Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal: 492)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
(Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal: 138).
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan
bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner
dan Suddart, 2000, hal: 188).

B. Anatomi Dan Fisiologi


I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 1
Anatomi Fisiologi Lambung Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian, yaitu
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
a. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) .(Asmadi,2008)

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 2
C. Klasifikasi
1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
a) Gastritis akut erosif Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b) Gastritis akut hemoragic Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi
yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. ( Hirlan, 2001)

3. Gastritis Kronis Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu


peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut :
a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta perdarahan
dan erosi mukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada
perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal
dan sel chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada
mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.

D. Etiologi
Penyebab gastritis adalah obat analgetik anti inflamasi terutama aspirin; bahan
kimia, misalnya lisol; merokok; alkohol; stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar,
sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat;
refluk usus lambung (Inayah, 2004, hal: 58).
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti
inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi
mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal: 492).
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 3
E. Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya jika dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan
atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai dengan pusing, kelemahan
dan rasa tidak nyaman pada abdomen (Mansjoer, Arif, 1999, hal: 492-493).

F. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan
dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami
stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya.
Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan
erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat
juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam
waktu 24-48 jam setelah perdarahan.

2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 4
radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna
makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan
pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson,
Lorraine, 1999: 162).

G. Woc Gastritis

Obat-obatan (NSIAD, aspirin, H. phylori Kafein


sulfanomida steroid, digitalis)

Melekat pada epitel lambung me produksi bikoarbonat


(HCO3-)
Mengganggu pembentukan Menghancurkan lapisan
sawar
I Wayan mukosa lambung
Sumaryana mukosa sel lambung
Laporan Pendahuluan Asuhanprotektif
Keperawatan
me kemampuan
Gastritis | 5
terhadap asam

me barrier lambung terhadap asam


Menyebabkan difusi kembali asam
lambung & pepsin

Inflamasi
Erosi mukosa
lambung
Nyeri epigastrium

Mukosa lambung me tonus & perisaltik


MK: Gangguan rasa me sensori untuk kehilangan integritas lambung
nyaman : nyeri makan jaringan

Refluks isi deudenum


Anoreksia Perdarahan ke lambung

Mual Dorongan ekspulsi isi


lambung ke mulut

Muntah

MK: Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

MK: Difisit volume


cairan dan elektrolit

H. Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsivitamin (Mansjoer,
Arief 1999, hal: 493).

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 6
I. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
c. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain (Soeparman,
1999, hal 96).

Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan :

i. Gastritis akut
1. Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
3. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
4. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastromfestinal
5. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
8. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
ii. Gastritis kronis
- Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
sedikit tapi lebih sering.
- Mengurangi stress
- H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan gram
bismuth (pepto-bismol).

J. Pemeriksaan Penunjang
a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untukperdarahan GI atas,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
b. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa
penyebab / sisi lesi.

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 7
c. Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau jumlah
normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom
Zollinger-Ellison.
d. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan
atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi
perdarahan.
e. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis
(Doengoes, 1999, hal: 456).

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 8
2. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok,
nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro
interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster,
gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah
cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet,
penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah (warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan
darah). Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk
(perdarahan kronis).
6. Neurosensi

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 9
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi /
oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat
tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar
setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum
kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan
hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar
ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan
hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises
esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma
kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal :
sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).

B. Diagnosa Keperawan

No DIAGNOSA
INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan
1.      Selidiki keluhan
1.      Untuk mengetahui letak nyeri dan

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 10
dengan iritasi mukosa nyeri, perhatikan memudahkan intervensi yang akan
lambung sekunder lokasi, itensitas dilakukan
karena stress nyeri, dan skala
2.      Intervensi dini pada kontrol nyeri
psikologi nyeri memudahkan pemulihan otot dengan
2.      Anjurkan pasien menurunkan tegangan otot
Tujuan: untuk melaporkan
3.      Respon autonomik meliputi, perubahan
Setelah dilakukan nyeri segera saat pada TD, nadi, RR, yang berhubungan
tindakan keperawatan mulai dengan penghilangan nyeri
selama 2 x 24 jam 4.      Dengan sebab dan akibat nyeri
nyeri dapat diharapkan klien berpartisipasi dalam
berkurang, pasien
3.      Pantau tanda- perawatan untuk mengurangi nyeri
dapat tenang dan tanda vital 5.      Mengurangi nyeri yang diperberat oleh
keadaan umum cukup gerakan
baik 6.      Menurunkan tegangan otot,
4.      Jelaskan sebab meningkatkan relaksasi, dan
Kriteria Hasil: dan akibat nyeri meningkatkan rasa kontrol dan
1.      Klien pada klien serta kemampuan koping
mengungkapakan keluarganya 7.      Memberikan dukungan (fisik,
nyeri yang dirasakan emosional, meningkatkan rasa kontrol,
berkurang atau hilang dan kemampuan koping)
2.      Klien tidak
5.      Anjurkan
8.      Menghilangkan atau mengurangi
menyeringai istirahat selama keluhan nyeri klien
kesakitan fase akut
3.      TTV dalam batasan
6.      Anjurkan teknik
normal distruksi dan
4.      Intensitas nyeri relaksasi
berkurang (skala
nyeri berkurang 1-10)
5.      Menunjukkan
7.      Berikan situasi
rileks, istirahat tidur, lingkungan yang
peningkatan aktivitas kondusi
dengan cepat

