Anda di halaman 1dari 16

128 Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2008, Hal. 128 - 142 Vol. 15, No.

2
ISSN: 1412-3126

ANALISIS INDUSTRI RITEL DI INDONESIA

Oleh: Euis Soliha


Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang

ABSTRACT

This article presents an overview the analisys of retail industry in Indonesia.


Retail industry in Indonesia grow rapidly. Industrial presence of modern retail
basically exploits public shopping pattern especially middle-weight and to which do
not want to mill around in traditional market. Analysis Five Forces is used to
analysis retail industry. Analysis five force is bargaining power of buyers,
bargaining power of suppliers, threat of new entrants, threat of new substitute
products, and rivalry among firms.

Key words: retail industry, traditional market, analysis five force

PENDAHULUAN masyarakat akan pemenuhan produk


konsumsi.
Masyarakat perkotaan kini Kehadiran industri ritel modern
dimanjakan oleh kehadiran berbagai pusat pada dasarnya memanfaatkan pola belanja
perbelanjaan. Bahkan lokasinya kadang- masyarakat terutama kelas menengah ke
kadang di satu kawasan. Kondisi ini sangat atas yang tidak mau berdesak-desakan di
menguntungkan karena masyarakat tinggal dalam pasar tradisional yang biasanya
memilih gerai mana yang akan becek atau tidak tertata rapi. Walaupun
dimasukinya. kehadiran ritel modern ini disoroti dapat
Ritel merupakan mata rantai yang mematikan pasar tradisional karena
penting dalam proses distribusi barang dan mempunyai keunggulan pada banyak
merupakan mata rantai terakhir dalam faktor, perkembangannya sendiri dapat
suatu proses distribusi. Melalui ritel, suatu dikatakan tidak terbendung.
produk dapat bertemu langsung dengan Jika diamati lebih lanjut maka
penggunanya. Industri ritel di sini persaingan bisnis ritel atau eceran itu
didefinisikan sebagai industri yang makin tidak sehat. Pemerintah cenderung
menjual produk dan jasa pelayanan yang mengobral ijin terhadap pemain besar,
telah diberi nilai tambah untuk memenuhi bahkan hypermarket, meskipun sebenarnya
kebutuhan pribadi, keluarga, kelompok, pasarnya sudah jenuh. Akibatnya di
atau pemakai akhir. Produk yang dijual beberapa kota mulai ada gerai ritel besar
kebanyakan adalah pemenuhan dari yang tutup, sedangkan di perumahan-
kebutuhan rumah tangga termasuk perumahan dan kampung-kampung
sembilan bahan pokok. pedagang kelontong terancam oleh
Industri ritel di Indonesia waralaba mini market.
memberikan kontribusi yang besar Dalam iklim usaha yang tidak sehat
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berlaku hukum rimba. Siapa yang kuat
dan juga menyerap tenaga kerja dalam dialah yang keluar sebagai pemenang.
jumlah yang besar. Sebagai negara yang Mungkin Indonesia belum separah itu,
membangun, angka pertumbuhan industri tetapi jika tidak segera dibenahi maka
ritel Indonesia dipengaruhi oleh kekuatan potensi berlaku hukum rimba tinggal
daya beli masyarakat, pertambahan jumlah selangkah lagi. Pemerintah daerah selaku
penduduk, dan juga adanya kebutuhan penguasa wilayah semestinya tahu potensi
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 129

daerahnya. Berapa daya beli sebagai akibat dari pertumbuhan yang


masyarakatnya dan sudah ada berapa ritel terjadi pada masyarakat kelas menengah,
yang beroperasi. Selama ini ada yang menyebabkan timbulnya permintaan
kecenderungan pemerintah daerah tidak terhadap supermarket dan departement
pernah keberatan memberi ijin kepada store (convenience store) di wilayah
investor yang hendak membuka gerai ritel. perkotaan. Trend inilah yang kemudian
Selama dasawarsa pertama 1990 an, diperkirakan akan berlanjut di masa-masa
ekonomi Indonesia tumbuh dengan rata- yang akan datang. Hal lain yang
rata pertumbuhan di atas 10% per tahun. mendorong perkembangan bisnis ritel di
Banyak analis ekonomi memperkirakan Indonesia adalah adanya perubahan gaya
Indonesia akan menjadi salah satu negara hidup masyarakat kelas menengah ke atas,
terkuat dalam bidang ekonomi di Asia terutama di kawasan perkotaan yang
Pasifik dan Oceania. Titik balik terjadi cenderung lebih memilih berbelanja di
pada tahun 1997 ketika Indonesia dilanda pusat perbelanjaan modern. Perubahan
inflasi 70% lebih menyusul makin pola belanja yang terjadi pada masyarakat
melemahnya nilai rupiah sampai Rp perkotaan tidak hanya untuk memenuhi
17.000 per 1 dolar AS. Kalangan swasta kebutuhan berbelanja saja namun juga
Indonesia yang selama ini banyak sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan.
bergantung pada pinjaman luar negeri Berkembangnya usaha di industri ritel ini
berjangka pendek, ikut memperburuk juga diikuti dengan persaingan yang
keadaan dan membawa Indonesia ke dalam semakin ketat antara sejumlah peritel baik
krisis moneter yang parah. lokal maupun peritel asing yang marak
Di masa krisis, hampir semua bermunculan di Indonesia.
sektor ekonomi dilanda kelesuan dan
Industri ritel di Indonesia saat ini
hanya sedikit yang mampu bertahan. semakin berkembang dengan semakin
Industri ritel termasuk salah satunya, dan
banyaknya pembangunan gerai-gerai baru
bahkan masih mempunyai kemampuan di berbagai tempat. Kegairahan para
untuk berinvestasi di masa sulit. Walaupun
pengusaha ritel untuk berlomba-lomba
krisis belum reda, situasi perekonomian menanamkan investasi dalam
dapat dikatakan mulai membaik sejak
pembangunan gerai-gerai baru tidaklah
tahun 2000. Ekonomi Indonesia tumbuh sulit untuk dipahami. Dengan pertumbuhan
meskipun hanya sekitar 3%. Keadaan ini ekonomi rata-rata di atas 3% sejak tahun
dilihat kalangan pebisnis terutama para
2000 dan makin terkendalinya laju inflasi,
pengusaha ritel sebagai prospek yang patut bisa menjadi alasan mereka bahwa
dipertimbangkan untuk melanjutkan
ekonomi Indonesia bisa menguat kembali
investasi yang sempat tertunda. Arus di masa mendatang.
modal kembali mengalir pada
Ramainya industri ritel Indonesia
pembangunan gerai-gerai baru, terutama di ditandai dengan pembukaan gerai-gerai
Jakarta, Bandung, Medan, dan Surabaya.
baru yang dilakukan oleh pengecer asing
seperti Makro (Belanda), Carrefour
PERKEMBANGAN INDUSTRI RITEL (Perancis), dan Giant (Malaysia, yang
INDONESIA kemudian juga digandeng oleh PT Hero
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Supermarket Tbk), yang tersebar di kota-
Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau kota besar seperti Jakarta, Makassar,
usaha eceran di Indonesia mulai Semarang, Bandung, Yogyakarta, dan lain
berkembang pada kisaran tahun 1980 an sebagainya.
seiring dengan mulai dikembangkannya Penggolongan bisnis ritel di
perekonomian Indonesia. Hal ini timbul Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan
130 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

