A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal: 492)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal: 138).
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner
dan Suddart, 2000, hal: 188).
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
a. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) .(Asmadi,2008)
D. Etiologi
Penyebab gastritis adalah obat analgetik anti inflamasi terutama aspirin; bahan
kimia, misalnya lisol; merokok; alkohol; stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar,
sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat;
refluk usus lambung (Inayah, 2004, hal: 58).
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti
inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi
mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal: 492).
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 3
E. Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya jika dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan
atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai dengan pusing, kelemahan
dan rasa tidak nyaman pada abdomen (Mansjoer, Arif, 1999, hal: 492-493).
F. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami
stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan
erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 4
radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna
makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson,
Lorraine, 1999: 162).
G. Woc Gastritis
Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium
Muntah
H. Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsivitamin (Mansjoer,
Arief 1999, hal: 493).
i. Gastritis akut
1. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
4. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastromfestinal
5. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
8. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
ii. Gastritis kronis
- Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
sedikit tapi lebih sering.
- Mengurangi stress
- H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram
bismuth (pepto-bismol).
J. Pemeriksaan Penunjang
a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan GI atas,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
b. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa
penyebab / sisi lesi.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 8
2. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro
interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster,
gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah (warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah). Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
6. Neurosensi
B. Diagnosa Keperawan
No DIAGNOSA
INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan
1. Selidiki keluhan
1. Untuk mengetahui letak nyeri dan
8. Kolaborasi
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 11
dengan tim medis
dalam pemberian
tindakan
2. Nutrisi kurang dari
1. Anjurkan pasien
1. Menjaga nutrisi pasien tetap stabil dan
kebutuhan tubuh untuk makan mencegah rasa mual muntah
berhubungan dengan dengan porsi yang
2. Untuk mempermudah pasien menelan
kurangnya intake sedikit tapi sering3. Kebersihan mulut dapat merangsang
makanan 2. Berikan nafsu makan pasien
makanan yang
Tujuan: lunak 4. Mengetahui perkembangan status nutrisi
Setelah dilakukan pasien
tindakan keperawatan
3. Lakukan oral
5. Mengetahui status nutrisi pasien
selama 3x24 jam hygiene 6. Mengetahui keseimbangan nutrisi pasien
kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
4. Timbang BB
Kriteria hasil: dengan teratur
1. Keadaan umum
cukup 5. Observasi
2. Turgor kulit baik tekstur, turgor
3. BB meningkat kulit pasien
4. Kesulitan menelan
6. Observasi intake
berkurang dan output nutrisi
3. Kekurangan volume
1. Penuhi1. Intake cairan yang adekuat akan
cairan kurang dari kebutuhan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
kebutuhan tubuh individual.
berhubungan dengan Anjurkan klien
2. Mengganti kehilangan cairan dan
intake yang tidak untuk minum memperbaiki keseimbangan cairan dalam
adekuat dan output (dewasa : 40-60 fase segera.
cair yang berlebih cc/kg/jam).
(mual dan muntah) 2. Berikan cairan
tambahan IV
3. Menunjukkan status dehidrasi atau
Tujuan: sesuai indikasi. kemungkinan kebutuhan untuk
Setelah dilakukan peningkatan penggantian cairan.
9. Jelaskan
keuntungan
imunisasi
11. Kolaborasi :
Berikan antibiotik
jika diperlukan
5. Kurang pengetahuan
1. Beri pendidikan
1. Memberikan pengetahuan dasar dimana
berhubungan dengan kesehatan klien dapat membuat pilihan informasi
kurangnya informasi. (penyuluhan) tentang kontrol masalah kesehatan.
tentang penyakit 2. Pengkajian / evaluasi secara periodik
Tujuan: meningkatkan pengenalan / pencegahan
Setelah dilakukan
2. Beri kesempatan dini terhadap komplikasi seperti ulkus
tindakan keperawatan klien atau peptik dan pendarahan pada lambung.
pasien mendapatkan keluarga untuk
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 14
informasi yang tepat bertanya
dan efektif. 3. Beritahu tentang
pentingnya obat-
Kriteria hasil: obatan untuk
1. Klien dapat kesembuhan klien.
menyebutkan 4. Evaluasi tingkat
pengertian pengetahuan klien
2. Penyebab
3. Tanda dan gejala
4. Perawatan dan
pengobatan.
6. Hipertermi 1. Observasi tanda
1. Mengetahui tanda-tanda vital pasien
berhubungan dengan – tanda vital 2. Menurunkan suhu tubuh pasien
proses infeksi pada
2. 3. Mengetahui adanya dehidrasi pada
Berikan
mukosa lambung minuman per oral pasien
3. Kompres
Tujuan: dengan air hangat
Setelah dilakukan
4. Kolaborasi
tindakan pemberian
keperawatan, pasien Antipiretik
tidak mengalami
5. Monitor
peningkatan suhu masukan dan
tubuh keluaran cairan
dalam 24 jam
Kriteria hasil:
2. Menjelaskan
tindakan untuk
Tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.