8.      Kolaborasi
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 11
          dengan tim medis
dalam pemberian
tindakan
2. Nutrisi kurang dari
1.      Anjurkan pasien
1.      Menjaga nutrisi pasien tetap stabil dan
kebutuhan tubuh untuk makan mencegah rasa mual muntah
berhubungan dengan dengan porsi yang
2.      Untuk mempermudah pasien menelan
kurangnya intake sedikit tapi sering3.      Kebersihan mulut dapat merangsang
makanan 2.      Berikan nafsu makan pasien
makanan yang
Tujuan: lunak 4.      Mengetahui perkembangan status nutrisi
Setelah dilakukan pasien
tindakan keperawatan
3.      Lakukan oral
5.      Mengetahui status nutrisi pasien
selama 3x24 jam hygiene 6.      Mengetahui keseimbangan nutrisi pasien
kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi
4.      Timbang BB
Kriteria hasil: dengan teratur
1.      Keadaan umum
cukup 5.      Observasi
2.      Turgor kulit baik tekstur, turgor
3.      BB meningkat kulit pasien
4.      Kesulitan menelan
6.      Observasi intake
berkurang dan output nutrisi
3. Kekurangan volume
1.      Penuhi1.      Intake cairan yang adekuat akan
cairan kurang dari kebutuhan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
kebutuhan tubuh individual.
berhubungan dengan Anjurkan klien
2.      Mengganti kehilangan cairan dan
intake yang tidak untuk minum  memperbaiki keseimbangan cairan dalam
adekuat dan output (dewasa : 40-60 fase segera.
cair yang berlebih cc/kg/jam).
(mual dan muntah) 2.      Berikan cairan
tambahan IV
3.      Menunjukkan status dehidrasi atau
Tujuan: sesuai indikasi. kemungkinan kebutuhan untuk
Setelah dilakukan peningkatan penggantian cairan.

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 12
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam 4.      Cimetidine dan ranitidine berfungsi
intake cairan adekuat.3.      Awasi tanda- untuk menghambat sekresi asam lambung
tanda vital,
Kriteria Hasil: evaluasi turgor
1.      Mukosa bibir kulit, pengisian
lembab kapiler dan
2.      Turgor kulit baik membran mukosa.
3.      Pengisian kapiler
baik 4.      Kolaborasi
4.      Input dan output pemberian
seimbang cimetidine dan
ranitidine
4. Resiko tinggi infeksi
1.      Monitor tanda
1.      Mengetahui adanya infeksi pada pasien
berhubungan dengan dan gejala infeksi
2.      Pasien tidak semakin stres dengan
imunitas menurun sistemik dan lokal keadaannya
dan proses penyakit 2.      Monitor3.      Mengetahui turgor kulit pasien

terhadap 4.      Mencegah kekurangan nutrisi pada

Tujuan: kerentanan infeksi tubuh pasien


Setelah dilakukan
3.      Batasi
tindakan 5.      Mencegah dehidrasi
pengunjung
keperawatan, pasien
tidak mengalami
infeksi lebih lanjut 4.      Inspeksi kulit
6.      Mempercepat proses penyembuhan
dan membran

Kriteria hasil: mukosa terhadap


7.      Keluarga mengetahui kapan

1.      Pasien bebas dari kemerahan, panas diadakannya imunisasi


tanda dan gejala dan drainase 8.      Keluarga mengetahui manfaat imunisasi

infeksi 5.      Dorong


9.      Menjaga dan mencegah dari bakteri dan
Tidak ada rubor, masukan nutrisi
mikroorganisme yang dapat memperburuk
color, dolor, tumor yang cukup
penyakit
dan fungsiolesa. 6.      Dorong
10.  Mengurangi inflamasi
2.      Menunjukan masukan cairan

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 13
kemampuan untuk yang cukup
mencegah timbulnya
infeksi
7.      Dorong pasien
3.      Menunjukan untuk istirahat
perilaku hidup sehat

4.      Personal hygiene


8.      Informasikan
pasien terpenuhi baik
kepada keluarga
sacara mandiri
kapan jadwal
maupun dibantu
imunisasi (DPT,
keluarga.
Polio, Campak,
Rubella)

9.      Jelaskan
keuntungan
imunisasi

10.  Ajarkan kepada


pengunjung untuk
mencuci tangan
setiap kali masuk
dan keluar dari
ruangan klien.