sifatnya, yaitu ritel yang bersifat 2. Pengecer besar atau menengah dengan
tradisional atau konvensional dan yang jumlah gerai sekitar 500 gerai.
bersifat modern. Ritel yang bersifat 3. Minimarket modern. Pelaku kelompok
tradisional adalah sejumlah pengecer atau ini tidak banyak namun mengalami
pedagang eceran yang berukuran kecil dan perkembangan pesat.
sederhana, misalnya toko-toko kelontong, Menurut Direktorat Jenderal
pengecer atau pedagang eceran yang Perdagangan Dalam Negeri, Departemen
berada di pinggir jalan, pedagang eceran Perdagangan Republik Indonesia (1997),
yang berada di pasar tradisional, dan lain jenis-jenis perdagangan eceran terdiri dari:
sebagainya. Kelompok bisnis ritel ini 1. Pasar tradisional, adalah tempat
memiliki modal yang sedikit dengan transaksi barang atau jasa antara
fasilitas yang sederhana. Ritel modern penjual dan pembeli, yang memiliki
adalah sejumlah pedagang eceran atau ciri-ciri sebagai berikut:
pengecer berukuran besar, misalnya a. memperjualbelikan barang/jasa
dengan jumlah gerai yang cukup banyak kebutuhan sehari-hari secara
dan memiliki fasilitas toko yang sangat eceran
lengkap dan modern. Hasil survey menurut b. melibatkan banyak pedagang
AC Nielsen lima pengecer terbesar yang eceran berskala kecil
termasuk dalam kategori ritel modern di c. Bangunan dan fasilitas pasarnya
Indonesia berdasarkan nilai penjualan relatif sederhana
adalah Matahari, Ramayana, Makro, d. Pemilikan dan pengelolaannya
Carrefour, dan Hero. Konsep yang umumnya oleh pemerintah daerah
ditawarkan peritel modern beragam seperti 2. Supermarket (swalayan/rumah belanja),
supermarket (swalayan), hypermarket, adalah pasar modern tempat penjualan
minimarket, departement store, dan lain barang-barang eceran yang berskala
sebagainya. besar dengan pelayanan yang bersifat
self service. Kepemilikannya bisa
Bisnis ritel dapat pula dibagi dimiliki oleh satu orang atau lebih.
menjadi tiga kelompok usaha perdagangan Komoditi inti yang dijual adalah
eceran yaitu: barang-barang rumah tangga, makanan,
1. Grosir (pedagang besar) atau minuman, dan lain-lain.
hypermarket. Kelompok ini umumnya 3. Departement Store (Toko Serba Ada),
hanya ada di kota-kota besar dan adalah pasar modern tempat penjualan
jumlahnya sedikit. Di Indonesia yang barang-barang eceran yang berskala
termasuk dalam kelompok ini adalah: besar. Komoditi inti yang dijual adalah
a. PT Alfa Retailindo dengan nama jenis-jenis fashion, seperti pakaian,
gerai Alfa. sepatu, tas, kosmestik, perhiasan, dan
b. PT Makro Indonesia dengan lain-lain. Pelayanan dibantu oleh
nama gerai Makro. pramuniaga dan adapula yang self
c. PT Carrefour Indonesia dengan service.
nama gerai Carrefour. 4. Pasar Grosir, adalah tempat transaksi
d. PT Goro Batara Sakti dengan barang atau jasa antara penjual dan
nama gerai Goro. pembeli secara partai besar, untuk
e. PT Hero Supermarket dengan kemudian diperdagangkan kembali.
nama gerai Giant. 5. Pasar Grosir tradisional, adalah pasar
f. PT Matahari Putra Prima dengan grosir dengan jumlah pedagang grosir
nama gerai Matahari. relatif banyak, seperti Pasar Tanah
Abang Jakarta, Pasar Cipulir, Pasar
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 131

