, sekurang-kurangnya setiap 1 (satu)
minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan populasi jentik
nyamuk, dilakukan secara teratur. Selain itu, dilakukan
pengamatan jentik nyamuk spesies lannya di tempat-tempat
yang potensial sebagai tempat perindukan vektor penyakit

4|
malaria di sekitar lingkungan rumah sakit seperti saluran
pembuangan air limbah.
2) Pengamatan lubang dengan kawat kasa
Setiap lubang didinding harus di tutup dengan kawat kasa untuk
mencegah nyamuk masuk.
3) Kontruksi pintu harus membuka ke arah luar
b. Kecoa
1) Mengamati keberadaan kecoa yang di tandai dengan adanya
kotoran, telur kecoa dan kecoa hidup atau, mati di setiap
ruangan.
2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter,
setiap 2 (dua) minggu.
3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera
dilakukan pemberantasan kecoa.
c. Tikus
Mengamati atau memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan di
tempat-tempat yang biasanya yang menjadi tempat
perkembangbiakan tikus yang di tandai dengan adanya keberadaan
tikus, antara lain: Kotoran, bekas gigitan, bekas jalan dan tikus
hidup. Ruang-ruang tersebut antara lain di daerah bangunan tertutup
(core) rumah sakit, antara lain: dapur, ruang perawatan,
laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruang operasi, ruang genset atau
panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin, dan ruang lainnya.
d. Lalat
Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly
grill pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat,
terutama di tempat yang di duga sebagai tempat perindukan lalat
seperti tempat sampah, saluran pembuangan limbah padat dan cair,
kantin rumah sakit dan dapur.
e. Binatang pengganggu lainnya
Mengamati atau memantau secara berkala kucing dan anjing.

5|
2. Pencegahan
a. Nyamuk
1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
Mengubur, Menguras, Menutup (3M).
2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam
keadaan tertutup.
3) Pembersihan tanaman disekitar rumah sakit secara berkala yang
menjadi tempat perindukan.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan
kelambu terutama di ruang perawatan anak.
b. Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat
tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Menutup lubang – lubang atau celah – celah agar kecoa tidak
masuk ke dalam ruangan.
c. Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang – lubang di
dinding, plafon, pintu dan jendela.
2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan.
d. Lalat
Melakukan pengelolaaan sampah atau limbah yang memenuhi syarat
kesehatan.
e. Binatang pengganggu lainnya
Melakukan pengelolaan sampah dan limbah yang memenuhi syarat
kesehatan.

6|
3. Pembarantasan
a. Nyamuk
1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk
Aedes sp. >0 dengan abatisasi.
2) Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan
menggunakan predator.
3) Melakukan oiling untuk memberantas culex
4) Bila diduga ada kasus Demam Berdarah yang tertular dirumah
sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah
sakit.
b. Kecoa
1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar
atau dihancurkan.
2) Pemberantasa kecoa
Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi.
a) Secara fisik atau mekanis:
(1) Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul
(2) Menyiram tempat perindukan dengan air panas
(3) Menutup celah-celah dinding
b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan
pengasapan, bubuk, semprotan dan umpan.
c. Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan atau sebagai alternatif terakhir dapat
dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
d. Lalat
Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah (perindukan) melebihi
2 (dua) ekor per block grill maka dilakukan pengendalian lalat secara
fisik, biologik dan kimia.

7|
e. Binatang pengganggu lainnya
Bila terdapat kucing dan anjing maka perlu dilakukan :
1) Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit
2) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk
menangkap kucing dan anjing.

8|
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Kegiatan pengendalian serangga, tikus,dan binatang pengganggu di Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Sayidiman Magetan meliputi Pengendalian di dalam
gedung maupun di luar gedung. Pengendalian diluar gedung meliputi seluruh
ruangan yang ada di dalam gedung sedangkan pengendalian di luar gedung
meliputi area seperti halaman parkir, saluran pembuangan air
1. Pengendalian nyamuk yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman dilakukan
dengan cara rajin membersihkan tempat yang dapat menjadi genangan
air, secara rutin membersihkan ruangan yang ada di rumah sakir,
membersihkan selokan dan melakukan abatisasi setiap 3 (tiga) bulan
sekali yaitu pemberian abate pada semua bak kamar mandi yang ada di
rumah sakit. Untuk di setiap ventilasi per ruangan sudah menggunakan
kawat kasa agar nyamuk maupun serangga tidak dapat masuk ke dalam
ruangan. Jika ada nyamuk maka cara mengendalikannya dengan
menggunakan bahan insektisida seperti Baygon atau Hit.
2. Pengendalian lalat yang dilakukan dengan sesering mungkin membuang
sampah sehingga mencegah berkembang-biaknya lalat dan pemberian
insektisida atau lem lalat di luar ruangan maupun di dalam ruangan dan
didalam Ruangan Gizi terdapat alat insert killer untuk mengurangi
populasi lalat.
3. Pengendalian kecoa yang dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan.
Apabila terdapat kecoa maka pengendaliannya menggunakan bahan
insektisida (baygon) dengan cara disemprotkan.
4. Pengendalian tikus yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan jika
ada tikus maka pengendaliannya menggunakan bahan insektisida seperti
Timex, dengan cara dicampurkan jadi satu sama makanan.
5. Pengendalian kucing yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magaten
dengan cara penangkapan kucing tersebut kemudian langsung dibuang di

9|
tempat yang memungkinkan bagi hidup dan berkembangbiak kucing.
Kucing di RSUD dr. Sayidiman Magaten itu bukan milik Rumah Sakit.
Kucing itu berasal dari pihak luar Jika dengan cara penangkapan belum
sempurna maka dilakukan pembasmian dengan menggunakan bahan
insektisida berupa Timex, dengan cara dicampurkan jadi satu sama
makanan.