11.  Kolaborasi :
Berikan antibiotik
jika diperlukan
5. Kurang pengetahuan
1.      Beri pendidikan
1.      Memberikan pengetahuan dasar dimana
berhubungan dengan kesehatan klien dapat membuat pilihan informasi
kurangnya informasi. (penyuluhan) tentang kontrol masalah kesehatan.
tentang penyakit 2.      Pengkajian / evaluasi secara periodik
Tujuan: meningkatkan pengenalan / pencegahan
Setelah dilakukan
2.      Beri kesempatan dini terhadap komplikasi seperti ulkus
tindakan keperawatan klien atau peptik dan pendarahan pada lambung.
pasien mendapatkan keluarga untuk
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 14
informasi yang tepat bertanya
dan efektif. 3.      Beritahu tentang
pentingnya obat-
Kriteria hasil: obatan untuk
1.      Klien dapat kesembuhan klien.
menyebutkan 4.      Evaluasi tingkat
pengertian pengetahuan klien
2.      Penyebab
3.      Tanda dan gejala
4.      Perawatan dan
pengobatan.
6. Hipertermi 1.      Observasi tanda
1.      Mengetahui tanda-tanda vital pasien
berhubungan dengan – tanda vital 2.      Menurunkan suhu tubuh pasien
proses infeksi pada
2.      3.      Mengetahui adanya dehidrasi pada
Berikan
mukosa lambung minuman per oral pasien

3.      Kompres
Tujuan: dengan air hangat

Setelah dilakukan
4.      Kolaborasi
tindakan pemberian
keperawatan, pasien Antipiretik
tidak mengalami
5.      Monitor
peningkatan suhu masukan dan
tubuh keluaran cairan
dalam 24 jam

Kriteria hasil:

1.      Suhu tubuh dalam


batas normal

Suhu tubuh normal


berkisar antara 36 –
37 derajat celsius

2.      Menjelaskan
tindakan untuk

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 15
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh

Tindakan untuk
mengurangi
peningkatan suhu
tubuh.

3.      Tidak ada


perubahan warna
kulit.

Warna kulit tidak


sianosis, turgor kulit
baik.

4.      Denyut nadi normal

5.      Respirasi normal

6.      Cairan seimbang


(intake dan out put)
dalam 24 jam

7.      Tekanan darah


dalam batas normal

No.  Diagnosa Keperawatan Evaluasi 


S : anak mengatakan nyeri yang dirasakan mulai
Nyeri berhubungan
berkurang
dengan iritasi mukosa
1. O : pasien terlihat lebih rileks
lambung sekunder
A : masalah teratasi sebagian
karena stress psikologi
P : lanjutkan intervensi
2. Nutrisi kurang dari S : keluarga pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan tubuh pasien berkurang dan sering kali mengeluh mual

  berhubungan dengan dan muntah


kurangnya intake O : pasien sering terlihat muntah beberapa kali
makanan dalam sehari
I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
Gastritis | 16
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kekurangan volume
cairan kurang dari S : Anak mengatakan bahwa dirinya sudah tidak
kebutuhan tubuh merasa mual
berhubungan dengan O : kondisi umum pasien baik, turgor kulit baik,
3. 
intake yang tidak tidak tampak lemah
adekuat dan output A : masalah teratasi sebagian
cair yang berlebih P : lanjutkan intervensi
(mual dan muntah)
S : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
Resiko tinggi infeksi mengeluh perih pada bagian perut
berhubungan dengan O : pasien terlihat memegang perut, wajah terlihat

imunitas menurun dan pucat dan gelisah
proses penyakit  A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
S : keluarga pasien mengatakan cukup paham
dengan kondisi pasien dan mengerti apa yang harus
Kurang pengetahuan dilakukan saat pasien merasa kesakitan
5  berhubungan dengan O : keluarga pasien terlihat tanggap saat pasien
kurangnya informasi. mengeluh kesakitan
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi 
S : keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak
demam
Hipertermi
O : suhu 37 C
berhubungan dengan
6. A : masalah teratasi
proses infeksi pada
P : intervensi dihentikan
mukosa lambung 

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gastritis (online)


(http://dezlicious.blogspot.com diakses tanggal 4 September 2012)

I Wayan Sumaryana Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan


Gastritis | 18

Anda mungkin juga menyukai