Mangga Dua Jakarta, dan lain Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan
sebagainya. Pasar Induk Beras Cipinang.
6. Pasar Grosir Modern, adalah pasar
grosir dengan pelayanan yang bersifat Tahapan pada evolusi perkembangan
self service, seperti Pasar Grosir Makro, industri ritel sebagai berikut:
Alfa, dan lain-lain. 1. Era sebelum tahun 1960 an: era
7. Pusat perbelanjaan/pusat perdagangan perkembangan ritel tradisional
(mall/plaza/shopping center), adalah yang terdiri atas pedagang-
suatu arena penjualan berbagai jenis pedagang independen.
komoditi yang terletak dalam satu 2. Tahun 1960 an: Era perkenalan
gedung perbelanjaan. Dalam pusat ritel modern dengan format
perbelanjaan terdapat departement departement store ditandai denga
store, supermarket, dan toko-toko lain dibukanya gerai ritel pertama
dengan berbagai macam produk. Sarinah di Jl. MH. Thamrin Jakarta.
Contohnya: Galeria Mall, Blok M 3. Tahun 1970-1980 an: Era
Plaza, dan lain-lain. perkembangan ritel modern dengan
8. Toko bebas pajak (duty free shop), format supermarket dan
adalah tempat melakukan kegiatan departement store, ditandai dengan
usaha perdagangan barang yang hadirnya peritel modern sepert
memperdagangkan barang-barang Matahari, Hero, dan Ramayana.
tanpa dikenakan pajak sehingga dapat 4. Tahun 1990 an: Era perkembangan
dibeli dengan harga yang murah namun convenient store, yang ditandai
tidak semua orang dapat berbelanja di dengan maraknya pertumbuhan
tempat tersebut. Biasanya pembeli minimarket seperti Indomaret.
harus menjadi anggota terlebih dahulu Pertumbuhan high class
dan diprioritaskan untuk orang asing. departement store, dengan
Toko ini berbentuk badan hukum. masuknya Sogo, Metro, dan
9. Pasar percontohan, merupakan suatu lainnya. Pertumbuhan format cash
tempat berupa pasar fisik yang berada and carry dengan berdirinya Makro,
di daerah yang perekonomiannya diikuti Goro, Alfa.
relatif terbelakang dan diharapkan 5. Tahun 2000-2010: Era
dapat berkembang mandiri serta perkembangan hypermarket dan
mampu mendorong berkembangnya perkenalan e-retailing. Era ini
potensi ekonomi daerah sekitarnya, ditandai dengan hadirnya Carrefour
Jenis barang yang diperjualbelikan dengan format hypermarket dan
adalah barang-barang kebutuhan hadirnya Lippo-Shop yang
sehari-hari serta barang-barang hasil memperkenalkan e-retailing di
produksi pertanian dan kerajinan Indonesia berbasis pada pengguna
masyarakat setempat. internet. Konsep ini masih asing
10. Pertokoan, adalah suatu wilayah yang dan sukar diterima oleh
terdapat bangunan toko-toko sepanjang kebanyakan masyarakat Indonesia
jalan raya dan ditetapkan oleh yang masih terbiasa melakukan
pemerintah daerah sebagai pertokoan. perdagangan secara langsung.
11. Pasar induk, adalah pasar tempat Selain format tersebut, terdapat
transaksi barang atau jasa antara pola pertumbuhan ritel dengan
penjual dengan pembeli dalam partai format waralaba.
besar untuk kemudian diperdagangkan Peritel merupakan distributor paling
kembali ke pasar-pasar lainnya, seperti akhir karena langsung berhadapan dengan
132 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

konsumen sebagai pemakai akhir. Peritel Matahari telah menerima penghargaan ini
membeli produk dari perusahaan selama dua tahun berturut-turut, dan hal ini
manufaktur atau distributor besar dan merupakan penghargaan bergengsi dari
menjualnya kembali kepada konsumen. dunia luar atas keberhasilan bisnis
Peritel bekerjasama erat dengan para Matahari di tahun 2004 dan 2005.
pemasok dan distributor. Beberapa peritel Sampai Februari 2005, gerai ritel di
besar dalam industri ritel yang dikenal luas Indonesia mencapai 2.720 unit yang
di Indonesia adalah PT Contimas Utama dioperasikan oleh 62 perusahaan yang
Indonesia (Carreffour) yang merupakan berhimpun dalam Aprindo (Asosiasi
bagian dari jajaran eceran raksasa yang Pengusaha Ritel Indonesia). Data omzet
induknya ada di Perancis. Peritel lainnya penjualan menurut Aprindo:
adalah PT Hero Supermarket Tbk (Hero),
PT Alfa Retailindo (Alfa), PT Matahari Tabel 1. Omzet Penjualan Ritel
Putera Prima (Matahari), PT Ramayana Tahun Penjualan
Lestari Sentosa (Ramayana), PT Makro 2004 Rp 35 Triliun
Indonesia, dan PT Indomarco Primastama 2005 Rp 45 Triliun
(Indomaret). Selain itu masih banyak lagi
terdapat pemain-pemain lainnya berskala Riset AC Nielsen tahun 2003
menengah maupun kecil. menyebutkan total penjualan ritel
Matahari yang berdiri sejak tahun Indonesia per tahun di atas Rp 600 Triliun.
1958 pada tahun 2005 telah memiliki 77 Di Indonesia tahun 2003 ada 267
gerai, 43 supermarket, 8 hipermarket, dan departement store, 683 supermarket, 972
105 Timezone. Pada tahun 2006 jumlah mini market, dan 43 hypermarket. Survey
hypermarket meningkat menjadi 18. AC Nielsen mencatat di antara beberapa
Matahari sebagai pemimpin pasar di ritel bentuk ritel modern seperti supermarket,
terus berubah dengan melakukan inovasi- minimarket, pusat grosir, dan hipermarket,
inovasi baru di berbagai unit bisnisnya, pertumbuhan paling cepat dialami
seperti perkembangan produk merek hipermarket dengan data sebagai berikut:
sendiri “Value Plus” yang ada di unit
bisnis Matahari Supermarket. Matahari Tabel 2. Data Hypermarket
juga berhasil membuat terobosan baru Tahun Jumlah hipermarket
dengan membuka gerai Matahari China, 2003 43 unit
yang merupakan gerai pertama Matahari di 2004 68 unit
luar Indonesia. Kids2kids yang merupakan 2005 83 unit
“Specialty Store” Matahari Departement
Store ini gerai pertamanya dibuka di Mal
Kelapa Gading Jakarta pada bulan Oktober Pertumbuhan ritel modern di
2004. Pada tahun 2005 Kids2kids berhasil Indonesia tentu saja menguntungkan
membuka 4 gerai baru. Private Label MDS konsumen karena semakin banyaknya
(Matahari Departement Store) yang telah pilihan belanja, namun di sisi lain pangsa
memiliki lebih dari 17 brand semakin pasar ritel tradisional terdesak. Adapun
ditingkatkan pengembangannya dalam segi perkembangan jumlah ritel modern sebagai
kualitas dan berhasil menggandeng berikut:
Intertex untuk mendapatkan standar mutu Tabel 3.
produk Internasional. Pada tahun 2005 Jumlah Ritel Modern
Matahari berhasil mendapatkan Tahun Jumlah
penghargaan internasional sebagai “Gold- 2003 5.103 unit
Top Retail” dari Retail Asia Pacific. 2004 6.804 unit
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 133