B. Hasil Penilaian Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu di RSUD


dr.Sayidiman Magetan
Tabel III.1
Hasil Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
No Variabel Bobot Komponen Yang di Nilai Nilai Score
Upaya Kesling

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

VII Pengendalian 1 a. Fisik: 80 80


Serangga dan Konstruksi Bangunan, Tempat
tikus penampungan air, penampungan
Sampah tidak memungkinkan
sebagai perkembangbiakan
serangga dan tikus

b. Kimia: 20 20
Insektisida yang dipakai
memiliki toksisitas rendah
terhadap manusia dan tidak
bersifat persisten.

Tabel III.2

10 |
Hasil Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Pengendalian
Vektor dan Binatang Pengganggu di RSUD dr.Sayidiman Magetan
Variabel Upaya Nilai Nilai yang
No. Skor Keterangan
Kesling Maksimum Diperoleh

1. Fisik 80 80 80% Baik

2. Kimia 20 20 20% Baik

Jumlah 100 100 100% Baik

Dari hasil penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit dalam


aspek Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu berdasarkan
Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, maka Pengendalian Vektor dan Binatang
Pengganggu di RSUD dr. Sayidiman Magetan sudah baik dengan memenuhi
100% skor.

C. Pembahasan
Dari hasil praktikum di RSUD dr.Sayidiman Magetan dapat diketahui bahwa
pengendalian vektor yang dilakukan berupa pengendalian sebagai berikut:
1. Pengendalian nyamuk yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman dilakukan
dengan cara rajin membersihkan tempat yang dapat menjadi genangan air,
secara rutin membersihkan ruangan yang ada di rumah sakir,
membersihkan selokan dan melakukan abatisasi setiap 3 (tiga) bulan
sekali yaitu pemberian abate pada semua bak kamar mandi yang ada di
rumah sakit. Untuk di setiap ventilasi per ruangan sudah menggunakan
kawat kasa agar nyamuk maupun serangga tidak dapat masuk ke dalam
ruangan. Jika ada nyamuk maka cara mengendalikannya dengan
menggunakan bahan insektisida seperti Baygon atau Hit.
2. Pengendalian lalat yang dilakukan dengan sesering mungkin membuang
sampah sehingga mencegah berkembang-biaknya lalat dan pemberian
insektisida atau lem lalat di luar ruangan maupun di dalam ruangan dan

11 |
didalam Ruangan Gizi terdapat alat insert killer untuk mengurangi
populasi lalat.
3. Pengendalian kecoa yang dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan.
Apabila terdapat kecoa maka pengendaliannya menggunakan bahan
insektisida (baygon) dengan cara disemprotkan.
4. Pengendalian tikus yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan jika
ada tikus maka pengendaliannya menggunakan bahan insektisida seperti
Timex, dengan cara dicampurkan jadi satu sama makanan.
5. Pengendalian kucing yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magaten
dengan cara penangkapan kucing tersebut kemudian langsung dibuang ke
daerah Sarangan atau di tempat yang memungkinkan bagi hidup dan
berkembangbiak kucing. Namun pada saat kami praktek kami menemukan
banyak sekali kucing berkeliaran di sekitar Rumah Sakit. Terdapat kucing
tidur diatas tempat tidur pasien di kelas erna IV.

BAB IV

12 |
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengendalian nyamuk yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman dilakukan
dengan cara rajin membersihkan tempat yang dapat menjadi genangan air,
secara rutin membersihkan ruangan yan ada di rumah sakir,
membersihkan selokan dan melakukan abatisasi setiap 3 (tiga) bulan
sekali yaitu pemberian abate pada semua bak kamar mandi yang ada di
rumah sakit. Untuk di setiap ventilasi per ruangan sudah menggunakan
kawat kasa agar nyamuk maupun serangga tidak dapat masuk ke dalam
ruangan. Jika ada nyamuk maka cara mengendalikannya dengan
menggunakan bahan insektisida seperti Baygon atau Hit.
2. Pengendalian lalat yang dilakukan dengan sesering mungkin membuang
sampah sehingga mencegah berkembang-biaknya lalat dan pemberian
insektisida atau lem lalat di luar ruangan maupun di dalam ruangan.
3. Pengendalian kecoa yang dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan.
Apabila terdapat kecoa maka pengendaliannya menggunakan bahan
insektisida (baygon) dengan cara disemprotkan.
4. Pengendalian tikus yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magetan jika
ada tikus maka pengendaliannya menggunakan bahan insektisida seperti
Timex, dengan cara dicampurkan jadi satu sama makanan.
5. Pengendalian kucing yang dilakukan di RSUD dr. Sayidiman Magaten
dengan cara penangkapan kucing tersebut kemudian langsung dibuang ke
daerah Sarangan atau di tempat yang memungkinkan bagi hidup dan
berkembangbiak kucing. Kucing di RSUD dr. Sayidiman Magaten itu
bukan milik Rumah Sakit. Kucing itu berasal dari pihak luar yang
membuangnya ke Rumah Sakit. Jika dengan cara penangkapan belum
sempurna maka dilakukan pembasmian dengan menggunakan bahan
insektisida berupa Timex, dengan cara dicampurkan jadi satu sama
makanan. Namun masih terlihat banayak kucing yang berkeliaran dan
tidur di atas tempat tidur pasien.
B. Saran

13 |
1. Sebaiknya pihak rumah sakit lebih tegas dalam melakukan pengendalian
terhadap kucing yang ada di lingkungan rumah sakit RSUD dr.Sayidiman
Magetan.
2. Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap
kucing
3. Bekerja sama dengan warga sekitar untuk menjaga hewan peliharaannya
agar tidak masuk ke lingkungan rumah sakit.

14 |

Anda mungkin juga menyukai