ANALISIS INDUSTRI RITEL DI


Berdasarkan data AC Nielsen, INDONESIA
kontribusi penjualan pasar tradisional
memang terus merosot. Pada tahun 2002 The Components of a Company’s
dominasi penjualan di segmen pasar
tradisional mencapai 75%, maka pada Macroenvironment
tahun berikutnya turun hanya 70%.
Sebaliknya, ritel modern hypermarket pada Macroenvironment
tahun 2002 pangsa penjualan 3%, The Economy at
Large
mengalami kenaikan berturut-turut tahun

Le Re
g is g u
2003 menjadi 5% dan tahun 2004 menjadi

l a t la t
lo g

ion ion
no
7%.

ch

an
Suppliers Substitutes

Te

d
Berdasarkan data AC Nielsen Asia
Pasifik Retail and Shopper Trend 2005 COMPANY
Rival
menyebutkan bahwa di negara-negara Asia Firms
Buyers

Pasifik (kecuali Jepang), pada tahun 1999–


So New
2004 ratio keinginan masyarakat c Entrants
a n d i e ta l ion
L if Valu  lat cs
berbelanja di pasar tradisional dan pasar est es IMMEDIATE o p u ra ph i
y le P og
modern sebagai berikut: s INDUSTRY AND
COMPETITIVE De
m
Tabel 4. ENVIRONMENT

Rasio Keinginan Masyarakat Berbelanja


di Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Sumber: Thompson et al., 2005
Tahun Pasar Pasar
Tradisional Modern
ANALISIS LINGKUNGAN MAKRO
1999 65% 35%
1. Faktor Politik dan Hukum. Kondisi
2000 63% 37%
politik di Indonesia yang membaik
2001 60% 40%
merupakan salah satu faktor yang
2002 52% 48%
membuat pengusaha industri bisnis
2003 56% 44%
ritel mulai kembali
2004 53% 47%
mengembangkan bisnisnya dengan
menambah jumlah gerainya. Dalam
Data ini menunjukkan bahwa
faktor hukum pemerintah belum
kecenderungan keinginan masyarakat
berencana mengeluarkan ketentuan
berbelanja di pasar tradisional menurun,
baru yang secara khusus mengatur
sedangkan keinginan mayarakat berbelanja
bisnis hypermarket dan yang
di pasar modern meningkat dengan tingkat
menjadi landasan hukum bagi
penurunan/kenaikan 2% per tahun.
keberadaan hypermarket sampai
saat ini adalah Keputusan Presiden
(Keppres) No.118/2000 tentang
perubahan atas Keppres No.
96/2000 mengenai Bidang Usaha
yang Tertutup dan Bidang Usaha
yang Terbuka dengan Persyaratan
Tertentu bagi Penanaman Modal.
2. Faktor Ekonomi. Dengan
ditetapkannya UU No.25 Tahun
1999 tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah,
134 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

diperkirakan akan mendorong


terjadinya distribusi pendapatan ANALISIS FIVE FORCES
yang lebih merata dibandingkan
dengan sebelumnya. Selain itu juga Analisis ini menggunakan lima faktor
adanya peningkatan daya beli utama untuk menganalisis industri yang
masyarakat dimana sekarang ini terdiri atas bargaining power of buyers,
adanya “dual earning” dalam bargaining power of suppliers, threat of
rumah tangga. new entrants, threat of new substitute
3. Faktor Demografi. Adanya products, dan rivalry among firms. Kelima
peningkatan jumlah penduduk faktor tersebut dimaksudkan untuk menilai
Indonesia. intensitas persaingan, potensi laba atau
4. Faktor Teknologi. Bagi industri profitabilitas industri, dan untuk menilai
ritel perkembangan tehnologi menarik atau tidaknya suatu industri
khususnya tehnologi informasi dan (degree of attractiveness). Gambar di
komunikasi sangat berpengaruh bawah ini menjelaskan tingkat kompetitif
dalam proses operasionalnya yang mempengaruhi industri ritel :
menjadi lebih efisien, cepat, dan
seringkali lebih murah. Keunggulan
tehnologi yang digunakan dalam FORCES DRIVING INDUSTRY
bisnis ritel antara lain dengan
menerapkan sistem Efficient COMPETITION
Consumer Response (ECR) yang
POTENTIAL
ditunjang dengan Electronic Data ENTRANTS
Interchange (EDI).
5. Faktor Sosial, Values, dan Threat of New
Lifestyles. Berkembangnya bentuk Entrants

dan jenis bisnis ritel sangat terkait Bargaining


INDUSTRY Bargaining
Power of
erat dengan terjadinya perubahan Suppliers COMPETITORS Power of
Buyers
perilaku konsumen yang BUYERS
SUPPLIERS
disebabkan antara lain oleh faktor-
faktor sebagai berikut:
RIVALRY AMONG
a. Peningkatan penghasilan EXISTING FIRMS
masyarakat.
b. Kebiasaan berbelanja secara Threat of Substitute
Product or Service
harian, mingguan, dan bulanan
yang berpindah-pindah sesuai
dengan waktu dan kebutuhan SUBSTITUTES
serta keinginan konsumen.
c. Berbelanja juga dijadikan Sumber: Porter, 1980
sebagai sarana rekreasi
keluarga ANCAMAN CALON PENDATANG
d. Terjadinya impulse buying BARU (THREAT OF NEW
yang cukup tinggi ENTRANTS)
e. Menginginkan kemudahan-
kemudahan dan hal-hal khusus Ancaman calon pendatang baru pada
yang dikehendaki oleh dasarnya bersifat “sedang” karena pasar
konsumen seperti harga yang yang ada sekarang ini sudah demikian
murah dan program promosi. didominasi oleh banyak pemain besar baik
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 135

lokal maupun asing. Untuk dapat masuk ke investasi yang telah ditanamkan
dalam industri ini sedikitnya dibutuhkan atas nilai bangunan dan lahan yang
modal, pengalaman, dan jaringan distribusi digunakan, juga besarnya dana
luas yang cukup menyulitkan bagi calon yang harus dikeluarkan sebagai
pendatang baru. konsekuensi atas pemutusan tenaga
Analisis ancaman calon pendatang baru: kerja yang tentunya memerlukan
1. Skala ekonomis pada industri ritel biaya yang cukup tinggi untuk
cukup tinggi dan calon pendatang membayar pesangon.
baru harus bisa mendapatkan 7. Hambatan umum antara lain
keuntungan finansial yang sulitnya membangun jaringan
memadai agar dapat terus distribusi yang luas dan kuat karena
melakukan investasi baru. masih terbatasnya prasarana atau
2. Kebutuhan akan modal cukup besar infrastruktur yang ada.
tergantung pada bentuk format 8. Pemerintah telah menjamin
yang akan dimasuki. Calon kepastian berusaha dengan
pendatang baru yang bermodal mengatakan bahwa industri ritel
besar lebih mempunyai kesempatan merupakan industri atau bidang
untuk dapat melakukan ekspansi usaha yang terbuka dengan
usaha bersaing dengan pemain persyaratan tertentu bagi
yang sudah ada atau memasuki penanaman modal (KEPPRES No.
pangsa pasar baru. 96/2000 yang diperbaharui dengan
3. Pemahaman terhadap tehnologi KEPPRES No. 118/2000).
know how terutama yang berkaitan 9. Dengan dibukanya era perdagangan
dengan tehnologi informasi sangat bebas ASEAN (AFTA) maka
diperlukan agar perusahaan dapat kedatangan sejumlah pengecer
memperoleh efisiensi yang tinggi asing semakin bertambah.
dan penghematan di berbagai
sektor. Untuk itu diperlukan ANCAMAN PRODUK PENGGANTI
seperangkat keras sarana penunjang (THREAT OF SUBSTITUTE
dan sumber daya manusia yang PRODUCT OR SERVICES)
menguasai tehnologi tersebut. Ancaman dari produk pengganti
4. Diferensiasi produk berhubungan atau substitusi dalam industri ritel dapat
dengan kemampuan peritel untuk
dikatakan bersifat “cukup kuat” karena
menciptakan suatu produk yang sudah hadir jauh sebelum adanya industri
baru yang dirasakan oleh
ritel modern yaitu berupa pasar dan toko
keseluruhan industri sebagai hal tradisional. Keunggulan dari adanya pasar
yang unik. Hal ini cukup sulit
dan toko tradisional ini adalah harga yang
dilakukan karena pada industri ritel, relatif lebih murah dan juga lokasi yang
produk yang dijual umumnya sama
lebih dekat dengan tempat tinggal
dan biasanya faktor yang penduduk terutama bagi kalangan
membedakan adalah masalah harga
menengah ke bawah. Oleh karena itu
dan pelayanan.
peritel modern menentukan segmennya
5. Beragamnya alternatif tempat sendiri yaitu kalangan menengah ke atas.
berbelanja dan harga yang
Selain itu adanya produk pengganti lain
ditawarkan menyebabkan loyalitas yang mulai berkembang saat ini, yaitu
konsumen rendah.
berupa sistem ritel dan berbelanja melalui
6. Hambatan keluar cukup tinggi saluran telepon, internet, maupun
karena berkaitan dengan besarnya
catalogue shopping.
136 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

KEKUATAN TAWAR MENAWAR dengan sekitar 40.000 item barang di


PEMASOK (BARGAINING POWER gerainya sedangkan Makro mempunyai
OF SUPPLIERS) 1.700 pemasok. Beberapa suplier besar
yang saat ini menjadi langganan tetap
Kekuatan dari pemasok dikatakan
bersifat “sedang” disebabkan adanya saling peritel diantaranya adalah PT Unilever
Indonesia, PT P&G Indonesia, PT Nestle
ketergantungan dari posisi tawar menawar
antara peritel dan pemasok atau sebaliknya. Indonesia, PT Kao Indonesia, PT Heintz
ABC Indonesia, PT L’Oreal Indonesia, dan
Persyaratan yang ditentukan oleh pemasok
biasanya berdasarkan pada dua kriteria lain-lainnya.
Selain itu ada juga peritel yang
yaitu: secara kuantitatif dan kualitatif.
Secara kuantitatif, peritel harus dapat melakukan integrasi ke belakang yaitu
memenuhi pemesanan atau pembelian dengan membina hubungan baik dengan
beberapa pemasoknya seperti yang
dalam jumlah volume minimal tertentu.
Sedangkan secara kualitatif, peritel harus dilakukan PT Matahari melalui Matahari
Suppliers Club (MSC) dengan tujuan
dapat memperlihatkan prospek perusahaan
dan keterbukaannya. Pemasok akan untuk dapat selalu menjaga kualitas
produknya dan untuk dapat selalu
menilai apakah peritel sudah mempunyai
infrastruktur yang baik dan manajemen menjamin ketersediaan produknya
sehingga dapat meminimalkan dan
yang baik. Hal ini penting karena pemasok
berkepentingan untuk mengetahui dan mengurangi terjadinya kekurangan
persediaan.
memonitor setiap pergerakan dari barang-
Analisis kekuatan pemasok:
barang yang dijual.
1. Jumlah pemasok diperkirakan akan
Pemasok umumnya berasal dari terus bertambah di masa depan
perusahaan manufaktur dan distributor. apalagi dengan era perdagangan
Saat ini terdapat banyak sekali jumlah bebas yang sudah dibuka sehingga
industri ritel karena produk yang peritel dapat memasukkan barang-
ditawarkanpun jumlah itemnya ribuan. barang produk luar. Hal ini
Perusahaan ritel raksasa yang telah menyebabkan ketergantungan
memiliki nama besar mempunyai posisi peritel terhadap satu pemasok
tawar yang cukup kuat terhadap produsen menjadi rendah dan makin
dan distributor sehingga mereka dapat banyaknya produk yang akan
memperoleh margin yang lebih besar dan dijadikan pilihan alternatifnya.
mendapatkan diskon harga yang 2. Peritel dapat saja menggantikan
menyebabkan mereka bisa menjual barang pasokan satu jenis barang dari satu
dengan harga lebih murah. Peritel yang pemasok ke pemasok lainnya.
kuat adalah mereka yang dapat langsung 3. Pemasok mempunyai kepentingan
berhubungan dengan distributor tanpa akan kualitas produk akhir yang
melalui perantara. digunakan konsumen.
Untuk menjamin ketersediaan 4. Biaya pemasok dapat ditekan
barang dan menawarkan berbagai alternatif tergantung dari tingkat kebutuhan
pilihan produk para peritel seperti Goro, akan produk yang ditawarkan.
Carrefour maupun Makro sangat 5. Pemasok berkepentingan terhadap
mengandalkan keberadaan pemasok. Goro, laba industri menyangkut produk
misalnya memiliki 1.500 pemasok besar yang ditawarkannya.
dengan total item yang diperjualbelikan
antara 22.000 hingga 30.000 item barang.
Carrefour memiliki sekitar 2.000 pemasok
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 137

KEKUATAN TAWAR MENAWAR alternatif pilihan harga maupun


PEMBELI (BARGAINING POWER lokasi berbelanja.
OF BUYERS)
Kekuatan dari konsumen bersifat PERSAINGAN ANTAR
“kuat” karena mereka biasanya cenderung PERUSAHAAN (RIVALRY AMONG
tidak loyal pada satu ritel tertentu dan EXISTING FIRMS)
dengan mudahnya merubah pola kebiasaan Persaingan antar perusahaan yang
berbelanja sesuai dengan keinginan mereka. terjadi dalam format bisnis ritel yaitu
Jumlah konsumen pada industri ritel antara format ritel tradisional dan modern,
sangatlah besar berdasarkan jumlah atau persaingan antara peritel lokal dan
penduduk Indonesia yang semakin asing yang dapat dikatakan bersifat “kuat.”
meningkat, pada tahun 2003 berkisar 220 Di satu sisi daya beli masyarakat yang
juta jiwa. Ancaman konsumen berkaitan rendah sehingga tingkat konsumsinya pun
dengan perubahan pola berbelanja rendah padahal jumlah gerai terus
masyarakat yang mempengaruhi strategi bertambah. Di sisi lain, besarnya jumlah
masing-masing peritel. penduduk dan makin stabilnya ekonomi
Untuk menjaga hubungan baik makro dan kondisi keamanan dapat
menarik minat calon pendatang baru untuk
dengan pelanggan setianya peritel
melakukan berbagai upaya seperti yang masuk melakukan investasi di Indonesia.
dilakukan PT Matahari dengan program Persaingan dalam industri ritel juga
Matahari club Card yang diarahkan untuk ditandai dengan hadirnya beragam format
memberi banyak kemudahan dan nilai ritel baru yang timbul karena konsumen
tambah bagi konsumen. mencari alternatif berbelanja lain
Analisis kekuatan konsumen: disesuaikan dengan kemampuannya.
1. Jumlah pembeli utama cenderung Format ritel baru yang dimaksud adalah
terus bertambah disebabkan adanya berbentuk factory outlet, specialty store,
pertumbuhan jumlah wanita yang dan retail on-line.
bekerja/berkarir dan juga Analisis persaingan antar perusahaan:
banyaknya kaum pria yang ikut 1. Jumlah pesaing atau pemain dalam
berbelanja dikarenakan mereka industri ritel cukup banyak terdiri
juga dapat menemukan dari peritel lokal tradisional,
kebutuhannya. modern dan peritel asing dengan
2. Daya beli diperkirakan akan format ritel modern. Persaingan
meningkat seiring dengan yang terjadi cukup tinggi.
membaiknya perekonomian 2. Tingkat pertumbuhan ritel modern
Indonesia. meningkat.
3. Konsumen banyak menerima 3. Biaya tetap yang dikeluarkan
informasi baik dari media cetak cenderung bertambah seiring
maupun elektronik sehingga dengan kenaikan harga-harga
mereka dapat membandingkan pokok seperti beban biaya listrik,
kualitas atau harga antar satu telepon, upah tenaga kerja, dan
peritel dengan peritel lainnya. biaya penyewaan ruang.
4. Melalui persaingan yang ketat antar 4. Diferensiasi produk diperlukan
peritel akhirnya akan agar peritel mempunyai ciri khas
menguntungkan konsumen, dimana yang membedakan dengan pemain
mereka mendapatkan banyak lain misalnya dengan
138 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

mengembangkan brand sales dan yang telah ditanamkan atas


lainnya. bangunan dan lahan yang
5. Kapasitas terpasang dapat dilihat digunakan. Selain itu juga masalah
dari perbandingan pangsa pasar tenaga kerja di mana diperlukan
hingga Juni 2005 dimana untuk biaya yang cukup tinggi untuk
ritel modern 30% dan ritel membayar pesangon karyawan.
tradisional 70%.
6. Hambatan keluar cukup tinggi Dari pembahasan analisis five forces di
karena terkait dengan investasi atas dapat digambarkan sebagai berikut:

KEKUATAN-KEKUATAN YANG MEMPENGARUHI


PERSAINGAN INDUSTRI RITEL DI INDONESIA

Threat of Potential
Entrants

SEDANG

Bargaining Rivalry Among Bargaining


Powers of Existing frims Power of
Suppliers Buyers
KUAT
SEDANG KUAT

Threat of Substitute
Products or Services

CUKUP KUAT

kualitas, tehnologi, manajemen,


DRIVING FORCES dan hal-hal lain yang penting bagi
1. Globalisasi. Dengan adanya era bisnis ritel.
perdagangan bebas ASEAN 2. Kebijakan Pemerintah. Peran
(AFTA) maka akan mempengaruhi pemerintah sangat diperlukan
terjadinya perubahan dalam dalam pertumbuhan dan
industri ritel yaitu dengan perkembangan industri ritel,
masuknya peritel asing dan juga terutama dalam menjaga stabilitas
perubahan pada perilaku konsumen. politik dan keamanan berinvestasi,
Konsep bisnis ritel asing biasanya merangsang pertumbuhan ekonomi
lebih lengkap dan lebih modern. Indonesia, peningkatan PDB,
Pelajaran penting yang dapat penegakan dan kepastian hukum
dipetik oleh peritel lokal adalah melalui kebijakan, pengaturan, dan
berusaha untuk belajar dari regulasi-regulasi penting yang
kelebihan yang ada pada peritel dibutuhkan. Pemerintah telah
asing dan selalu melakukan mengeluarkan berbagai macam
inovasi-inovasi baru secara terus kebijakan dan aturan dalam bisnis
menerus baik pada produk dan ritel seperti: Keputusan Presiden
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 139

No. 96/2000 yang diperbaharui daerah yang satu dengan


dengan Keputusan Presiden No. daerah yang lain berbeda;
118/2000 mengenai penanaman Keempat:Pelaksanaannya kurang
modal asing dengan masuknya koordinatif, sehingga
peritel asing. Untuk menumbuh pembinaan dan penataan
kembangkan usaha ritel di pasar dan pertokoan
Indonesia, pembinaan dan penataan antara daerah yang satu
Pasar Modern diatur melalui Surat dengan daerah yang lain
Keputusan Bersama (SKB) Menteri berbeda serta adanya
Perindustrian dan Perdagangan dan penguasaan lahan yang
Menteri dalam Negeri Nomor relatif luas, di tempat
145/MPP/Kep/5/1997 dan No. 57 strategis, oleh ritel skala
tahun 1997 tentang Penataan dan besar yang diduga dapat
Pembinaan Pasar dan Pertokoan, mengganggu keberadaan
dimana pemerintah daerah pedagang kecil, menengah,
bertanggung jawab mengatur koperasi, dan pasar
mengenai Rencana Tata Ruang tradisional yang sudah ada
Wilayah Kota (RTRWK) termasuk sebelumnya;
pengaturan wilayah bagi Kelima: Pembentukan peraturan
pengembangan pasar tradisional, perundang-undangan
pertokoan, ritel skala kecil, berdasarkan Undang-
menengah maupun besar. Namun undang No. 10 Tahun
dalam perkembangannya sejalan 2004 dalam Pasal 7 ayat
dengan pelaksanaan Otonomi (1) ditegaskan bahwa
Daerah, implementasi SKB tersebut Peraturan Menteri
sudah tidak aspiratif, karena: (PERMEN) tidak
Pertama: Kerjasama kemitraan termasuk dalam jenis dan
sebagai upaya untuk hirarki peraturan
menumbuh kembangkan perundang-undangan
usaha kecil, menengah, yaitu: 1). Undang-undang
koperasi, dan pasar Dasar Negara Republik
tradisional, belum Indonesia Tahun 1945; 2).
berjalan sesuai dengan Undang-undang/Peraturan
yang diharapkan, karena Pemerintah Pengganti
implementasinya Undang-undang; 3).
tergantung kepada Peraturan Pemerintah; 4).
masing-masing peritel Peraturan Presiden dan 5).
besar; Peraturan Daerah. Hal ini
Kedua: Tidak adanya berdampak kurang
kejelasan/tumpang tindih diakuinya Peraturan
antara fungsi perdagangan Menteri (PERMEN)
eceran (retailing) dengan dalam pembuatan
fungsi grosir atau Peraturan Daerah
pedagang besar walaupun Peraturan
(wholesailling); Menteri (PERMEN)
Ketiga: Pembinaan dan penataan diakui keberadaannya dan
pasar dan pertokoan antar mempunyai kekuatan
hukum mengikat
140 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

sepanjang diperintahkan usaha kecil, menengah, dan


oleh Peraturan koperasi.
Perundang-undangan 3. Penerbitan IP3M dan
yang lebih tinggi (ayat (4) IP2TM setelah mendapat
Undang-undang No.10 pertimbangan dan
Tahun 2004). rekomendasi dari Tim
Berkaitan dengan permasalahan- Penataan Pasar Modern dan
permasalahan tersebut, pemerintah Toko Modern (TP2TM)
melalui Departemen Perdagangan yang dibentuk oleh
saat ini sedang menyiapkan draft Bupati/Walikota atau
kebijakan berupa Peraturan Gubernur untuk Pemerintah
Presiden (PERPRES) tentang Propinsi DKI Jakarta, yang
Penataan dan Pembinaan Pasar keanggotaannya terdiri dari
Modern dan Toko Modern, sebagai unsur dinas terkait, asosiasi
pedoman/payung hukum bagi pengusaha ritel yang diakui
pembinaan ritel secara Nasional, oleh pemerintah dan lain-
dengan pokok-pokok pengaturan lain yang dianggap perlu;
antara lain: 4. Setiap penanggungjawab
1. Pendirian dan/atau usaha pasar modern
pengusahaan pasar modern dan/atau toko modern wajib
dan/atau toko modern harus melaksanakan kemitraan
sesuai dengan Rencana dengan usaha kecil,
Umum dan Tata Ruang menengah dan koperasi;
Wilayah (RUTRW) dan 5. Pelanggaran terhadap
harus memperhatikan PERPRES ini akan
keberadaan pasar tradisional dikenakan sanksi sesuai
dan usaha kecil yang telah peraturan perundang-
ada sebelumnya serta undangan yang berlaku atau
dilakukan secara sanksi administratif yang
terintegrasi dalam pasar akan ditentukan lebih lanjut
modern dengan melibatkan oleh PERMEN;
pedagang kecil di dalamnya. 6. TP2TM dalam
2. Permohonan Izin Prinsip melaksanakan tugas, fungsi
Pendirian Pasar Modern dan wewenangnya
(IP3M) dan Izin Prinsip bertanggungjawab kepada
pendirian Toko Modern Bupati/Walikota atau
(IP2TM) berada pada Gubernur khusus untuk
Bupati/Walikota dan khusus Pemerintah Propinsi DKI
untuk Propinsi DKI Jakarta Jakarta;
berada pada Gubernur 7. Kewenangan penerbitan
dengan melampirkan IUPM dan/atau IUTM
rencana pendirian dan/atau berada pada Menteri.
pengusahaan pasar modern Namun demikian,
dan/atau toko modern yang kewenangan Menteri dapat
disertai dokumen diserahkan atau
pendukung (studi kelayakan dilimpahkan baik kepada
dan studi AMDAL) serta Bupati/Walikota atau
rencana kemitraan dengan
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 141

Gubernur untuk Pemerintah 8. Network terhadap produsen dan


Propinsi DKI Jakarta; distributor yang kuat.
8. Pasar modern/toko modern 9. Kemampuan permodalan yang kuat.
dapat melakukan kegiatan
usaha setelah memiliki ANALISIS PELUANG
IUPM dan/atau IUTM; (OPPORTUNITIES) DAN ANCAMAN
9. Toko modern yang derada (THREAT)
di dalam pasar modern tidak
diwajibkan memiliki Peluang (Opportunities)
IP2TM tetapi wajib Jumlah penduduk Indonesia pada
memiliki IUTM. tahun 2003 berjumlah 220 juta jiwa yang
menempatkan Indonesia sebagai negeri
KEY SUCCESS FACTORS berpenduduk terbanyak ketiga di Asia dan
1. Lokasi usaha. Pemilihan lokasi Oceania, serta keempat di dunia.
yang baik adalah faktor penting Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah
untuk keberhasilan bisnis ini. penduduk bisa mencapai 319 juta jiwa.
Lokasi yang dipilih bukan hanya Adanya peningkatan jumlah penduduk dan
sekedar yang strategis dan memiliki juga adanya wisatawan mancanegara yang
ukuran yang cukup besar (luas) berkunjung ke Indonesia yang setiap
namun juga perlu diperhatikan tahunnya sekitar 5 juta wisatawan
tentang masalah akses yang baik ke merupakan potensi pasar ritel.
berbagai lokasi-lokasi penting lain,
suasana yang menyenangkan, lahan Ancaman (Threat)
parkir yang luas dan aman, mudah Masuknya peritel asing dalam
dijangkau serta harus lebih unggul bisnis ini merupakan pesaing bagi peritel
dari pesaing. lokal. Peritel asing ini memiliki
2. Tehnologi canggih. Upaya yang keunggulan dalam cara mengelola
ditempuh antara lain dengan manajemen yang efisien, sistem kontrol
menerapkan sistem Efficient yang baik, desain dan penataan barang
Consumer Response (ECR) yang maupun ruangan yang optimal.
ditunjang dengan Electronic Data
Interchange (EDI). KESIMPULAN
3. Harga lebih murah. Harga Dari hasil analisis lima kekuatan
merupakan pertimbangan tertinggi yang mempengaruhi industri ritel dapat
konsumen dalam menentukan disimpulkan bahwa intensitas persaingan
pilihan berbelanjanya. “kuat” dimana persaingan yang terjadi
4. Kelengkapan produk. Kelengkapan antara format ritel tradisional dan modern
produk dan lancarnya pasokan serta persaingan antara peritel lokal dan
merupakan hal penting untuk asing, pembeli juga mempunyai posisi
mengungguli pesaing. yang “kuat” karena banyaknya pilihan
5. Biaya opersional yang rendah, gerai-gerai ritel yang ditawarkan dan
didukung oleh pemanfaatan perubahan pola konsumsi, ancaman produk
teknologi yang optimal. atau jasa sustitusi “cukup kuat” karena
6. Superior atas infomasi mengenai adanya pasar dan toko tradisional.
core customer wants. Sedangkan ancaman masuknya pendatang
7. Produk-produk yang berkualitas baru bersifat “sedang” karena pasar yang
dengan harga yang murah dan ada sekarang ini sudah demikian
services. didominasi oleh banyak pemain besar baik
142 Euis Soliha Jurnal Bisnis dan Ekonomi

lokal maupun asing. Pemasok mempunyai SARAN


kekuatan “sedang” karena adanya saling
1. Dengan masuknya peritel asing
ketergantungan dari posisi tawar menawar maka dapat diupayakan hubungan
antara peritel dan pemasok atau sebaliknya.
sebagai mitra kerja dengan peritel
Jadi prospek bisnis ritel berdasarkan lokal sehingga tercipta kondisi
analisis industri dapat dikatakan “cukup
persaingan yang lebih baik.
menarik” untuk dapat dimasuki oleh calon
pendatang baru dan juga oleh para pemain 2. Dengan semakin ketatnya
yang ada pada saat ini. Pasar yang ada persaingan dan perubahan peta
cukup potensial seiiring dengan pasar, hendaknya peritel menata
membaiknya perekonomian Indonesia dan ulang strateginya. Peritel
peningkatan jumlah penduduk Indonesia. hendaknya meningkatkan
kompetensi perusahaan dengan
Bisnis ritel di Indonesia termasuk menciptakan inovasi-inovasi baru
salah satu bisnis yang cukup menjanjikan
dengan memperhatikan kebutuhan
karena mempunyai prospek bagus di masa pelanggan.
yang akan datang. Meskipun sempat
3. Peritel modern hendaknya
dilanda krisis yang mengakibatkan hampir menggandeng pedagang tradisional
semua sektor ekonomi dilanda kelesuan
sebagai mitra kerja.
dan hanya sedikit yang mampu bertahan, 4. Pemerintah harus semakin tegas
industri ritel masih mempunyai
dan ketat dalam mengeluarkan
kemampuan untuk berinvestasi di masa kebijakan-kebijakan penting bagi
sulit. industri ritel.
Walaupun krisis belum reda, situasi
perekonomian dapat dikatakan mulai
REFERENSI
membaik sejak tahun 2000. Ekonomi
Indonesia tumbuh meskipun hanya sekitar Berita Matahari No. 57, Maret 2006.
3%. Keadaan ini dilihat kalangan pebisnis Bisnis Indonesia, Rabu, 15 Juni 2005.
terutama para pengusaha ritel sebagai Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam
prospek yang patut dipertimbangkan untuk Negeri-Departemen Perdagangan,
melanjutkan investasi yang sempat Kebijakan Pengembangan Bisnis
tertunda. Arus modal kembali mengalir Ritel Modern.
pada pembangunan gerai-gerai baru, Porter, Michael E. (1980), Competitive
terutama di Jakarta, Bandung, Medan, dan Strategy-Techniques for Analyzing
Surabaya. Industries and Competitors, The
Fenomena ini menunjukkan bahwa Free Press.
negara Indonesia mempunyai potensi dan Republika, Senin, 27 Juni 2005.
daya tarik yang cukup besar untuk bisnis Suara Merdeka, Kamis, 2 Desember 2004.
ritel, terutama karena adanya faktor Thompson, Jr, Arthur A. ;A.J. Strickland
demografi jumlah penduduk Indonesia III; and John E. Gamble (2005),
yang sangat banyak dan adanya wisatawan Crafting and Executing Strategy-
mancanegara yang berkunjung ke The Quest for Competitive
Indonesia. Advantage. Concepts and Cases, 14
Ed
.McGraw-Hill. International
Edition.
Warta Ekonomi, Selasa, 6 Februari 2007.
Warta Ekonomi, Senin, 19 Februari 2007.
Vol. 15, No. 2, September 2008 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 143

Anda mungkin juga menyukai